Tumgik
kataarya · 7 years
Text
Do More
Tumblr media
Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover. -H Jackson Brown Jr
Saya sependapat dengan Jackson brown, bahkan tak  perlu menunggu 20 tahun untuk menyadari betapa menyesalnya kita melewatkan kesempatan untuk mencoba sesuatu. Ketika akhirnya umur tak lagi bisa disebut muda, tubuh yang tak lagi perkasa dan waktu yang tak lagi luang kesempatan untuk mengeksplore diri sudah tak bisa seluas dulu lagi. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menegaskan 2 kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia namun sering kali dilalaikan:
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
sudah selayaknya bagi manusia yang masih diberi kesempatan hidup apalagi kita sebagai anak muda yang masih memiliki banyak waktu dan tenaga tak sepantasnya berleha-leha. Mengisi hari dengan ilmu, bekerja dengan niat ibadah, memperkuat skill, berkarya karna allah, dan kegiatan-kegiatan lain yang menuntut kita untuk mengexplore diri adalah hal yang baik untuk kita.
penting juga untuk melihat apakah kegiatan yang sedang atau akan kita lakukan berfaedah atau tidaknya. Karena kesibukkan yang nampak baik diluar belum tentu membawa manfaat kepada pelakunya. Jangan sampai kita salah menginvestasikan waktu, karena waktu adalah modal manusia yang paling berharga yang tak pernah bisa diambil kembali.
menyusun skala prioritas adalah hal yang harus diperhatikan setelahnya. Ini membantu kita untuk teratur memanagemen diri, terlebih ketika mencoba sesuatu yang baru kita butuh batasan yang jelas agar semangat mengexplore diri berimbang dengan aspek kehidupan lainnya.
By: Arie Cahyono
Do More was originally published on Arie cahyono
13 notes · View notes
kataarya · 7 years
Quote
Karena proses kedewasaannya
Ada orang yang tak ingin lagi dikenal dari apa yang ia tampilkan, ia hanya ingin dikenal dari apa yang ada didalam dirinya bukan yang sengaja diada-ada.
tak sibuk lagi dengan perkara berteman untuk sekedar memperluas networking, ia ingin berkawan dengan sebenarnya bukan karna faktor keuntungan semata.
Ia juga tak lagi bingung agar dicintai banyak orang, ia hanya berharap apa yang ia perbuat bisa memberi dampak kebaikkan untuk orang lain.
©kataarya
3 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Passion
Semakin kesini saya semakin tertarik hal-hal yang berkaitan dengan aktualisasi diri. Diluar sana banyak sekali orang membicarakan tentang passion, sesuatu yang kita enjoy melakukannya (bukan sekedar suka) dan yang membuat kita merasa hidup. Kalau kata rene suhardono seorang careercoach menurutnya passion itu berbeda dengan hobby walaupun keduanya memiliki ciri yang sama. Dalam bukunya Your Job Is Not Your Career dia mengatakan “it is not what you’re good at, It is what you enjoy the most”.
Sebagian dari kita yang terlahir sebagai generasi Millennials mulai sadar akan pentingnya aktualisasi diri. Para anak-anak muda umur 20an sudah banyak yang memulai membangun start-up sesuai dengan impian mereka sebelumnya. Banyak para professional muda tak lagi ribet tentang masalah gaji tapi lebih mementingkan karya dan cara meningkatkan skill. Anak-anak muda lain juga lebih suka pada aktivitas yang memiliki value tinggi, sesuatu yang membuat mereka fokus pada kontrobusi yang bisa dibagikan.
Bicara tentang passion dan impian selalu membawa kita pada aura semangat yang membara. Sesuatu yang membuat kita mengebu-gebu ingin segera menemukan dan mendapatkannya. Tapi ada hal yang harus kita waspadai, terkadang saat kita sibuk mencari kita lupa caranya memberikan yang terbaik. Dalam tulisan Berkarya yang pernah ditulis @prawitamutia, sebagian dari anak muda sekarang ada yang suka kerja asal-asalan atau minimalis jika diberi kerjaan yang tak mereka sukai, alasannya karna itu bukan passion mereka, sebuah alasan yang tak bisa dibenarkan.
