Platform punya @kafaisyana untuk menumpahkan kata. Semoga bermakna.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Monthly Strategic Family Gathering
Hari ini keluarga kami berkumpul kembali setelah bulan lalu pertemuan diliburkan karena banyak anggota yang harus berpergian keluar kota, bergiliran, tak ketemu jadwal. Meski begitu, ketidakhadiran dari satu dua anggota tidak juga terhindarkan hari ini.
Memasuki sesi kajian dan diskusi, pak lik saya -- kerapnya saya sapa om sih-- berceletuk soal betapa strategis kegiatan bulanan ini. Kepada yang lebih muda, beliau jajak pendapat:
"kenapa menurut kalian, kajian ini strategis sekali bagi keluarga kita?"
"karena silaturahmi memperpanjang umur dan rezeki, pak de!"
Begitu kata sepupu di depan saya, yang kurang lebih seirama dengan batin saya. Mungkin itu juga yang teman-teman pikirkan pertama. Tetapi, lebih panjang pikiran om saya, menyebut mereka yang bahkan tidak hadir dalam pertemuan kali ini.
"lebih dari itu, le! Kita breakdown agenda kita, ya.."
Dibuka dengan salam dan doa bersama; keutamaan salam dan doa yang bukan hanya untuk hadirin, insyaaAllah juga sampai kepada leluhur kita.
Diikuti dengan membaca Al-Qur'an; dengan keutamaan pahala yang Allah janjikan 10 per 1 huruf. Diajak om membayangkan betapa banyaknya di 10 ayat yang hari ini dibaca; pas panjang-panjang.
Satu berikut ini yang paling mengena di hati saya, perihal pahala istiqamah. Katanya, saudara saya yang hari ini berhalangan hadir, jelas dapat aliran pahala pertemuan kali ini. Tetapi, itu akan berbeda jika saya, misal, yang tidak hadir hari ini.
Masih terus menyimak obrolan, beliau ungkapkan soal betapa rutin --istiqamah-- nenek saya menghadiri pertemuan bulanan keluarga ini. Hanya karena suatu udzur (dan syar'i), hari ini nenek tidak dapat membersamai kami semua.
Allah Maha Mengetahui, siapa yang paling berhak dan layak Dia hadiahi pahala istiqamah itu.
"kalau masih sering bolos le, ya beda"
Hehehe.
Diskusi masih terus berlanjut, tapi tidak terlarut saat sudah terdengar adzan Dzuhur dari masjid sebelah. Selain jadi pertanda masuk waktu shalat, di pertemuan ini juga jadi alarm akan segera masuk waktu acara yang paling dinanti: makan siang:)
1 note
·
View note
Text
Menawar Kegelisahan
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dan lilitan hutang dan kesewenang-wenangan," doaku dan kebanyakan orang.
Mungkin sebagian kita tidak merasakan kesemua hal batil yang tersebut dalam doa itu. Hanya sebagian yang mungkin cukup sering menghampiri, misalnya gelisah dan lemah yang bertambah-tambah.
Yang digarisbawahi gelisah, karena poinnya, pengecut dan terlilit hutang misalnya; adalah sama timbul tersebab atau sebabkan gelisah.
Tetapi, bukan suatu yang mustahil bahwa hal lain mungkin menimpa diri kita di kemudian hari. Oleh karenanya, mempertanyakan 'untuk apa doa sepanjang itu' rasanya tidak lagi perlu dibahas.
Dengan begitu, dengan doa-doa seperti di atas, kita diajak mengingat; Allah itu dekat. Bahkan lebih dekat daripada masalah-masalah yang sering menghantui kita.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-ra'd: 28)
•
Namun, sebagaimana usaha tanpa doa dikata kita sombong. Sama tak eloknya jika kita berdoa dengan tanpa disertai usaha. Kata lainnya adalah sia-sia.
Selain berdzikir, sabar dan shalat adalah usaha yang Allah anjurkan sangat untuk dilakukan supaya ketenangan berpihak kepada kita.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Secara tersirat, Allah minta kita tenang dahulu ya, kan?
