lembaranklasikku
lembaranklasikku
Lembaran Klasikku
54 posts
Hidup bukan sekadar tentang apa yang kau cari. Hanya sekadar tentang yang kau percayai sampai akhir. Hidup adalah kebebasan untukku. Tak peduli sekeras apa aku memperjuangkan kebebasan itu. Tak peduli apa kata orang. Peduli apa dengan mereka. Toh, pada...
Last active 2 hours ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
lembaranklasikku · 1 month ago
Text
When Comfort Isn’t Enough
There’s something special about feeling completely comfortable with someone.
Like you can just be—no pretending, no trying too hard. Just peace. Just connection.
That’s what I felt with him.
We talked for hours. Sometimes we didn’t even need to talk—just being around each other felt calming. Like a familiar blanket on a cold day. He understood me in ways I didn’t have to explain. I could laugh, cry, overthink, be quiet… and still feel safe with him.
But the truth is… comfort doesn’t always mean it can work.
Sometimes life brings you someone who feels right, but everything around you says not now… maybe never.
His life is in one place. Mine is in another.
He carries responsibilities I can’t share.
I have needs he can’t fulfill.
And no matter how gentle the connection feels, the reality keeps getting louder, we can't build something real, not in this situation.
We talked again recently. Tried to reconnect, even as friends.
The words were still kind, the care still there… but something had shifted.
The comfort we once shared now feels distant. The space between us, unspoken but present.
Even if we meet again in the future, I don’t know if it will ever feel like before.
It hurts, because nothing is really wrong and yet, it’s not right enough to stay.
I miss him in quiet ways. In thoughts I don’t say out loud.
But I know this, connection should be more than just comfort, it should also mean presence, support, and direction.
And if we can’t grow together, no matter how close we feel… then maybe it’s kinder to let go than to keep holding on to something that won’t fully become.
Some people are chapters, not destinations.
And maybe, that’s how it’s meant to be
0 notes
lembaranklasikku · 1 month ago
Text
"Everything Happens for a Reason" — My Truth I've come to learn that not everyone stays forever and that truth is one of the hardest to accept. Even the people you thought would be constant in your life, your family, your best friend, your partner, even your children can drift, change, or be taken away. It’s painful. But it's real. And in my life, it’s something I’ve had to face more than once. When my parents passed away, a new life entered mine, my daughter. It was a season of endings and beginnings, of deep loss and unexpected beauty. Those experiences reshaped me. Somewhere along the way, I began to realize I was living as the version of myself everyone else needed. I looked fine on the outside, but inside, I felt disconnected. Now, I’m gently learning to return to who I truly am. These days, I find comfort in meeting new people. Each new connection brings a different perspective, a new way of seeing the world. I don’t expect them to stay forever but I do welcome the lessons they carry. I find peace in quiet things, like watching the sky alone. And when I share those still moments with someone who loves deep conversations, I feel more like myself again. I'm not religious in the traditional sense anymore, but I believe there’s something greater, whatever name you give it. I’ve felt it during moments of silence and moments of grace. That’s why I believe people come and go for a reason. Some arrive to wake us up, to reflect parts of ourselves we’ve forgotten. Others leave to make space for growth we didn’t know we needed. Right now, I’m still figuring out who belongs in my life and who doesn’t. Not everyone deserves a seat at my table and not everyone who left should return. These days, I protect my peace. I don’t chase anymore, I choose. And maybe, just maybe… that’s what all of this was meant to teach me.
0 notes
lembaranklasikku · 1 month ago
Text
Echoes of Us
Tumblr media
How are you today? I hope life brings you peace and gentle winds. Last night, I ran beneath the rain with laughter echoing in the air and warm fingers intertwined but they weren't yours. I dined where we once shared moments the place still holding echoes of us. Today, I sipped a cup of creamy, sweet coffee its taste lingering on my lips just like the memory of yours meeting mine in quiet tenderness. I still smile, sometimes even laugh when your jokes come spinning back through the corridors of my mind. And I miss every step of our shared adventures those moments when our souls danced to the same rhythm of time.
