Tumgik
Text
Sekedar uneg-uneg
Masih kepikiran kata-kata suami tempo hari, “Kalau mau resign, resign secepatnya jangan ditunda-tunda. Nanti kalau ditunda terus gak taunya anak udah gede, yang mau ditemenin diajarin di rumah udah jarang di rumah lagi.”
Iya sih, iya bener. So, mulai berpikir benar-benar untuk resign. Inginnya sih mau ngajarin anak sendiri, semacam homeschooling, sebelum ia nantinya benar-benar siap untuk sekolah formal. Jadi harapannya nanti anak tidak perlu ikut daycare, PAUD, kelompok bermain, atau mungkin juga TK. Ada beberapa hal yang harus diputuskan sebelum benar-benar resign:
1. Bagaimana mencari uang untuk mengganti rugi jika resign sebelum waktunya?
2. Apa yang mau dilakukan setelah resign nanti? apakah mau berbisnis kecil-kecilan atau mau diam saja di rumah?
3. Bagaimana kalau sewaktu-waktu rasa bosan menghampiri?
4. Kalau resign, mau tetap ikut suami ke manapun suami mutasi atau mau menetap di homebase?
Sebenarnya kalau resign, sudah terpikir banyak rencana yang ingin dibuat. Misal, membuka perpustakaan anak, lebih aktif di kegiatan-kegiatan sosial, aktif di IIP, atau belajar lagi lalu membuka catering sehat, atau punya bisnis kecil-kecilan (yang masih belum terpikir juga mau bisnis apa).
Wacana untuk resign ini lebih dikuatkan karena terpikir kalau saatnya mutasi nanti kemungkinan anak akan dititipkan di daycare, tidak bisa seperti sekarang yang bisa setiap hari dibawa ke kantor. Membayangkannya saja rasanya tidak tega. Ya, walaupun sehari-hari saya sendiri belum maksimal membersamainya, masih sering nyuekin anak, masih sering membiarkan dia bermain sendiri.
So, resign?
0 notes
Quote
Setelah membaca satu berita mengenai anak yang bunuh diri karena nilai ujiannya jelek, saya jadi mempertanyakan diri sendiri "bisakah nanti saya lebih berorientasi pada proses dibanding hasil?"
Pengingat untuk diri di kemudian hari
0 notes
Text
Book. Buku
Saya ini bukan pecinta buku. Baca buku sebentar saja sudah bosan dan mengantuk. Buku apapun. Yang paling tahan untuk saya baca paling buku komik sih. Tapi, setelah punya anak dan mencoba membeli buku untuk anak, saya sekarang malah keranjingan beli buku. Saya bisa menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli buku anak. Buku-buku terutama yang ditujukan untuk anak-anak sangatlah menarik. Banyak gambar, interaktif, bisa membuat anak mengaktifkan otaknya untuk berimajinasi. Dalam membeli buku untuk anak, tentunya saya pilih-pilih. Hal pertama yang pasti jadi pertimbangan saya dalam membeli buku adalah cover buku (termasuk judul buku). Saya cenderung tertarik pada cover buku yang terkesan "plain" dan "elegan" daripada cover dengan banyak gambar dan warna warni. Ya, selera sih itu ya. First impression tentang buku memang ada di covernya, apalagi kalau bukunya disegel dan kita tidak bisa mengintip isinya. Hehe Hal kedua yang penting dan menurut saya paling penting adalah konsep dari buku tersebut. Buku, terutama buku anak, saat ini tidak hanya sebatas buku cerita dengan gambar-gambar. Banyak buku yang dibuat interaktif agar anak dapat lebih menikmati membaca, sekaligus belajar. Misalnya buku pop up atau buku sentuh rasa seperti buku "Hmm" dari Rabbit Hole. Saya punya satu buku interaktif yang sampai sekarang saya sangat mengaguminya, judulnya "Beautiful Oops" karya Barney Saltzberg. Isinya tentang bagaimana kita tidak berfokus pada kesalahan yang telah dibuat, tapi berfokus untuk memperbaikinya. Tapi untuk buku yang ini masih saya simpan, belum saatnya diberikan untuk baby R. Kalaupun saya membacakan ke baby R, saya harus benar-benar jaga karena ada beberapa bagian buku yang mudah dirobek anak. Sayangnya produksi lokal untuk buku-buku anak yang menarik seperti ini tidaklah banyak. Ada, tapi tidak sebanyak buku-buku impor. Koleksi buku anak saya pun lebih banyak yang impor daripada lokal. Semoga ke depannya makin banyak produksi buku lokal yang bagus-bagus ya. Amiin
0 notes
Photo
Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
