Tumgik
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 5
Hari ini Rainy sudah kembali ke kota rantau - Surabaya. Tempat dimana dia menuntut ilmu, tempat dimana dia beradu nasib. Dia duduk di kursi belajar kamar asramanya, melepaskan penat tubuh dan hatinya.
"Aku harus cari kerja, paling tidak bisa membiayai hidupku di sini" batinnya berkata.
_____________________________________________________
Keesokan harinya Rainy menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Hari ini dia akan menemui Raka, dia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Raka. Dia akui memang keputusan sepihak, tapi semoga Raka memahami kondisinya. 
Pagi ini pukul 07.00 WIB Rainy sudah berada di kampus, dia sudah buat janji dengan Raka yang katanya sedang ada urusan di kampus sejak tadi malam. Rainy duduk di sebuah taman sekitar sekretariat BEM. Tak lama kemudian Raka sudah ada di depan Rainy.
"Hallo Rain apa kabar? Maaf ya kemarin aku tidak bisa datang ke pemakaman ayahmu" Sapanya kepada Rainy.
"Hallo Rak, iya gak papa. Pasti kamu sibuk disini, alhamdulillah proses pemakaman ayah cepat".
"Rak, tujuanku menemuimu hari ini mau bilang sebaiknya hubungan kita sampai sini aja. Aku perlu fokus ke diriku sendiri dulu, aku juga harus kerja, pasti aku gak punya waktu untuk pacaran. Kamu juga sibuk dengan pencalonan ketua BEM. Jadi sebaiknya kita fokus sendiri-sendiri dulu" Rainy menyampaikan niatnya menemuinya hari ini.
"Rain, aku tak bisa tanpamu, aku masih bisa kok bagi waktu antara di BEM dan bersamamu. Please, jangan ya" Raka tak mau berpisah dengan Rainy.
"Iya kamu bisa, tapi aku tak bisa Rak. Waktuku habis untuk kerja dan mengerjakan skripsi. Kamu mah pintar, skripsi udah mau kelar, sedangkan aku masih belum apa-apa. Kalau kita terus bersama, pasti kita sering bertengkar karena aku tak punya waktu untukmu".
Rainy berhenti sejenak menjelaskan alasannya ingin berpisah dengan Raka.
"Aku pasti pulang kerja capek dan kebawa emosi menghadapimu, jadi lebih baik kita sendiri-sendiri dulu. Aku juga perlu memikirkan masa depanku mau dibawa kemana, please kali ini ngertiin aku Rak".
Raka hanya terdiam dan menatap Rainy amat dalam. Sedih tak mau berpisah, tapi dia tau keadaan Rainy sekarang. Dia sadar diri juga tak bisa membantunya untuk sekarang.
"Kita masih bisa berteman kok Rak, kalau kamu ada masalah, kamu jangan sungkan hubungi aku. Aku pun izin terlebih dahulu untuk menghubungimu jika aku butuh bantuan". Kali ini Rainy yang banyak bicara, menjelaskan keputusan yang terbilang sepihak ini.
Raka mengangguk dan berkata,
"Rain semoga suatu saat nanti kita berjodoh ya".
Kalimat terakhir Raka meluluhkan hati Rainy dan mengaminkan yang Raka ucapkan.
______________________________________________________
Keesokan harinya Rainy mulai kerja menjaga outlet kebab sekitar kampusnya. Dia mengambil job freelance, karena dia masih mengutamakan akademiknya. Meskipun sebagai mahasiswi yang biasa-biasa aja, paling tidak bisa lulus segera dan tidak mengecewakan orang tuanya, terutama ibunya yang sekarang juga harus banting tulang memenuhi kebutuhan keluarga.
______________________________________________________
Kehidupan Keluarga Rainy semenjak ayahnya meninggal berubah seratus delapan puluh derajat. Ibunya yang mulai jualan gorengan dan Rainy yang kerja part time sambil kuliah. 
Saat ini yang Rainy pikirkan bisa segera lulus dan mendapat pekerjaan yang bisa membantu biaya sekolah adik-adiknya. 
Jati diri seperti apa yang Rainy inginkan? Saat ini dia tak memikirkan tentang dirinya. Mimpinya menjadi penulis harus dia pendam dulu. Memang mencari jati diri merupakan hal yang menantang dalam hidup. Begitu pun yang dialami oleh Rainy. 
Semangat Rainy, ketulusanmu membantu ibumu insya allah membuahkan hasil yang terbaik untukmu dan keluarga.
TAMAT
4 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 4
Pukul 12.00 Rainy sampai di Rumah Sakit tempat ayahnya di rawat. Dia sengaja langsung ke Rumah Sakit karena busnya melewati Rumah Sakit. Dia langsung ke tempat administrasi untuk menanyakan ruang rawat inap ayahnya.
“Bapak Indra ada di Ruang Anggrek II  mbak” Jawab pegawai Rumah Sakit yang sedang bertugas itu.
“Terimakasih Sus” Jawab Rainy dan langsung bergegas ke ruang anggrek II.
Sesampainya di ruangan, tak ada siapa-siapa disana. Hanya jaket yang dia kenal, itu jaket ibunya. 
“Kemana ibu?” Dalam batin Rainy bertanya.
Kemudian ada perawat yang lewat di depan kamar ayahnya dan Rainy bertanya,
“Sus, pasien yang dirawat di kamar ini kemana ya?”
“Pak Indra sedang kritis mbak, sekarang lagi ditangani di U……”
Belum sempat perawat itu menyelesaikan kalimatnya, Rainy langsung berlari ke ruang UGD.
