lyrarch
lyrarch
2K posts
Don't give up, just don't! Cause Allah always with us.
Don't wanna be here? Send us removal request.
lyrarch · 6 days ago
Text
Ga ada hukum yang benar-benar adil di dunia ini. Kadang kebenaran itu bisa jadi berat sebelah atau justru membela yang salah seutuhnya. Untuk itulah pengadilan dan penghakiman Allah di hari akhir nanti dengan keadilan se adil-adilnya.
0 notes
lyrarch · 7 days ago
Text
Bagian tersulit bagiku di tahun ini untuk memaknai dan memaafkan seluruh luka yang kusimpan sepanjang perjalanan hidupku untuk tetap menerima ayahku kembali.
Tidak mudah bagiku hanya untuk melihat wajahnya lagi.
Tidak juga mudah bagiku untuk hanya sekadar mendengar suara atau bahkan menerima kehadirannya dalam bentuk apapun.
Aku tidak juga menyimpan dendam, tapi luka menahun itu membuatku lebih bisa memaafkan jika beliau tidak lagi ada dalam kehidupanku dalam bentuk apapun.
0 notes
lyrarch · 7 days ago
Text
Tadinya kukira komunikasi adalah kunci bagi setiap hubungan.
Tapi ternyata enggak. Kalau masih inget, dulu aku pernah nulis tentang hard convo, nah sekarang mau review hal-hal yang penting selain komunikasi.
Aku suka menganalogikan komunikasi sebagai jembatan yang berfungsi sebagai penghubung antara dua daratan. Kira-kira ada beberapa kunci agar keterhubungan tersebut dapat bekerja dengan baik:
Kedua daratan sama tingginya. Jika tidak sama, jembatannya harus effort lebih dalam pembangunannya (sekufu).
Kesediaan mengambil bagian untuk membangun jembatan dari ujung masing-masing agar bertemu di tengah (willingness).
Tidak membebani tugas "membangun jembatan" dari satu daratan saja (self awareness, respect, empathy)
Paham bahwa membangun jembatan adalah tugas bersama. Tidak merasa si paling lelah/paling berjasa. (pemahaman hak dan kewajiban).
Keselarasan tujuan, hal yang diperlukan, hal yang tidak relevan dengan tujuan tersebut (alignment, sense of urgency and severity).
Akhirnya aku rangkum sebagai alur seperti ini:
Trust → Respect → Willingness → Listening → Understanding → Empathy → Communication → Sense of Urgency and Severity → Alignment of Vision → Implementation and Feedback (Compassion)
*masih mentahan, kayanya akan direvisi seiring waktu, urutannya juga mungkin ada yang kurang tepat, step-nya mungkin ada yang perlu ditambah
Trust akan mudah diperoleh jika "kedua daratan punya tinggi yang sama" dalam arti sekufu (compatible).
Banyak tafsiran tentang kesekufuan tapi aku senang mengartikannya sebagai "sekufu resource-nya dan kemampuan memberdayakannya, serta sekufu framework".
Bahasan tentang framework akan panjang, tapi framework mengandung 3 hal: library, tools, rules. Ketiganya barulah diperoleh dari banyak hal: default sebagai manusia, parenting, pendidikan formal, kondisi finansial, pengalaman hidup, perjalanan spiritual, pertemanan, lingkungan, tontonan/bacaan, dsb.
Kenapa sekufu framework? Karena akan mempengaruhi bagaimana algoritma kehidupan seseorang berjalan. Kemana dia akan merujuk? Apa kerangka referensi/acuan yang akan dia gunakan berulang dalam setiap problem solving dan decision making?
Respect berawal dari pemahaman tentang identitas, nilai, dan posisi diri serta orang lain (self awareness). Dari respect akan melahirkan kesediaan (willingness) untuk memahami perannya dan melakukan job desk-nya. Dia nggak akan menuntut orang lain karena sadar hak dan kewajibannya.
