Tumgik
loveofmylife19 · 7 years
Text
AKU SIAP,
Tak perlu pusing untuk mencari cara meng"USIR"ku aku sendiri sudah siap berkemas-kemas.tenang, yang kubawa cuman kenangan kita dulu.harapan sengaja aku tinggalkan. jika dia menyakitimutak perlu susah-susah mencari kutinggal kau ketuk harapan itupasti ada aku yang masih setia menunggu. kini aku sudah siap.sudah siap menjadi prihal yang akan kau lupakan...
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Diam Dalam Do’a
Sebut saja aku pencundang dan kamu pemenang. Melupakanmu ternyata bukan hal yang gampang. Waktu yang sudah kulewati ternyata sudah tak terbilang. Mengikhlaskanmu masih belum kutemukan jalan terang. Pun pergi darimu, belum juga kutemui arah pulang.
Beribu hari sudah aku lalui tanpa kamu di sisi. Merindukanmu masih menjadi kesukaanku hari ke hari.  Aku ingin mendekapmu, namun hanya bisa kulakukan dalam mimpi. Inginkan nyata, namun kamu tak kunjung memberi. Justru padanya kamu berikan sepenuh hati.
Seringkali aku berpikir, bukankah ini tak adil? Aku meregang rindu, merajut pilu. Sedang kamu jauh melaju, mendapatkan bahagia baru. Aku mengingatmu selalu, mengenangmu setiap waktu. Sementara kamu tak pernah melihatku, bahkan sebatas berharap terbesit olehmu sedetik rupaku saja aku ragu.
Semua terasa tidak berjalan baik-baik saja. Bahkan usaha melupakanmu sekalipun. Aku selalu berharap diberikan kemampuan menyamai deru langkahmu, bukan bertujuan mengejarmu hanya saja aku juga ingin cepat meninggalkanmu. Ah, tetapi bagaimana bisa, jika dalam aku masih saja berisi segalamu, sedang dalam kamu sudah lama meniadakanku.
Meski aku tak bisa ucapkan ini secara langsung, tetapi semoga semua do’a dapat terkabul untukmu. Serta mudah-mudahan kamu mendapat kekasih yang dapat menjaga, melindungi, membimbing dan menyayangimu.... 
selamat ulang tahun cantik...
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Quote
Kadang Tuhan punya cara bercanda yang unik. Kita berada di ruang tunggu yang sama. Rinduku menantimu, tapi rindumu mengharap yang lainnya.
Hendry
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Aku tidak tahu
Kepada kamu disela-sela dunia barumu, Aku tidak tahu bernama apa rasa ini? Aku tidak tahu betulkah rangkaian rasa ini berdefinisi cinta? Aku tidak tahu benarkah kamu objek istimewanya? Yang aku tahu, kamu tidak sepenting itu dulu. Kehadiranmu sangat menyamankanku untuk selalu berada di dekatmu. Mana mungkin segalanya tertuju padamu, jika ada orang lain yang memalingkan pandanganku waktu itu? Meski dulu kami memang tidak resmi, tapi dia seperti bisa mengisi. Tadinya memang begitu kukira. Tadinya memang begitu kurasa. Tapi ternyata tidak. Aku salah jatuh, aku salah sangka, kukira dia ternyata kamu. Aku tak pernah sadar sepenting itu kehadiranmu bisa membuat hatiku bergetar. Tepatnya mungkin saat ada pria lain yang coba mendekatimu, yang pelan-pelan memalingkan wajahmu dari aku, yang memberikan sekat pembatas agar kita tak lagi memiliki hubungan erat. Meski aku belum tahu bernama apa rangkaian rasa itu, tapi aku sudah mulai merasa kehilangan kamu. Betulkah tawa itu sudah ada yang mensponsori? Betulkah hari-harimu sudah tidak lagi sepi? Betulkah tidak ada lagi harapan untukku mengisi? Betulkah sebentar lagi kau sudah ada yang memiliki? Aku takut. Aku takut kehadiran itu bisa menghilangkan peristiwa-peristiwa sederhana yang bisa membahagiakan kita. Aku takut ada jarak kecil yang lalu perlahan-lahan membesar, hingga kita kehilangan ritual-ritual manis tanpa sadar. Tapi jikalau bahagiamu itu bersama dia, aku bisa apa? Mungkin mulai dari sekarang, aku harus berancang-ancang. Mungkin aku harus membiasakan diri untuk terlepas dari ekspektasi untuk bisa kau kumiliki. Bisakah kusebut ini cinta ketika aku melepaskan dia dan ternyata kamu tidak memilihku, aku tidak akan menganggap semuanya sia-sia? Aku yang masih belum mau mengaku
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Hanya Bergumam,