Sesampainya di depan ruang UGD, dia melihat ibunya duduk berdiri secara bergantian di depan ruang UGD, terlihatnya sedang gelisah. Rainy menghampiri ibunya dan adik perempuannya.
“Ibu…..” Ibunya menoleh dan langsung memeluk Rainy. Ibunya menangis dalam pelukan Rainy.
“Ayah baik-baik saja kan bu?” Retoris Rainy bertanya pada ibunya, dia mencoba untuk tetap tegar meski hatinya rapuh. 
“Ayahmu hu…hu…hu….hu” Ibu Rainy tak bisa menyelesaikan kalimatnya.
"Tenang bu, ayah pasti baik-baik aja" Tiba-tiba dokter yang menangani ayah Rainy keluar dari ruang UGD. Kemudian Rainy dan ibunya menghampiri dokter.
"Gimana dokter keadaan suami saya?" Tanya Ibu Rainy.
"Maaf bu, suami ibu tidak bisa kami selamatkan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain. Sabar ya bu, insya allah sumi ibu sudah tenang di alam sana" Dokter itu menguatkan Ibu Rainy.
Rainy membeku di tempat tak bisa berekspresi apa-apa, sedih tapi dia tak bisa menangis. Dalam hatinya bilang "aku harus kuat disaat ibu rapuh seperti ini".
_____________________________________________________
Hari itu memang sangat melelahkan baginya, perjalanan dari Surabaya-Semarang sekitar lima jam, mengurus pemakaman jenazah ayahnya. Benar-benar hatinya rapuh, tapi dia harus kuat untuk ibunya dan adik-adiknya. Dia ikhlas Allah ambil ayahnya saat ini daripada melihat ayahnya tersiksa dengan penyakitnya, yang dia pikirkan saat ini 'bagaimana dia membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, terutama biaya kuliahnya dan sekolah adik-adiknya'.
Rainy, mahasiswi yang biasa-biasa saja di kampus tak ada yang bisa dibanggakan darinya. Dia tidak tahu passionnya yang bisa diandalkan dari dirinya. Saat ini yang dia butuhkan mendapatkan uang dan menyelesaikan skripsinya secepat mungkin, supaya dia tak jadi beban orang tua dan segera mendapatkan pekerjaan yang layak.
Selama 10 hari dia izin kepada dosen pembimbingnya untuk tidak berprogres terlebih dahulu. Karena dia harus membantu ibunya mengurusi segala hal terkait berkas-berkas yang dibutuhkan tempat kerja ayah untuk mendapatkan uang kematian. Selain itu membantu adik-adiknya bisa beradaptasi tanpa ayah, karena biasanya ayahnya tiap pagi mengantar adik-adiknya sekolah.
bersambung
2 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 3
Matahari mulai menampakkan cahayanya, menandakan aktivitas manusia akan dimulai seperti biasanya. Namun tidak dengan Rainy, baginya hari itu merupakan hari yang paling berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Rainy langsung menelepon Raka - pacarnya, akhir-akhir ini hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Saat ini Rainy tak mempedulikan masalahnya dengan Raka, dia sedang butuh pacarnya sebagai orang yang paling dekat di tempat rantau ini. Dia kesampingkan gengsinya terlebih dahulu untuk meminta bantuan kepada Raka. 
Dia tekan nama Raka pada daftar kontak handphonenya - langsung berdering, kemudian selang beberapa detik terdengar suara khas orang bangun tidur di seberang sana.
“Hallo, assalammualaikum. Ada apa Rain?” Dengan suara lembut Raka mengangkat teleponnya.
“Waalaikumsalam Rak. Maafin aku selama ini aku egois ke kamu. Aku selalu mau menang sendiri dan tak memikirkan perasaanmu” Rainy meminta maaf terlebih dahulu atas keegoisannya.
“Iya Rain gak papa. Tapi kamu tidak apa-apa kan, soalnya suaramu agak serak” Sepertinya Raka sangat mengenal pacarnya hingga mengetahui jika ada masalah dengan Rainy.
“Rak, aku gak tau harus meminta bantuan ke siapa kalau bukan ke kamu, tadi pagi ibuku mengirim pesan kalau ayahku masuk Rumah Sakit”
“Astaghfirullah” Raka kaget mendengar berita itu. 
“Aku harus pulang Rak, tapi kalau naik kereta jadwalnya masih nanti siang pukul 09.00. Aku minta tolong anterin aku ke terminal bus, aku mau naik bus patas supaya cepat sampai” Rainy menjelaskan kalau butuh bantuan Raka.
“Aku antar sampai rumah ya. Biar kamu gak sendiri, aku temenin” Raka menawarkan dirinya untuk mengantar Rainy sampai rumah orang tuanya.
“Tidak usah Rak, kewajibanmu disini pasti banyak. Kamu kan sedang mencalonkan diri jadi ketua BEM, dirimu pasti sibuk, kamu banyak dicari orang. Nanti mempengaruhi suara pemilihannya” Rainy menolak tawaran bantuan Raka.
Akhirnya Raka setuju, dia memang sedang sibuk mempersiapkan berkas dan kampanye untuk proses seleksi pemilihan ketua BEM Institut periode 2023/2024. 
“Ya udah Rak, aku mau siap-siap dulu. Nanti kamu jemput aku jam 06.00 pagi ya”
______________________________________________________
Rainy sudah sampai di terminal dan langsung mencari bus patas rute Surabaya-Semarang. Setelah itu dia berpamitan kepada Raka untuk segera masuk kedalam bus.
