Barangkali lewat jalan aksara, rasa yang entah dapat sampai tujuan.
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Bagaimana bisa aku mengingatmu, segala hal tentangmu, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku mencarimu dalam malam-malam suram, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku menyayangimu dengan terburu-buru, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku membiarkanmu singgah, dengan begitu mudah, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku merindukanmu, lagu-lagu favoritmu, candaan sampahmu, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku memintamu untuk tetap tinggal, kalau mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku membiarkan isi kepalaku penuh dengan segala tentangmu, atau, maksudku, oleh harapan-harapanku, mengenalmu saja aku belum.
Bagaimana bisa aku membencimu, membenci pertemuanku denganmu, mengenalmu saja aku belum.
Beberapa hari belakangan aku meminta pada Tuhan, agar menjadikan tenang malam-malamku tanpa kepulanganmu. Tapi bagaimana bisa aku meminta semua itu, mengenalmu saja aku belum.
Oktober, 2021
7 notes
·
View notes
Text
Aku menjelma malam, mengusik ketenangan, memaksamu membuka mata dan telinga lebar-lebar.
Aku bercerita tentang hobiku melewatkan sarapan, malas makan, setelahnya lambungku kewalahan.
Aku bercerita tentang orang-orang baik, orang-orang yang menarik, orang-orang menyebalkan dalam hidupku seharian.
Bercerita tentang kopi kebanyakan gula yang kubuat agar aku jauh dari kantuk, walaupun pada akhirnya sia-sia. Yah, kita sama-sama tahu hal apa yang bisa membuat kantukku tertahan.
Aku selalu bersemangat untuk bercerita tentang aku yang mencarimu seharian di keramaian, sekalipun aku sudah tahu jawabanmu. "Aku gak kemana-mana", bukan?
Aku ingin menjelma pagi, menjelma alarmmu yang berisik. Yah, tapi sayang, aku selalu bangun kesiangan.
Agustus, 2021
20 notes
·
View notes
Text
Semesta barangkali tahu kalau kita masih mampu. Dibiarkannya kita menari di atas jalanan berbatu, berdebu. Menuju entah, berteman dengan entah, yang pasti hanya ada aku dan kamu, kita sendirian, itu maksudku.
Memutar lagu dari Angsa & Serigala, Menarilah Sendiriku. Memutar lagu-lagu, agar setidaknya perjalanan kita bersuara, tak terlalu sepi dimakan waktu.
Sepanjang perjalanan, gaduh dalam diri, kusebut mereka teriakan-teriakan yang mencari arti, mencari jati diri, mencari jalan menuju apapun itu, melalui jalan yang sepi. Sesekali menepi, pikirnya bertemu yang sejati, padahal perjalanan belum berhenti, masih harus berjalan lagi.
Sepanjang perjalanan, permohonan kita untuk sampai pada tujuan belum juga dikabulkan. Semesta malah mengirimkan pesan melalui tangan kanannya, takdir, memberi kabar bahwa kita harus bersiap atas segala kemungkinan.
Sepanjang perjalanan, jarang kita menyadari perihal hadirnya bahagia yang tak kita minta, yang justru hadir lebih sering dari yang kita mohonkan. Mungkin Semesta hanya ingin saat ini kita bertahan, bukan?
Juli, 2021
8 notes
·
View notes
Text
Aku bukan pengingat yang baik, jangan berharap aku mengingat setiap hal baik dalam dirimu. Jangankan mengingat semua itu atau mengingat judul lagu favoritmu, mengingat materi kuliahku setelah satu jam berlalu saja aku ragu.
Aku buruk dalam menunjukkan kepedulianku, jangan berharap perhatianku semanis perhatian Ibumu, atau bahkan mantan kekasihmu. Jangankan memperhatikan makan pagi, siang dan malammu, makanan yang masuk ke dalam perutmu bukan makanan sehat saja aku tak melarang. Bahkan aku tak melarangmu membakar rokok di sela jarimu itu, meski tak jarang aku khawatir api yang tak seberapa itu juga membakarmu.
Aku payah perihal tak cemburu, jangan berharap aku akan seperti negara yang katanya memberikan kemerdekaan untukmu dalam memeluk agama dan kepercayaanmu. Sudah kubilang, jangan berharap! Jangankan memberimu kemerdekaan, membiarkanmu seharian tak ada kabar, membebaskanmu dari gangguanku seharian saja aku tak mampu.