Passion memang hal baik untuk dikejar, tapi bukan berarti kita hanya memilih melakukan apa yang kita sukai dan meninggalkan tugas yang tak kita sukai. Saya pikir kita harus tetap memberikan hasil yang terbaik dari setiap tugas yang dibebankan pada kita, karena passion memang bukan perkara suka atau tidak suka, tapi perkara kita tetap enjoy melakukan sesuatu dalam kondisi apapun.
@kataarya | 19 Desember 2016
2 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Menghilangkan ego diri
Selama ini kita lebih sering melakukan kesalahan karena keegoisan kita sendiri. Pada akhirnya kita hanya bisa mengutuki diri kenapa tak bisa lebih bersabar, lebih mau berkorban, lebih mau mengalah, lebih mau berpikir dan lebih mau membantu.
Jika dilihat dari umur yang terus bertambah sebetulnya kita dituntut untuk bisa lebih dewasa dalam berpikir, lebih tenang dalam menjaga emosi, lebih berhati-hati dalam bertindak. Tapi kenyataannya lagi-lagi berbeda, hal-hal sepele yang sebenarnya penyelesaiannya mudah namun untuk beberapa saat terlihat rumit dan sangat menyebalkan.
Ya, Manusia seperti kita memang harus sering belajar mengatur diri, Agar kedepan tak ada penyesalan yang diakibatkan karena ketidakstabilan emosi kita dalam menyikapi suatu masalah. Bersabar sebentar memang lebih baik daripada menanggung penyesalan selamanya atas kesalahan kecil yang sederhana.
@kataarya | 15 Desember 2016
3 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Membangun tokoh teladan untuk anak muda
Seberapa banyak anak muda sekarang yang mengenal sosok inspiratif seperti halnya:
Blake Mycoskie, pemilik merk sepatu TOMS yang awal mula berdirinya atas dasar keinginan untuk memberi sepatu kepada anak kurang mampu di amerika latin lewat programnya “One for One”, dimana kisahnya telah mengerakkan ratusan ribu orang untuk mendukung niatnya. Dia telah berhasil meluaskan definisi sukses dengan mengatakan ‘mengetahui setidaknya ada satu jiwa yang bisa bernapas lebih mudah karena kita itulah kesuksesan’.
Captain Budi Soehardi, mantan pilot singapore airlines peraih penghargaan “The Top Ten” Hero of the Year tahun 2009 dari CNN karena telah mau menjadi ayah angkat bagi ratusan anak telantar di Kabupaten Kupang, NTT. Ia dan istrinya rela membatalkan liburan keliling dunia dan menyisihkan gaji pilotnya hanya untuk membangun dan menghidupi yayasan yang mereka bangun sendiri. Memilih meninggalkan kehidupan yang “glamour” dan “luxurious” di negara kota mewah Singapura hanya demi bisa hidup dengan anak-anak asuh mereka di NTT.
Bagaimana kalau kisah tentang para PM yang dikirim oleh Indonesia Mengajar untuk mengabdi selama 1 tahun di pelosok-pelosok negeri. Selama setahun di daerah penempatan, mereka mengajar, berinteraksi, membagi inspirasi dan hadir sebagai wujud nyata mencerdaskan kehidupan bangsa. Eva bachtiar PM angkatan VII sehabis masa tugasnya pernah berkata: “saya tidak lagi hidup untuk diri saya sendiri, melainkan untuk negeri. Tujuan hidup saya bukan lagi untuk memperkaya diri tapi untuk berbakti dan untuk mengabdi, dan saya tak lagi pusing pada hal-hal sepele yang menyangkut pribadi tapi lebih memikirkan hal-hal yang bersifat hakiki” Alangkah baiknya kalau semua anak muda indonesia bisa memiliki kepekaan dan pikiran seperti dia.