0 notes
lembaranklasikku · 4 months ago
Text
Langkah Kembali
Pernahkan berpikir akan sampai pada titik ini Merasa tenggelam di lautan penghakiman Dulu yang aku pikir suara itu mampu kupendam dengan alunan musik Namun kini semakin keras kudengar Pernahkan berpikir bahwa saat seperti ini akan tiba Ternyata hidupku selama ini tentangnya Semua bisa kubuang, fotonya bisa kuhapus Namun kenangannya tidak Aku yang diam Mencoba menata dan memperbaikinya satu persatu Tuhan aku kembali jatuh hari ini Merasa rapuh dalam setiap hembusan nafas Kapan aku bisa menemukan jalan keluar dari bayang-bayang itu? Mencari kedamaian dalam kebingunganku, Namun yang kutemui hanya ketidakpastian Dan saat-saat sepi yang tak kunjung berakhir Aku tak tahu lagi harus bagaimana Namun di sini aku berdiri, mencoba bertahan Tuhan, tuntun langkahku untuk kembali bangkit Sebelum semua harapan terkubur dalam kepedihan.
Tumblr media
0 notes
lembaranklasikku · 5 months ago
Text
Ruang
Tumblr media
Apa yang membuatmu tetap berada di ruang ini Terasa hampa tanpa jejak Terlalu egois untuk tak beranjak Detik demi detik bergulir Hingga tak sadar mengalun hari Melukis senja di pucat pasi Mengharap rembulan kan menggambarkannya Habisi saja tintanya Agar kita tak perlu menuliskannya kembali Biarlah yang terlanjur ditulis menjadi sajak Air mata menjadi abu Bisikan lirih mampu kau patahkan Ia hanya kebisingan semata dari hampanya ruang Melangkah lah yang jauh Temukan bunga indah untuk hatimu Agar kau menyadari bahwa bunga lamamu telah lama mati, walau ia pernah indah.
2 notes · View notes
lembaranklasikku · 5 months ago
Text
Tumblr media
Menapaki satu persatu jejak itu Mencoba mencari kembali sesuatu yang sempat kukatakan sebagai rumah Sungguh menyenangkan Memiliki tempat untuk pulang dan berbagi banyak hal Merasakan segala emosi yang hadir Kuharap akan tetap ada Lalu pada suatu malam, aku bisa merasakannya. Perasaan takut yang membuatku berpikir bahwa mungkin aku akan mati saat itu juga. Dingin dan bergetar seluruh tubuhku, tidak bisa bergerak dan bersuara. Lalu hanya dalam waktu yang sebentar, semua kembali. Senyum itu, rumah itu. Aku akhirnya terbiasa dengan segalanya Kupikir itu memang yang seharusnya Tidak apa apa semua akan baik baik saja, ini hanya sementara. Itu yang selalu kutanamkan di pikiranku setiap melihat pecahan kaca di seluruh rumah itu. Entah sudah berapa banyak luka di kakiku selama menjejakkan kaki di rumah ini. - 7 Feb 2025 -
0 notes
lembaranklasikku · 5 months ago
Text
Tumblr media
Aku melihat matahari Aku merasakan angin Mendengar suara dalam hentakan dedaunan Mendengarkan lantunan musik indah dalam kicauan burung
Semua indah saat aku menyadari kehadiranmu Semua terasa baik baik saja ssat aku menyandarkan kepalaku di bahumu
Aku yang menginginkan waktu berhenti disini Aku yang meminta kamu tetap ada Berhenti saling menyalahkan Kini saatnya langkah kaki ini melangkah, tidak dengan langkah yang sama lagi
Langkah pertama selalu menjadi yang paling sulit Di titik terendahku, entah berapa lama aku seringkali terdiam, tidak merasakan apapun, mati rasa
Bukankah itu titik paling menyakitkan? Tidak lagi merasakan apapun padahal kita manusia Lalu harus seperti apalagi kujelaskan rasa sakit ini? - 31 Jan 2025-
0 notes
lembaranklasikku · 11 months ago
Text
"Jalani dan nikmati setiap detik rasa cintamu, Kemudian, relakan dengan penuh ketulusan."
0 notes
lembaranklasikku · 11 months ago
Text
"Aku diam, lalu tiba-tiba menjadi berisik. Aku berisik, kemudian kembali menjadi diam. Begitu mudah seseorang berubah, Entah karena kelelahan atau keinginan untuk merasakan ketenangan. Terlalu banyak suara dan pendapat yang memenuhi ruang. Aku hanya ingin tidur dengan tenang, Bangun tanpa merasa kurang, Berada di keramaian namun merasakan hening, Sendiri tetapi dikelilingi suara yang tak henti. Aku terus berandai-andai, Tak salah, bukan? Menaruh harapan meski di luar kendali kita. Aku tahu, ini melelahkan, Tapi kelelahan mengingatkanku bahwa aku masih bernafas. Meski kadang sesak dan sakit, Tak jarang pula aku merasakan lega. Hidupku yang penuh perubahan, Kadang tertawa, kadang menangis."