Empati pernah kubahas di sini. Intinya, "feel deeply, think accurately, act wisely." Dari empati, kita akan bisa membaca peta realita tentang "apa yang penting dan apa yang fatal bagi orang lain?" dengan kata lain sense of urgency and severity. Outcome-nya, kita nggak akan menyepelekan hal yang penting, dan kita nggak akan terus menerus melakukan hal fatal.
Komunikasi bukan sekedar menyampaikan melainkan bagaimana pesan dapat tersampaikan dengan baik. Kemudian implementasi merupakan bentuk menghargai semua proses membangun jembatan itu. Perlu compassion untuk melakukan implementasi terhadap "pesan" yang dikomunikasikan.
Tapi kadang, ada orang yang memelihara kemalasan emosional maupun intelektual untuk sekedar memahami apa perannya, apa posisi dirinya dan orang lain, mana yang penting, mana yang fatal, dsb. Makanya kadang-kadang hubungan nggak berjalan mulus. Bahkan sejak tahap willingness, listening, dan understanding aja orang masih banyak yang remed.
Orang juga sering "mengkambinghitamkan" ego karena kurangnya kosakata tentang hubungan antar manusia. Nope, bagi orang yang sudah tuntas hal-hal tadi, ego juga tetap diperlukan untuk menghormati diri mereka sendiri.
Tapi ada orang yang belum numbuhin willingness, belum coba understanding, belum listening comprehensive, eh malah nuntut egonya dikasih makan. Kan ngelunjak ya?
Default manusia adalah makhluk pembelajar. Jadi aneh kalo ada manusia yang enggan menumbuhkan kesediaan untuk "iqra" terhadap diri dan orang lain. Mending jadi congcorang aja. Intinya, komunikasi itu penting, tapi banyak hal penting lainnya yang perlu dipenuhi agar komunikasi berjalan dengan baik.
��� Giza, nabung ilmu untuk kehidupan hari ini bersama orang-orang tersayang
134 notes · View notes
lyrarch · 7 days ago
Text
Memang ya, perlu yang namanya "usaha sadar" untuk lepas dari hal-hal yang pernah kita sukai secara tak sadar. Bentuknya beragam, tapi mostly yang berkaitan dengan nafsu syahwat. Anw, hal terindah dari punya pasangan* adalah ego kita dikasih makan dan dengannya kita bisa merasa besar dan bernilai. Iya, kan?
*specific context: non-halal relationship
Sedangkan "sadar" itu sendiri sudah sangat melelahkan.
Pernah dengar doa "rabbanā lā tuzigh qulūbanā"?
"Tuzigh" atau "zagha" dalam Bahasa Arab adalah ketika sesuatu agak melengkung atau menyimpang, namun kita tidak menyadarinya. "Zaygh" adalah seseorang yang merasa berjalan lurus, namun tidak menyadari kalau arahnya ternyata sudah berbelok, sehingga jalannya menyimpang dari garis aslinya. Menyimpang di sini bukan berarti berbelok arah 90 derajat atau berbalik arah, melainkan sedikit demi sedikit, secara perlahan, menjauh dari Allah tanpa disadari. Dan sampai akhirnya perasaan iman (di dalam hati) pun lenyap.
Ketika kita mengetahui bahwa "zagha" itu proses yang unconsciously, maka yang harus dimiliki adalah kesadaran; resource and time awareness.
Kesadaran bahwa sudah banyak sumber daya dan waktu yang terhambur sia-sia di jalan yang keliru (bukan haknya, bukan tempatnya) secara "zagha".
Tapi jauh sebelum itu, ada berlapis-lapis kesadaran yang perlu dibangun.
Sadar (1) : notice (giving new attention to something)
Sadar (2) : realize (thinking about something and coming to new understanding)
Sadar (3) : aware (keeping something in mind)
Sadar (4) : conscious (being aware of yourself, your surroundings, and your actions, often with a focus on being awake and alert, know what's happening)
Sadar (5) : mindful (intentionally giving your full attention to the current moment)
Pembahasan tentang lapisan-lapisan kesadaran akan panjang. Belum tentang apa kata Qur'an tentang sadar? Belum tentang taqwa itu apa? Khusyuk itu apa? Ihsan itu apa? Jadi kuberi garis besarnya aja dulu.