Tapi melihat kondisi saat ini saya sedikit prihatin, anak-anak muda kita yang masih berumur belasan tahun faktanya lebih menyukai tokoh sensasional daripada tokoh yang menginspiratif. Kalau kata iqbalhariadi ‘kita sekarang mengalami krisis idola dan panutan’, karena pengaruh kurangnya konten baik yang disebarkan sedangkan konten yang kurang layak malah membanjir dipasaran.
Padahal apa yang kita terima lewat mata atau telinga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara kita berfikir atau bertindak, alam bawah sadar sangat berperan dalam hal ini. Satu-satunya cara agar kita dapat membendung efek negatif ini adalah dengan tetap berkarya dalam hal kebaikkan dan perlu menyebarkan secara luas semangat memberi atau mengabdi ini. Tujuannya adalah agar mendorong anak-anak muda untuk mencari pemaknaan yang sesungguhnya, agar kelak mereka bercita-cita menjadi bagian dari orang-orang yang membawa perubahan positif bagi dunia atau lingkungannya.
@kataarya | 9 Desember 2016
1 note · View note
kataarya · 8 years
Quote
Pada suatu titik saya tersadar tak semua yang kita ketahui perlu disampaikan saat itu juga. Sebaik apapun kita menyampaikan jika orang lain belum mengalami apa yang kita alami mereka takkan pernah paham. Maka saya pikir menyampaikan seperlunya lalu membiarkan mereka mencari jawaban sendiri adalah langkah yang terbaik.
©kataarya
2 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Memilih Menjadi Baik
Selama ini saya melihat banyak sekali orang yang bersemangat belajar, mengejar ilmu diikuti dengan sederet prestasinya. Ada juga yang rela berjuang tanpa lelah untuk meraih jenjang karir yang prestigious. Namun sayangnya apa yang mereka miliki sekarang tak dimanfaatkan untuk mengambil peluang kebaikkan yang lebih luas. Padahal mereka bisa membuat perubahan bagi lingkungannya jika mereka mau.
Barangkali kita tak harus menjadi hebat cukup menjadi baik. Karena yang hebat sering kali fokus memperbaiki diri namun lupa berbagi, sedangkan yang baik lebih fokus memberi walaupun dirinya sendiri serba kekurangan.
Menjadi baik itu bukan berarti menahan untuk meningkatkan kualitas diri atau mempendekkan impian. Impian harus lah tetap tinggi, ilmu harus tetap luas, semangat berbenah harus tetap ada, yang ditahan itu cuma keinginan untuk menghebatkan diri tanpa adanya tujuan mengabdi.
@kataarya | 21 November 2016
2 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Musim Hati
“Bukankah Musim itu punya batas waktu?”
Dibelahan bumi yang lain kita mengenal 4 musim. Musim dingin membawa salju yang mengkristal dalam es. Musim panas membawa kehangatan matahari pada titik tertinggi. Musim semi membawa harumnya bunga yang bermekaran. Dan musim gugur membawa semilir angin yang berhembus rendah.
Hati pun juga memiliki musim yang berbeda, ada bahagia, sedih, bangga, kecewa yang terjadi dalam kurun waktu yang berbeda. Tapi terkadang saat hati berada dalam kondisi tertentu kita sering lupa kalau perasaan selalu memiliki batas waktu seperti halnya musim. kita tak mungkin merasa bahagia selamanya, ataupun merasa sedih yang abadi.
Ada kala nya kita harus sadar apa yang kita rasakan sekarang mungkin akan berbeda dengan waktu yang akan datang. Maka bertindak bahagia seperlunya dan sedih sewajarnya adalah langkah yang tepat, agar hati tak kaget jika sewaktu-waktu perasaan ini bergejolak dengan sebegitu hebatnya.