Karena sungguh, Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya dan akan selalu berikan ketenangan. Tidak perlu khawatir, cukup bagi kita menuntaskan apa-apa yang menjadi tugas kita, lalu menyerahkan bagian Allah seutuhnya.
Sungguh, ada kebaikan bersanding dengan kesulitan yang tampak. Bahkan, Allah SWT sering memberi banyak kemudahan dari sebelum seorang pun menyadarinya.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Maka perlu tenang, meski kemudahan tidak jelas kelihatannya. Doa di atas dituliskan dibacakan supaya kita berselimut ketenangan. Meyakinkan diri sendiri, menambah prasangka baik kita atas kemudahan yang Allah janjikan.
•
Sampai di sini, dari kacamata awam ini, terlihat bahwa doa di awal itu merangkum isi-isian ayat penawar kegelisahan dan pemberi rahmat.
Doa yang termaktub di Al Ma'tsurat, buku dzikir pagi & petang, adalah bentuk kemudahan yang tersedia, terlebih jikalau masih ada kesulitan-kesulitan dalam mencari sumber ketenangan melalui ayat-ayat Allah langsung; baik ayat qauniyah maupun qauliyah.
Sebagai tambahan pembelajaran dan catatan bagi pribadi, barangkali buku karya Ir. Abduldaem Al Kaheel bisa jadi rekomendasi; yaitu Al-Qur`an The Healing Book.
Doa kita bagian dari usaha, ya mengusahakan apa-apa yang diperintahkan Allah melalui Qur'an-Nya. Ditambah shalat dan sabar, ketenangan insyaaAllah pun dapat jadi berlipat. Aamiin, walhamdulillah.
4 notes
·
View notes
Text
Memetik, Kemudian Menebar
Asramanya di Surabaya, pembinaannya bisa dari mana saja. Tulisan ini dipetik dari salah satu agenda pra-pembinaan setelah kurang lebih sepekan pembinaan bagi penerima manfaat beasiswa Mutiara angkatan 10 berjalan. Kalau kata Ust. Salim A. Fillah, memetik kebaikan dari langit, tak lupa menebar kebaikan ke bumi. Ini kini – dan seterusnya, dalam tahap belajar. Semoga bermakna:)
Selalu ada pelatih hebat, di setiap pelaku sejarah yang hebat.
Pelatih yang memang ahli, akan memberikan sudut pandang baru, perbedaan yang sangat penting.
Pelatih yang memang ahli, akan dapat mempercepat proses belajar yang harus dilalui.
Pelatih ahli, akan mampu melihat kekurangan anak didiknya dan menentukan metode paling pas untuk menunjang anak didiknya melaju ke tahap yang lebih.
Pelatih yang baik, akan selalu mengajarkan konsep dan teknik fundamental yang benar sedari awal.
Pelatih yang baik, akan membantu anak didiknya untuk menjadi lebih mandiri dalam mengembangkan diri.
Sehingga, suatu saat nanti ditemuilah titik di mana mereka tidak lagi bergantung pada si pelatih.
Sehingga, akan dapat diminimalisir munculnya frustasi pada anak didik karena merasakan kesulitan saat alami metode yang 'aneh'.
Sehingga, dalam kisah Mozart, belajar bermusik pun akan seperti belajar bahasa ibu.

Bakat pun tidak semata bawaan dari lahir, tetapi dilatih dan diajarkan.
Kalau Strength Finder mengasumsikan bahwa setiap performa yang bernilai nyaris sempurna membutuhkan keberadaan bakat-bakat alami, ini dimaksudkan:
Each person can learn to be competent in almost anything
Setiap persona bisa belajar untuk menjadi kompeten di setiap bidang
But also
Each person’s greatest room for growth is in his or her areas of greatest weakness
Setiap ruang ter-kacaw untuk insan mengembangkan dirinya, ada di mana kelemahan terbesarnya berada
Artinya, sebagai manusia memang suatu lumrah kita dapat beradaptasi di ragam kondisi. Tetapi, usaha keras itu.. kacaw!
