mediabicara-blog
mediabicara-blog
Alegori
9 posts
Mari berkeluh kesah dan sekaligus melepas dahaga.
Don't wanna be here? Send us removal request.
mediabicara-blog · 7 years ago
Text
Romantisme Jarak
Kamu telah memberi banyak ruang Kepadaku yang paling pandai menutup rapat pintu yang tak kuizinkan untuk kubukakan bagi orang lain Entah sejak kapan ini semua dimulai Dan siapa pula yang memulai Tapi aku rasa, aku yang memulai--disaat aku tidak berfikir bahwa ruang yang kamu berikan bisa menjadi tempat nyaman bagiku untuk bersinggah pun bercerita
Sampai-sampai kamu terasa seperti memberi makna di dalam ruang yang kamu berikan Entahlah makna itu hanya asumsiku atau memang karena sifat baikmu saja Karena memang nyatanya aku paham dan tahu betul dimana posisiku Di tempat dimana banyak orang yang--pernah--pada akhirnya merasakan seperti yang aku rasakan Akupun sulit mendefinisikan rasa ini Tapi akupun sulit untuk tidak mengartikan semua cerita larut malam dan waktumu yang terlihat siap sedia kamu berikan--dibandingkan dengan waktu orang-orang lain disekitarku Tapi tenang, aku tahu kamu hanya baik Aku tahu Aku tahu betul Tapi aku tak tahu aku hanya merasa nyaman atau aku memang butuh sosokmu Tapi saat ini aku merasa sangat nyaman, sampai-sampai aku merasa tenang hanya jika kamu mendengarkan tanpa harus menanggapi Padahal tanggapanmu pun hanya sederhana--cenderung terlalu sederhana dan terkadang menyebalkan--untuk aku yang selalu berpikir serius tentang dunia ini Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini kamu seperti memberi jarak, sebuah jarak yang membuat akupun tak berani berjalan menuju ke arah sana Aku tahu ini hanya perasaan dan asumsiku saja Padahal kamu diujung sana hanya sedang sibuk Atau mungkin punya teman lain untuk berbicara Atau bahkan kamu tidak berpikir apa-apa   Sedang banyak yang aku pikirkan saat ini Dan pikiranku menghantarkanku kepada suatu emosi yang membuat aku entahlah seperti ingin memiliki sifatmu untuk mengisi hari-hari Mungkin aku hanya sedang merasa kosong Mungkin aku hanya sedang terlalu banyak berpikir Dan aku ingat, dulu, saat aku seperti ini, aku butuh distraksi dan kamu bilang “kabari saja kalau butuh distraksi” tapi entah mengapa jarak itu mengurungkan niatku Entah karena aku sudah jatuh kedalam baik-baikmu Atau karena sudah terlalu banyak asumsi dalam emosiku Dan aku akui kamu cukup banyak menjadi bagian dari pikiranku akhir-akhir ini   Hingga aku merasa bukan seperti aku Hingga aku berada dititik tak tahu arah Aku harus apa Karena saat hati dan perasaan yang punya masalah, ia tak bisa melawan logika Tapi sepertinya sejauh dan dekatpun jarak itu Aku akan tetap memilih diam, tidak berusaha untuk maju Karena memang lebih baik begitu Dan aku cuma berharap, kamu baik-baik dengan segala urusanmu, Dan aku harap semesta mempertemukan aku dan kamu dalam keadaan aku tak mengharapkan apa-apa darimu Saat ini aku harap aku bisa bertemu tempat baru untuk mendistraksiku Dan lagi-lagi, aku hanya bisa menitipkan semua resah dan harap-harap palsuku kepada waktu Supaya cepat berlalu tanpa aku harus pernah mencoba berlari ke arahmu Kemudian tanpaku sadar, semua sudah kembali seperti biasanya   Kembali kepada titik awal dimana pembicaraan dulu dimulai, saat dimana tak ada harapan apa-apa selain aku memang hanya butuh distraksi Atau kembali kepada garis awal dimana aku menganggap kamu memang hanya objek baik berwujud manusia, dan emosiku tak mengharapkan apa-apa dari kebaikan itu. 02 Agustus 2018, 22.03 WIB.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk yang kedua kalinya, aku bicara tentang kamu. Tulisan yang dibuat saat resah kemarin dan kemudian memutuskan untuk tetap memuatnya dalam media ini, malam ini, entah kenapa, mungkin karena alunan dari Adhitia Sofyan dalam lagu terfavoritku--Memilihmu
“Kutinggal pesan untukmu Ku tak punya banyak waktu Mungkin di lain waktu Kau ada waktu tuk dengar aku Sekarang waktunya ku pergi”
‘Ku tak punya banyak waktu’ setelah 10 hari kemudian akupun sadar bahwa waktuku sudah terlalu banyak untuk menyuratkan semua yang tersirat dan membuat semua emosiku seperti terjerat dalam suatu penjara suatu penjara dimana kamu tak pernah sadar bahwa kamu adalah hakim yang memenjarakanku dan kamu memang tak akan pernah sadar--pun mencoba menyadari peranmu. 