0 notes
lembaranklasikku · 11 months ago
Text
"Yang kuanggap menakutkan ternyata tidak sebesar yang kubayangkan. Ada saat di mana ketakutan itu begitu mendalam hingga sulit untuk bernafas. Namun, ternyata yang kuperlukan adalah sosok Ibu, meski aku sendiri telah menjadi seorang ibu."
0 notes
lembaranklasikku · 11 months ago
Text
"Seberapa dalam luka yang menyebabkan seseorang harus meninggalkan orang lain? Dengan segala permohonan, permintaan maaf, dan segala rasa sakit yang ada. Adakah kemungkinan bahwa kita pernah menjadi bagian dari kita?"
0 notes
lembaranklasikku · 11 months ago
Text
"Dunia terus berputar meski duniaku terhenti, Keriuhan di sekitar tak menghapus kesunyian yang kurasa, Keramaian mengelilingi, namun kehadiranku tak terasa."
0 notes
lembaranklasikku · 8 years ago
Text
Aku
Tumblr media
Aku tak tau bagaimana cara mengatakan padamu.
Bahwa kemurkaan ini perlahan menguasaiku untuk membencimu. Aku tak tau bagaimana cara menyampaikan padamu. Bahwa rindu raga ini ingin mendekapmu mesra, menyisir setiap aroma di tubuhmu. Katakan padanya bahwa aku “cinta”. Katakan padanya bahwa aku “pada akhirnya” akan pergi.  Katakan padanya bahwa aku “akan kembali”. Katakan padanya bahwa aku “pada waktunya” ingin ia disisi. Seperti yang selalu aku katakan padanya. Pada setiap detik kami bersama. Aku rindu pada kenangan dimana kami bersama. Saling bercanda satu sama lain. Saling menjadi bahu ketika salah satu dari kami lelah. Dia..... Hanya dia yang ingin kukenang.
“Ingat aku jika kamu ingin mengingatnya, namun benar-benar lupakan aku, hapus aku dari ingatanmu. Itu pilihanmu terhadapku, bukan aku. - Aku - “
- 16 Januari 2017 -
0 notes
lembaranklasikku · 9 years ago
Text
Masih sama
Tumblr media
Aku masih tetap berada disini Melihatnya masih tetap berada disana Secangkir kopi, rokok diantara jemari Menggoreskan tinta dengan ritme yang sama Duduk sendiri diantara keramaian Jendela menjadi tempat favoritnya Dia terlalu sering melamun Diantara jemarinya yang bekerja
“masih sama” Hal yang kukatakan setelah hampir 3 tahun berlalu Ternyata waktu tak membuatku berubah Atau mungkin aku yang tak ingin berubah Seolah-olah dia hadir memang hanya untuk kupandangi Kesalahanku adalah saat aku memutuskan untuk menyapanya Bukan lewat udara Namun sapaan lembut suara yang mampu menggetarkan dari lamunannya sejenak Jika pada hari itu aku memutuskan untuk pergi dan membiarkannya sendiri Mungkin masing-masing dari dia dan aku masih akan tetap ada Tak perlu repot saling menyapa Dan jika pada akhirnya aku mengenalnya...... Tidak ada yang memutuskan untuk tetap duduk di kursi yang sama Menatap jendela yang sama Saling bertanya apa yang kamu tuliskan sedari tadi di buku itu dengan mengabaikan hadirku
“masih sama” Perasaanku masih sama bahkan setelah aku mengenalnya atau mungkin setelah namaku hadir di bukunya, entahlah ada atau tidak menurutnya itu semua tidak ada artinya
“masih sama” Saat pertama kali aku mendengar suaranya, lembut namun terdengar sangat berwibawa Setiap untaian kata aku resapi bahwa seakan aku sudah sangat lama mengenalnya Dia yang hanya aku kenal lewat kata-kata yang hanya mampu kubisikkan lewat udara................................................. Hadir dihidupku 1 hari..................... 2 hari..................... hari-hari selanjutnya...................