Jadi ceritanya saya lagi tertarik dengan dunia gendong menggendong. Setelah sebelumnya sering pakai SSC, nah kalo ini coba pakai gendongan tradisional alias jarik. Gendong pakai simpul jangkar begini nyaman banget. Yang gak nyaman sebenarnya karena si baby R banyak geraknya, jadi gendongannya gampang berantakan. Cara menggendong model begini bisa dipelajari dari grup facebook Indonsian Babywearers atau instagram @indonesian_babywearers. Masih ingin belajar pakai woven wrap dan stretchy wrap juga. Ingin beli salah satunya, tapi sebelumnya mau coba dulu. Jadi mau pinjam di galerinya Indonesian Babywearers, cuma belum ada balasan 😅
0 notes
Text
10 bulan
2 bulan lagi menuju S2 ASI alias 12 bulan alias 1 tahun. Yeay! Akhir-akhir ini agak malas menulis lagi, jadi yaa postingan di tumblr lama tidak terupdate deh. Beberapa hari lalu saya sempat antusias ingin menulis lagi di tumblr. Sudah direncanakan sih, inginnya hari ini tepat di 10 bulannya baby R. Tapi ternyata pas hari H malah lupa mau nulis apa. Haha Jadi beberapa hari belakangan ini baby R kalau tidur suka mengigau. Mengigaunya lucu tapi. Dia memaminkan bibir mungilnya dengan jari-jari tangannya, sambil tetap matanya terpejam. Kadang juga sembur-sembur air ludah, bikin suara-suara aneh, tetap dengan mata terpejam. Saya dan suami cuma bisa tertawa melihat si bayi seperti itu 😂 Ada lagi sih tingkahnya pas tidur. Kadang dia tidur berguling-guling dari satu sisi tempat tidur ke sisi lainnya dan membuat saya dan suami sampai bingung mau tidur di mana. Okay okay, this bed is all yours baby 😘 Makan sekarang alhamdulillah gak sesusah dahulu kala. Saya dan suami nemu satu trik agar baby R mau makan. Agak dipaksa sih memang. Tapi ya, daripada gak mau makan (tidak untuk ditiru ya). Alhamdulillah beratnya naik cukuo signifikan setelah sebulan lebih mengusahakan makan selalh double bahkan triple protein hewani dengan porsi prohenya yang banyak banget. Entah deh sudah menu seimbang atau belum. Baby R sekarang sedang brlajar untuk merambat. Sudah bisa lancar berdiri sendiri dengan pegangan, bisa dititah, bahkan kadang dititah hanya pegangan 1 tangan. Pernah juga berdiri tanpa pegangan selama beberapa detik. Suka air. Begitu dengar suara air mandi di baknya, pasti langsung ngacir merangkak menuju bak. Baby R sudah bisa masuk dan keluar bak mandi sendiri. Naik turun kasur juga lancar. Makanya perlu ekstra penjagaan soalnya terkadang dia bangun langsung ngacir keluar kamar 😅 Alhamdulillah atas 10 bulan ini. Sehat terus ya sayang 😘
0 notes
Text
Dapat dari grup Whatsapp: Mungkin, pernah ada masa masa dimana kita begituuuu excited dengan gaya parenting A, pola asuh si B, cara mendidik anaknya mbak C, atau metode keluarga D. Semua standar berusaha dikuti. Semua targetan berusaha dikejar. Sampaaaai.. pada akhirnya, kita lelah sendiri.. Capek karena berusaha memenuhi semua ekspektasi. Frustasi karena merasa, "harusnya lebih ideal dari ini". Lalu marah marah sendiri karena result di anak sendiri gak (terlihat) sebagus result parentingnya si A, B, atau C. Akhirnya apa? Alih alih menikmati, kita justru mengkal. Mudah kesal. Merasa dikejar kejar target hanya untuk sekedar "terlihat" punya pola asuh yang oke. Padahal.. parenting should be fun! Parenting is all about you, and your family. Pola asuh gak bisa disamaratakan dalam semua keadaan. Dan, target pengasuhan harusnya lentur sesuai dengan kondisi anak. Menyerap ilmu dari berbagai tokoh itu wajib, dan banyak membaca teori parenting itu perlu. Tapi, pada akhirnya mendidik anak adalah tentang kita dan keluarga. Tentang target dan capaian yang harusnya bisa dikostumisasi sesuai kebutuhan. Parenting..., bukan tentang membandingkan. Ini bukan kompetisi! Bukan tentang apakah anak saya (terlihat) lebih oke dari anak teman di sosial media. Tenang saja buk ibuk! karena satu satunya musuh terbesar dalam mengasuh anak adalah diri kita sendiri. Parenting kita tidak hanya tentang disiplin, tegas, dan aturan aturan kaku. Tapi juga tentang bermain, berlari, tertawa. Atau bahkan, sesekali melenturkan rules saat kondisi tertentu. Parenting ini adalah tentang mengisi memori anak dengan banyak kebaikan dan kebahagiaan. It is all about cherish every moment! Tidak perlu khawatir tertinggal, karena Hey, bukankah Allah ciptakan anak anak kita istimewa dengan masing masing pembawaannya? ;) Don't let yourself become so concerned with raising a good kid that you forget you already have one! Selamat malam Ibu Ibu baik hati, selamat bersenang senang dengan gaya parenting masing masing! ^^ ~tulisan dari Jayaning Hartami
0 notes
Text
Imunisasi: penting atau tidak?