0 notes
mediabicara-blog · 7 years ago
Text
Deklarasi Cold Brew Coffee
Secret Code - Adhitia Sofyan
“Disaat pelan-pelan ada sesuatu yang berhasil mengisi gelas kosong itu Tapi si pemilik gelas memilih untuk memecahkan gelasnya sendiri Karena dia pikir hanya ada dua kemungkinan yang mengisi emosinya Terlalu penuh hingga tumpah atau terlalu kosong hingga hampa”
Ada yang diam-diam menyergap Membuat setiap sela-sela ruang yang semula kosong itu menjadi terisi Menyerap seluruh daya yang kamu punya  Menyalurkannya kepada satu sumber energi itu sendiri 
Kamu berkali-kali menolak setiap tarikan magnet yang arusnya terlalu kuat itu Padahal sudah jelas ada zona baru yang terbentuk menjadi sebuah tempat berlabuh Terus-menerus mengelak Berkali-kali Walau mereka semua sudah membaca tutur wicara dan mimik wajahmu 
Tapi lagi-lagi Kamu memilih mundur  Selalu berakhir dengan tanpa pernah memperjuangkannya Kamu terlalu pandai mencari titik aman  Katanya agar tidak menjatuhkan diri terlalu dalam Walau sesungguhnya titik aman itupun menghabiskan hampir seluruh daya emosi yang kamu punya
Tapi tak apa, bukankah kamu selalu pandai memulihkan dirimu sendiri?  Kata sisi lain dalam diri.
psst.. “tutup rapat-rapat dan.. selamat berjuang :)”
0 notes
mediabicara-blog · 8 years ago
Text
Berada di antara
Selalu butuh kosong untuk menjadi penuh Selalu butuh hilang untuk kemudian menemukan Selalu butuh pergi untuk pulang Selalu butuh benci terlebih dahulu untuk nantinya memaafkan Selalu butuh tertimpa masalah untuk kemudian bersyukur Selalu butuh gelap untuk besok menjadi terang
Ah, ternyata semua saling membutuhkan. Hitam dan putih, dua hal yang selalu berkesinambungan. Tapi bagaimana menghadapi antara hitam dan putih itu yang tidak selalu berjalan mulus, bisa saja gelap tapi malah semakin menjadi gelap.
Tapi selalu ada yang pasti, gelapmu pasti bisa menjadi menjadi terang. Asal kamu pandai-pandai mengendalikan dirimu saat kamu berada diantaranya.