Semoga Allah karuniakan kita kemampuan untuk selalu berdzikir dan "kembali" kepada-Nya.
— Giza, dan serentetan ujian kesadaran dalam rentang hidupnya
85 notes · View notes
lyrarch · 7 days ago
Text
Akur
I was in a rebellious season in my life until one day I read a very powerful book. From there my relationship with God was reset. I started studying design thinking and learning to understand based on frameworks.
Kenapa aku mengusahakan sebegitunya untuk menjadi sehat jiwa? Sebab rebellious season tersebut melelahkan. Jenis lelah yang menguras habis seluruh energi sebab memposisikan diri bersebrangan dengan Tuhan dan menganggap-Nya memusuhiku.
Ternyata menenangkan akur dengan Dia. Ternyata Dia telah melakukan segala cara agar tidak menjadi asing dengan kita. Dia telah memberi tanda dalam berbagai "bahasa" agar kita dapat membaca. Kalau bisa bicara, langit dan bumi tentulah menjadi saksi bagaimana Allah menggunakan mereka untuk menunjukkan "bahasa kasih"-Nya.
Mungkin Dia sudah menjawab, tapi kamu aja yang nggak suka sama jawabannya. Atau, alternatif lainnya, surat Yasin mengajarkanku bahwa nggak semua hal butuh jawaban. Ia dimulai dengan huruf muqatta'ah yang merupakan huruf yang terputus/misterius. Pandangan ulama yang paling kuat tentang huruf ini pada akhirnya adalah, "Allah yang lebih mengetahui. Bahkan Maha Mengetahui."
Mungkin yang kita perlukan bukanlah jawaban melainkan sebatas kekuatan untuk melaluinya sambil meredakan pertanyaan-pertanyaan itu dengan "nanti Allah jawab di akhirat". Agar jangan sotoy dalam berjalan dan mau dimuridkan Allah.
Kita kadang sok-sokan jadi "maniak hikmah", tapi sering juga kita tidak temukan apapun di ujung pengalaman selain rasa sakit dan luka. Atau biasanya hanya kita temukan kemungkinan-kemungkinan yang barangkali kita ambil untuk menguatkan diri kita.
Dari surat Yasin, Allah mendidik kita untuk akur. Yang kita perlukan bukan pengetahuan dan pengendalian atas segala hal. Maka betapa indahnya, ketika kita terima dan ridha, mengizinkan Allah mengambil alih semuanya dan percayakan saja semua pada-Nya sebab Dia Maha Baik dan Maha Bijak.
Kalau kata Charlie Howell,
"To walk in forgiveness, you must forgive every time the memory comes up."
Aku nggak bilang itu mudah untuk dilakukan. Beberapa dari kita dihajar hingga babak belur oleh pengalaman yang mengerikan. Satu atau dua hal kecil saja dapat memicu ledakan di dalam diri. Bertahun-tahun kita holding our anger, our grudges, our bitterness, sedangkan para penyebabnya melanjutkan hidup dengan tidak bertanggung jawab.
Pak Marcus Stanley bilang bahwa butuh waktu lama untuk menyadari bahwa memaafkan mereka yang menyakitimu secara harfiah dapat menyelamatkan hidupmu. Dan pahamilah bahwa, hanya karena ingatan itu muncul dan luka itu terpicu kembali, bukan berarti kamu belum memaafkan. Memaafkan bukanlah hal yang sekali dilakukan, namun berjalan setiap hari.
Akurlah, redalah, teduhlah, ridhalah, dan bergembiralah. Sebab surga adalah tempat bagi orang-orang yang terluka.
— Giza, si senggol bacok dengan default sensitivitas lebih tinggi dari kebanyakan orang
96 notes · View notes
lyrarch · 7 days ago
Text
Agar Kamu Tidak Bersedih
Ternyata di Qur'an tuh banyak banget kalimat-kalimat yang "aneh" dalam artian, "pasti ada maksudnya nih, ini mah bukan buatan manusia."