Juli, 2021
0 notes
Text
Merasa paling sedih, walaupun hanya sesekali, rasanya tetap menyedihkan.
Mengasihani diri sendiri, karena hidup jauh dari khayalan waktu kecil. Salah satu cita-citaku waktu kecil, ya cepat dewasa. Menyenangkan ya sepertinya, bebas, pikirku.
Sekarang sudah dewasa, hidup seperti dikejar kesedihan yang entah kapan berakhirnya, mungkin kalau sudah berakhir juga, hidupnya.
Baru saja merasa senang karena kebahagiaan mampir di rumah agak lama, eh kesedihan sudah menunggu di ujung jalan. Bahagia mampir tak sampai lima menit. Kesedihan kalau datang tak pernah permisi, dasar tak sopan! Lebih tak sopan lagi, setiap datang keroyokan, yang patah hati karena anu, yang sakit hati karena anu, yang khawatir berlebihan karena anu, anu yang tak juga tercapai, anu, anu dan anu yang lainnya. Bahkan yang tak masuk akal, juga masuk dalam antrean.
"Bersyukur! Kalau jauh dari syukur, kamu tak akan sampai pada puncak bahagiamu!", kata diriku lain yang lebih bijak.
Sudah paling benar, dinikmati saja setiap waktunya. Walaupun kebahagiaan tak terlalu lama menetap, kesedihan kalau hadir selalu berganti penampilan kok, setidaknya kita tak akan bosan. Eh gimana?
Juni, 2021
2 notes
·
View notes
Text
Kalau dirasa sekitar terlalu ramai, ya sudah, kutunggu kepulanganmu, segera. Pintu rumah kita tak pernah dikunci. Tapi coba kita ingat-ingat, sudah berapa kali dirimu tak pulang seperti ini?
Sudah kali kesekian. Apa maksud dari pertanyaanmu? Menyudutkanku?
Jangan berpikir seperti itu. Aku hanya ingin dirimu sadar, bahwa sebenarnya tak perlu menunggu sekitar menitipkan pesan yang menyakitkan, hanya agar kau tahu perihal sifat burukmu yang satu itu.
Apa?
Tak pernah jera.
Juni, 2021
6 notes
·
View notes
Text
Perihal kepergian, siapa yang tahu kalau pada akhirnya, ada yang tak pernah kembali pulang. Barangkali yang saat ini dianggap rumah, sebenarnya bukan rumah, melainkan tempat singgah.
Kalau bisa memilih, kepergianku nanti tak perlu membawa apa-apa, tak perlu juga meninggalkan apa-apa, termasuk kenangan. Sepertinya semua akan lebih mudah, semudah saat pertama kali kita ditakdirkan untuk singgah.
Juni, 2021
3 notes
·
View notes
Text
Kalau rindu harus dibayar temu, bagaimana dengan aku yang rindu aku? Walaupun sekitar lebih menarik, walaupun tak setiap detik mataku tertuju padaku, tapi setiap pagi di depan cermin atau setiap membunuh bosan aku selfie-selfie, kan yang kulihat lagi-lagi mukaku.
Tapi entah, mungkin rindu sejatinya bukan hanya soal mata, soal temu, apalagi soal kamu, lalu setelahnya dianggap kelar. Rinduku lebih dalam dari chat yang katanya tenggelam, lebih tegar dari yang tak ada kabar. Mungkin aku terlalu sibuk dengan sekitar, celakanya bertemu diri sendiri jadi sebentar, sampai-sampai tak sempat saling bersandar.
Kamu di mana? Jangan lupa pulang.
Juni, 2021
0 notes
Text
Coba tanya Tuhan, apa aku sudah cukup egois?
Sebut aku egois, kalau aku memaksa Tuhan untuk menjadikan jatuhmu hanya padaku.
Aku egois, kalau memaksa Tuhan untuk menjadikan aku sebagai rumahmu, satu-satunya, saat ini juga.
Aku benar-benar egois, kalau memaksa Tuhan membuka matamu hanya untukku, agar dapat melihat hadirku, yang sebenarnya entah sudah sejak kapan, aku sendiri kurang tahu.
Aku paling egois, kalau memaksa Tuhan untuk menghabiskan ragumu hingga meyakini bahwa aku, satu-satunya di sekelilingmu yang mampu membersamai dan membagiakan.
Hari kemarin, hari ini dan mungkin beberapa waktu ke depan, aku dan egoku bersepakat, kami meminta Tuhan untuk menjadikan tenang malam-malamku yang sesekali sulit dilewati, juga tenang pada pagiku yang sesekali terlalu ramai dan rawan untuk lepas kendali.
