Tumgik
lucucul-blog · 8 years
Quote
Dan akhirnya aku telah salah menilai orang lagi.Dengan kejadian yg sama persis. Apakah ini pertanda?
3 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
1M notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Text
Dalam Perjuangan
©kurniawangunadi
Kalau kamu mendapati sesuatu yang berharga, apakah kamu bersedia berkorban banyak hal dalam hidupmu? Waktu, tenaga, usia, pikiran, dan banyak hal lain untuk memperjuangkannya yang belum tentu itu akan menjadi milikmu? Resiko terbesar dari memperjuangkan adalah tidak mendapatkan apa yang diperjuangkan. Namun, percayalah bahwa hasil tidak pernah mengkhianati proses. Tidak ada yang sia-sia dalam perjuangan, Allah melihat apa yang kita kerjakan.
Masih sanggup, kan?
1K notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Text
Yang Harus
Ada yang harus reda, namanya ego.
Ada yang harus terik, namanya keyakinan.
Ada yang harus mengalir, namanya kebaikan.
Ada yang harus surut, namanya amarah.
Ada yang harus luas, namanya hati.
Ada yang harus dalam, namanya pikiran,
Ada yang harus berjuang, namanya aku.
©kurniawangunadi
3K notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
If you ever see someone and they might seem to be outwardly irreligious; not praying, not dressed a certain way, not acting a certain way. Never look down upon them because perhaps they have tears that are precious, hearts that are special, souls that are great, and maybe Allah loves them more than you and is waiting for a moment of proximity to show them that.
Shaykh Mohammed Aslam (via islamicrays)
231 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
491K notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
Doaku pagi ini : semoga aku tidak lekas menilai buruk kebaikan satu atau beberapa orang dan membandingkannya dengan kebaikan lain. Sehingga aku menjadi picik hati, dan bukan membantu mereka yang berlaku baik.
Tia Setiawati (via karenapuisiituindah)
135 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Text
sahaja
“Someone became a CEO at 25 and died at 50 while another became a CEO at 50 and lived to 90 years. Everyone works based on their time zone”
Nukilan artikel berbahasa inggris dengan tema “time zone“ di atas menyebarluas di media sosial beberapa pekan lalu. Banyak kawan-kawan perempuan yang merilisnya ke linimasa dengan pengingat tersirat: jangan terlalu merecoki jalan hidup orang lain ya. Ketika sebagian dari kita memutuskan untuk melangkah ke jenjang hidup yang berbeda, sebagian yang lain masih menekuni jenjang yang sama.
Topik ini enggak pernah lepas dari dinamika kedewasaan. Ada urutan baku yang seakan jadi standar kalau lagi ngobrolin hidup: ngerjain skripsi, lulus, berkarier, nikah, melahirkan, mendidik anak dst. Mereka yang berhasil menuntaskan acuan satu per satu seolah layak dikasih predikat “matang”. Sementara mereka yang tersendat di persimpangan atau gugur di tepi jalan, dianggap janggal karena terdepak dari urutan baku.
Nyatanya, jalan hidup enggak melulu sejalan dengan standar yang ada. Linimasa tiap orang bervariasi sesuai takdir-Nya. Kita punya tujuan yang beranekaragam sesuai harapan. Tiga hal itu udah cukup jadi alasan kenapa kita emang enggak perlu merecoki urusan orang lain. Toh semua juga dititipkan-Nya perjalanan hidup yang istimewa untuk dijalani. Istimewa karena seluk beluk di satu perjalanan enggak akan persis dengan yang lainnya walau terjadi diantara dua kembar identik sekalipun.
Sebab yang bikin kita sering baper tiap ngobrolin topik beginian adalah kebiasaan menyeragamkan. Seolah semua harus sesuai urutan baku. Perempuan harus punya suami di umur sekian. Jeda antara nikah sama hamil jangan kelamaan. Para pasutri yang harmonis berumahtangga mungkin pernah menyudutkan para bujang yang enggak kunjung kawin dengan “enggak capek gitu jadi pemain tunggal putra terus?” atau papa-mama muda yang khatam berketurunan mungkin pernah menyinggung pasutri lain dengan “hepi tau punya anak tuh, kapan dong nyusul?”.
Enggak ada yang tau ikhtiar orang lain persisnya udah sejauh apa. Siapa yang tau kalau si bujang tadi udah berkali-kali melamar perempuan tapi hasilnya nihil atau pasutri yang disinggung tadi baru ditinggal wafat anak pertama yang usianya hanya hitungan pekan. Bisa jadi mereka udah cukup kenyang tersudutkan realita. Siapa yang paham dengan teka-teki takdir? Yang kita perlu pahami ialah zona waktu untuk setiap orang berbeda. Momentumnya juga beda-beda.