@kataarya | 12 November 2016
2 notes · View notes
kataarya · 8 years
Quote
Boleh jadi dalam ketidak-tahuanmu ada orang yang memperhatikanmu dengan seksama. Tak banyak berujar tentangmu tapi ia tahu banyak tentang dirimu, hanya saja ia adalah penggagum dalam diam. Ada kok yang kayak gini
@kataarya
10 notes · View notes
kataarya · 8 years
Quote
Membaca tulisan mereka itu seperti mendengarkan mereka berbicara langsung. Ikut hanyut dalam jalan ceritanya dan akhirnya turut merasakan perasaan yang dibawa penulisnya, semacam wadah berbagi rasa duka ataupun bahagia
@kataarya
6 notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Tentang tulisan mu dan pembaca nya
“tak usah ragu jika kau menulisnya dari hati”
Mengutip tulisan @ourmetime : “Setiap buku akan bertemu dengan pembacanya, disaat yang tepat. Buku yang sama akan memiliki dampak yang berbeda diwaktu yang berbeda, untuk pembaca yang sama, lebih lagi untuk pembaca yang berbeda.”
Waktu yang membuat perbedaan kondisi kita, karena masing-masing dari kita memiliki ruang dan masa yang berbeda. Masalah yang kita alami hari ini belum tentu sama dengan masalah yang kita akan alami besok, bahkan selisih satu detik pun tak kan menjamin sama.
Maka tak heran setiap saat kita selalu butuh nasehat yang berbeda. Karena waktu membawa keragaman masalah dalam berbagai bentuk yang baru, walaupun terkadang masalah yang sama bisa muncul kapan saja.
Tulisan yang kita buat adalah nasehat dan pengingat abadi yang mampu menembus ruang dan waktu. Ia selalu tahu cara nya untuk hadir menemui pembaca yang menunggu nya diruang waktu yang tepat.
Jadi tak usah kau hirau kan siapa yang akan membacanya, teruslah fokus untuk menulis dengan hati. karena jika bukan orang lain yang membutuhkan tulisanmu mungkin saja kau di masa depan lah yang malah memerlukannya.
@kataarya | 21 oktober 2016
4 notes · View notes
kataarya · 8 years
Quote
Jangan paksa dirimu menjadi sosok yang dipuja orang tapi dibenci mati-matian oleh dirimu sendiri. Jangan hidup dalam kebahagiaan semu. Jangan lupa menjadi manusia, yang memang tak segala bisa, tak semua punya, dan tentu saja tak sempurna.
Azhar Nurun Ala (via azharnurunala)
1K notes · View notes
kataarya · 8 years
Text
Jika hanya orang suci yang boleh berkata baik
"Bagaimana jika hanya orang suci yang boleh menegur dan berkata baik."
Maka saat anak berbuat salah dirumah,orang tua tak berhak menasehatinya, karna mereka bukan termasuk golongan yang luput dari kesalahan.
Guru pun tak bisa mengajarkan nilai moral kepada muridnya disekolah, karna ia tak punya hak lagi untuk berkata baik disaat perilaku sendiri terkadang menyimpang.
Aparat penegak hukum tak dapat lagi menjalankan tugasnya, karna tak ada orang yang mampu berbuat adil dengan seadil-adilnya.
para alim ulama tak lagi dapat membimbing umat ke jalan yang benar, karna se sholeh apapun manusia pasti pernah melakukan dosa (kecuali para nabi Allah).
Lalu kalau sudah begini siapa lagi yang bisa menasehati dalam hal kebaikan? “Maka benar didalam ajaran agama islam, selama kau muslim terlepas suci atau tidak kau diwajibkan untuk saling mengingatkan tentang kebaikkan kepada saudaramu, agar dirimu dan dirinya selalu berada di jalan yang benar”.
1 note · View note