Juni, 2021
2 notes
·
View notes
Text
Aku:
Bangun, bangun dari segala cerita yang kau buat sendiri dalam kepala. Kasihani tubuhmu yang tak cukup istirahat semalam sebab ulahmu. Lagi pula, apalagi yang kau ragukan? Kalau yang kau inginkan adalah pulang dengan jawaban di tangan, maka lakukan tugasmu, karena jawabannya tak akan muncul begitu saja di kepalamu tanpa pengorbanan. Enak saja, tak semudah itu.
Aku:
Tapi bagaimana jika menyampaikan segala yang sejak kemarin mengusik tetap saja tak memperbaiki keadaan? Bagaimana kalau setelah ini segala yang aku takutkan benar-benar menjadi kenyataan?
Aku:
Setidaknya, kau tahu jawabannya kan? Kau masih hafal jalan pulang? Sesampainya di rumah nanti, kita mulai lagi hari-hari sendiri, yang dengan ada atau tiadanya keadaan ini, sebenarnya sudah cukup riuh dan sesekali mengejutkan. Tak apa, kita tanggung bersama rasa syukur dan pembelajarannya seperti biasanya, bisa kan?
Mei, 2021
2 notes
·
View notes
Text
Atas tiap-tiap keadaan yang harus diterima dengan legawa, atau sebenarnya sempat ditolak tapi sia-sia saja, barangkali ada alasan yang Tuhan titipkan.
Dalam diri terus bertanya perihal apa saja yang bisa dipertanyakan. Bahkan, tak jarang pertanyaan muncul terhadap hal-hal yang sebenarnya tak perlu dipertanyakan ya?
Belum. Mungkin belum saja waktunya tiba untuk akal, hati dan ego dalam diri ini bisa menerjemahkannya. Mungkin, kemampuan dalam diri untuk peka mengartikan segala petunjuk sedang diasah tanpa jeda.
Maha Baik Tuhan, atas segala keadaan yang digariskanNya. Perlahan tapi pasti, si hati akan mampu mengartikan alasan-alasan di balik segalanya.
Perlahan, akal dan ego mampu menerima segala jawaban dengan lebih lapang dada, karena ternyata, masuk akal juga ya.
Semoga saja, satu kesatuan dalam raga, termasuk jiwa yang mendiaminya selama ini, mampu menyelesaikan tugas yang dititipkanNya.
Pada akhirnya, dengan bekal yang sudah dibawa, jiwa berlabuh pada tujuan hidup yang sebenarnya.
Berpulang.
April, 2021
1 note
·
View note
Text
Akhirnya Patah Juga
Setelah beberapa masa dilewati dengan baik-baik saja, akhirnya kita berjumpa (lagi) ya
Dengan patah yang kesekian kalinya
Tak apa, tak baik-baik saja sepertinya hanya hadir sementara, setidaknya kataku dalam hati, "semoga"
Mungkin kita hanya terkejut dan belum menerima
Tentang bagaimana patah bisa hadir untuk hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya
Di luar tanya yang belakangan memenuhi isi kepala
Barangkali segalanya adalah isyarat Tuhan kepada kita
Barangkali menurutNya, belum waktunya berjumpa
Barangkali Tuhan berikan waktu istirahat tambahan untuk kita
Yah, kita hanya manusia
Manusia mana yang bisa memilih, kelak patahnya pada siapa
Pada hal apa
Pada waktu yang mana
Dan dengan bagaimana caranya
Harap dalam hati masih sama seperti patah yang sebelumnya
Semoga setelah segala degup yang disertai air mata pada malam-malam yang tak bersuara, kita akhirnya bermuara pada lega
April, 2021
0 notes
Text
Barangkali Tuhan sedang persiapkan segalanya, melatih diri ini untuk paham, tentang memilah hal mana saja yang utama dan mana saja yang ego semata.
Barangkali waktunya memang belum tiba, maka sekuat apapun memaksa, jawabannya tak juga tampak di depan mata, bahkan sekadar untuk dirasa.
Dalam diri setiap hari mengeluh lelah, berkali-kali terbentur tapi tak kunjung terbentuk, sering kali ingin menyerah, tapi tersadar, bagaimana kalau ternyata jawabannya sudah ada, tinggal satu langkah lagi saja.
Atau, barangkali sebenarnya jawaban sudah di depan mata, hanya saja isi hati dan kepala terlalu sibuk untuk mencari yang bukan haknya, menolak yang bisa jadi memang jawabannya.