0 notes
mediabicara-blog · 8 years ago
Text
Tepat Waktu
tidak semua harus permisi tidak semua akan selalu bisa dipertahankan untuk jangka waktu yang lama bisa saja terjadi hanya dalam hitungan bulan atau bahkan minggu hingga hari bisa saja sebelumnya sedekat nadi dan dalam hitungan menit menjadi sejauh matahari
tidak semua harus masuk nalar dan logika bisa saja menghilang tiba-tiba tak berkabar tanpa persiapan tanpa izin pengunduran diri tanpa pamitan
berpisah untuk waktu yang tidak ditentukan pergi untuk kemudian kembali di tahun-tahun yang akan datang atau mungkin menghilang untuk selamanya   walau kamu belum sepenuhnya siap dan paham, walau seketika mendadak menjadi kosong atau bahkan kamu terlalu terlambat menyadarinya
tapi ya mungkin, semua selamat tinggal yang permisi ataupun tidak itu, sudah dititipkan untuk tiba pada waktu yang tepat.
0 notes
mediabicara-blog · 8 years ago
Text
Tentang Menghadapi Jalan Bercabang
Seketika ingin menulis. Tulisan tentang sebuah pencarian untuk manusia-manusia seusia saya. Tulisan yang mungkin datang dari sekian banyak suara-suara disekeliling saya yang sedang resah, yang sedang merasa cemas.
Ada yang mencari-cari.
Ada yang sedang mencari-cari dibalik puluhan hingga ratusan lembaran yang berbicara tentang metodologi hingga analisis, mengejar pembimbing kesana kemari, belum lagi saat bertemu sekian banyak revisi, hingga kemudian mengejar hari tenggatnya pengumpulan draft dengan pertolongan kafein, dan lalu bersiap untuk mempresentasikan hasil jerih payah mereka kepada penguji-penguji yang seolah-olah akan siap menerkam, tapi tak apa untuk meraih gelar di belakang nama katanya.
Ada yang sedang kalang kabut menelurusi situs lowongan kerja, membuat riwayat hidup sedemikian rupa, sampai mempelajari bagaimana cara membuat surat lamaran kerja versi orang hebat sedunia, bertanya kesana kemari kepada kakak tingkat tentang lowongan-lowongan non-formal yang sedang dibuka di instansinya, supaya bisa langsung hidup dari penghasilan sendiri mereka bilang.
Ada yang mencari dan mengulik situs-situs beasiswa, melanglang buana mencari instansi pendidikan dalam negeri maupun luar negeri bahkan luar benua, ingin mengejar ilmu sesuai minatnya setelah sadar akan apa yang ia mau dan sukai, merantau jauh supaya bisa lebih kaya akan ilmu dan sepulangnya bisa mengabdi kepada negeri ini dengan ilmu-ilmunya.
Ada yang sudah duduk nyaman di balik meja kerja di depan komputer canggih berbodi tipis, mendapat upah yang sudah sangat cukup atau bahkan lebih, menghadapi pagi dan malam bertemankan macetnya jalan raya sebelum dan sepulang kerja, 8 jam sehari, 5 hari seminggu, belum terhitung lembur, kemudian setelah sebulan hingga berbulan atau bahkan sudah hitungan tahun, memilih mundur karena belum benar-benar menemukan dirinya di dalam apa yang ia kerjakan.
Atau bahkan masih ada yang mencari diantara mata kuliah-mata kuliah yang bisa diambil di semester pendek, tuntutan sks yang masih harus dihadapi untuk semester depan dan semester depannya lagi, dihadapkan pada waktu atas batas tahun yang telah ditetapkan agar mereka tetap bisa disahkan secara baik-baik dari instansi mereka, berkali-kali mungkin diserang dengan cemas, ada yang bertahan dan ada yang memilih mundur.
Mungkin juga ada yang memilih merintis usaha sendiri, memulai dari bawah, coba-coba, sulitnya mencari partner bisnis yang sesuai dan sejalan, mempelajari semua halnya secara otodidak, pengeluaran yang sudah begitu banyak tapi pemasukan yang belum begitu stabil, tapi katanya daripada duduk bosan di depan komputer berbodi tipis itu, lebih baik bisa menafkahi dan mempekerjakan orang, untung-untung dapat berkah karena membuka lapangan pekerjaan.