Jadi tadi aku notice potongan ayat, bagus banget.
"— karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati (lagi) terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu—"
Respons pertama saat baca kalimatnya adalah: Hah? 😧 Bentar.. nggak salah nih? Kesedihan demi kesedihan supaya nggak sedih? Hah? Gimana ceritanya? Memang istilah bahasa Arab yang dipakainya apa?
Tumblr media
Ternyata untuk kesedihan demi kesedihan diksinya tuh "غَمًّا بِۢغَمٍّ" , sementara untuk bersedih hati pakai diksi "تَحْزَنُوْا". Berarti ada kesedihan yang berbeda kan?
Apa perbedaan antara: الحزن (al-huzn), الغمّ (al-ghamm), dan الهمّ (al-hamm)?
Huzn (الحزن) berkaitan dengan hal-hal yang telah berlalu (masa lalu).
Ghamm (الغمّ) berkaitan dengan hal-hal yang sedang terjadi (masa kini).
Hamm (الهمّ) berkaitan dengan hal-hal yang akan datang (masa depan).
Secara literal, "غَمّ" berarti menutupi, menyelubungi, atau menekan. Dalam konteks emosional, "ghamm" menggambarkan perasaan yang menutupi hati seseorang dengan beban berat.
Di ayat lain, "غَمّ" juga berarti awan/kabut yang meliputi. Cukup masuk akal, ketika di dalamnya kita jadi tidak dapat melihat ke depan maupun ke belakang. Di ayat lainnya lagi, bentuknya "غُمَّةً" artinya dirahasiakan. Masuk akal juga, karena ketika kita mengalaminya, kita nggak pengen dunia tau apa yang terjadi pada kita. Kita akan merahasiakannya serapat mungkin and act like everything is fine.
Tumblr media
Aku menemukan bahwa "غَمّ" digunakan di 4 cerita di dalam Qur'an:
Nabi Musa setelah membunuh seseorang secara tidak sengaja dan menyadari dampak serius dari tindakannya yaitu menjadi buronan dan menghadapi risiko yang besar serta konsekuensi yang mungkin timbul.
Nabi Yunus setelah menyadari bahwa meninggalkan misi dakwah dan melarikan diri dari tanggung jawabnya telah menyebabkan dirinya berada dalam situasi yang sangat sulit, yaitu dalam perut ikan. Perasaannya mencekam dan tertekan akibat kesadaran atas kelalaian dan dampaknya terhadap tugas yang diberikan Allah.
Pasukan pemanah Uhud yang meninggalkan posisi mereka di medan perang Uhud menyadari bahwa ketidakdisiplinan mereka menyebabkan kekalahan yang fatal bagi seluruh pasukan dan mereka cemas terhadap hasil dari tindakan mereka.
Penghuni neraka yang merasakan cambuk dari besi dan berusaha keluar dari siksaan neraka.
Ada pola menarik dalam penggunaan ghamm di 4 cerita itu:
Semua terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri (baik disengaja atau tidak). Jadi ghamm datang sebagai wake-up call dari Allah setelah tindakan yang membawa konsekuensi nyata. Kayak.. membangkitkan rasa fatal.
Gham muncul saat sadar akan akibatnya. Ghamm lebih dari sedih atau takut biasa, yang muncul karena "aku melakukan sesuatu, dan sekarang aku harus menanggungnya". Berarti ghamm hanya dapat terjadi pada orang yang taklif dan memahami konsekuensi atau hukum sebab-akibat.
Gham membuka jalan untuk reframing, taubat, dan perubahan (kecuali yang di neraka). Musa dan Yunus segera memohon ampun dan berdoa. Pasukan Uhud menerima koreksi dan pelajaran keras dari Allah. Bahkan penghuni neraka ingin keluar, tapi sudah terlambat.
