Text
Diciumnya aku malam itu buat aku sadar bahwa begini rupanya disayang perempuan idaman. Bibirnya terlapisi gincu bening, ciptakan tanda kilap di kelopak mata sampai rahangku yang tidak begitu tajam. Pucuk mulutnya ciumi wajahku, utuh, tanpa sisa; sebagaimana dicintai seorang ibu.
Perempuan dipaksa ditakdirkan punya kulit sehalus tahu telur, dipaksa ditakdirkan punya tangan selembut kain sutra, dipaksa ditakdirkan punya suara secantik kicauan burung pagi; perempuan dipaksa ditakdirkan jadi mahkluk terhormat sesemesta raya. Kemudian ia yang dihidupnya diatur takdir itu ciumi leherku, utuh, tanpa sisa; sebagaimana dicintai seorang ibu.
Kelak, semua perempuan akan jadi ibu. Dan ia pun akan mengajarkan anak-anaknya putri-putrinya ilmu untuk mencintai bagai seorang ibu. Putra-putranya akan pulang terlambat, jangan khawatir, mereka masih sibuk bermain bola sepak dan makan malam di luar. Ditatapnya oleh sang ibu, putri kecil yang sedang menanata rambut itu, sedetik kemudian napasnya menderu, batinnya berdoa kuat-kuat supaya putrinya tidak jadi dia. Tapi di sinilah perempuan itu, lagi ciumi payudaraku, utuh, tanpa sisa; sebagaimana dicintai seorang ibu.
Ibu itu membenci putrinya; putrinya terlalu mirip dengannya waktu muda. Mengikat helaian rambut gaya kuncir dua, terkikik setelahnya, mengira dirinya sendiri ayu. Ayu—menurutnya, apa kata orang lain juga ayu? Akan adakah orang lelaki yang memujinya seperti sang ibu memujinya? Masa bodoh, nanti kalau dewasa ia akan tetap menangisi orang lelaki yang dicintainya, percuma sadar fisik sebab tiada bedanya. Kali ini, ia ciumi perut bergelambir punyaku, utuh, tanpa sisa; sebagaimana dicintai seorang ibu.
"Jangan minta maaf karena perutmu nggak rata."
Absennya bibir itu dari kulitku undang geraman, lantas aku tutupi wajah malu, menolak setuju. "Aku nggak ayu lagi."
"Kata siapa? Bukannya suamimu sudah kutusuk pakai pisau dapur kemarin?"
"Bukan berarti kata-katanya hilang dari otakku."
"Putramu bilang itu juga?"
Aku terdiam, detik melaju per hembusan napasnya sapu pipi merahku. Kemudian sikap tidak terima kusampaikan lewat gelengan, bawa jari lentiknya untuk usap daguku.
"Bohong."
"Kamu akan tusuk dia juga kalau aku jujur."
"Maaf."
"Dimaafkan. Jangan, ya?"
Perempuan di atasku menghela napas gusar, tidak puas akan jawabanku, tapi puji Tuhan ia mengalah. Dilanjutkan acara kecupi seluruh tubuh sampai aku gemetaran akibat belasan tahun tak dicinta. Tuhan, beginikah sikap mereka yang dulunya dicintai seorang ibu?
"Kamu, pasti dicintai ibumu."
"Jangan bicara sambil gemetar gitu," sindirnya sambil goyangkan jemari, taik sekali perilaku tukang petik gitar.
"Ibuku pelacur. Baik, untungnya, mau kasih aku makan setiap hari walau tubuhnya bau sperma. Aku sampai sekarang belum tau definisi ibu yang mencinta seperti apa, tapi aku tau kamu salah satunya."
"Aku, hah, memberi kamu izin membunuh suamiku. Itu bukan ibu yang mencinta."
"Kamu menolak memberi aku izin membunuh putramu. Itu ibu yang mencinta. Lagipula, nggak ada ibu mencinta sampai memuja tubuh anaknya seperti aku memujamu. Hapus ibu dari pikiranmu, mereka fana."
2 notes
·
View notes
Text
ATE (2024) 8/∞: Changbin solo shoots in "ATE" Jacket MAKING FILM
435 notes
·
View notes
Text
I still confused how to use tumblr omg😭
3 notes
·
View notes
Text
Thinking about this,them as a family (yes,minji got a brother now)
324 notes
·
View notes
Text
My very first post (well,maybe the second post) on tumblr and i join this fandom soo... Here's my otp
#lookism#zack lee#park hyungseok#jang hyun#chae wonseok#lookism fanart#gun park#joon goo#seong yohan
113 notes
·
View notes
Text
A short comic about Gun helping Goo dye his hair ( sorry I made the text so small rip, becomes easier to read if you click )
369 notes
·
View notes
Text


Shuri felt safe around Namor.
A year of her mom, her closest friends and family trying to get Shuri to open up about her grief was ineffective. However, after this King who everyone was afraid of, shared his life story, his history, his culture and his secrets with her she felt safe enough to share her complex feelings about her brother's death to him. Grief she had buried within for a year was laid bare, practically spilling her guts to him, in the face of Namor's own openness and vulnerability.
I think Shuri still longs for the connection she had with Namor even after everything that happened. She's more untethered than ever before and longs for the only person she ever felt that instant connection to but she can't go to him because it's not easy to forgive. So she goes to Haiti, the beach, as close to the water as she can and she cries.
430 notes
·
View notes