Alternative Universe on Tumblr hoho buat narasi aja disini sisanya di twitter βΏπ¬ π‘Χ
ΰ§
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
First We Met.
#01 - THE SECOND Lβ‘VE
βββββββββββββββββββββββ--β
NIKI
Tidak perlu banyak alasan untuk menolak perjodohan dengan persetujuan sepihak ini, hanya bisa pasrah dengan apa yang telah ditentukan oleh orang tua ku. Mungkin memang ini jalan yang terbaik, lagi pula menikah karena ibu ku memiliki perjanjian dengan sahabat sedari ia masih duduk di kursi SMP.
Perjanjian jika anak mereka berbeda kelamin, lalu menyatukan mereka saat sudah dewasa dan siap untuk menikah. Aku masih berumur 22 tahun, kuliah sesambil bekerja sebagai barista kafe. Dan masih tidak menyangka akan segara dilamar oleh laki-laki yang hanya pernah ku dengar namanya dari ibuku. Tidak dengan fisik, bahkan sosial media sebagainya pun tidak tahu.
"Bu, kalau memang menurut ibu itu baik... niki gak bakal nolak perjodohannya kok." Ujar diriku sambil memegang kedua tangan ibu dengan perasaan yakin.
"Dia baik, baik.....sekali. kalo masalah fisik, nih ibu kasih 4 jempol!" Ujar ibu sambil memamerkan kedua jempol tangan-nya kepadaku.
"Itu cuma ada 2 ibuu, gak ada 4 ih ngaco."
"2 nya lagi nyicil di kamu, hehe."
Pembicaraan singkat ku dengan ibu tentang masalah perjodohan yang akan diselenggarakan besok. Bukan langsung menikah, namun masih ditahap pengenalan antara diriku dengan pria yang menurut ibuku tampan nya luar biasa.
Terus-terusan aku menghubungi Yezza, meminta pendapat yang bahkan Yezza sendiri juga bingung harus memberi saran yang bagaimana. Karena Yezza sendiri juga belum pernah merasakan hal ini. Ia hanya memberiku sebuah saran agar tetap tenang, jangan gegabah apalagi haru biru karena perjodohan ini.
Ting!
Notifikasi dari elektronik yang berbentuk persegi panjang itu menyala. Bukan lagi dari Yezza, hanya nomor asing yang telah aku dapat. Membacanya lewat notifikasi bar dan membalasnya dalam hati. Mungkin saja itu orang asing yang jahil memberi pesan secara sengaja? Entah aku hanya berfikir seperti itu.
Ting!
Ting!
Ting!
Kok malah spam chat begini sih, batin ku yang kesal karena bunyi notifikasi secara terus-menerus berulang kali.
WhatsApp
+62 : selamat siang
+62 : permisi?
+62 : hallo
Niki : cari siapa
Niki : saya sedang tidak butuh pinjamanβ Β Β Β β Β online
+62 : saya rholy.
+62 : anak dari mama elyn, teman ibumu
Niki : jadi kamu yang akan di jodohkan β Β Β Β β Β dengan saya?
+62 : hm
+62 : sebenarnya saya masih memiliki β Β Β Β β Β pasangan. Jadi, harap kerja β Β Β Β β Β β Β Β samanya.
*read
Ternyata dia, Rholy. Laki-laki yang memang sering aku dengar namanya dari ibuku. Ibu selalu bercerita kalau Rholy adalah orang yang sangat tampan dan berakal sempurna. Namun memang kaku dan cukup sulit untuk bersosialisasi kepada orang yang belum terlalu dekat dengannya.
Aku yang melihat foto profile WhaatsApp nya pun memiliki gambaran kalau benar adanya, tampan. Semoga saat aku melihatnya secara langsung tidak jauh berbeda. Kalau sampai saja malah terlihat tidak mirip dengan profile nya ini, benar-benar sulit dipercaya.
Setelah membalas pesan dari Rholy, ibu memanggil ku lagi. Kali ini bukan untuk mempermasalah kan perjodohannya, namun diriku disuruh untuk menemui tukang paket yang berada di depan pagar rumah. Entah apalagi yang kali ini ibu beli. Demam belanja online sekali memang.
Dengan segera, aku menuju ke depan pagar rumahku dan menemui tukang paket yang sangat ibu ku tunggu-tunggu ini. Sebentarβ
Ini, tukang paket ibu atau? Rholy??
Aku yang masih memakai pakaian ala kadarnya itu dengan malunya menghampiri Rholy yang berada di depan pagar. Ini ibu memang sengaja apa bagaimana, batin ku. Dengan kaku, aku menyimpulkan kedua bibir ku seperti tersenyum namun bersamaan dengan rasa malu. Baru sekali dia memberiku pesan lewat whatsaapp dan kini muncul begitu saja. Setidaknya sekaligus mengabariku telebih dulu kan bisa.