“Rak makasih ya sudah mau nganterin aku, padahal kita lagi gak baik-baik saja, tapi kamu masih peduli”
“Iya sama sama Rain. Maaf ya belum bisa nganterin kamu, semoga ayahmu lekas pulih”
“Aamiin. Makasih sekali lagi Raka. Aku masuk bus dulu ya. Kamu hati-hati baliknya. Bye”
______________________________________________________
bersambung
3 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 2
Dia menarik selimutnya menandakan dingin pagi menembus kulit tipis Rainy - akrabnya disapa si perempuan mungil itu. Tubuhnya menggeliat dan melihat jam di nakas samping tempat tidurnya - 03.30 WIB.
"Ah kenapa mataku berat sekali dibuka" keluhnya sambil menatap dinding langit di kamarnya.
Ternyata diingat-ingat dia tertidur setelah menangis semalaman. Kemudian dia berjalan menuju kaca hiasnya untuk melihat kondisi wajahnya, 'sembab' kata itu yang tergambar jika melihat kondisi wajah Rainy. Bergegas dia ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar teman kamarnya tak melihat wajah sembabnya.
Sesampainya di kamar mandi, dia mengingat perbincangan dengan ibunya tadi malam.
"Nak, habis dari mana? Kok angkat teleponnya lama sekali" Suara yang sangat kentara di gendang telinganya.
"eeeeeee.....tidak kemana-mana bu, tadi habis dari toilet" Jawabnya dengan sedikit berbohong agar ibunya tak khawatir.
"Suaramu kenapa nak? Kenapa serak? Lagi sakit kah?" Pertanyaan bejibun datang sekaligus hingga dia tak bisa menjawab, diam membisu.
"Atau kamu habis nangis? Iya kamu habis nangis nih" Duaarrr.....ibunya mengetahui dia habis nangis. Dia tak bisa mengelak lagi.
Air matanya turun kembali membasahi bajunya yang tak sempat kering dari tangis pertamanya. Ketegaran itu tak bisa dia pertahankan, rapuh dirinya malam itu.
"Ibu, maafkan Rainy belum bisa membanggakan Ayah Ibu dan keluarga. Rainy takut masa depan Rain seperti apa. Rain takut mengecewakan Ayah Ibu. Banyak kekhawatiran yang Rain rasakan" Dia mulai jujur kepada Ibunya tentang apa yang dia rasakan.
"Rain, Ibu lega kamu mau cerita. Kamu tuh anaknya diem, gk pernah cerita, kamu pendam sendiri. Kamu juga manusia yang gk selalu harus kuat karena sebagai anak pertama" Ibunya tau seperti sedang membaca pikiran si anak pertamanya.
Suara air mengalir menyadarkannya, ternyata bak air nya sudah penuh. Dia melanjutkan membasuh wajahnya yang belum tersentuh air. Segar air pagi itu, seakan menenangkan hati dan pikirannya.
Kemudian Rainy kembali ke kamarnya, lalu dia membuka laptopnya untuk menyelesaikan progres skripsinya yang terbengkalai kemaren malam. Sambil menunggu laptopnya hidup, dia cek handphonenya, ada pesan dari Ibunya yang tidak diharapkan.
Seperti disambar petir dipagi buta, masih subuh dan teman-teman kamar Rainy masih tertidur pulas. Ingin menangis tapi air matanya tak keluar, mungkin air matanya sudah habis semalaman.
"Tak enak hati membangunkan mereka yang tertidur dan memang sedang tidak sholat" batin Rainy.
"Aku harus bagaimana ini? aku mau minta bantuan ke siapa? Dia kah?" Tiba-tiba Rainy teringat nama seseorang diseberang sana. Tapi hubungan Rainy dengannya lagi tidak baik-baik saja. Sempat Rainy mengetikan pesan di room chat bersamanya, tapi dihapusnya. Ingin meneleponnya tapi diurungnya.
"Kalau tidak kepadanya aku meminta tolong, kepada siapa lagi yang bisa aku repotkan"
bersambung
2 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Pencarian Jati Diri
Episode 1
“Udah gede yo gendok, kuliahe wes semester piro?” 
Tiba-tiba pertanyaan budhe nya beberapa hari lalu terlintas di pikiran perempuan mungil yang sedang duduk termenung menikmati indahnya langit malam dari teras belakang kamarnya. Bulan sabit yang elok semakin menambah keindahan langit malam, namun keindahan itu tak menenangkan pikirannya yang berisik di kepala. 
Angin kencang malam itu memutuskan dia beranjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Suasana kamar yang sepi semakin mendukung dia meratapi umurnya yang sudah di angka 23. Bukan umur yang muda lagi, sudah berkepala dua yang akan ditanya berbagai pertanyaan, dimana pertanyaannya tidak bisa dia jawab saat itu juga. Air mata tanpa izin menetes begitu saja, dia mengingat percakapan singkat bersama budhe nya di Bandara kala itu, dimana isinya kebanyakan nasihat. Rasa cemas, takut, sedih bercampur menjadi satu tak karuan. 
“Ternyata aku sedang di tahap mendewasakan diri ya, berat juga ya, tak seindah yang dibayangkan” Dia bermonolog sambil menatap dinding langit kamarnya.
“Ya Allah beri hamba kekuatan menjalankan fase ini, hanya kepadamu aku bebas bercerita dan berkeluh kesah tanpa malu” Dia berdoa kepada penciptanya.
Semakin mengingat keluarganya di rumah, tangisnya semakin keras. Ada orang tua yang menunggu kesuksesannya, dia harus semangat memperjuangkan masa depan yang tak jelas akan kemana bermuara.