Gham adalah kemurahan Allah sebelum hukuman akhir. Allah izinkan ghamm menimpa seseorang agar ia tidak terus terbuai, agar hatinya mencicipi "penyempitan" sebelum terlambat. Tapi jika tidak direspons dengan sadar dan taubat, barulah ia bisa berujung pada hukuman.
Jadi bayangin, ghamm itu kayak, "damn moment" yang rembetan konsekuensinya gede dan fatal.
"Gue udah ngelakuin ini, dan sekarang semuanya runtuh."
"Gue sadar banget salahnya, tapi gue juga belum tau harus gimana."
"Ini bukan sekadar sedih. Ini dada gue sempit, kalut, gelap, dan berat."
"Gue menyesal, tapi ga ada waktu untuk menyesal di tengah-tengah himpitan ini."
Dia beda dari Huzn (sedih karena masa lalu) yang lebih lembut, reflektif. Dan beda juga dari Hamm (cemas akan masa depan) yang lebih ngawang, belum terjadi. Tapi dia bisa jadi adalah gabungan dari Huzn dan Hamm 🤯
Terus gimana ceritanya ghamm dapat mencegah huzn?
Jawabannya satu kalimat: luka lama dilampaui oleh luka kini. Sejujurnya meringis sih pas ngetiknya, kayak.. tega banget 😅 tapi dipikir-pikir cukup masuk akal.
Allah menggantikan luka yang membeku dengan luka yang bergerak. Huzn membuat kita stuck, menyesal, menoleh ke belakang, dan menyalahkan diri, sementara Gham membuat kita sadar, bangkit, bergerak, bertahan, dan berserah. Allah lebih memilih menimpakan kesedihan yang "aktif" agar kita selamat dari kesedihan yang "membeku."
Menariknya, Menurut Lazarus & Folkman, coping dibagi dua:
Problem-focused coping: usaha menyelesaikan masalah.
Emotion-focused coping: usaha mengelola perasaan.
Kalau huzn mungkin fokusnya di emosi dan masih punya keluangan mental dan waktu untuk mendalami rasa sesal. Kalau ghamm benar-benar harus switch ke problem focused coping. Jadi, kesedihan baru (ghamm) yang mengharuskan seseorang bergerak, ternyata bisa mengaktifkan mekanisme coping yang sebelumnya tidak muncul saat larut dalam huzn.
Selain itu, dalam psikologi kognitif, ada konsep Cognitive Load Theory yang menyatakan bahwa otak manusia hanya mampu memproses sejumlah informasi atau emosi secara bersamaan. Dalam tekanan yang aktual dan mendesak (ghamm), otak akan secara otomatis mengalihkan sumber daya mentalnya ke situasi itu. Alhasil, grief (huzn) yang tadinya mendominasi bakal terdorong ke latar belakang karena otak sedang sibuk survive di "sekarang". Kayak.. untuk bersedih pun tidak sempat.
Tapi, karena Allah Maha Mengetahui cara jiwa bekerja lebih dari siapa pun, maka penempaan jiwa melalui penimpaan ghamm itu hakikatnya adalah penyelamatan. Allah mungkin nggak serta merta hapus luka dalam waktu cepat secara ajaib. Allah lebih pilih menempa kita, saking bangga dan percayanya Dia, bahwa kita bisa lebih kuat. Dan akan ada saatnya "ketenangan" Dia turunkan sebagai imbalan, di kondisi kita yang semakin pantas untuk menerima ketenangan itu.
— Giza, masih terus mencoba melakukan pendekatan lewat jalur apapun. Mungkin pendekatannya selama ini ada aja yang keliru, tapi bisa dianulir seiring bertambahnya iman dan ilmu.
589 notes · View notes
lyrarch · 10 days ago
Text
Ga ada kehidupan yang ideal di dunia ini, serius.. Ga ada.
Kehidupan yang ideal itu cuma ada di surga, itu pun mesti di tempuh dengan banyak bersabar, ikhlas, ridho dan tawakkal dengan seluruh ke-tidak-idealan hidup di dunia.