Imunisasi bagi saya adalah ikhtiar. Ikhtiar untuk kesehatan dan keselamatan anak saya ke depannya. Jadi sebisa mungkin saya melengkapi imunisasi anak saya, baik yang subsidi maupun non subsidi. Nah barusan saya membaca grup GESAMUN, ada yang memposting mengenai mahalnya biaya imunisasi. Banyak sekali komentar di sana, saya baca satu per satu. Ternyata banyak dari ibu-ibu yang merasa imunisasi subsidi saja sudah cukup, tidak perlu imunisasi non subsidi. Banyak juga yang masih belum paham mengenai jenis-jenis imunisasi, seperti saya dulu. Awal bergabung dengan grup GESAMUN saya bingung melihat banyak sekali jenis imunisasi, jadwal-jadwalnya, rentang waktu, KIPI, dan lain sebagainya. Saat itu saya membaca beberapa postingan ibu-ibu yang bertanya mengenai imunisasi ini atau booster imunisasi itu, saya takjub sendiri. "Wow, mereka keren sekali bisa paham dan hapal jadwal imunisasi bahkan merek-mereknya sekalipun." Alhamdulillah seiring berjalannya waktu saya semakin paham mengenai jenis-jenis dan jadwal pemberian imunisasi, beberapa merek dan harganya, KIPI, serta penanganan KIPInya. Sekarang saya ingin menuliskan pandangan saya mengenai imunisasi. Semua jenis imunisasi bagi saya adalah penting, terlepas harga yang harus dibayar. Harga untuk sekali imunisasi memang tidak bisa dikatakan murah, terutama untuk imunisasi impor. Untuk imunisasi DPT merek pentabio saja di dokter anak bisa dibanderol harga 350.000 rupiah. Oleh karena itu saya mengakali untuk memberikan imunisasi subsidi anak saya di puskesmas sehingga uangnya bisa saya tabung untuk imunisasi non subsidi. Untuk imunisasi non subsidi sejauh ini baru saya berikan rotavirus dan PCV. Imunisasi rotavirus sudah lengkap, sedangkan PCV baru satu kali karena sempat maju mundur mengingat harganya yang mahal. Untuk imunisasi influenza di sini masih belum tersedia. Alhamdulillah dari sejak lahir baby R belum pernah sakit walaupun hanya demam (saat imunisasi DPT 1 dan DPT 2 memang ada kenaikan suhu, tapi belum masuk kategori demam). Tapi bukan berarti saya lantas tenang-tenang saja dengan kondisi anak saya yang seperti itu. Saya tetap memberikan imunisasi kepada ana saya, dan sebisa mungkin saya melengkapinya, terutama imunisasi PCV. Akhir-akhir ini saya cukup sering membaca berita meninggalnya anak karena pneumonia, dan saya tidak ingin itu terjadi pada anak saya. Apalagi lingkungan tempat tinggal kami saat ini sulit untuk bebas asap rokok. Di sini hampir semua laki-laki dewasa merokok, dan tidak tahu tempat. Besaran harga imunisasi sebanding dengan perlindungan yang akan diberikan kepada anak saya nanti. Jadi sekali lagi, bagi saya semua imunisasi itu penting. Sebagai ikhtiar kita untuk melindungi anak, menjaga titipanNya. Saran saya, agar tidak merasa terlalu terbebani, sebaiknya penberian imunisasi subsidi dilakukan di puskesmas atau posyandu sehingga uangnya bisa kita tabung untuk melengkapi imunisasi non subsidi.