Aku terbangun seperti biasa. Menatap handphone beberapa lama lalu melirik diam-diam ke arah jam. Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja belajar, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati? Mataku berkunang-kunang, pagi tadi memang sangat dingin. Aku menarik selimut dan membiarkan wajahku tenggelam di sana. Dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap mengigil— aku sendirian. Dengan kenangan yang masih menempel dalam sudut-sudut luas otak, seakan membekukan kinerja hati. Aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang secara sukarela membangunkanku atau menampar wajahku dengan sangat keras. Sungguh, aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering kukejar. Sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin kuingat lagi. Sudah tanggal 1. Seberapa pentingkah tanggal satu? Ya... memang tidak penting bagi siapapun yang tak mengalami hal spesial di tanggal satu. Kita masuk ke bulan September. Bulan yang baru. Harapan baru. Mimpi yang baru. Cita-cita baru. Juga kadang, tak ada yang baru. Aku hanya ingin kau tahu, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan, tak semua yang disebut masa lalu akan menghasilkan air mata. Aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya aku tahu rasanya perpisahan. Aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak pernah ingin kutinggalkan. Aku semakin tahu, masa lalu setidaknya selalu jadi sebab. Kamu, yang dulu kumiliki tak lagi bisa kugenggam dengan jemari. Kita berpisah, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. Iya, berpisah, begitu saja. Seakan-akan semua hanyalah masalah sepele, bisa begitu mudah disentil oleh satu hentakkan kecil. Sangat mudah, sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita memang telah benar-benar berpisah? Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterikatan apa-apa. Hanya saja aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama, cinta yang dulu kita bela begitu manis berbisik. Lirih... dingin... memesona... Segala yang semu menggoda aku dan kamu, kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta. Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan waktu, dengan langkah yang sama,  dengan denyut yang tak berbeda, begitu seirama... tanpa cela, tanpa cacat. Sempurna. Dan, aku bahagia. Bahagia? Benarkah aku dan kamu pernah merasa bahagia? Jika iya, mengapa kita memilih perpisahan sebagai jalan? Jika bahagia adalah jawaban, mengapa aku dan kamu masih sering bertanya-tanya? Pada Tuhan, pada manusia lainnya, dan pada hati kita sendiri. Kenapa harus kau ubah mimpi menjadi api? Mengapa kau ubah pelangi menjadi bui? Mengapa harus kauciptakkan luka, jika selama ini kaumerasa kita telah sampai di puncak bahagia? Kegelisahanku meningkat, ketika aku memikirkanmu, ketika aku memikirkan pola makanmu, juga kesehatanmu. Aku bahkan masih mengkhawatirkanmu, masih diam-diam mencari tahu kabarmu, dan aku masih merasa sakit jika tahu sudah ada yang lain, yang mengisi kekosongan hatimu. Seharusnya, aku tak perlu merasa seperti itu, karena kau masa lalu, karena kita tak terikat apa-apa lagi. Benar, akulah yang bodoh, yang tak memutuskan diri untuk segera berhenti. Aku masih berjalan, terus berjalan, dengan penutup mata yang tak ingin kubuka. Semuanya gelap, tanpamu... kosong. Ternyata, hari berlalu dengan sangat cepat. Sudah setahun, dan sudah terhitung lagi berapa frasa kata yang terucap untukmu di dalam doa. Salahku, yang terlalu perasa. Salahku, yang mengartikan segalanya dengan sangat berani. Kupikir, dengan ikuti aturanku, semua akan semakin sempurna. Lagi dan lagi, aku salah, dan kamu memilih untuk pergi. Ini juga salahku, karena tak mengunci langkahmu ketika ingin menjauh. Setelah perpisahan itu, hari-hari yang kulalui masih sama. Aku masih mengerjakan rutinitasku. Dan, aku mulai berusaha mencari penggantimu. Mereka berlalu-lalang, datang dan pergi, ada yang diam berlama-lama, ada yang hanya ingin singgah. Semua berotasi, berputar, dan berganti. Namun, tak ada lagi yang sama, kali ini semua berbeda. Tak ada kamu yang dulu, tak ada kita yang dulu. Ya, semua kenangan memang berasal dari masa lalu tapi tetap punya tempat tersendiri di hati yang sedang bergerak ke masa depan. Hidupku tak lagi sama, dan aku masih berjuang untuk melupakan sosokmu yang tak lagi terengkuh oleh pelukkan. Padahal, aku masih jalani hari yang sama, aku masih menjadi diriku, dan jiwaku masih lekat dengan tubuhku. Tapi, masih ada yang kurang dan berbeda. Kesunyian ini bernama... tanpamu. Jika jemari ditakdirkan untuk menghapus air mata, mengapa kali ini aku menghapus air mataku sendiri? Dimanakah jemarimu saat tak bisa kauhapuskan air mataku? “Untuk kali ini saja, mari berterimakasih pada pelukan. Betapa ia pandai memastikan bahwa kita tak pernah benar-benar sendirian”  