We should try to focus on training & educating about our strengths, then figuring out the ways to build on these strengths. Rather than on remedially trying to plug our 'skill gaps'.
Itulah kenapa penting mengenali bakat, daripada wasting time, kan? Meski sudah usaha sebagaimanapun juga, di antara dua; mengusahakan apa yang menjadi strenghtness dan apa yang ada di area weaknesses, bukankah sudah terlihat mana yang hasilnya punya nilai lebih dekat dengan kata sempurna?
Nah, lebih jelasnya, rumus Strength ini dapat diperoleh melalui penjabaran berikut ini:
Bakat x Investasi = Strength
Dengan keterangan:
Bakat – yaitu pola pemikiran, perasaan, atau perilaku yang senantiasa muncul dan bisa secara produktif diaplikasikan
Investasi – dalam hal ini adalah waktu yang kita habiskan untuk melatih dan mengembangkan skill, dan membentuk basis pengetahuan kita
Strength – goals; kemampuan seseorang untuk secara konsisten menghasilkan performa yang nyaris sempurna
Source: Tulisan Coach Rio Purboyo via riopirboyo.com | Beasiswa Mutiara Batch 10
4 notes
·
View notes
Text
The Time is Yours! Pandemi, Bisa Apa?

BEM, Pengabdi – Selamat datang di waktu paruh bulan kemerdekaan, sobat seperjuangan! Di tengah perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam rangka penurunan angka penularan Covid-19, artikel ini ditulis dengan tujuan dapat menjadi penyegar dan membuka cakrawala sobat sekalian dari rumah atau jenis hunian sobat yang lain. Tidak lain dan tidak bukan ini menyoal seberapa kenal kita dengan sosok pemuda yang saat ini bisa dibilang jadi status yang menempel pada kita sebagai mahasiswa. Benar tidaknya dan seberapa jauh artikel ini akan mengajak sobat berselancar, simak ulasannya berikut ini!
Dari dalam negeri, kita bisa lihat definisi pemuda dalam satu konstitusi yang mengatur tentang Kepemudaan, Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2009. Pemuda yang diakui di dalamnya adalah warga negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Usia ini dianggap sebagai usia tepat pemuda karena merupakan bagian dari periode penting pertumbuhan dan perkembangan si empunya usia.
Sementara itu, World Health Organization (WHO) secara definitif mengelompokkan golongan ‘anak muda’ menjadi pemuda dan remaja. Remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sedangkan pemuda didefinisikan sebagai individu dengan rentang usia 15-24 tahun. Dalam dokumen World Youth Report yang pernah dikeluarkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), tahun 2018 terakhir kali, pemuda memiliki definisi yang sama seperti disebut oleh WHO.
Nah, sampai di sini sobat sudah bisa menjawab ‘kan, bahwa usia kita sebagai mahasiswa tepat pula masuk sebagai bagian dari pemuda?
Iya, dari undang-undang tadi udahan.
Tepat! Selanjutnya kita masuk ke topik kenapa kita juga tarik WHO hanya untuk mendefinisikan siapa itu pemuda.
Selain menjadi bulan kemerdekaan RI, di bulan Agustus tercatat terdapat satu hari yang agaknya kurang pas kalau kita tinggalkan. Yaitu hari pemuda Internasional. Merupakan satu hari penting khusus untuk pemuda dengan skala yang tidak kecil. PBB membranding hari ini dengan sebutan International Youth Day (IYD). Hari ini tepatnya jatuh pada setiap tanggal 12 Agustus.
Berdasarkan catatan sejarahnya, pertama kali IYD ditetapkan oleh PBB pada tahun 1998 dan disahkan di tahun berikutnya. Kesepakatan ini didasari adanya kesadaran bahwa menarik perhatian tentang isu kepemudaan merupakan satu hal yang penting. Secara implisit, IYD juga dimaksudkan agar dapat menarik perhatian tambahan untuk isu kebudayaan dan hukum seputar pemuda itu sendiri. Karenanya, pada tahun 2000 untuk pertama kalinya Hari Pemuda Internasional ini dirayakan.