0 notes
Text
Catatan kecil MPASI baby R
Allah memberikan saya kemudahan untuk memberikan ASI kepada baby R, namun saya perlu ekstra berjuang untuk memberikan MPASInya. Dari awal MPASI baby R tergolong susah. Hal-hal indah mengenai baby R memakan masakan saya dengan lahap yang sudah saya bayang-bayangkan sebelumnya hilang sudah. Hancur. Lebur. Membuat emosi tidak karuan. "Baru hari pertama, tidak masalah. Baru pengenalan. Kita coba lagi nanti." Itu yang selalu saya pikirkan. Tapi besoknya, tetap saja baby R masih belum mau membuka mulutnya. Lewat seminggu, saya mulai khawatir akan nutrisi yang didapat baby R kalau dia seperti ini terus. Beberapa kali saat saya sedang bad mood, saya memaksa baby R untuk makan dan minum air putih. Saya menjejali mulut kecilnya dengan sendok agar makanan masuk. Dia menangis sejadi-jadinya. Tidak hanya sekali, beberapa kali sudah terjadi seperti ini. Sedih melihat bayi kecil saya menangis. Merasa bersalah. Di sisi lain saya takut dia susah makan. Saya pikir setelah tuntas menu tunggal dan masuk ke menu 4 bintang, baby R akan makan dengan lebih lahap. Saya salah. Masuk menu 4 bintang pun baby R susah sekali membuka mulutnya. Saya mulai berpikir akan kemungkinan ia trauma makan. Trauma karena sering saya paksa. "Duh mak, kasihan sekali kamu punya ibu kayak gini ya." Saya menangis dalam hati. Makan tidak mau, minum air putih apalagi. Buyar sudah semua teori yang saya pelajari. Hampir putus asa saya dibuatnya. Rasanya sudah malas memasak makanan homemade untuknya kalau ujung-ujungnya hanya dimakan kucing. Perlahan-lahan saya mencari solusi agar baby R mau memakan masakan yang saya buat. Pertama, saya ajak dia makan bersama saya dan/atau ayahnya. Tidak berhasil. Saya ajak dia makan dengan suasana nyaman, sambil bernyanyi-nyanyi dan melihat pemandangan di teras rumah. Kurang berhasil, hanya masuk sedikit makanan. Setiap hari saya sounding ke baby R agar makan dengan lahap dan minum air putih yang banyak. Akhirnya saya sedikit menemukan pencerahan. Saya sengaja membuat baby R kelaparan. Ya, maksimal saya menyusui dia saat pagi adalah jam 5. Sekitar 2 jam kemudian akan saya tawarkan makan. Cara ini cukup efektif. Baby R perlahan mau membuka mulutnya walau hanya beberapa suap. Siang dan sore pun demikian. Sangat saya batasi jadwal menyusunya. Sampai akhirnya di usianya yang sudah 7 bulan lebih, baby R mulai makan dengan lahap. Alhamdulillah. Minum air putihnya masih susah. Oke, pelan-pelan. Setelah seminggu makan dengan lahap, tiba-tiba baby R melancarkan GTM yang tidak saya ketahui akar permasalahannya. Sudah saya berikan tekstur yang berbeda pun dia tidak mau. Syukurnya hanya berlangsung beberapa hari saja, dan sekarang sudah kembali lahap walau terkadang masih sering tutup mulut setelah beberapa suap. Minum pun sudah jauh lebih baik. Baby R minum memakai gelas. Walaupun banyak tumpah, alhamdulillah sudah lebih banyak air putih yang dia minum dari sebelumnya. Maafkan ibuk yang sering memaksamu dan tidak sabaran ya nak. Terima kasih sudah selalu bersabar dan memaafkan ibuk. Besok kita main lagi ya sayang :)
0 notes
Text
Untuk para pejuang ASI
Beberapa waktu belakangan mood sedang jelek. Entah, rasanya malas mau beraktifitas. Tiba-tiba barusan teman saya memberi kabar bahwa ia sudah bisa memberikan full ASI kepada anaknya yang berusia 4,5 bulan dan sudah bisa menabung ASIP untuk stok. Somehow hati saya menjadi lebih ringan, ikut terbawa dalam rasa bahagianya. Bagi orang-orang yang dikaruniai ASI yang melimpah, lancar, tanpa hambatan berarti, mungkin hal ini terlihat sepele saja. Namun bagi sebagian orang, memberikan ASI sungguh adalah perjuangan. Saya salut dengan teman saya yang satu ini. Mungkin kisahnya tidak seberat ibu-ibu pejuang ASI di luar sana, tapi tetap saja mengharukan. Dulu kala, saya sering heran dengan ibu-ibu yang tidak memberikan full ASI kepada anaknya. Sekarang, setelah mengetahui cerita-cerita dibaliknya, saya justru salut kepada mereka yang tetap berusaha