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Semoga Tidak Kamu Lagi,
Ada rasa sedih saat melihatmu bahagia..Bukan karena aku tak ingin kamu bahagia,,Melainkan, karena bukan aku yang membahagiakanmu..Itu menyakitkan!Seperti pukulan yang sebenarnya ingin buatku tersadarMungkin ini waktu untuk aku terpurukSehingga doa,, dapat melahirkan semangat dan kemudian dapat membuatku bangkit..Namun ketahuilah,, Sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu..Dingin darahku mengalir membawa bayang-bayangmu mengelilingi tubuhkuDan jantungku,, berdenting demi kau menari-nari di pikirankuAda satu hal yang sampai hari ini masih membuat aku bangga menjadi aku,,Itu karena aku mampu terima kamu apa adanya..Aku meminta ampun kepada Tuhan,,Sebab, aku pernah berharap.. Kalau suatu saat ketika angin menghempasku hilang dari daya ingatmu..Aku tak ingin pernah lagi menginjak bumi..Sebab hidup,, jadi terasa bagaikan dinding yang dingin ..Dan aku harus menjadi paku,Sebab kamu bagai lukisan dan cinta itu palunya..Memukul..memukul..dan memukulku hingga aku benar-benar menancap kuat..Pada akhirnya,,Semoga tidak kamu lagi yang aku lihat sebagai satu-satunya cahaya dalam pejamku sebelum pulas..ya! semoga TIDAK kamu lagi.. “Kita berjauhan dan harus berteriak. Padahal Tuhan menciptakan pelukan agar kita bisa merasakan nikmatnya berbisik.”
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Sudah hampir lebih satu jam aku berjalan-jalan tanpa tujuan. Pukul 2 pagi diperempatan simpang 4 al jabar dengan suasana yang begitu sepi, membuatku merasa sedikit ngeri. Bayangkan saja, jika dalam keadaan sebegini sunyi, tanpa ada lagi tanda-tanda kehidupan. jika ada sesuatu yang buruk menimpaku, mungkin hanya Tuhan yang tahu. Tapi bagus juga; esok, namaku terpampang dengan jelas pada halaman awal surat kabar harian Rakyat Batam; "Seorang pemuda berpenampilan semrawut, dengat perawakan labil, dan tengah menderita galau stadium akhir ditemukan Tewas bersimbah air mata disekitaran simpang 4 aljabar". Menjadi artis dadakan karena kasus memalukan, tidak buruk juga kan? Bicara tentang artis. Pasti menyinggung tentang kamu juga, dan akhirnya, aku sendiri yang kelelahan untuk kembali menata hati. Kamu tau? Sejak kamu titipkan luka, entah kenapa ada beberapa perubahan yang semakin tak kumengerti. Entahlah, hanya aku saja yang menyadari atau tidak, yang jelas; ini sangat membingungkan. Bagaimana tidak, aku semakin tidak mengenali diriku lagi. Aku menjadi pria melankolis, sedikit aneh dan peragu. Tolong jangan salah paham. Aku tidak bermaksud untuk mengusik rutinitasmu dengan keluh kesahku, atau mengharap sedikit rasa simpatimu, tentu tidak. Aku hanya menceritakan sedikit perubahan-perubahan pada kehidupanku. Ah,ya. Tentang hidupmu. Kehidupan barumu yang sekarang, tak perlu kucari tau. Sudah bisa ku analisa dan simpulkan secara tepat. Mungkin bukan hanya aku, yang lain, teman-teman, keluarga, saudara, dan semua orang yang mengenalmu pasti tau bahwa kamu tengah dirundung asmara yang bergelora. Perasaan itu pasti tengah membuncah liar diantara kalian. Aku tidak heran jika kamu bisa begitu cepat pulih dari luka setelah kita berpisah. Bahkan aku ragu, kamu sempat merasa terluka saat keputusan itu kau ambil. Bagaimana tidak, belum genap satu bulan keputusan itu tercetus, status di bb mu sudah dipenuhi rona bahagia, tentu saja mengatas namakan dia. Jangan salah mengerti, aku bukan pria kecil yang akan merengek-rengek meminta kamu putus dengannya. Bahkan, aku selalu mendoakan hubunganmu dan pria itu selalu baik-baik saja mengingat kamu sepertinya sangat bahagia dengannya. Hidupku, mungkin tak begitu penting lagi buatmu. Mungkin, sekarang saat ada yang bertanya padamu tentang aku, kamu pasti hanya mengangkat pundak,geleng kepala, tak