“masih sama” “Aku menyadari hadirnya sejak 3 tahun yang lalu.  Duduk diam diseberang jalan, disisi lain jendela, tempat favoritku. Dengan secangkir minuman hangat, sehelai kertas serta pena dan rokok di jemarinya. mungkin dia seorang penulis, pikirku saat itu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku mengurus toko buku milikku.  Aku hanya mengamatinya dari kejauhan.”
Lalu pada suatu malam aku mencoba untuk menyapanya Dia sangat cantik, mengenakan gaun berwarna putih Di mejanya aku melihat sebuah cincin dan makan malam romantis untuk dua orang. Dalam benakku aku berkata “mungkin dia sedang makan malam dengan kekasihnya malam ini” Ketika aku menyapanya, dia memandangku sejenak lalu pergi meninggalkan cincin serta bukunya dengan terburu-buru Seakan waktu tak mengizinkanmu berada di tempatmu berpijak walau hanya sedetik lebih lama..... Aku mengejarnya, namun dia telah pergi jauh Aku tak mengenalnya, dia hanya seorang gadis yang menjadi bagian kecil dari rutinitasku. Aku menunggu hadirnya di tempat yang sama, namun gadis itu tak pernah kembali. “aku jatuh cinta pada kata-kata  pada setiap kata yang kamu tuliskan kepadaku, tokoh imajinasimu kehadiranku menjadi warna dalam kisahmu namun sayangnya kamu tidak mengharapkan kehadiranmu dalam kisah nyataku Karena kamu memilih untuk pergi Tak peduli denganku yang menanyakan akhir dari kisahmu. Kamu yang hanya aku kenal lewat kata-kata Andai kita mampu bersua dalam percakapan sederhana Bahkan aku tak tau siapa namamu Kamu tidak mengizinkanku untuk itu.”
“masih sama” Hari itu dia memintaku untuk bersamanya Menghabiskan hari dalam keabadian menurutnya Memberiku sebuah cincin seakan itu menjadi simbol Walau aku tau bahwa tak ada yang abadi Namun aku tetap ingin bersamanya dalam keabadian Andai saja gaun putih ini menjadi saksi Biarlah dia menjadi saksi bisu akan rasaku Aku hilang dan telah menjadi abadi Andaikan aku mengizinkannya untuk sekedar menyapa.......
1 note · View note
lembaranklasikku · 9 years ago
Photo
Tumblr media
Aku pernah jatuh pada tempat yang sama.
Memutuskan untuk berhenti pada satu titik pada langkah kakiku. Keluarga. Ibuku. Dia. Ada tiga titik yang pernah tertandai di perjalananku selama 23 tahun. Tiga titik yang membuatku berhenti sejenak dan merenung. Merenungkan s’gala hal yang pernah kulalui. Ada tiga halaman yang pernah kunodai dan kuhapus berulang kali. Ada sebuah kesalahan dalam diriku. Itu yang mereka katakan..... atau mungkin yang mereka terka, aku tak tahu. Aku terlalu dingin, terlalu tidak peka, tidak berperasaan. Harus kuakui mereka adalah orang-orang yang sangat mengenalku. Namun mereka tidak lebih mengenal diriku. Aku terima. Ketika aku berhenti pada satu titik, kesalahanku menjadi bumerang bagi diriku. Aku hanya diam. Aku bersandiwara dengan topengku. Titik pertama, Aku mengenalmu lebih dari yang orang lain tahu. Aku mengasihimu lebih dari yang orang lain berikan. Aku menerima segala noda hitam dirimu dan menghapusnya. Aku mengabaikan segala keinginan dan kecintaanku terhadap sesuatu. Aku belajar menjadi yang orang lain inginkan. Namun aku disalahkan. Titik kedua, Aku mencintainya melebihi seseorang lain di dunia ini. Aku merindukannya setiap detik walau tak pernah kubiarkan seorangpun merasakannya. Aku merasakan setiap air mata dan senyumnya. Dari setiap rasa sakit yang didera di sisa hidupnya. Aku tak mampu berkata-kata. Aku belajar kehilangan dari setiap kerinduanku. Dan aku tetap disalahkan. Titik ketiga, Aku mengenalnya dalam sebuah perjalanan menuju kedewasaan. Aku belajar menerima kehadiran seseorang walau aku lebih suka sendiri. Aku menghabiskan banyak waktu dalam tangis dan tawa tanpa seorang diri. Dia sangat mengenalku. Aku mungkin akan kehilangan dalam setiap detik bersamanya. Aku belajar memahami walau tak ingin menerima. Aku belajar mencintai. Dan kini aku belajar untuk tetap mencintai walau dengan kehilangan.