Drrttt suara dering handphone berbunyi, dia lihat siapa yang meneleponnya selarut ini. Kaget, ekspresi pertama pada raut wajahnya terlihat. Seketika bingung haruskah diangkat atau tidak. Karena dia tidak mau si penelepon tau kondisinya saat ini.
"Aduhh gimana ini?" Dia mondar-mandir dalam kamarnya seperti setrikaan. Dia hapus air matanya, dia kondisikan suasana hatinya.
"Aaaaaaa iiiiiii uuuuuuu eeeeeee oooooo" Dia sedang tes suara, tapi masih kentara kalau dia habis nangis.
"Aaaarrrgghh apa yang harus aku lakukan?"
bersambung
6 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Jangan Lupa 'Pulang'
Jakarta, kota metropolitan dengan beribu manusia yang diiringi oleh kemacetan di setiap sudutnya. Sore itu senja menghampiri langit jakarta. Indah ku pandang dari sudut kamarku.
"Tok tok tok…." Tiba-tiba suara ketukan pintu mengagetkanku. Lalu ku bergegas keluar kamar tuk membuka pintu.
"Siapa gerangan diluar?" Tanyaku dalam hati.
"Assalamualaikum Teh Rifdah" Sapanya setelah kubuka pintu rumah.
"Waalaikumsalam, Masyaallah kamu Rin. Ayo ayo masuk dek" Sambutku kepada Adik bungsuku ini.
"Kenapa kamu tiba-tiba ke Jakarta Rin, Baba Umi sehat di Bandung?" Sambungku setelah kita duduk di sofa.
"Rina ke Jakarta karena mendadak ada panggilan wawancara kerja disini Teh. Sebenarnya Baba lagi sakit Teh, penyakitnya kambuh. Tapi Umi melarangku ngasih tau Teteh" 
"Astagfirullah, kenapa aku tidak ditelpon sebelumnya? Maaf ya Teteh jarang telpon rumah" Jawabku dengan ekspresi kaget dan sedih mendengarnya.
"Iya Teh, Umi paham masalah keluarga Teteh. Makanya Umi gak mau menambah beban pikiran Teteh. Baba juga sudah dibawa ke RS kok Teh, insya allah sembuh. Kemarin pas Rina berangkat Baba dah mendingan, sudah bisa duduk santai di teras belakang" Rina menjelaskan.
Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, kalau di ingat-ingat sudah lama aku tak bertukar kabar dengan Baba Umi. Sekedar menelpon saja, terakhir kali 3 bulan lalu. 
"Astaghfirullah Rifdah, karena kamu terlalu sibuk dengan masalah keluargamu sendiri, sampai lupa kalau ada Baba dan Umi yang menunggu kabarmu. Mereka memahamimu Rifdah, tapi coba sedikit kamu memahaminya juga, jangan terlalu fokus dengan masalahmu hingga kau lupa dengan orang tuamu" Diriku bermonolog dengan si empunya raga.
"Teteh….Teteh….Teh Rifdah" Suara Rina menyadarkanku dari lamunanku
"Eh iya Rin kenapa?" 
"Rina cuma mau bilang tapi tidak niat menggurui ya Teh. Sejauh-jauhnya Teteh meninggalkan tempat lahir, jangan lupa pulang ya. Apalagi Baba Umi masih hidup Teh. Rina memahami kondisi ekonomi keluarga Teteh, paling tidak telpon rumah, tanya kabar Baba Umi. Semenjak menikah Teteh juga jarang pulang. Aku tidak tau mengapa Teteh seperti ini, kami masih keluarga Teteh, kalau ada apa-apa cerita, jangan dipendam. Kalau Teteh malu cerita ke Baba Umi, masih ada aku adik perempuan Teteh. Teteh juga manusia, meskipun teteh anak pertama gak perlu selalu kuat. Baba Umi cuma butuh kabar Teteh, Baba Umi sebenarnya kangen Teteh, tapi mereka mengerti Teteh. Coba Teteh memahami mereka, pulang ya Teh, Jakarta-Bandung tidak jauh Teh. Kami selalu ada dirumah untuk menjadi tempat pulang. Maaf ya Teh, jadi panjang lebar Rina ngomongnya" 
Kata maaf yang adik bungsuku terakhir sampaikan. Seharusnya aku yang meminta maaf karena sibuk dengan urusanku sendiri, merasa harus selalu kuat karena sebagai anak pertama di keluarga. Hingga diriku lupa ada orang tua yang menunggu kabarku disana.
Tumblr media
2 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Suami Posesif, Istri Berbohong
Dalam rumah tangga kepercayaan dan kejujuran adalah pondasi penting yang harus dimiliki. Tidak dengan keluarga Andre dan Rara, tidak ada kepercayaan di dalamnya. Andre sering melarang Rara berkumpul dengan teman-temannya, padahal Rara termasuk perempuan yang aktif bersosialisasi saat ia masih sendiri. Posesif, benar suaminya termasuk tipe suami yang posesif dan pencemburu. 
Suatu hari saat mereka belanja di salah satu supermarket Jakarta Barat, ada seorang teman laki-laki Rara yang menyapanya. Dengan ramah Rara tersenyum dan mengobrol bertukar kabar hingga bertukar kontak. Rara rasa itu tak masalah karena ia bersama suaminya dan hanya ngobrol biasa, tidak ada yang istimewa. Namun, sesampai di rumah sang suami sangat marah dan menyuruhnya menghapus semua kontak teman laki-lakinya. Kemudian Rara memilih mengikuti apa yang diperintahkan suaminya daripada bertengkar yang nantinya berujung yang tidak diinginkan. 