4 notes · View notes
lyrarch · 10 days ago
Text
aku pernah terhempas
dan tak seorang pun melihat
tapi yang Maha Melihat
menahanku
agar jatuhku tidak sempurna
sebab jika sampai sempurna,
aku tak akan pulang
aku tarik napas
seperti menarik seutas tali
yang ujungnya tak kutahu di mana
lalu kukatakan dalam hati:
laa hawla wala quwwata illa billaah ...
bukan dengan bibir
tapi dengan sendi-sendi
yang semalam hampir tak kuat
menopang duka
dan saat aku duduk
di antara sisa-sisa semalam,
aku tahu:
aku tidak ditinggalkan
hanya sedang diuji,
apakah aku masih percaya
saat segalanya tak terasa
bukankah sabar itu
bukan menahan bulir air mata
tapi menahan diri
dari berprasangka?
lalu aku teringat sabda itu ...
“Ketahuilah, apa yang luput darimu takkan pernah mengenai dirimu. Dan apa yang menimpamu takkan pernah meleset darimu.”
(HR. Tirmidzi)
dan tiba-tiba aku bertanya,
jika bukan Allah
yang menegakkan aku hari ini,
lalu siapa?
52 notes · View notes
lyrarch · 13 days ago
Text
Tumblr media
Entah ini hukuman atau semacamnya, tapi jika dengan aku diuji dan harus meninggalkan seluruh kesenangan dunia ini menjadikan Engkau ridho terhadapku Ya Rabb. Sungguh ini lebih baik, daripada kebahagiaan yang melalaikanku dari mengingat-Mu.
1 note · View note
lyrarch · 13 days ago
Text
Hanya karena diikuti oleh mayoritas bukan berarti itu kebenaran.
5 notes · View notes
lyrarch · 14 days ago
Text
Ada perbedaan antara takut kepada Allah dan kesadaran akan Allah 
2 notes · View notes
lyrarch · 15 days ago
Text
Bahu yang lebih kuat, kaki yang lebih tegak, hati yang tetap hangat, pikiran yang tetap tumbuh—maaf Tuhan inginku banyak. Dunia yang penuh dengan transaksi ini, aku butuh semua itu untuk lebih ikhlas.
256 notes · View notes
lyrarch · 17 days ago
Text
Hikmah Perjalanan Tempo Hari
Ada hal yang selalu saya lakukan tiap setidaknya sebulan sekali; berkontemplasi. Biasanya saya akan mengosongkan jadwal di hari itu, memastikan semua tanggung jawab selesai supaya tidak mengusik 'waktu menyendiri' itu. Yang saya butuhkan adalah ketenangan, tenang dari bisingnya hiruk pikuk pikiran dan suara-suara penghakiman.
Kriteria tempat berkontemplasi saya tidak pernah berubah sejak dulu; harus dataran tinggi dan ada penghijauannya, jika memungkinan harus ada objek pandang yang 'menarik' di kejauhan. Tentu kriteria ini saya pilih karena alasan filosofis tersendiri.
Dari dataran tinggi yang harus ditempuh dengan usaha lebih banyak, mengajarkan saya bahwa terkadang bukan pada ujungnya hakikat perjalanan itu, melainkan bagaimana kita menikmati proses perjalanan menuju ke titik tujuan. Mengamati, menelisik dan memaknai setiap hal-hal yang ada di perjalanan itu. Prinsip saya sederhana; jika dipertemukan, artinya Allah minta saya belajar.
Kemudian dari penghijauan, entahlah, selalu ada ketenangan tersendiri ketika mata memandang warna ini. Ada rasa yang begitu tenang, hening, melihat gemersik daun yang ditiup angin. Ada suasana tersendiri yang sukar digambarkan. Seolah menjadi variabel paling utama yang mampu mengusir suara bising di dalam pikiran.
Kemarin saya berkesempatan mencoba jalan baru, saya tidak tahu kemana jalan ini akan membawa saya. Saya punya opsi membuka maps, tetapi saya urung. Saya ingin jadikan ketidaktahuan ini, menjadi topik orbolan bersama warga setempat, dan benar saja banyak hal baru saya pelajari. Salah satunya, adalah yang paling berharga di dalam hidup ini adalah soal ketenangan. Betapa tidak jika setiap bangun pagi, yang disuguhkan alam semegah ini!