Kemudian ditengah semua pencarian itu dan sekian banyak pencarian-pencarian lainnya, tak jarang kita menemukan keresahan, menemukan persimpangan buntu atau bahkan bercabang, dan takut harus memilih jalan yang mana, mundur atau maju, belok kiri atau belok kanan, belum lagi saat dibuat linglung karena hati bilang kiri tapi orang setempat bilang kanan atau bahkan tuntutan untuk harus tiba dengan lebih cepat karena waktu terus berjalan dan ada yang sedang menjadi tanggungan di ujung sana.
Semua pencarian itu seperti menakutkan, jatuh dan bangun, gagal dan berhasil, mencari-cari, melanglang buana, menemukan dan tidak menemukan, benar atau salah, pilihan yang tepat atau tidak, akan suskeskah, akan sebandingkah?
Belum lagi saat suara-suara disekeliling yang bilang kamu harus ini supaya sukses, kamu jangan itu kalau mau sukses, rasa iri karena rumput sahabat atau bahkan temanmu terasa lebih hijau dan nyaman, ditambah juga dengan kontradiksi prinsip tentang definisi sukses menurut orang hebat sedunia, begitu juga faktor-faktor eksternal yang datang secara tiba-tiba yang kemudian mau tidak mau akan membuat kamu berbalik arah atau mengurungkan niatmu karena orang tuamu bilang kamu harus dewasa.
Mungkin semua perhalatan ini memang tidak akan pernah stabil, masa dimana usia belum terlalu muda namun jauh dari kata tua tapi juga tidak bisa lagi dipanggil anak-anak ataupun remaja. Masa dimana semua terasa abu-abu dan tidak pasti, seperti tidak ada jawaban. Tapi mungkin memang inilah masanya, masa untuk kita mencari, mencari apa yang kita inginkan, mendapatkan apa yang kita mau, tapi mungkin terlebih lagi mencari diri kita yang sebenar-benarnya.
Ah aku pun sampai tak tahu harus mengakhiri ini dengan kesimpulan apa kecuali satu hal,
Teruslah mencari, hingga kamu berpas-pasan dengan prinsip yang menentang prinsipmu dan kamu bisa mendengarkan intuisimu sepenuhnya, teruslah menikmati setiap jatuh bangun yang ada dan yakin kalau sabar dan tekun akan menang telak dengan pintar dan keberuntungan, toh semua ada waktunya dan jangan biarkan dirimu didefinisikan oleh kegagalan sesaat ditengah definisi sukses orang lain. We are bigger than others oponions. Lets make our own dictionary!
dan untuk semua pencari diluar sana,
These are the 4 best quotes that I really want to share to you:
Don’t be trapped by dogma—which is living with the results of other people’s thinking. Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. - Steve Jobs to Stanford in 2005
And how do you know when you’re doing something right? How do you know that? It feels so. What I know now is that feelings are really your GPS system for life. When you’re supposed to do something or not supposed to do something, your emotional guidance system lets you know. The trick is to learn to check your ego at the door and start checking your gut instead. - Oprah Winfrey to Stanford University in 2008
Don’t be afraid of fear. Because it sharpens you, it challenges you, it makes you stronger; and when you run away from fear, you also run away from the opportunity to be your best possible self. - Ed Helms to Knox College in 2013
You will be so many things, and the one thing that i wish i’d known and want to say is, don’t just be yourself. Be all of yourselves. Dont just live. Be that other thing connected to death. Be live. Live all of your life. Understand it, see it, appreciate it. And have fun! - Joss Whedon to Wesleyan University in 2013
Dan sekali lagi, apapun pencariaan itu, semoga selalu disertai dengan penemuan-penemuan dirimu kelak!