memberikan ASI walau masih harus dibantu sufor. Mereka tetap berjuang. Berjuang diantara pandangan sinis orang yang sering mempertanyakan mengapa tidak ASI, dan berjuang diantara seruan untuk memberikan sufor karena dianggap ASI mereka sedikit. Mereka selalu berusaha agar anaknya bisa mendapat yang terbaik. Sungguh tidak pantaslah jika kita malah memberikan pernyataan atau pertanyaan yang menyinggung perasaan mereka. Kita tidak tahu seberapa besar perjuangan mereka dalam memperjuangkan ASI. Fisik dan pikiran yang terkuras. Ah, apalah saya ini dibandingkan mereka. Orang lain mungkin mengatakan saya hebat karena melihat saya bisa memberikan ASI eksklusif kepada anak saya dan berat badan anak saya pun naik dengan baik. Bagi saya tidak, saya tidak ada apa-apanya dibanding ibu-ibu yang terus memperjuangkan ASI untuk anak mereka diantara berbagai macam cobaan. Karena memberikan ASI itu perjuangan. Ada yang perjuangannya lebih mudah, ada yang sampai harus berdarah-darah dan merelakan waktu istirahatnya selama berbulan-bulan. Ini nyata. Perjuangan memberikan ASI itu nyata. Oleh karenanya, saya sungguh mengapresiasi para pejuang diluar sana yang sampai saat ini masih memperjuangkan ASI untuk anak-anak mereka.
0 notes
Text
Ergobaby 360 vs Boba 4G
Mau review sedikit gendongan bayi tipe SSC. Kemarin kan saya sudah bahas mengenai SSC yang saya punya, yaitu Boba 4G, nah sekarang saya mau membandingkan dengan gendongan yang hits, Ergobaby 360. Untuk Ergobaby 360 ini kemarin saya sewa secara online. Saya sewa yang original ya, karena memang ingin tahu bedanya. Lumayan harga sewanya, per 4 minggu harganya 1/10 dari harga beli. Cuma karena saking penasaran seenak apa gendongan ini, jadi deh sewa aja. Ergobaby 360 ✔️ Ban pinggang lebar, terdapat velcro dan buckle. Double safety sekaligus sangat nyaman di pinggang ✔️ Pad pundak tebal, sangat nyaman ✔️ Dudukan untuk anak firm dan nyaman. Bagian penyangga paha anak juga nyaman dan tidak membuat paha anak merah-merah ✔️ Anak bisa gendong menghadap depan (tapi jangan terlalu lama ya, dan ini untuk usia 6m+) ❌ Tidak terdapat kantong serbaguna untuk menyimpan barang-barang kecil ❌ Karena ada velcro juga di ban pinggang, pakainya agak lebih ribet ❌ Kalau mau gendong hadap depan harus adjust kancing di bagian dudukannya dulu, jadi cukup memakan waktu Boba 4G 🔹 Ban pinggang tidak ada velcro, hanya buckle yang ukurannya besar. Kalau mau pakai praktis banget tinggal "ceklek". Kelemahannya tidak double safety dan tidak senyaman Ergobaby 360 kalau dipakai 🔹 Pad pundak cukup tebal, tapi tidak setebal Ergobaby 360. Tapi tidak terlalu signifikan sih menurut saya 🔹 Bentuk dudukannya berbeda dengan Ergobaby 360. Kalau tidak pas sewaktu memposisikan anak di gendongan, bagian paha anak bisa merah-merah terkena gesekab dengan gendongannya 🔹 Tidak bisa digunakan untuk hadap depan 🔹 Boba 4G mempunyai beberapa kantong serbaguna yang biasanya saya pakai untuk menaruh uang-uang kecil sewaktu berbelanja ke pasar Secara ukuran, Boba 4G terlihat lebih besar. Namun saat dilipat, Boba 4G sedikit lebih compact dibanding Ergobaby 360. Untuk saya pribadi, saya belum menemukan adjustment yang pas sewaktu menggunakan Ergobaby 360. Jarak antara kepala anak dan dagu saya masih agak jauh dibanding dengan menggendong menggunakan Boba 4G. Headrest pada Ergobaby 360 sangat berguna untuk menopang leher dan kepala anak saat anak sudah tidur, namun tidak cocok digunakan saat anak dalam keadaan bangun karena membatasi ruang pengelihatannya. Jika digunakan tanpa headrest, Ergobaby 360 hanya menyangga sebatas pundak anak saya saja. Untuk Boba 4G, sandaran kepalanya tidak bisa di adjust. Bagi saya tidak masalah karena tidak mengganggu ruang pengelihatan anak. Kesimpulan: Masing-masing merek punya kelebihan dan kekurangan. Kalau harus memilih dengan tidak dibatasi budget, mungkin saya akan membeli Ergobaby 360 karena bagian dudukan untuk anak lebih nyaman. Dari segi kepraktisan, saya lebih memilih Boba 4G.