Setiap tahunnya, IYD biasa diperingati dengan pagelaran seperti konser, lokakarya, pameran budaya, serta ragam konferensi. Yang menunjukkan perbedaan paling mencolok tiap tahunnya adalah slogan atau tema yang menjadi sorotan. Misalnya, pada tahun 2014 IYD mengusung tema Youth and Mental Health. Di tahun berikutnya, tema yang diangkat Youth and Civic Engagement. Dan yang terakhir kali, tahun 2020 lalu, slogan Youth Engagement for Global Action mewarnai IYD 2020.
Tujuan dari dibuatnya slogan-slogan sedemikian rupa adalah meningkatkan partisipasi aktif pemuda di setiap tahunnya. Termasuk tema IYD 2020, secara khusus tema ini dipilih sebagai upaya untuk menyoroti cara-cara keterlibatan kawula muda di tingkat global untuk memperkaya kelembagaan formal secara signifikan. Apalagi, di tengah krisis pandemi Covid-19. Tantangan yang besar memerlukan tindakan kolaboratif dari segala lini, utamanya dari muda-mudi di seluruh penjuru negeri.
Nah, mungkin memang ada dorongan agar ada keterlibatan substansial pemuda dalam prinsip politik formal segera. Akan tetapi, sobat tidak perlu gusar merasa terlalu berat untuk mengambil porsi itu. Hanya perlu kita ingat bersama, peranan kita sebagai mahasiswa setidaknya dapat disebutkan sejumlah lima, bukan?
Yaitu sebagai agent of change, social control, moral force, guardian of value, dan iron stock.

Kita sebut saja semua merasakan hal yang sama, sama-sama sering menemui pola hidup masyarakat yang belum begitu baik beradaptasi dengan pola hidup baru (new normal). Sebagai pemuda berpendidikan (mahasiswa, re), kita memegang peranan kunci dalam menggerakkan adanya perubahan. Lebih spesifik, dikejar pula mahasiswa ini untuk berperan dalam kontrol perubahan sosial. Dua dari lima peran yang diamanahkan pada pundak mahasiswa ini saja, sudah jelas menunjukkan bahwa seharusnya kita ambil peran meski di tengah pandemi.
Tahun kedua pandemi ini, menjadi perayaan kedua IYD di tengah pandemi. Tahun ini, perayaan IYD mari kita warnai dengan keteladanan. Keteladanan yang baik ini dapat dimulai dengan menerapkan protokol kesehatan sebagaimana dianjurkan. Pola hidup yang baru itu, akan melekat seiring dengan pembiasaan kepada masyarakat.
Jadi, tidak ada kata tidak dapat berkontribusi secara global lagi, ya?
Sedikit demi sedikit, tahun demi tahun, kontribusi pemuda selalu dinanti. Tema IYD turut akan silih berganti selaras dengan agenda 2030 yang dicanangkan PBB dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Tahun ini, IYD 2021 mengangkat slogan Transforming Food System: Youth Innovation for Human and Planetary Health. Masih akan terus berkaitan dengan 17 tujuan dan 169 target PBB sebagai rencana aksi global.
PBB juga bertahap, kita sebagai individu pun demikian. Jadi, sudah tau mau apa selanjutnya?
Selamat Hari Pemuda Internasional!
1 note
·
View note
Text
Jalan Cinta Sepulang Acara
Catatan pada Mei 17, tiga tahun yang lalu.