Semakin lama suaminya semakin posesif hingga ia tak bisa bergerak kemana-mana selain melayani suaminya. Bosan dan tak berdaya yang Rara rasakan setiap harinya menjalani perannya sebagai istri. Hingga suatu hari ada telpon dari Nanda sahabatnya, tiba-tiba Nanda mengajak Rara untuk menjenguk Dea di rumah sakit karena kecelakaan. Awalnya Rara akan menolak, tapi dipikir-pikir lagi menjenguk teman yang terkena musibah bukan suatu masalah, akhirnya dia tidak izin kepada suaminya karena pasti dilarang daan tidak sempat untuk menjelaskan. Akhirnya Rara menyetujui ajakan Nanda dan berencana akan meminta maaf saja setelah dia datang menjenguk temannya.
Setelah sampai rumah, Rara bergegas mandi sebelum suaminya datang. Tak berselang lama setelah Rara mandi, Andre datang mengucapkan salam. Rara menghampiri Andre dengan senyum manisnya dan mencium tangan suaminya. Sambil membawakan tas kerja Andre dan membuntuti ke kamar, Rara menawarkan suaminya teh hangat.
“Mas pasti capek, mau Rara buatkan teh?��� Tawarnya
“Boleh, sekalian siapkan air panas buat mandi ya” Pinta Andre
“Oke siap mas” Dengan sigap Rara menjawab dan langsung menuju ke dapur
Lima belas menit kemudian, teh dan air panas sudah siap. Kemudian ia bawa teh ke meja makan karena seperti biasa suaminya sedang duduk disana sambil membaca koran. Sambil menemani suaminya minum teh, ia akan menyampaikan maafnya karena sudah keluar tanpa izin.
“Mas, Rara mau menyampaikan sesuatu. Tapi, please Mas Andre jangan suudzon terlebih dahulu !!” Sehalus mungkin Rara membuka percakapan.
“Ada apa Ra?” Tanya suaminya
“Jadi, tadi siang Rara menjenguk Dea di rumah sakit karena kecelakaan. Karena terburu-buru Rara tidak sempat meminta izin kepada Mas. Jadi Rara minta maaf karena keluar tanpa seizin Mas Andre. Rara minta maaf ya Mas, please !” Panjang lebar Rara menjelaskan sambil melihat ekspresi suaminya, deg-degan takut suaminya marah besar.
Disisi lain ekspresi Andre terlihat tidak senang.
“Ra, kamu tau kan kalau aku tidak suka kalau kamu keluar tanpa aku temenin. Tidak bisa kalau menjenguknya malam ini atau besok setelah aku kerja. Tapi ya sudahlah sudah terjadi juga kamu keluar tanpa aku.” Jawab Andre dengan nada datar nya.
Meskipun jawaban suaminya seperti itu, setidaknya Rara lega suaminya tidak marah besar. Sebenarnya dia sudah hafal Andre akan melarangnya jika pergi tanpanya. Oleh karena itu, dia sering meminta maaf setelahnya daripada izin terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. 
Se posesif itu suami dari Rara. Tapi tak bisa dibenarkan istri keluar rumah tanpa izin suami. Jika sering meminta maaf setelah melakukan hal yang sebenarnya tau itu salah, tapi karena suami yang seolah terkesan melarang, akhirnya minta maaf menjadi jalan menuju roma :v wkwkkw. 
Meminta maaf akan keinginannya yang dilarang suami menjadi pemicu masalah rumah tangga. Pasangan merasa kecewa, merasa dibohongi dan tidak dihargai. Jadi lebih baik didiskusikan keinginan kita kepada pasangan, bisa jadi ada yang salah dengan pola komunikasi antar suami istri dan keterbukaan kita dengan pasangan. Dikhawatirkan hal-hal kecil yang ditutup-tutupi menjadi boomerang rumah tangga nantinya hingga menjadi awal perselingkuhan. Karena kita sebenarnya tau bahwa pasangan kita tidak akan suka jika kita melakukan yang dilarang. Na’udzubillah
Tumblr media
0 notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Belajar Followership
Perjalanan mencari jati diri telah usai, meskipun sejatinya tak benar-benar usai. Karena fitrahnya manusia selama hidup akan terus belajar dan bertumbuh.
Hari ini tepat sebulan usia pernikahan Dera dengan suaminya. Dera adalah sosok perempuan kuat dan mandiri selama dia masih lajang. Selama kuliah dia menjadi leader favorit di organisasi jurusannya. Metode kepemimpinannya yang tegas namun kehangatan menyelimuti timnya. Terbiasa sebagai seorang pemimpin menjadi tantangan bagi Dera saat menjalankan perannya sebagai istri, dimana kodratnya istri harus menjadi follower suami selama masih sesuai syariat-Nya.
"Ay, kok gitu, kenapa kamu bisa berpikir seperti itu, coba jelasin? Kenapa kayak gitu" Dengan nada tingginya Dera bertanya kepada Cakra suaminya. 
"Menurut sayang gimana?" Ucap Cakra dengan halus, dia mencoba mengimbangkan respon istrinya.
"Harusnya begini ay, kamar anak kita nanti sebelah sini, jadi aku bisa lebih mudah bolak-balik nengok anak kita lagi tidur kalau aku lagi masak" Dera mencoba menjelaskan pendapatnya.
"Misal nih ay, kamu masak di dapur dan suaranya agak berisik, bukankah mengganggu anak kita yang sedang tidur?" Cakra memberikan contoh kelemahan penempatan kamar anak jika di letakkan di sebelah dapur.