0 notes
Text
Belajar!
Sudah berganti tahun nih. Tiba-tiba ingin menulis keinginan-keinginan, tapi bukan resolusi sih. Gara-gara habis ngintipin postingan instagram sendiri dari jaman dulu, terus kepikiran lagi masih banyak yang ingin dipelajari. 1. Ingin belajar melukis lagi 2. Ingin belajar mengganbar sketsa lagi 3. Ingin belajar merajut lagi 4. Ingin belajar membuat karya-karya dari kain flanel (udah beli banyak banget, jadi harus lanjut nih) 5. Ingin belajar memasak 6. Ingin belajar agama lebih dan lebih lagi 7. Ingin belajar jadi ibu yang baik 8. Ingin belajar jadi istri yang baik 9. Ingin belajar jadi anak yang lebih baik 10. Ingin belajar memperlakukan orang lain dengan lebih baik 11. Ingin belajar lebih sabar lagi 12. Ingin belajar supaya bisa melanjutkan pendidikan 13. Dan masih banyak lagi Sekali lagi, ini bukan resolusi tahun 2017 sih. Pengennya ini dilakukan mulai sekarang sampai seterusnya nanti. Yah, semoga...
0 notes
Photo
Tumblr media
Teman saya ini dari Jepang. Asli orang Jepang. Saya mengenalnya dari teman kos saya sebenarnya, dan teman kos saya ini mengenalnya dari game di facebook. Karena waktu itu saya juga main game itu, dikenalkanlah saya dengannya. Saya sudah lupa kapan tepatnya, yang jelas sudah lama sekali. Sekitar 5-6 tahun lalu mungkin. Dia sangat ramah. Berbeda dari orang-orang Jepang lain yang saya temui di game itu, yang kebanyakan hanya ingin berkenalan dengan sesama orang Jepang. Saya add facebook teman saya ini, kemudian beberapa kali kami bertukar kabar lewat inbox, yang kemudian beralih melalui email dan skype. Dulu bahkan kami pernah mengobrol dengan video melalui skype. Seru sekali. Sayang, internet di Indonesia tidak stabil, sehingga sering putus-putus. Saya ingat salah satu hal yang dia tanyaian dulu, yaitu potongan rambut barunya. Haha Kami membicarakan banyak hal. Bahkan pernah dia curhat mengenai gadis yang disukainya di tempat kerja, atau seorang gadis asal benua Afrika yang tinggal di Korea Selatan yang dekat dengannya dulu. Atau mengenai pekerjaannya, pekerjaan saya, dsb. Oh iya, dia pernah berniatan keliling dunia, dan Indonesia salah satu tujuannya. Saya sudah berjanji dengannya untuk mengajaknya jalan-jalan. Tapi batal karena keluarganya tidak setuju. Dia sedang belajar Bahasa Inggris, dan dia senang sekali berteman dengan teman-teman dari berbagai negara. Dia belajar Bahasa Inggris secara otodidak loh. Saya yang waktu itu sedang belajar Bahasa Jepang pernah mengiriminya kartu pos, dan dia mengatakan bahwa tulisan Jepang saya bahkan lebih bagus dari tulisannya. Haha. Sekarang percakapan kami tidak se intens dahulu. Hanya sesekali saja, dan tidak seperti dahulu yang semua hal bisa diceritakan. Seperti kemarin, dia mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya. Seperti tahun-tahun sebelumnya pula. Dia selalu mengingat ulang tahun saya? Oh tidak juga. Dia hanya selalu "diingatkan" oleh skype bahwa saya ulang tahun. Haha. Sesimpel itu, namun berkesan. Terima kasih teman. Semoga suatu hari nanti saya dan keluarga kecil saya berkesempatan ke Jepang dan mengunjungimu.