Barangkali tahun yang baru nanti menjadi awal yang baik untuk memulai kembali segala sesuatunya, dengan lebih bijaksana untuk menerima setiap perasaan dan petunjuk yang datangnya entah bagaimana, dengan kesiapan yang sudah Tuhan berikan dengan tak terhingga.
Desember, 2020
1 note
·
View note
Text
Apa kabar diri sendiri? Belakangan terlalu sibuk dengan hal-hal yang menguras otak dan hati. Aku pulang, rencananya mampir sebentar untuk mengistirahatkan diri.
Kau tahu, sejak matahari menampakkan diri, hingga pamit menutup hari, raga ini sibuk menari-nari dalam rutinitas yang itu lagi itu lagi. Tak apa, katanya mencari makna, mencari jati diri, menguatkan diri agar kebal atas bising dari sekeliling yang tak paham isi hati.
Raga mengeluh lelah, hampir setiap hari, sedang jiwa berlatih mengucap syukur, walau lalai sering kali.
Waktu yang ditunggu tiba, malam hari waktunya menyendiri. Memadu kasih antara isi kepala dan isi hati. Saling menuang rasa, beberapa menjadi kata dari hati, sisanya hanya emosi. Tak apa, setidaknya, pada malam aku bisa meluapkan apa saja yang mengganjal sejak pagi tadi.
Desember, 2020
3 notes
·
View notes
Text
Berjumpa kembali dengan kesedihan
Tak perlu sebutkan angka, sebab sudah kali kesekian
Tuhan titipkan lagi kekecewaan
Tentang harap yang kembali harus direlakan
Kita anggap semua adalah ujian
Tapi bagaimana jika Tuhan anggap ini persiapan?
Mempersiapkan diri untuk memulai perjalanan
Tentang menuju indah yang selama ini dibayangkan
November, 2020
5 notes
·
View notes
Text
Kepada kita yang masih di perjalanan
Kita tak pernah bosan dan jera, untuk bermimpi dan berharap, sekalipun sudah paham segalanya tak melulu berjalan sesuai rencana, juga paham kalau nantinya harus jatuh, pasti tak akan jauh-jauh dari luka.
Oleh sebab itu, kita diminta untuk bersiap akan kemungkinan-kemungkinan terburuk dan tak terbayangkan, tentang jatuh yang sudah pasti menyakitkan dan perjalanan menuju pulih yang mungkin tak akan singkat.
"Tak apa", kataku dengan sok bijak, kepada diri sendiri dan siapa saja yang sedang berjuang.
Kita masih berdiri tegap, dengan luka di punggung yang orang lain tak mau lihat. Tak apa, memang bukan tugas mereka untuk menyembuhkan. Tapi tugas kita untuk bisa menerima setiap luka yang hadir, kemudian kembali berdiri tegap untuk menjalani takdir.
September, 2020
1 note
·
View note
Text
Surat Untuk yang Terkasih
Dari hati yang terdalam dan mungkin tak akan kusuarakan padamu.
Untuk yang terkasih dan sering kali tersakiti oleh tutur dan sikapku.
Sepertinya aku mulai dewasa dan egoku tak mampu lagi diminta untuk tenang seperti biasanya, entah sebagai wujud cinta pada diri sendiri, atau ini adalah wujud pemujaanku terhadap ego dalam diri yang terlalu berlebihan, sampai sering kali kita jadi tak sejalan.
Kepada yang terkasih, sejauh apapun langkahku, sejauh apapun aku tersesat, bahkan jika nantinya aku harus tenggelam, kau harus tahu bahwa berpulang pada pelukmu dengan berbuahtangan rindu dan kebaikan tetap menjadi cita-citaku nomor satu.
Aku mohon izin untuk tak lagi berdiri di balik tubuh tegapmu yang selalu menjadi pelindungku, setidaknya dalam beberapa persoalan.
Aku mohon izin untuk berbeda tujuan, berbeda jalan, bahkan mungkin sesekali tak dapat kau lihat dalam pandangan.
Tenang, aku tak menghilang untuk selamanya, hanya saja beberapa waktu harus kulalui hanya dengan diri sendiri. Bukan aku tak lagi membutuhkanmu, tapi sesekali aku butuh dibiarkan pergi, setidaknya dalam perjalanan pendewasaan diri.
Kepada yang terkasih, aku masih ada di sini.
September, 2020
1 note
·
View note