"Kamar anak kita di desain kedap suara aja ay, atau aku tidak usah masak ya kalau anak kita lagi tidur" Dera sedikit ragu menyampaikan pendapatnya.
"Tapi ay kondisinya tidak bisa seperti itu, tidak menjamin anak tidur di saat kamu sudah selesai masak"
Diskusi antara Cakra dan Dera terus berlanjut, dan akhirnya Dera menerima keputusan Cakra dengan lapang dada. 
Dera belum terbiasa menjadi pengikut, apalagi menjadi makmum terutama dalam menjalin rumah tangga. Tidak salah seorang istri menyampaikan pendapatnya kepada suaminya, karena dalam ayat Al-Quran Allah memerintahkan hambaNya untuk berpikir. Hanya saja kalau konteksnya suami dan istri, yang harus diubah yaitu metode istri menyampaikan pendapat kepada suami agar suami merasa dihargai. Sebaiknya menjeda di lain waktu dan berbicara dengan tutur kata yang santun. 
"Sayang, aku suka banget kalau kamu berpendapat, aku merasa kamu ikut andil dalam rumah tangga kita, bukan hanya aku yang berpikir. Tapi alangkah baiknya nada bicaramu sedikit diperhalus, maka aku akan semakin sayang" Dengan lembut Cakra berkata.
Sungguh Cakra suami yang sabar untuk Dera
Tidak ada takdir yang menghinggapi kita sampai hari ini kecuali itu takdir yang terbaik dari Allah untuk kita. Entah itu yg baik atau buruk, kalau terjadi hari ini juga kepada kita, maka itu yang ditakdirkan Allah untuk kita.
Tumblr media
1 note · View note
mellyniaainur · 2 years
Text
Fakta Pahit
Bintang bersembunyi tak memperlihatkan cahayanya, seakan mendukung suasana hati si perempuan cantik yang duduk termenung menatap langit yang kelam. Menangis meratapi nasib pernikahannya yang masih seumur jagung. Kondisinya dia sedang hamil hasil dari pernikahannya.
"Andai aku tak hamil, mungkin aku akan minta cerai" - batinnya mengeluh akan takdir
Malam selalu menjadi waktu favoritnya untuk menangis. Tak ada seorangpun yang mengetahui, termasuk suaminya yang tak peduli. Mengapa ia baru mengetahui fakta ini setelah menikah, mengapa Tuhan? Ia bertanya-tanya tanpa ada jawaban.
Fakta kalau mertuanya tak menyetujui anaknya menikah dengannya. Tatapan sinis yang selalu ia dapat jika berhadapan dengan ibu dari suaminya. Kehangatan rumah yang ia rindukan semakin membuat ia merasa sendiri. Jenuh karena merasa tak berdaya dan sakit hatinya karena tak ada yang peduli dengan perasaannya.
Sindiran dari mertuanya semakin menyakitkan dikala ia tak berdaya karena kondisi kehamilannya yang lemah. Mungkin si bayi peka terhadap apa yang ibunya rasakan. Mungkin si bayi memberikan kode kepada ayahnya untuk lebih peduli ke ibunya. Tapi, si ayah hanya sibuk dengan urusannya sendiri, sibuk dengan pekerjaannya, tanpa memperhatikan istrinya yang sedang mengandung anaknya.
Hingga pada suatu hari ia memberontak kepada suaminya, ia lontarkan segala gundah gulana di dalam hatinya. Sudah cukup ia menahan ini sendiri, kenapa suaminya ini tidak peka, kenapa suaminya ini berubah setelah menikah. Kenapa selalu membela ibunya, sedangkan aku istrinya. Banyak pertanyaan di kepalanya yang selama ini ia pendam terlontar begitu saja tanpa aba-aba.
"Kenapa mas tidak peduli padaku, aku ini sedang mengandung anakmu"
"Bukan aku tak menghormati ibumu, tapi omongannya yang selalu menyakitiku"
"Bukan aku seenaknya tidur tanpa mengurus rumah, tapi kondisi kandunganku yang lemah"
"Aku tidak butuh dikasihani, aku tidak butuh di manja, yang aku butuhkan perhatianmu"
"Haruskah kita berpisah saja?"
Kalimat itu akhirnya terucap juga, lega tapi sakit. Yapss benar perasaan itu yang saat ini ia rasakan.
Akankah pilihan berpisah merupakan pilihan terbaik? Terbaik untuknya? Atau juga untuk calon anaknya?
Pilihan yang sangat berat
Tumblr media
1 note · View note
mellyniaainur · 2 years
Text
Kebimbangan
Sepucuk surat darinya kubaca dengan penuh penghayatan
Kuresapi setiap kata, kalimat, hingga menjadi paragraf
Aku menangis tersedu membacanya hingga aku tak bisa berkata menjelaskan isi surat kepada ibuku
Benar, aku lagi bersama ibu duduk santai dan sengaja beliau menemaniku tuk membaca surat itu
"Nak, jika memang dia pilihanmu, ibu ridha. Tapi jika ada secuil keraguan, tolong pertimbangkan dan diskusikan dengan kami sebagai orang tuamu" - begitu ibu menasihatiku
Aku hanya mengangguk dan tak tau mau menjawab apa
Mendadak? Iya sangat mendadak
Tanpa ada angin ataupun hujan, surat itu datang tanpa tanda
Memang ia yang aku kagumi, memang ia yang sering aku panjatkan namanya di sepertiga malamku
Namun, tidak secepat ini Tuhan
Masih perlu persiapan untukku untuk merajut mahligai rumah tangga bersamanya
"Istikharahlah nak, bingung itu wajar, hanya Allah yang mampu menjawab kebimbanganmu" - tutur ibu
Seakan ibu mengetahui isi hatiku tanpa aku jelaskan
Memang benar, aku bimbang dengan pilihan ini
Disisi lain, ada tanggung jawabku yang perlu diselesaikan disini, di keluargaku saat ini
Tapi disisi lain, isi suratnya berkata bahwa setelah ia menikahiku, ia akan membawaku ke luar negeri karena ia mendapat pekerjaan disana
Aku pamit ke ibu untuk istirahat ke dalam kamar terlebih dahulu
Masuk ke ruangan kecil yang dihimpit oleh dinding-dinding yang keras
Seakan punya batasan dimana pikiranku tak bisa dipengaruhi oleh siapapun
Berpikir, berpikir, santai, berpikir lagi, santai lagi, berpikir jernih dengan berbagi pertimbangan.