Tentang Hal yang Tak Lagi Tabu. Di hari itu, rintik kalimat menunjuki bahwa belajar tentang sesuatu nyatanya bisa dari mana saja. Tidak harus melulu dari bangku sekolah, tetapi dapat pula kita belajar lewat ragam organisasi yang melimpah. Lebih lanjut, menilik kembali tulisanku, belajar dari guru terbaik berupa pengalaman berorganisasi bukan hanya soal membuat program kerja, entah yang bertajuk mewah atau masih sederhana, melainkan soal jalan cinta sepulang dari acara yang terselenggara. Apakah program tercanang akhirnya berhasil merubah karakteristik, kondisi, atau masih belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan – tentu yang dimaksud dalam hal ini adalah merubah tren menjadi lebih positif daripada kondisi hadirin sebelumnya.
Pelajaran soal jalan cinta sepulang acara itu rasanya selaras betul, sebagaimana seharusnya kita yang tidak boleh menunggu situasi membaik untuk melakukan sesuatu. Tetapi, sudah seharusnya kita menjadi ia yang melakukan sesuatu agar situasi kian membaik, ‘kan?
1 note
·
View note
Text
International Women's Day
Day One, QBlog — Dalam kamus si wiki disebut women, itu mereka yang merupakan adult female human. Sebagai perempuan pula, di sini mencoba menjadikan momen ini sebagai titik permulaan QBlog.
Bahasannya ingin sesantai itu, tetapi juga mengandung makna-makna tertentu. Karena wanita ingin dimengerti, maka untukku perlu apa yang bisa disebut unjuk gigi. Maksudnya, kita perlu mulai dari diri sendiri, bukan?
Terkhusus untuk aku, itulah mengapa orang mungkin sesekali tidak mengerti maumu. Yaitu, kamu tak jarang pula memilih diam, bungkam.
Hanya tulisan yang diusahakan agar ber-rima. Tetapi, bukan.
0 notes
Text
Satu
Hutan dan Gunung — Satu November, tahun ini bukan hanya mengulang hari kelahirannya yang lahir di tanggal ini beberapa tahun lalu. Tetapi, turut serta membuka memori tentang diri sendiri.
Melihat foto usang yang ada di folder milik kerabat, rupanya aku turut asik bergaya di dalamnya. Di sana aku dan beberapa sebayaku berpose didampingi kakungku.
Warnanya merah, kain yang menutup kepalaku. Pakai jeans panjang dipadukan dengan kaus pendek yang disambung 'deker' panjang – atau entah apa itu sebutannya. Usia-usia itu kutaksir belumlah sampai di usiaku yang ke-7. Atau kisaran itu ya, kalau boleh dibilang.
What actually is this? Yang ingin kamu bagi di sini sih, qaf?
Belum selesai aku mendeskripsikan gambaran file yang kulihat, kan? Salah aku bertanya, bagaimana kalian tau soal file yang kumaksud. Maaf, aku salah.
Tetapi, melihat di sana hanya ada satu kakungku dan kakakku seorang yang merupakan laki-laki, kulihat hanya aku di antara sebayaku yang sudah belajar menutup perhiasan diriku sejak dini – begitu kalau boleh dikata.
Bukan, bukan mau unjuk diri. Lari ke pertanyaan yang pernah diajukan kepadaku beberapa tahun lalu, saat aku baru saja mendapat amanah di sebuah organisasi di tingkat sekolah menengah.
"Pernah nggak sih, dapat cemooh atau sekadar sindiran; udah ga usah repot-repot berkerudung panjang, nduk. Atau, kelamaan deh, masih harus pake kaus kaki?"
Alhamdulillah,
Tidak pernah untuk kalimat pertama, jika yang dimaksud adalah perkataan dari orangtuaku. Alhamdulillah.
Dan alhamdulillah, beberapa kali suka ada yang iseng memang masalah kaus kaki ini. Tetapi, lagi-lagi syukur alhamdulillah. Rupanya memang orangtuaku sungguhan mengajarkan yang 'begituan' sejak pra-akil baligh.
Ya, pelan-pelan. Mulai dari berkerudung meski berlengan pendek, kemudian tetap menutup rapih diri meski belum syar'i – apalagi sampai rapat ke kaki. Aku pun menyadari.