1 note · View note
mediabicara-blog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Foto yang diambil tepat setelah perjalanan Bandung-Jakarta yang ditemani hujan deras dan disertai dengan obrolan-obrolan hidup yang berhasil membuat saya sadar bahwa tidak pernah ada manusia yang sepenuhnya bahagia. Cuma ada manusia yang pintar membuat kebahagiaannya sendiri. Dan tiba-tiba disuguhi dengan pelangi yang sungguh rasanya sangat membuat tenang pada sore hari macetnya Jakarta setelah obrolan pergumulan hidup yang tidak pernah kamu duga sebelumnya tentang seseorang. Seperti sepenuhnya diingatkan kalau pelangi setelah hujan deras dan awan kelabu itu akan benar ada. Kalau keberhasilan setelah berkali-kali gagal dan dijatuhkan oleh ekspektasi itu akan benar ada. Kalau tawa bahagia setelah isak tangis yang mencekam sepanjang malam itu akan benar ada. Kalau hasil membanggakan setelah sekian banyak proses ditempa itu akan benar ada. Tapi kita hanya perlu bersabar dan tetap menjalaninya dengan tekun. Tidak ada kepastiaan yang pasti tentang kapan pelangi itu akan datang. Bisa saat ini, bisa esok, bisa bertahun-tahun yang akan datang. Tapi percayalahnya, pelangi itu akan datang dan akan sepenuhnya membuat jiwa dan ragamu tenang berkali-kali lipat apabila kamu menantinya dengan penuh sabar dan tekun.
0 notes
mediabicara-blog · 8 years ago
Text
Mengeyam Bahagia
Pernah tidak kamu merasa begitu sangat mencari-cari kebahagiaan?   Di sosial mediamu Di lembaran yang ada di dompetmu Di barisan nilai akademikmu Di penantian balasan pesanmu Di pujian-pujian orang lain Di kepunyaan milik orang lain   Hingga kita cenderung menantikan bahagia itu agar segera datang dengan menciptakan segala ekspektasi-ekspektasi bahagia yang kita ciptakan itu sendiri, Dan lalu saat bahagia itu kelam menjadi realita, kita menjadi manusia yang merasa bahwa bahagia itu sungguh sulit didapatkan. Atau mungkin ada saat dimana apa yang kita mimpi-mimpikan ternyata tidak menjadi kenyataan dan kemudian kita bersedih seolah-olah hidup itu tidak adil.    Tapi memang bukan manusia namanya, kalau ya, kita memang sering lupa.   Entah mengapa akhir-akhir ini aku disadarkan kalau bahagia itu selalu sederhana. Sesederhana itu. Mencari bahagia diantara hal-hal kecil yang jarang atau bahkan tidak pernah kita sadari, atau mungkin sangat jarang untuk kita maknai.   Mereka selalu sesederhana apapun yang ada, semua hal-hal kecil itu sesungguhnya adalah kebahagiaan, asalkan, Kita selalu memaknainya dengan rasa syukur.   Sesederhana hari ini hujan dan kamu ingat membawa payung Sesederhana kamu terlambat bangun dan ternyata jalanan tidak macet Sesederhana kamu sadar kalau kamu masih diberi sehat Sesederhana kamu masih bisa makan tanpa berpikir besok kamu akan makan apa Sesederhana kamu menghubungi orang tuamu dan kamu tahu mereka baik-baik saja Sesederhana kamu masih mempunyai teman-teman disekelilingmu Sesederhana kamu masih bisa bernafas tanpa alat bantu Atau mungkin sesederhana kamu bisa keluar rumah tanpa rasa takut.   Bukankah itu semua begitu sederhana? Ah, tapi memang kita sering lupa Kalau kita tak perlu membuat pendefinisian bahagia menurut bahagia orang lain Kita tak perlu membuat parameter bahagia atas rezeki orang lain   Karena aku percaya kalau bahagia itu selalu sederhana dan tak perlu dicari, karena kosakata itu sungguh telah ada, tapi hanya perlu diberi rasa dan makna yang bernama syukur.
0 notes
mediabicara-blog · 9 years ago
Text
Mereka tidak memberi ruang.