Hingga malam itu tiba, saat nya aku memberikan jawabannya
"Iya aku bersedia menikah denganmu dengan syarat aku disini hingga adikku lulus SMA. Jadi pertimbangkan keputusanku ini"
Aku memang egois, bersedia menikah tapi tak ikut dengannya, pilihan yang berat bagiku dan juga baginya. Dari keputusanku itu, aku ingin melihat seberapa seriuskah dia menginginkanku. Jika ia menerima keputusanku, aku akan menepati janjiku untuk ikut dengannya 6 bulan lagi setelah adikku tamat SMA. Jika tidak, aku harus ikhlas akan keegoisanku dan menerima kalau dia bukan jodohku.
"Aku hanya si perempuan sederhana yang memiliki banyak keinginan dan juga perlu dituntun olehnya, insyaallah aku menikah denganmu merupakan keputusan yang tepat"
________________________________________________
Gantung ya? yapss masih bingung endingnya gimana
Tumblr media
1 note · View note
mellyniaainur · 2 years
Text
Halu Random
Semalam aku sempet komen story temanku, eh berlanjut tadi pagi yang membuatku menghalu seketika :)
Tiba-tiba kehaluanku menghampiri pikiranku. Si paling random menghalu :
"Pengen deh punya kakak cowok"
"Andai aku menjadi anak kedua aja"
Mungkin orang akan berkomentar dengan raut candanya
"Nih orang dah gila ya wkwkwk, lu anak perempuan pertama dikeluarga lu, bisa-bisanya kepikiran hal yg gk bakal terjadi :v"
Hhahahahah sebenarnya bukan orang lain aja yang ketawa, akupun menertawakan diriku.
"Gilak dah lu, random amat sist. Halumu gk akan terjadi meskipun lu sampai bersujud 7 hari 7 malam ke Tuhan lu, MUSTAHIL"
Tapi kan tidak ada yang gk mungkin kalau Allah sudah berkehendak.
Iya memang benar seperti itu, tapi kemukjizatan atau keajaiban itu datang hanya untuk Rasul dan Nabi-Nya. Kalau manusia di beri segala keajaiban yang mereka halukan, mungkin manusia akan lalai dan tidak mau berusaha apa yang dia inginkan. Dan sebaik-baiknya kondisi yang kita terima dulu, hari ini, dan esok merupakan takdir dari-Nya.
_______________________________________________________
Sssstttt..... bimsalabim jadi apa? prok prok prok wkwkwk
KEMBALI KE DUNIA NYATA
"Semangat kakak cewek" - pesan penutupnya
Dirimu ditakdirkan menjadi kakak karena kamu pantas, karena kamu hebat, dan karena kamu mampu.
Semangat untuk para anak perempuan pertama di keluarga. Kalau capek istirahat, gk perlu selalu ada jika kamu tak sanggup.
Cintai dirimu, karena Allah sayang padamu (kalau baca kalimat ini sambil ingat nada iklan yakult ya :v)
"Eh apa si lu kagak jelas, sumpah lu belum minum obat ya"
Sekian kerandoman pagi ini. Selamat beraktivitas para pejuang muda.
3 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Belajar Menjadi Dewasa
"Enak ya jadi orang dewasa, bisa bergerak kemari-kemari"
"Enak ya jadi orang dewasa, gk ada yang ngelarang"
"Enak ya, bisa beli apa yang di mau"
"Esok kalau aku udah besar, aku mau beli mainan ini. Pasti gk dilarang, ibu bilang kalau udah besar boleh beli"
Seketika aku teringat khayalanku di masa kecil.
Ternyata menjadi dewasa gk semenyenangkan yang aku pikirkan kala itu. Menjadi dewasa berhadapan dengan masalah yang semakin kompleks dan harus bisa berdiri dikaki sendiri.
Banyak kekhawatiran yang bersarang dikepala tanpa ada penetralnya.
Kalut semakin kalut jika dibiarkan. Diam saja sejenak, pikiranmu capek, badanmu butuh istirahat, stop menyalahkan dirimu, kamu pantas bahagia dengan apa yang kamu pilih.
1 note · View note
mellyniaainur · 2 years
Text
Terimakasih Sayang
"Sayang, aku boleh minta tolong?"
"Sayang, besok kamu ada agenda kah?"
Awal percakapanku dengannya dua hari lalu.
Setiap kami butuh bantuan tak lupa kata 'tolong' yang pertama kami utarakan. Menurutku hal itu bentuk kami saling menghargai sebagai pasangan.
Dia balik bertanya "Kenapa sayang? Besok aku gk ada agenda kok"
Akupun mengutarakan rencanaku besok kalau akan ke Bandara Juanda Internasional untuk menemui Ibu yang sedang mengantar Budhe kembali ke Malaysia.
