Text
I felt like there was this invisible wall built around your head—the very same place where there used to be a door that welcomed me with open arms and a warm beam.
—May, 30th.
0 notes
Text
Aku pun merasakan luapan amarah dalam hatiku. Mengapa mereka harus meradang karena pertanyaan-pertanyaanku? Seolah-olah semua yang kuucapkan adalah hinaan? Kenapa mereka tidak bisa melihatnya semata-mata sebagai pertanyaan? Mengapa kata "agama" dan "Tuhan" menyulut api dalam setiap hati orang yang kutemui? Dan sungguh aku muak dengan kata satu itu. Ateis. Bagiku, ini bukan soal percaya dan tidak percaya, melainkan tidak adanya kesempatan untuk mempertanyakan.
Excerpt from 'Partikel' page 131 (Dee Lestari, 2013).
8 notes
·
View notes
Text
Ini video beberapa waktu lalu saat aku sadar ternyata udah cukup lama aku membiarkan halaman-halaman terakhir di Idiosyncratic Journal ku kosong melompong. Karena tanggungan maha berat yang selama ini membebaniku sudah terselesaikan (UHUKK skripsi), aku jadi punya banyak waktu untuk menggunakan otak kananku yang rasanya sudah lumayan lama menganggur.
Melanjutkan jurnal adalah satu dari segudang kegiatan yang belakangan ini kukerjakan tapi tidak pernah kuupdate ke blog ini. Maaf ya tumblr dan wordpress kalian kubiarkan tidur cukup lama. Habis ini aku mau rajin menulis disini lagi karna seru gaada yang baca hihi <3
2 notes
·
View notes
Text
Hari ini aku menghabiskan sepertiga malamku dengan menghidupkan kembali blog wordpress ku yang mati suri. Masih ada sekitar 20 draf tulisan yang menunggu untuk diselesaikan, mungkin 19 diantaranya bahkan topiknya sudah terlalu basi untuk dibahas, jadi akan kubiarkan saja mereka tetap mengendap di folder draft.
Supaya begadangku tidak sia-sia amat, aku memutuskan untuk melanjutkan 1 tulisan draft review buku Zaky Yamani berjudul ‘Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa’ yang kubeli April tahun lalu. Draftnya sudah 80% dan aku hanya perlu memolesnya dengan beberapa kalimat tambahan dan penutup. Karena tidak kunjung mengantuk (silahkan salahkan kafein yang baru kuminum jam 8 malam tadi), aku mengulik dan merombak ulang tampilan blog wordpress ku yang tadinya sangat monoton. Sekalian menata ulang sidebar bagian categories yang tadinya tercerai berai tidak karuan. Aku cukup bangga karna ternyata otakku masih mengingat bagaimana caranya mengutak-atik pengaturan tema wordpress. Sudah kuputuskan, aku akan menulis hal-hal personal di tumblr ini sementara blog wordpress ku akan beralih fungsi menjadi blog semi formal tempatku menyimpan arsip-arsip non personal. Mungkin dalam seminggu ini aku akan rutin mengisinya dengan draft-draft tulisan review buku dan film atau mengunggah ulang tulisan akademikku yang berdebu di folder kuliah laptopku. Review dokumenter dan puisi yang sempat kuunggah di tumblr ini juga akan aku pindah tangankan ke blog wordpress.
Hmm semakin aku memikirkannya semakin aku sadar kalau tumblr lebih seperti safe space ku layaknya akun kedua instagramku yang hanya berisi orang-orang terdekat yang sudah kuseleksi. Sementara wordpress mungkin nasibnya akan seperti akun pertama instagramku yang hanya menjadi laman virtual yang sifatnya superficial karena aku menyeleksi bagian dan wajah mana yang aku ingin orang lain (orang asing dan awam) lihat dariku. Lucu juga, aku jadi merasa sedang cosplay pejabat negeri ini yang memikirkan matang-matang pencitraannya didepan publik (well, beberapa orang menyebut konsep ini dengan self-branding lol). Kurasa ini win-win solution untukku yang tidak ingin terlalu banyak orang tahu kehidupan personalku. Ill keep my circle small, seperti yang sudah kulakukan selama ini.
Perihal review, silakan mampir kalau mau baca tulisannya disini. Sekalian mau pamer tampilan baru wordpressku karna sejatinya aku begadang berkutat didepan laptop mengerjakan ini untuk dipamerkan ke semua orang tengs🙂🫶🏼
0 notes
Text

― Franz Kafka, Letters to Felice
[text ID: I mustn't look at you too much, or I won't be able to take my eyes off you at all.]
17K notes
·
View notes