0 notes
Photo
Tumblr media
Ini 3 diapers yang sekarang masih ada stoknya di rumah. Atas nepia tape, kanan bawah sweety pantzgold, kiri bawah happy diapers. Dari ketiganya yang paling lembut yang happy diapers. Lembut banget, motifnya pun lucu-lucu banget. Cuman baru bisa belinya secara online, dan pasti bakalan mahal di ongkos. Paling sering dipakai sekarang yang sweety pantzgold. Daya serapnya oke, bisa nyerap banyak pipis. Keliatan agak bulky sih, dan menurut saya size nya agak besar memang dari diapers lain. Sejak lahir sampai sekarang, baby R sudah coba bermacam-macam merek diaper. Dulu baru lahir sampai hampir usia sebulan pakai mamypoko. Segala jenisnya sudah dicoba. Tapi terus timbul ruam, yang entah karena gak cocok dengan popoknya atau keteledoran orang tuanya, jadinya stop pakai mamypoko. Pernah coba juga merries good skin. Cukup bagus, harganya juga lumayan murah. Pakai ini kalau promo sweety pantz gold habis. Hehe. Pernah lagi pakai sweety comfort gold. Mirip lah sama sweety pantzgold, cuma beda di tipenay saja. Sweety comfort gold ini tipe perekat, daya tampung juga nggak sebesar yang sweety pantzgold. Satu merek lagi, pampers premium. Harganya masih lebih murah dari sweety pantzgold, dan cukup kece juga. Bisalah pakai yang merek ini juga ganti-gantian. Untuk nepia, sebenarnya dari semua diaper (sebelum coba happy diapers) merek ini yang paling disuka. Sayangnya dulu belinya yang tape, dan sekarang susah pakein diaper tipe perekat begini. Kalau happy diaper baru sekali dipakai. Jujur sih suka sebenarnya ya. Kalau di toko-toko banyak dijual mungkin bakal cukup sering beli merek ini. Tapi ya begitulah, dijualnya baru online dan mahaaal. Sweey pantzgold sampai sekarang jadi andalan deh pokoknya. Pernah sampai 8 jam lupa diganti, dan no problem. Hehe
0 notes
Text
Six months growth summary
Kali ini saya mau menuliskan perkembangan berat badan baby R mulai sejak lahir sampai usia 6 bulannya saat ini. Untuk tinggi badan dan lingkar kepala tidak saya buat summary karena memang tidak saya catat betul perkembangannya. Here we go. Born: 3,1 kg 1 mo: 4,1 kg 2 mos: 5,4 kg 3 mos: 6,7 kg 4 mos: 7,3 kg 5 mos: 7,9 kg 6 mos 8,5 kg Standar lah ya, masih normal rata-rata pertambahannya per bulan. Masih garis hijau kok di KMS. Hehe. Seharusnya kalau mau nimbang di satu tempat saja sih ya, karena beda tempat bisa beda pula timbangannya. Tapi baby R ini nimbangnya gak di satu tempat. 2 bulan pertama di dokter anak di kota kelahirannya, 3-5 bulan di puskesmas di kota rantau, 6 bulannya di dokter anak di kota rantau juga. Timbangnya sejak awal nggak pernah pas ulang bulannya, jadi ya kira-kira seperti ini lah perkembangannya. Nggak jauh beda kok kalau timbang pas ulang bulan. Awal-awal dulu masih sering baper sih kalau baby R beratnya naik gak signifikan. Padahal naiknya sekitaran sekilo per bulan ya, masih aja ngerasa kurang. Pengennya baby R itu montok, gendut gitu seperti anak-anaknya orang lain. Tapi sekarang ini malah bersyukur, baby R perkembangan beratnya bagus, badannya bagus padat berisi (jadi nggak kelihatan kegemukan), dan punya pipi yang "towel"able. Haha. Sering orang komentar "wah bagus ya badannya padat ni bayinya", dan langsung bikin emaknya bersyukur bilang Alhamdulillah dan senyum-senyum sendiri. Alhamdulillah, walaupun beberapa kali sempat melakukan perjalanan jauh yang cukup melelahkan, berat baby R naiknya masih bagus. Sekarang baby R sudah mulai MPASI dan semakin aktif sekali. Semoga ke depannya pertambahan berat badannya masih bagus juga, disertai dengan pertambahan tinggi dan lingkar kepala yang baik juga. Amiiinnn :)
0 notes
Quote
Bisa membantu orang lain itu salah satu cara membahagiakan diri sendiri
Me for myself
0 notes
Text
Perjuangan ASIX baby R