Pas ada sahabat yang nemuin tambatan hati terakhirnya, sahabat satunya lagi belum tentu bisa menambatkan hati juga. Waktu ada tetangga yang dikaruniai keturunan kesekian kalinya, tetangga sebelah belum tentu bisa beranak berbarengan. Kalau nikmat-Nya selalu dijatuhkan serentak untuk semua manusia dalam bentuk yang sama, apalah arti perjuangan, penantian, keberpasrahan dan syukur?
Oleh karenanya, saya pribadi masih perlu terus menata diri supaya enggak lebay dalam menyikapi setiap peristiwa. Ada kabar gembira, bersyukur sepantasnya. Ada kabar pilu, bersedih seperlunya. Kita memang makhluk berperasaan tapi bukan berarti setiap kejadian harus selalu dibuat gempita seakan semua penduduk dunia mutlak harus turut larut dalam sukacita atau dukacitanya bukan?
Di era yang makin transparan, dengan gampang kita bisa menyimak cerita banyak orang lewat linimasa media sosial. Foto liburan keluarga bernuansa bahagia bisa berdampingan dengan foto sepasang makam dari remaja yang baru resmi jadi yatim-piatu secara sekaligus. Kabar tentang perayaan kelulusan ujian akhir bisa berdempetan dengan berita gantung dirinya remaja yang depresi gagal lulus. Wise people said, “it amazes me how the happiest days of your life can be followed by the saddest. And it amazes me just how beautifully the Light breaks in when we feel as if the darkness will never leave. All things pass and that’s one of the most humbling things about this life”.
Maka, suka dan duka adalah dua sisi tertaut yang saling mengutuhkan hidup secara berkelanjutan. Saat paham kalau keduanya bisa silih berganti dalam tempo yang begitu singkat, bekal apalagi yang lebih penting daripada kebersahajaan? Yakin bahwa segala sesuatu pasti datang melalui skenario terbaik-Nya untuk meningkatkan derajat kita. Wallahu a’lam bishawab.
510 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Text
Jarak itu lebih baik agar cinta lebih terjaga. Jarak itu lebih baik agar tidak terpalit dengan noda. Wanita muslimah jatuh cinta? Lelaki soleh jatuh cinta?
Tiada yang pelik, mereka juga adalah manusia. Bukankah cinta itu adalah fitrah manusia? Mereka juga punya hati dan rasa. Tetapi tahukah betapa berbezanya mereka ketika cinta mula tertaut antara mereka? Ketika mereka yang lain mencorakkan cinta itu dengan bercouple, berhubungan di luar batasan, setiap hari penuh gurauan, keluar berdua duaan, berpegangan tangan, setiap malam call berbagi perasaan, tetapi tidak mereka. Mereka tidak perlukan caption yang manis untuk dihebah di media sosial bahawa “aku sudah berpunya. Aku milik dia”. 
Mereka tak perlu membazir duit untuk keluar berduaan, belanja makan termasuk topupkan. 
Mereka tak perlu membazir masa 24 jam message setiap hari seolah seperti tiada kerja lain yang ingin dilakukan. 
Mereka tidak perlu membazir air mata untuk pasangan ketika perselisihan atau luka tercipta. 
Mereka tidak mengambil kemanisan cinta sebelum nikah kerana mereka tidak mahu hubungan cinta itu tawar selepas nikah. Ketika mereka jatuh cinta, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tidak lagi suci. 
Kekhuatiran jika hati mula melarat rindu merindui sehingga melebih lebih, kegelisahan andai cinta ini melebihi dari cinta yang Esa. 
Ketakutan yang teramat andai diri mula hanyut dengan panahan cinta manusia tanpa sedar sehingga menjejaskan amal ibadah. Mereka berusaha menjaga batas batasnya walaupun kadangkala terbabas. 
Sungguh, 
Allah yang membolak balikkan hati manusia. 
Bersabarlah. 
Binalah tembok pembatas antara kau dan dia. 
Pasangkan duri dalam hatimu, agar rasa itu tidak tumbuh bersemai.
Bila perasaan mu mula terhanyut, 
Cepat cepat putarkan balik hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya.
Bersabarlah. 
Biarkan Allah yang mengaturnya. 
Cukup salur melalui doa.
Semuanya akan indah apabila tiba waktunya. 
Doa.
272 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
Karena yang mencintai Tuhannya tahu bagaimana harus bersikap ketika ia jatuh cinta kepada salah satu makhluk-Nya.