Tidak ada bukan, hal yang adanya tiba-tiba? Melainkan, semua telah berada pada kendali-Nya. Di sisi lain, kita lho bisa jadi seorang perencana ulung.
Tidak ada yang tiba-tiba, bukan berarti sekarang tidak bisa kita melakukan hal yang sama seperti yang sudah lebih dulu memulai. Yes, for anythings around us.
Dan di lingkungan seperti apa kita berada itulah, bakal cerminan hasil dari usaha kita. Makanya, perlu sekali teman dan kerabat yang supportif untuk berbagai hal positif yang ingin kita penuhi. Kita butuh, bahkan sama mereka yang suka bilang, "Cie, hijrah lo, sekarang!"
Catat dan ingat, itu do'a dari mereka. Ya, kita ingat kan, petuah dan pepatah yang bilang bahwa setiap perkataan adalah do'a? Begitu pun, kalau keluhan itu diucapkan, "kelamaan dah, udah nggak usah pake kaus kakinya," hmm. Coba apa yang terpikir untuk membalas anjurannya?
....
Ye, kamu bilang kelamaan bisa kubikin lama sungguhan, nih. Hihi
0 notes
Text
Sakit dan Amanah
Luar biasa, temanku
Malam ini ia bercerita bagaimana sakit yang ia rasakan, sampai akhirnya lega dengan keberadaan amanah barunya
Malam ini, kisahnya begitu menampik kami yang belum pernah terbayangkan soal apa-apa yang dialaminya
Hari ini, kami bercengkrama dan hanya bergidik saat mencoba membayangkan betapa sakitnya
Kemudian mengulik, kami
Kami mengulik topik yang sama-sama kita lalui bersama, kala itu.
Masih sama, mengotak-ngotakkan pertemanan waktu itu.
Kemudian, terceletuk satu yang lagi menampol.

Tentang perubahan satu dari kami, yang menyadari amanahnya sebagai seorang baligh, secepat itu.
Petingkahan, dulu. Hingga muncullah kalimat naif seorang usia SD kala itu,
"aku takut dosa," katanya.
Semudah itu, tanda cinta-Nya dirasakan oleh kawan sepermainanku.
pengingat, 10102020
0 notes
Text
Lupa
Tapi sekarang aku mau cerita, begini akhirnya kumerasakan betapa tidak asik menjadi deadliners
Rasa kedua yang ingin kubagikan, ini kenapa justru keluar air mata saat seseorang menyulut semangat pada seorang aku
Jangan sampe lupa sama amanah aja, lupa rasa nggak masalah dah ya
aku pasca gerah, 011020
0 notes
Text
Pada Pundak-pundak Pejuang
Jum'at sore hari, di SMP kita muhadhoroh
Yelling, "asyik seru anak-anaknya dan bersemangat semua"
Lagi di Jum'at sore hari, kini kita mentoring
Controlling, "apakabar jasman dan ruhani"
Mengulang seputar kemerdekaan
Mengulas seputar keimanan
Teringat soal mental pejuang
Tak ingin menyerah karena sekadar lelah
Biar air mata yang membuka cerita
Entah kepada siapa saja yang ada
Kala saran dan masukan tidak tepat ditujukan kepada siapa
Kala sindiran tak lantas jelas disampaikan kepada ia
Kapan berbenah, bisa berubah
Ketika sadar berjuang seharusnya bukan hanya untuk dipandang
Ketika ingat kebolehan kita tak akan mampu menyenangkan segala pihak
Percayalah daku dan percaya dirilah aku
Serta upayakan tidak sebelah memandangi mereka
Menguras, mengasah
Untuk sesuatu yang baru, baru kutemu
Untuk sesuatu yang berbau pushing
Hmm
Begitu menguras energi, kan?
Namanya juga, discovering
Harus ada sesuatu yang dibanting
Buat tentu mana yang jadi hal terpenting
Ala kadarnya virtual meeting atau ...
Dalam masa pencarian identitas diri.
0 notes
Text
Apakabar pundak?