Tumblr media
Lalu yang terakhir, kenapa harus menyuguhkan objek pandang menarik di kejauhan. Ketika berkontemplasi fokus saya adalah connecting the dots dari peristiwa hidup yang saya jumpai sebelumnya, maka setelah berkontemplasi saya harus memiliki langkah baru yang harus saya tuju. Ini harus. Agar hidup tidak terkungkung pada penyesalan, perenungan yang tak bertepi. Bahwa hidup selalu menyuguhkan pilihan untuk bangkit daripada menyerah akan keadaan.
Sebagaimana luasnya alam yang belum semuanya terjamah manusia, masih banyak hal yang patut dieksplorasi. Ada semacam optimisme tersendiri ketika memandang alam kejauhan, di tengah mungkin segala ketidakidealan di seluruh bidang hari ini, yang Allah sediakan masih begitu banyak untuk dijalani, disyukuri dan dimaknai.
Maka, Maha Benar Allah atas Segala Firman-Nya:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang yang mengingat Allah, sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.”
(QS: Ali ‘Imran ayat: 190-191).
55 notes · View notes
lyrarch · 17 days ago
Text
Jangan karena kebiasaan, lalu dibiarkan, kita selalu punya pilihan.
Ada satu kebiasaan yang sedang dan terus saya upayakan dalam membangun bangunan 'muamalah yang baik', yaitu mengurangi perbincangan soal aib. Mengapa ini penting? Sebab terkadang, dampak dari topik perbincangan ini sungguh sangat merusak.
Tidak heran jika ada pembahasan sendiri tentang آفات اللسان (bahaya lisan), sebab betapa destruktifnya ucapan yang keluar dari lisan jika tidak dikendalikan. Dari aspek diri, ketika mendengar aib orang lain bisa menimbulkan ujub (rasa bangga diri yang tidak pada tempatnya); dari segi orang lain yang diperbincangkan, ada perasaan kecewa, amarah, bahkan trauma? Aib yang sudah bertahun-tahun ia tutupi, dan sejak sadar akan kesalahan itu ia berjuang dengan penuh "darah dan air mata" untuk memperbaiki diri, bangkit, dan menjalani hidup yang lebih baik, bisa runtuh kembali hanya karena satu ucapan yang tak terjaga. Mudah bagi kita untuk melontarkan cerita yang kita anggap biasa, tanpa sadar bisa menghancurkan bangunan 'pertaubatan' yang telah ia susun dengan susah payah.
Itulah kenapa, penting kiranya untuk kita yang memahami betapa besarnya dampak lisan, juga memahami bahwa terhadapnya, kita selalu punya pilihan. Pilihan untuk diam. Pilihan untuk mengalihkan topik pembicaraan. Pilihan untuk menyahuti dengan kalimat yang bijak, atau bahkan cukup dengan senyum dan menghindar. Pilihan untuk tidak ikut dalam arus obrolan yang menjatuhkan.
Bukan perkara mudah, tapi inilah bentuk tanggung jawab kita terhadap lisan. Jangan karena sudah menjadi kebiasaan, kita menganggapnya wajar. Karena lisan yang tak dijaga bisa meruntuhkan, sementara satu kata bijak bisa menyelamatkan.
Nasihat untuk diri sendiri, dan yang membutuhkan. 08 Juni 2025.
192 notes · View notes
lyrarch · 18 days ago
Text
Semua hal baik datang dari rasa ingin tahu yang mendalam dan memberi ruang untuk selalu siap memperbaiki diri.
2 notes · View notes
lyrarch · 19 days ago
Text
“I’m in the process of becoming a better version of myself.”
— Unknown
406 notes · View notes
lyrarch · 21 days ago
Text
if they don't know my value, i'll leave them easly.
Cause better for being alone, than sorounded with people isn't worth for me.
0 notes