“Aku disalahkan oleh orang yang mencintainya, dan aku tidak terima.”
0 notes
lembaranklasikku · 9 years ago
Text
Dan aku tidak terima.
Aku pernah jatuh pada tempat yang sama. Memutuskan untuk berhenti pada satu titik pada langkah kakiku. Keluarga. Ibuku. Dia. Ada tiga titik yang pernah tertandai di perjalananku selama 23 tahun. Tiga titik yang membuatku berhenti sejenak dan merenung. Merenungkan s’gala hal yang pernah kulalui. Ada tiga halaman yang pernah kunodai dan kuhapus berulang kali. Ada sebuah kesalahan dalam diriku. Itu yang mereka katakan..... atau mungkin yang mereka terka, aku tak tahu. Aku terlalu dingin, terlalu tidak peka, tidak berperasaan. Harus kuakui mereka adalah orang-orang yang sangat mengenalku. Namun mereka tidak lebih mengenal diriku. Aku terima. Ketika aku berhenti pada satu titik, kesalahanku menjadi bumerang bagi diriku. Aku hanya diam. Aku bersandiwara dengan topengku. Titik pertama, Aku mengenalmu lebih dari yang orang lain tahu. Aku mengasihimu lebih dari yang orang lain berikan. Aku menerima segala noda hitam dirimu dan menghapusnya. Aku mengabaikan segala keinginan dan kecintaanku terhadap sesuatu. Aku belajar menjadi yang orang lain inginkan. Namun aku disalahkan. Titik kedua, Aku mencintainya melebihi seseorang lain di dunia ini. Aku merindukannya setiap detik walau tak pernah kubiarkan seorangpun merasakannya. Aku merasakan setiap air mata dan senyumnya. Dari setiap rasa sakit yang didera di sisa hidupnya. Aku tak mampu berkata-kata. Aku belajar kehilangan dari setiap kerinduanku. Dan aku tetap disalahkan. Titik ketiga, Aku mengenalnya dalam sebuah perjalanan menuju kedewasaan. Aku belajar menerima kehadiran seseorang walau aku lebih suka sendiri. Aku menghabiskan banyak waktu dalam tangis dan tawa tanpa seorang diri. Dia sangat mengenalku. Aku mungkin akan kehilangan dalam setiap detik bersamanya. Aku belajar memahami walau tak ingin menerima. Aku belajar mencintai. Dan kini aku belajar untuk tetap mencintai walau dengan kehilangan.
“Aku disalahkan oleh orang yang mencintainya, dan aku tidak terima.”
0 notes
lembaranklasikku · 11 years ago
Text
Tak Ada Jejak Spasi Kosong
Tumblr media
Aku tak suka dirimu Aku tak suka dengan sifat, kebiasaan dan banyak hal tentangmu Aku benci untuk mengatakannya Bahwa aku s'lalu ingin beranjak pergi Saat ada 'aku', 'kamu' dan 'mereka' di dimensi yang sama Saat aku tak miliki ruang untuk memahamimu Tak miliki tempat untuk berada di duniamu
Aku s'lalu merindukannya Merindukan malam dimana kita menatap langit, mendeskripsikan dunia dengan cara yang berbeda Aku dengan duniaku Dan kamu dengan duniamu
Ketiadaanku takkan membuat duniamu sepi Dan begitu pula sebaliknya Namun ketiadaan 'kita' membuat duniaku gelap Aku takut Bukan untuk gelap itu Namun rasa sepi yang bersemayam didalamnya
Takkan pernah ada yang mengerti dunia 'kita' Namun aku s'lalu tau kemana aku akan pulang Kemanapun aku pergi Kamu memang orang yang paling 'nyata'
" I love you not because of who you are, but because of who Iam when I with you "
Kita tak perlu memiliki dunia yang sama untuk memahami bahwa 'tak ada jejak spasi kosong'  diantara kita.
- 20 Maret 2014 -
0 notes