"R-rholy? M-masuk kedalam aja sekalian mobilnya masukin ke garasi." Ucapku terbata-bata karena sedikit gugup. Sial, dia benar benar tampan.
Tanpa membalas pembicaraanku, Rholy langsung masuk kembali kedalam mobil sedan nya lalu memasukan kendaraanya ke garasi mobilku.
Lumayan juga tenaga ku digunakan untuk membuka gerbang yang lumayan berat ini.
Setelah menutup pagar besi sendirian, aku langsung menyapa kembali tamu yang secara mendadak itu datang. Aku, masih malu. Bagaimana tidak, celana pendek dengan kaus croptop yang berwarna senada pula. Sudah lah.
Aku menghampiri Rholy di samping pintu mengemudi, lalu menyapa nya sopan. "Hai? Rholy kan ya? Anak mama elyn?" Tanya ku dengan rasa yang cukup senang.
Rholy yang baru keluar dari mobil pun melihat diriku dari telapak kaki hingga ujung kepala, dengan mata yang mengintimidasi. Dia cukup seram ya untuk melihat orang se-detail itu.
"Ada yang salah ya sama aku?" Tanya ku lagi.
Rholy menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum simpul. Ya tuhannnn manis sekaliiii.
"Dirumah sendirian?" Tanya Rholy.
"Engga, ada ibu kok dirumah. Lagi bersih-bersih." Jawabku sedikit kaku.
"Oh, btw gak usah kaku gitu sama gua. Biasa aja, kaya ngobrol sama temen. Pake aku-kamu berasa anak SD baru temenan tau gak." Ucapnya yang paling panjang menurutku.
"I-iya. Hmm masuk yuk? Kelamaan disini apa kamu gak ngerasa panas?" Ucap ku sambil mengibas-ngibaskan telapak tanganku bak kipas angin.
"Ayuk, lu duluan."
Akhirnya aku dan Rholy menuju masuk ke dalam rumah, menyalakan AC ruang tamu dan menyiapkan segelas minuman dingin untuk Rholy. Dengan canggung, aku mencoba untuk membuka pembicaraan dengan Rholy. Perbincangan yang sangat basic. Seperti apa kabar, umur berapa, pernah kuliah dimana, pekerjaan nya apa dan menanyai kabar kedua orang tua Rholy.
Rholy yang merasa sedang diajak bicara itu menjawab seadanya, yang benar-benar jawaban yang jelas, padat, dan singkat. Seperti iya, baik, tidak, dan jawaban kaku lainnya. Ibu benar, dia tampan namun kaku.
Setelah satu jam kemudian, ibu pun menyusul ke ruang tamu. Lalu langsung tersenyun saat melihat ada Rholy disana. Beda banget senyumnya, benar-benar senyum yang sangat berbinar-binar.
"Eh ganteng, udah lama?" Tanya ibuku sambil senyuman nya tak terlepas begitu saja.
"Ibu, engga kok baru banget duduk." Rholy dengan salaman tangan kepada ibuku, dan merespon senyuman ibuku juga.
Saat ibu mulai berbicara panjang lebar dengan Rholy, aku mengambil kesempatan untuk pergi dari ruang tamu menuju kamarku. Berasa jadi nyamuk, benar-benar engga dianggap sama sekali. Hadeh hadeh, ibuku nanya banyak hal sampai hal random sekalipun.
Disela-sela aku ingin kabur dari suasana sunyi bagiku ini, Rholy tiba-tiba menengok ke arahku. Lalu terkekeh kecil, dan aku yang merasa ketahuan ingin kabur pun hanya bisa memamerkan gigiku, tidak terlalu lebar. Seperti tersenyum malu. Dan ujung-ujungnya, aku kembali duduk di sofa dan sibuk mengotak-atikkan handphone yang ku gengam.
Kadang aku mulai merasa sangat mengantuk, dan sesekali menguap. Tenang saja aku tidak mempermalukan diriku langsung kepada Rholy.
Tapi saat mendengar pembicaraan antara Ibu dan Rholy, ini lumayan menyanjungkan hati ku yang mudah hancur lebur. Cara bicara Rholy kepada orang yang lebih tua amat lah sopan dan santun, wibawa nya pun juga sangat bagus. Kalau aku jadi orang asing yang hanya mengenal Rholy secara singkat, mungkin aku akan kagum padanya. Sekaligus suka. Wajar lah?
Dan otak ku yang sangat pintar ini semakin bertanya-tanya, apakah aku dan Rholy akan sanggup menjalin hubungan sebagai suami istri? Belum lagi ia bilang kepadaku, kalau ia memiliki wanita yang masih berstatus pacaran dengannya? Apa mudah bagiku untuk melancarkan sebuah perjodohan ini? Entahlah hanya tuhan yang tahu jalannya.
5 notes
Β·
View notes
Text
INTRODUCE.
OUR CAST ON THIS AUβ
ββββββββββββββββββββββββ-