Karena cinta adalah menjaga.  (via febriantiambar)
356 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Masjid al-Haram Animation
Originally found on: thisthoughtismine
5K notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
Aku tidak khawatir dianggap tidak mampu. Aku lebih khawatir dianggap mampu dan pantas padahal kompetensiku masih jauh dari yang orang lain kira.
(via urfa-qurrota-ainy)
1K notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
“Mainkan Saja Peranmu, Tugasmu Hanya TAAT kan?!”
Ketika ijazah S1 sudah di tangan, teman temanmu yang lain sudah berpenghasilan, sedangkan kamu, dari pagi hingga malam sibuk membentuk karakter bagi makhluk yang akan menjadi jalan surga bagi masa depan. Mainkan saja peranmu, dan tak ada yang tak berguna dari pendidikan yang kau raih, dan bahwa rezeki Allah bukan hanya tentang penghasilan kan? Memiliki anak-anak penuh cinta pun adalah rezeki-Nya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika pasangan lain mengasuh bersama dalam cinta untuk buah hati, sedang kau terpisah jarak karena suatu sebab. Mainkan saja peranmu, suatu hari percayalah bahwa Allah akan membersamai kalian kembali. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika nyatanya kondisi memaksamu untuk bekerja, meninggalkan buah hati yang tiap pagi melepas pergimu dengan tangis. Mainkan saja peranmu, sambil memikirkan cara agar waktu bersamanya tetap berkualitas. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika katamu lelah ini seakan tiada habisnya, menjadi punggung padahal rusuk. Mainkan saja peranmu, bukankah semata-mata mencari ridha Allah? Lelah yang Lillah, berujung maghfirah. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika belahan jiwa nyatanya bukan seperti imajinasimu dulu, mainkan saja peranmu, bukankah Allah yang lebih tahu mana yang terbaik untukmu? Tetaplah berjalan bersama ridha-Nya dan ridhanya, untuk bahagia buah cinta. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika timbul iri pada mereka yang dalam hitungan dekat setelah pernikahannya langsung Allah beri anugerah kehamilan, sedangkan kau kini masih menanti titipan tersebut. Mainkan saja peranmu dengan sebaik sebaiknya sambil tetap merayu Allah dalam sepertiga malam, menengadah mesra bersamanya. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika hari-hari masih sama dalam angka menanti, menanti suatu bahagia yang katamu bukan hanya untuk satu hari dan satu hati. Mainkan saja peranmu sambil perbaiki diri semata-mata murni karena ketaatan pada-Nya hingga laksana Adam yang menanti Hawa di sisi. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ketika ribuan pasangan pengantin mengharapkan amanah Ilahi, membesarkan anak kebanggaan hati, dan kau kini membesarkan, mengasuh dan mendidik anak yang meski bukan dari rahimmu. Mainkan saja peranmu, sebagai ibu untuk anak dari rahim saudarimu. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ibrahim, melaksanakan peran dari Allah untuk membawa istri dan anaknya ke padang yang kering. Kemudian, rencana Allah luar biasa, menjadikannya kisah penuh hikmah takdir manusia. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah Ayub yang nestapa adalah bagian dari hidupnya, dan kau dapati ia tetap mempesona, menjadikannya kisah sabar yang tanpa batas berujung surga. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Ya, taat. Bagai Nabiyullah lainnya. Berkacalah pada mereka, dan jejaki kisah ketaatannya, maka taat adalah cinta. Mainkan saja peranmu, tugasmu hanya taat kan?
Taat yang dalam suka maupun tidak suka. Taat yang bukan tanpa keluh, namun mengupayakan agar keluh menguap bersama doa-doa yang mengangkasah menjadikan kekuatan untuk tetap taat.
Mainkan saja peranmu, dalam taat kepada-Nya, dan karena-Nya.
Oleh : Salim A. Fillah
414 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
‎Don’t wait to get old to worship Allah. If today is your last day, you are old already.
Abu Hafsah Abdul Malik Clare
Originally found on: beautifulpatienceforever
(via islamic-art-and-quotes)
330 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Text
Why was I tested?
Do the people think that they will be left to say, “We believe” and they will not be tried? But We have certainly tried those before them, and Allah will surely make evident those who are truthful, and He will surely make evident the liars. (29:2-3)
73 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Quote
Everything eventually will end. Now we know forever is a lie.
(via aidicted)
53 notes · View notes
lucucul-blog · 8 years
Photo
Tumblr media
Islamic architecture – Arches overlooking Cairo
Originally found on: khadiijah4islam
354 notes · View notes