Sebenarnya aku tipe orang yang tidak enak meminta bantuan selama aku bisa melakukannya sendiri.
Tapi kali ini berbeda. Suatu hari aku mendapatkan pesan dari seorang teman, dia berkata "Sebagai sepasang kekasih, seorang laki-laki merasa dihargai jika dia dibutuhkan oleh perempuannya".
Akhirnya aku mengikuti saran temanku ini. Aku mencoba memposisikan diriku disaat aku bersamanya, disaat aku memang butuh bantuan.
Dia sempat ragu dan bertanya-tanya "Memangnya boleh sayang kalau aku ikut kamu ke Bandara bertemu dengan keluargamu?"
Yapss benar, sebelumnya dia belum pernah bertemu keluargaku. Sebenarnya disisi lain dia senang, karena sebelumnya dia punya rencana bermain kerumah, tapi takdir berkata lain. Kala itu, aku yang bertemu lebih dulu dengan pihak keluarganya dalam rangka takziah karena ayahnya meninggal. Innalillahi wa innailaihi roji'un
Aku sempat ragu, dipikiranku bertanya "Boleh tidak ya?"
Sehingga aku mengirim pesan ke Ibu untuk bertanya "Apa boleh kalau aku mengajak dia, karena sebelumnya dia pernah ke Bandara?" Dan Ibu membolehkan.
Singkat cerita hari itu tiba, aku menjemput ibu ke Bandara bersamanya.
Dan hari itu pertama kalinya dia bertemu dengan ibuku dan beberapa saudaraku. Campur aduk rasanya, antara senang, takut, dan gelisah.
Terimakasih kamu yang sudah mau menemaniku seharian menyambut keluargaku di tempat rantau ini. Mungkin aku tak sanggup jika melakukan sendiri dengan berbagai keriwehan itu.
Memang masih banyak kegelisahan dibenakku akan hubungan ini, tapi aku hanya mau bilang kalau aku bersyukur bertemu denganmu. Kamu sosok orang yang memberikan pelajaran di part hidupku. Sekali lagi terimakasih sayang, semoga Tuhan berkehendak akan hubungan kita dan jika tidak, semoga kamu tidak menyesal mengenalku.
3 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Kekalutan Otak
"Ayo, hari ini tugas yang ini harus selesai!!"
"Yuk kerjakan proposal TA nya!!"
"Ayo, kamu bisa, banyak orang yang menunggu hasilmu"
Berbagai pikiran di otak saling menyapa tak karuan. Tapi sayangnya badan tak bisa bekerja sama. Badan yang mudah letih membuatnya tak mudah bergerak. Angan-angan banyak, tapi hanya dipikiran.
Banyak rencana yang ingin dilakukan hari ini. Karena suatu hal sehingga rencana tersebut menjadi kacau dan tak ada yang dikerjakan. Begitulah dia menjalankan kegiatan sehari-harinya.
Dia berdoa "Tuhan, aku memohon pertolonganmu di setiap goals yang ingin aku capai. Ridhoilah diri ini menggapainya, semoga diri ini tak mengecewakan orang-orang yang menunggu hasilnya"
Ketakutan-ketakutan di pikirannya meraung meminta validasi. Seakan hal itu sebuah kenyataan yang telah terjadi. Padahal selangkah kaki belum ia lakukan.
2 notes · View notes
mellyniaainur · 2 years
Text
Rasa Syukurku Bertemu Dia
Dalam hidup setiap manusia pasti memiliki hal yang perlu dan selalu disyukuri. Diam tak membuat dia berhenti tanpa usaha, tapi ingin lebih merasakan apa itu arti syukur. Selama perjalanan hidupnya semakin ia mengenal dirinya, semakin ia memahami arti hidup, semakin ia merasakan banyak cinta disekitarnya, dan semakin bisa merasa syukur di setiap harinya.
___________________________________________________
Masalah datang silih berganti, hidup memang seperti itu. Tak mampu berkata bukan dia tak pandai bercerita, tapi ketakutan-ketakutan yg selalu menyelimuti dikala ia ingin berungkap. Sekalinya ia bertemu dengan si pendengar, bisa berjam-jam ia habiskan meluapkan segala emosinya. Terimakasih pendengar, dia mendengar ceritanya dan si pendengar mendengar cerita dia. Hal yang dia syukuri bertemu dengannya empat tahun lalu di sebuah ruangan kecil yang menjadi tempat pulang kita di tempat rantau.
___________________________________________________
Pandai merangkai kata tuk berucap memang sebuah keahlian, tapi apa daya dia yang tak berani bersua karena pengalaman-pengalaman yang tak mendukung. Iya memang dia terlalu mendramatis
"Se tak peduli apa si lingkungannya hingga dia takut bersuara?" (barangkali itu yang dipikirkan orang yang pandai bercerita)
Merangkai kata tuk diungkapkan baginya sangat sulit, banyak nyamuk berterbangan di otaknya seakan dia tak mampu membuka mulutnya. Takut si nyamuk tiba-tiba masuk tanpa permisi. Jadi, dia memilih untuk bercerita dengan lembar kosong sambil pena menggoresnya.
1 note · View note
mellyniaainur · 2 years
Text
Aku, kamu, dan kita merupakan orang dengan karakter yang berbeda. Jika kata kita yang membuat kita bersatu, kenapa harus ada kata pisah yang mengakhiri semuanya.
Rangkaian kata diatas hanya dipikiran terpacu oleh angan-angan tuk dikatakan. Sebab, kita yang tak tahu akan kemana akhirnya.
2 notes · View notes