Rholy Ghezalli
"Kita nikah cuma berdasarkan negara, gak usah harapin apa-apa. Dan gua juga masih punya pacar, jadi tolong kerja sama nya." β R

Vasthiana el-Niki
"Panggil aja niki or el. Mau makan apa biar aku masakin?" β N

Adiva Queenzy
"Ngapain pulang kerumah perempuan itu? Kenapa gak nginep aja di apart aku, kan lebih nyaman. And you can do more with me if u want?" β A
ββββββββββββββββββββββββ-
β’ Rholy Friend's


Leonardo Jackson
ββββββββββββββββββββββββ-
β’ Niki Friend's


Harris Revaldi

Yezza
ββββββββββββββββββββββββ-
β‘β€ββ§ββ
β akan bertambah seiring berjalannya cerita β
0 notes
Text
THE SECOND Lβ‘VE
Preview (1)
Pov Niki = colours bg || Pov Rholy = whatsaap bg
0 notes
Text
THE SECOND Lβ‘VE
Lee taeyong Γ OC, alternative universe (bahasa).


ββββββββββββββββββββββββ-
DISCLAIMER !!!
FICTION
Made by jeaolusc. PURE.
Ignore time stamp, typo and another mistake
Just enjoy this and dont forget to feedback
DONT BRING THIS IN RL THXX
ββββββββββββββββββββββββ
Intro :
Rholy adalah laki-laki yang sudah memiliki seorang pacar yang sudah ia idam-idamkan akan menjadi istrinya kelak, namun takdir berkata lain. Rholy yang masih memiliki hubungan dengan pacarnya ditemukan oleh Niki. Mereka dipertemukan dalam acara keluarga dari kedua belah pihak.
Membicarakan tentang pernikahan yang telah disusun dari lama itu. Rholy yang masih memiliki kekasih itu dipaksa menikah dengan orang yang belum pernah ia kenal sama sekali. Perjodohan memang sangat sulit untuk diterima, Niki hanya bisa pasrah, sedangkan Rholy masih dengan santai nya masih memiliki hubungan dengan kekasih tercintanya itu.
Apakah Rholy akan luluh dengan Niki? Atau malah sebaliknya?
Preview (1)
ββββββββββββββββββββββββ
CHAPTER :
00. Met with Cast
01. FIRST WE MET.
02.
03.
04.
05.
1 note
Β·
View note
Text
Kantin Sekolah, dan (?)
Maureen hanya dengan dirinya sendiri menuju ke arah kantin sekolah, duduk di kursi yang kosong lalu melihat disegala arah untuk mencari seseorang yang tak ia kenal itu. Lumayan cukup lama untuk seseorang menunggu, sekitar 10 menit maureen duduk sambil bermain handphone-nya sendirian.
Kantin saat itu tidak terlalu sepi, karena ada beberapa siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok. Bosan? Pasti. Apalagi ia hanya sendirian disana, seperti orang linglung. Melihat ke arah manapun juga, orang itu belum muncul.
Walaupun ia sendiri juga belum tahu bagaimana sosok laki laki tersebut.
Saat Maureen berdiri dari kursi kosong yang tengah ia duduki, seseorang datang dengan menyapa lalu membuat senyuman tipis. Suaranya berat, namun wajahnya seperti sangat muda. Laki-laki ini juga cukup tinggi. Apa Maureen lagi mimpi?
Laki-laki itu menyapa, mengangkat telapak tangannya, lalu membuat senyum tipis yang sangat manis dibuatnya.
"Hai, Maureen Nathalia." Menyapa nya dengan suara yang cukup berat, namun terdengar candu untuk didengar seorang wanita.
"Eh hai? Ini lo yang ngasih sandwich tadi pagi bukan?" Tanya Maureen.
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, mengartinya jawaban 'iya'.