Mentari menyongsong pagi
Ada saja rapat di pagi Jum'at ini
Setengah terkantuk tetap mengangguk
Siapa subuh-subuh yang tak mengantuk
Kehilangan, bukan ceritanya lagi
Ini sungguhan, kena tipu bisa jadi
Silih berganti ke sana kemari demi materi
Sudah abai kepada mereka yang memilih lari
Lelah, aku beri diriku upah
Mau makan menyepi tapi tak ingin sendiri
Jejakku berhenti melangkah
Menjemput seorang teman dan berdiri
Duduk di bangku, tak tau apa kumau
Hanya saja senang bisa bertemu orang
Sekian lama diam di rumah tergugu
Setidaknya, keluar memberiku ruang
Jum'at ini masa iya tidak akan kuingat.
0 notes
Text
It isn't Monday Morning!
Senin sore hari, merasa tidak sebanding. Jauh dari kata sepadan? Nggak level.
Jadi, seseorang sore itu harus aku ajak bicara, berbincang. Untuk kepentingan umat, rasanya dia baru mau berbicara.
A bit low profile?
Entah itu benar atau tidak, tapi memang dia pernah bercakap dan mengutarakan, satu hal yang orang suka salah sangka tentangnya adalah dia seorang yang jutek.
Not really, pertama bertemu dulu di satu warung yang hits dengan menu pizza-nya. Singkat cerita, tidak menyangka orang seperti ini di hadapanku –ea.
Saat itu, aku tentu tidak berekspektasi sesosok apa yang akan aku temui, meski di poster acara itu sudah disebutkan siapa dia.
Kali kedua, barulah aku tau siapa dia dan aku coba buat lagi rencana mengikuti jejaknya kemana dia berkelana mengisi materi.
Setelahnya, aku mendapat kesempatan bercakap sejenak. Sayang, sekarang rekaman itu sudah hilang ditelan siapa, entah. HP-ku hilang:(
Menjadi bermanfaat, katanya sore ini. Dia tidak sedang dalam kondisi bisa memberi tau kami apa yang menjadi mimpi besarnya.
Menjadi pribadi dengan mental pemberani, katanya lagi. Itu kunci dia mau mencoba dan terus berusaha apapun yang ia hadapi.
Menjadi berprestasi, katanya. Tidak harus dengan menjadi mahasiswa berprestasi –berlabel.
"Maximize your free time, he said. And don't worry about haven't found your passion yet," –AP20.
No mentor specifically right now, it's okay. But make your grand future plan earlier.
Sekian.
0 notes
Text
It's Friday!
Semua bermula dari satu langkah. Tanpa satu langkah kecil, tidak terjadi yang namanya tapak-tapak menakjubkan.
Hari ini, aku belajar banyak. Serius, karena akhirnya harus belajar mengenal lebih jauh yang namanya prioritas.
Yakin, hari ini banyak yang kudapat. Meski dalam serangkaian pelatihan aku memutuskan meninggalkan satu sesi yang menarik perhatian, tetapi banyak hal lain yang kudapat.
Bener, hari ini banyak yang kupelajari. Bangun pagi dapet materi leadership, belajar mandiri seputar Geophysics, dituntun malam-malam belajar soal menerima.
Ternyata, mereka yang terlihat luar biasa pun berbelok dari pilihan pertamanya dulu. Iya, dulu. Sekarang?

Dalam perjalanan menuju luar biasa. Mereka bisa, maka aku pasti bisa –semangat aku:)
Semangat juga, kamu! Karena kamu juga pasti bisa.
Selesai.
0 notes
Text
Today's Really Pretty
Pagi hari, lewati, dan bersemangat semua. Yang jarang bebersih jadi dihujani "kok bebersih, siapa mau ke sini?", atau sekadar "tumben?".
Tumben. Bukan beberes, tapi mampu duduk bangkit menyimak orang di seberang layar berbicara.
Semangat aku! Habis liat mereka-mereka yang udah banyak memulai lebih dulu, jadi hmm "kapan aku?".