Alhamdulillah hari ini baby R sudah lulus ASI eksklusif. Dari sejak saya hamil selalu berdoa agar ASI untuk baby R dicukupkan. Kali ini saya akan menguraikan perjalanan ASI baby R dari awal ia lahir. Baby R lahir melalui operasi caesar, sehingga saat itu tidak dimungkinkan untuk langsung IMD (segera setelah baby R lahir, saya tertidur). IMD baru dilakukan sekitar 2 jam setelah persalinan dengan durasi selama 1 jam. Saat itu sepertinya IMD gagal karena baby R tidur. Haha. Beruntungnya saya, rumah sakit tempat saya melahirkan pro ASI. Saya diperkenankan untuk rooming in dengan baby R. Sekitar pukul 2 dini hari pertama kali saya menyusui baby R. Dengan berbekal ilmu yang saya dapat dari membaca sana sini, saya mencoba mempraktekkan sebaik mungkin pelekatan dan posisi yang baik untuk menyusui walau masih belum sempurna. Pertama kali saya menyusui baby R ini dengan posisi berbaring karena sakit pasca operasi membuat saya sulit bergerak. Saya sendiri kurang tahu apakah saat itu ASI saya sudah keluar, yang saya tahu saya hanya terus menyusui baby R sampai ia tertidur kembali. Di sinilah saya baru tahu kalau selain membuat bayi mengantuk, menyusui juga bisa membuat ibu mengantuk. Eh, apa karena sudah jam tidur juga kali ya. Haha. Saya benar-benar tidak tahu kapan tepatnya ASI saya keluar, yang jelas pada hari terakhir di rumah sakit sudah dipastikan bahwa ASI saya sudah keluar. Oh iya, saya tidak mendapat pelatihan dalam menyusui atau merawat bayi selama di rumah sakit. Jadi yang saya lakukan ya hasil tanya sana sini, panduan orang tua dan mertua, serta baca buku. Saat di rumah (mertua), saya semakin semangat untuk cepat pulih karena mulai saat itu saya harus bisa merawat bayi saya sendiri bagaimanapun juga. Saya selalu dan selalu merasa ASI saya cukup, dan saya selalu berdoa untuk itu. Pada hari-hari awal, saya meminum booster ASI dari resep dokter saat di rumah sakit serta banyak makan sayur dan minum susu untuk ibu menyusui. Sampai saat ini, booster ASI yang pernah saya konsumsi hanya yang dari rumah sakit itu dan mam* soya. Eh tapi, makan makanan enak juga termasuk booster ASI sih. Hehe. Sejak baby R lahir sampai hari ini, bagi saya masa-masa paling sulit adalah masa sebulan pertama. Pada masa ini butuh banyak penyesuaian, banyak mencari tahu, dan lagi luka operasi yang masih terasa sakit sering ditendang oleh baby R saat ia sedang menyusu. Sebenarnya saat saya reviu kembali, perjuangan saya memberikan ASI eksklusif kepada baby R tidak sesusah ibu-ibu lain di luar sana. Walaupun saya working mom, selama ini 99% pemberian ASI melalui direct breastfeeding. Pernah 2 kali baby R menyusu dari botol dot karena saya mengajari baby R untuk minum dari botol dot jaga-jaga saat saya tinggal kerja nanti, dan sekali baby R minum dengan menggunakan pipet karena saat itu dia lagi malas untuk menyusu. Saya pernah beberapa kali mengalami bendungan ASI bahkan sampai badan meriang, dan karenanya saya belajar bahwa cara paling efektif untuk menyembuhkannya adalah dengan disedot langsung oleh bayi. Ini juga yang jadi salah satu alasan saya tidak rutin memompa ASI setiap 2-3 jam sekali: saya takut terkena mastitis (selain karena tidak punya tempat penyimpanan ASIP yang memadai). Saya belum pernah mengalami puting lecet karena menyusui sampai beberapa hari kemarin. Iya, beberapa hari ini rasanya perih sekali saat baby R menyusu. Seperti disilet-silet rasanya tiap kali ada gerakan dari mulut baby R, tapi masih bisa ditahan kok. Semoga drama ini cepat berlalu lah (sambil meringis nahan perih). Saya merasa perjuangan memberikan ASI eksklusif untuk baby R ini sungguh dimudahkan oleh Allah. Bersyukur sekali saya dikelilingi oleh orang-orang dan lingkungan yang pro ASI. Bersyukur sekali rasanya baby R sudah lulus S1 ASIX. Tapi perjuangan memberikan ASI tidak berhenti sampai di sini. InsyaAllah sampai usia kurang lebih 2 tahun nanti, saya akan terus memberikan ASI.
0 notes