"Gimana? Enak ga?". "Maaf banget kalo ga enak, soalnya tadi iseng iseng buat aja sih sama mamah".
"Engga kok enak. Besok-besok bikinin gue lagi bisa ga?".
"Haha iyaa tenang aja, oh iya. Kenalin, gue Jian Danishwara. Panggil aja Jian. Kelas 10 IPS 4."
"Ohh Jian yang anak basket itu ya?"
"Hehe iya, lo tau gue ternyata".
"Btw, ada apa tiba-tiba ngechat gue terus ngajak ketemu gini? Ada yang mau diomongin atau gimana jian?".
Jian diam untuk beberapa detik, ia terlihat seperti nervous. Ia terlihat sedang menenangkan dirinya, aneh sekali. Seperti sedang pemasan sebelum olahraga.
"Ji, kenapa? Mau bilang apa sampe nervous gitu? Bilang aja, gue ga bakal marah kok."
"Gue mau confess sama lo, Maureen. Sejak gue liat lo bantu-bantu osis selama mpls, mata gue bener-bener cuma tertuju sama lo. Sejak saat itu gue suka sama lo, sorry kalo ini buat lo kaget. Tapi gue cuma mau confess ke lo doang kok. Kalo boleh, mau ga jadi pacar gue?" Jian menjelaskan maksud dan tujuannya itu, lalu mentap Maureen dalam-dalam. Seperti mengharapkan sesuatu.
"Sorry, we can't. Kalo lo minta gue temenan sama lo. Baru gue mau. Gimana?"
Jian dengan rasa kecewanya menjawab, "Okay it's okay. Kita berarti bisa bertemen kan sekarang?"
Maureen menganggukkan kepalanya.
"Jangan lupa save kontak imess gue ya sekarang." Jian sambil mengedipkan satu matanya, lalu ia izin pamit menuju lapangan untuk melanjutkan eskul basketnya.
Who's jian(?)
Click here
0 notes
Text

Nama : Jian Danishwara
Kelas : 10
Umur : 17
Laki-laki yang sering dipanggil Jian ini cukup populer di sekolah NCTschool. Karena pandai bermain basket, dan setau gue ((maureen)) dia masuk sekolah ini pake jalur beasiswa dari dinas olahraga gitu deh. Soal fisik, dia punya wajah yang tampan, lucu, dan tinggi. Siapa sih yang bakal gak suka sama Jian?
0 notes
Text
Sandwich, Milk, & Hoodie.

05.46 AM
Cuaca hari ini sangatlah cerah, padahal masih pagi sekali. Namun matahari sudah bersinar terang, dengan keadaan Maureen yang sudah pulih dari sakitnya.
Kini Maureen dan Dion sedang berada di meja makan, Dion tidak terlalu pandai memasak. Namun, sandwich yang ia sajikan selalu jadi makanan favorit Maureen dipagi hari.
"Udah enakan badannya?" Tanya Dion yang sambil memakan sandwich yang tlah ia buat.
"Udah kok kak, nih liat! Aku aja udah pake seragam, berarti aku udah sehat artinya." Jawab Maureen.
Dion tak kembali bertanya, ia hanya melihat adiknya yang sudah berpakaian rapih dengan seragam sekolahnya itu.
Setelah Dion menghabiskan sarapannya, ia pergi menuju kearah kamar miliknya. Maureen mendengar suara lemari yang terbuka, lalu tertutup kembali. Ternyata Dion mengambil sebuah hoodie hitam yang sering Maureen lihat ketika kak Dion sedang berada dirumah. Hoodie hitam itu, Dion taruh diatas sofa. Lalu langsung pergi meninggalkan Maureen yang masih mengunyah sandwichnya sesambil ia memainkan handphonenya.
Tring!
Dering notifikasi Maureen terdengar.
From ; strict bro πΏ
Ada hoodie gw diatas sofa
Jangan lupa dipake.
0 notes