Sinambung antara semburat sinar semangat pagi dan malam yang penuh materi hari ini adalah tentang menjadi dan berbuat baik. Baik!
Menjadi baik adalah kewajiban dari setiap kita. Namun, untuk berbuat baik itu merupakan tugas kita bersama.
Nyatanya, bukan menjadi baik yang sulit. Tetapi, menjadi bermanfaat butuh effort yang tidak sedikit.
Maka ya, benar bukan? Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Sekarang, coba diam dan renungkan. Lalu buat tangan memutuskan, akankah ia lipat tangan, angkat tangan, atau turun tangan? –NYLC7.
– Potongan Kesekian, qaffein.id
0 notes
Text
It's a brand new post
Jadi kemarin mengakhiri perjumpaan dengan bulan masehi, August. Dapet playlist tambahan –yah walaupun tidak sungguhan di add to playlist juga, judulnya Rumah Ukhuwah.
Hari ini mengawali bulan baru, eh bukannya menambah relasi baru, satu partner terbaik selama daring pamit. Nggak pernah menyangka, bakal seterkejut ini –pasalnya sungguhan belum pernah kita bersua, udah direncanain aja mengucap sayonara.
Masa silih berganti
Ukhuwah dan amanah tertunaikan
Kita jalani semua
Semata-mata harapkan ridho-Nya
Sahabat..
Bersua, pasti ada berpisah
Bila nanti kita jauh berpisah
Jadikan rabithah pengikatnya
Jadikan doa ekspresi rindu
Semoga kita bersua di syurga
– Senandung Ukhuwah
Ingat sekali, jadinya. Sama sabda Rasulullah, bahwasanya sulit mendapat teman yang baik, lingkungan yang baik. Tetapi nyata, rasanya. Sabdanya kemudian, bahwa teman yang baik pula mudah terlepas ikatannya.
"Pergiku bukan karenamu, melainkan kalian alasan terberatku memutuskan untuk lebih dulu mengejar asaku," –GP20.
Semoga sukses!
– Potongan Kesekian, qaffein.id
0 notes
Text

Why Need a Pict?
Boleh ya, aku memperkenalkan diri sebagai new comer, khususnya di lapak Tumblr ini.
Suka ngaku punya hobi nulis, tapi subhaanallaah kalau suruh baca. Padahal, sudah jelas dan bisa dibilang terbukti, dengan membaca maka kualitas tulisan seseorang akan menjadi lebih berwarna.
Untuk belajar mewarnainya, begini aku melakukan. Melampirkan gambar dan menuliskan cerita di dalamnya. Sedikit demi sedikit, lama-lama ingin jua melepasnya.
Maksudnya, nggak semua isi Wadah Tumpahan Kata ini nanti bergambar, peer (re: pir). Coba aja dulu lah, pokoknya.
Di wadah ini pengen ada hikmah dari kisah yang bisa dibagi ke siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Why? Because menjalani sesuatu aja enggak cukup, harus bisa mengulik hikmah dari setiap perjalanan. Supaya nikmat kesempatan melakukan perjalanan menjadi berkah buat kita memupuk pengalaman.
Karena menjalani tidak sama dengan mengalami, panjang perjalanan tidak menjamin adanya banyak pengalaman – AB20.
–Potongan Keempat, qaffein.id
0 notes
Text

Third Parties
Kalau kata Aulion, "kita berbeda, tapi kita tetap satu," begitu. Yang bisa dan suka mengajak hendaknya bisa lebih dulu beranjak menyapa.
Ini paling random, kalau ngeliatnya background pertemanan zaman 'jahil', SD. Namun setidaknya, minimal 1 dari kami kenal 1 yang lain. Begitulah silaturahim di antara kami terjalin.
Barangkali salah, bukan dulu teman sepermainan tak sefrekuensi, melainkan hanya belum ketemu melodinya. Keep tegur sapa ya, lintas doa, maya, maupun di kehidupan nyata.
Sudah seberapa sering, meski garing?
–Potongan Ketiga, qaffein.id
0 notes