perduli. Tenang saja, meski kamu tak lagi menjadikanku kecintaan, namun kamu tetap menjadi guru pembimbing yang baik. Berkat luka yang kamu tinggalkan, sekarang aku mulai memahami mana yang harus dikejar dan mana yang harus ditinggalkan. Berkat itu, aku juga mulai paham arti rencana Tuhan. Jika yang bertahun-tahun bersama saja bisa dengan sekejap punah, belum tentu yang hitungan bulan gagal terikat setia. Semua serba belum pasti. jika yang telah berusaha saja tetap hanya selalu mencicipi pedasnya, mungkin lebih baik menunggu untuk memetik rasa manisnya. Cintaku,cintamu,beda(kukutip dari karya menakjubkan sang idola) Dalam persepsiku, cinta hanya dibandrol sepenuh hati, sejati, mungkin juga sampai mati. Menurutmu, mungkin cinta itu seperti ilalang. Telah di pangkas habis, selau bisa tumbuh dengan cepat. Mungkin, yang membaca akan tersenyum. Atau bahkan tertawa. Dari awalkan sudah kukatakan, pria ini tengah galau stadium akhir. Jadi tolong,,jangan tertawa!!! Aspalnya masih basah, genangan air hujan tadi sore juga masih banyak dimana-mana. Lebih baik jika aku bergegas pulang, azan subuh sebentar lagi berkumandang. Dan,,,satu hal lagi,untuk kamu yang sekarang tengah menikmati indahnya jatuh cinta. ''Tolong jaga prasaannya. Cukup aku pria yang mengenal baik burukmu. Biarkan dia hanya mengetahui sisi baik, manis, dan kepolosanmu. biar dia semakin terbius dengan kecantikanmu hingga lupa bahwa kamu juga bercelah. Itu pasti sangat membantu untuk kelangsungan hubungan kalian, dia pasti pria yang sangat ideal hingga kamu dengan sangat iklas mengembalikanku pada kesendirian.'' Sudah sangat larut, itu saja pesanku. Semoga kamu paham #24 mei 2016,Simpang AL jabar.
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Love of my life
Apa kabar, Ririn? Tidak sedang bersedih, kan? Tiba-tiba ingatanku sepi. Kau ke mana? Semoga masih tetap dalam lindunganNya. Di kata ketiga yang mengawali tulisan ini, aku yakin kau sudah menemukan satu nama yang seringkali mencampuri cemas-cemasku. Tentang lelahmu yang tak lagi bisa kutanggung, atau tentang tangismu yang tak mungkin lagi kutampung. Beban dunia akan tetap ada, namun saat kau percaya di depan sana ada cahaya, niscaya semua hal akan sampai dengan indahnya. Saat semua jalan terlihat buntu, serahkan saja pada doa untuk membukanya. Tak perlu takut untuk memohon, yakini saja bahwa jarak dan rindu terkadang juga pandai mengaminkan harapan-harapan baik. Aku sendiri paham, tentunya banyak hal yang kau sesalkan perihal pertemuan yang salah ini. Bukan semata-mata perkara waktu, namun ada rasa yang kita jatuhkan tidak pada tempatnya. Seperti yang kau tahu, aku menjauh tak membawa banyak bekal kekuatan. Sisa kata-kata dari percakapan-percakapan kemarin, kini sedang kurangkai menjadi puisi-puisi lucu yang kerapkali kutulis sambil menangis. Inilah bagian yang paling kubenci dari persimpangan. Ia hanya akan membawa kau dan aku menuju arah berlawanan, menemukan seseorang, lalu salah satu dari kita akan merasa kehilangan. Tapi kau perlu tahu, sebuah perpisahan, apa pun itu bentuknya, akan membuat kita paham bahwa cinta sebenarnya terbentuk dari dua kata yang tak tersentuh; pemaaf dan penyabar.Berjalanlah mengikuti kata hatimu, agar aku selalu memiliki cerita yang bisa kukenang di tiap-tiap jelang tidur seperti ini.Kita berdua sudah sama-sama kalah. Hanya saja, kau sedikit lebih beruntung karena masih memiliki tempat di ingatanku. Terima kasih untuk segala sesuatunya. Dan maaf sekali lagi, kalau aku masih lelaki yang berusaha melupakanmu dengan cara yang nyaris tak pernah kutemukan.
0 notes
loveofmylife19 · 7 years
Text
Berhenti
Bisa beritahu padaku dimana garis finish berada?   Percayalah padaku ketika dengan susah payah aku berkata aku sudah lelah. Segala daya telah tercurah. Aku kini mengaku kalah. Akan   kuserahkan apa saja yang kau minta dengan pasrah. Tapi kumohon, kembalikan hati yang telah kau tawan meski ia telah terluka parah. Akan kubebat lukanya hingga semoga tak lagi berdarah .. Kumohon, jangan simpan secuil pun ragu ketika aku katakan aku ingin   berhenti. Aku bahkan tak sanggup lagi berdiri. Aku terlalu letih.   Biarlah aku menahan diri dan mencoba sendiri … 
0 notes