Tidak pernah ada ruang untuk si penanya karena mereka pikir, si penanya hanya orang yang ingin unjuk diri. Tidak pernah ada ruang untuk si kritis karena mereka pikir, si kritis tidak pernah memberi solusi. Tidak pernah ada ruang untuk si pemikir karena mereka pikir, si pemikir terlalu menyulitkan hal yang sederhana. Tidak pernah ada ruang untuk si idealis karena mereka pikir, hidup ini ya realitis-realistis sajalah. Tidak pernah ada ruang untuk si optimis karena mereka pikir, optimis beda tipis dengan mengharapkan hal yang tidak realistis.   Tidak ada ruang. Padahal ‘mereka’ adalah salah satu bentuk kepeduliaan. Padahal ‘mereka’ adalah sekumpulan keresahaan yang sama-sama ingin membenahi.   Tetapi tetap saja, mereka menganggap ‘mereka’ adalah sekumpulan orang yang terlalu banyak ini itu. Sehingga ‘mereka’ memilih mundur, kemudian diam, dan secara perlahan-lahan menjadi sama seperti mereka.   Dan dengan demikianlah kehidupan berjalan tanpa makna.
0 notes
mediabicara-blog · 9 years ago
Text
"Benar atau salah?"
Kita pasti pernah, (atau bahkan sering) dipertemukan oleh tiga kata sederhana tersebut. Lalu dengan sederhananya pula, kita akan berkata "kamu salah dan aku benar" atau sebaliknya.
Tapi aku tidak sedang ingin berbicara tentang seperti apa kebenaran yang absolut itu. Aku juga sedang tidak berada disituasi untuk menghakimi siapa atau apa yang benar, apalagi berada disuatu pihak.
Aku hanya ingin menulis tentang manusia yang secara hakikinya sangatlah terbatas, hanya mempunyai dua mata untuk melihat, satu mulut untuk berbicara, dan dua telinga untuk mendengar. Ya bolehlah ditambah dengan akal budi yang sebenarnyapun tidak 100% berfungsi.
Tapi sayangnya, keterbatasan itu berada ditengah luasnya polemik-polemik yang ada, yang dengan mudah dan sederhananya bisa kita lihat dan dengar lewat layar digitalmu ataupun kita sampaikan lewat media sosialmu. Tinggal tulis, bicarakan, enter, selesai. Kita yang sudah sejak orok atau bertahun-tahun lamanya sudah mempunyai kebenaran kita masing-masing ini, baik yang terbentuk melalui pengalaman ataupun kejadian-kejadian hidup atau bahkan kebenaran yang sudah mendarah daging itupun dengan spontannya akan segera menolak segala kebenaran-kebenaran orang lain yang menentang kebenaran kita.
Ah padahal, kita ini terbatas. Padahal terlalu banyak hal-hal yang tidak kita ketahui cerita dibalik layarnya. Padahal terlalu banyak hal-hal yang tidak kita pahami karena memang kita tidak pernah mempelajarinya. Atau bahkan terlalu banyak hal yang kita terjemahkan sendiri menurut kamus terbatas kita itu.
Karena toh, benar atau salah itu bukankah tergantung dari sudut mana kita menilainya? Kita memang pasti akan tetap mempunyai kebenaran kita masing-masing. Namun apa salahnya kalau kita luangkan sedikit waktu untuk mau memahami kebenaran yang lain?
Memberi jeda kepada setiap kejadian-kejadian yang ada, bukan untuk menjadi manusia yang tidak berpendirian, tetapi untuk menjadi manusia yang merendah dan sadar bahwa kita ini terbatas serta tak punya hak untuk menghakimi kebenaran orang lain, sebaik apapun kita yakin bahwa kebenaran kitalah yang paling benar.
Mungkin memang pemikiranku saja yang terkesan terlalu mudah menyederhanakan hal-hal yang menurut mereka kompleks. Tapi sungguh, terlepas dari kebenaran-kebenaran apapun yang ada, bukankah manusia sejatinya hanya ingin merengkuh rasa damai dengan sesamanya terlepas dari apapun perbedaan yang ada?
2 notes · View notes