Text
Jatuh cinta seperti di film-film.
Kepada nona sang pemilik dunia, surat kali ini aku tulis dengan sepenuh hati mengutip dari salah satu sumber dan karya dari "Ernest Prakasa".
Yang perlu di ketahui di awal cerita adalah peran tokoh utama. Disini bukan menceritakan Bagus dan Hana, namun Diwa dan Cakra. Berbeda latar belakang, dan jalan kehidupannya. Serta, yang paling penting beda perjalanan cintanya.
Aku tidak bisa menuliskan sesuatu yang super meriah. Disini, yang aku suguhkan hanya sekumpulan kata berdasarkan kejadian yang memang apa adanya. Yang berjalan dan mengalir dengan alami. Tanpa kontribusi dari pihak sana sini.
Memang benar, bahwa kita menjalani kehidupan romansa tidaklah akan seperti di film ataupun drama pada layar kaca. Yang melulu bercumbu, yang jalan ceritanya selalu sesuai dengan ekspetasi kita.
Kita harus menyadari bahwa kita hidup pada realita, yang mungkin juga kita akan bertemu dengan duka ataupun lara. Tapi, tidak menutup kemungkinan kita juga akan menemukan bahagia.
Namun, bagaimanapun jalan ceritanya, apapun genre nya, dan seperti apa pengambilan gambarnya. Aku menjalani dengan bahagia setiap harinya. Karena, dalam hal ini bukan hanya aku yang terlibat melainkan kamu juga.
Terlibat dalam senyum dan tawa yang penuh suka cita. Atau malah terlibat dalam duka dan lara. Akan aku nikmati setiap proses dan di setiap berjalannya alur cerita kita. Karena, aku dan kamu adalah tokoh. Dan, Tuhan adalah penulis naskahnya.
Terimakasih, untuk tetap berlanjut meskipun terkadang adu mulut. Terimakasih, untuk selalu sabar meskipun masalah yang kita hadapi kadang di luar nalar. Terimakasih, untuk tetap memilih dan mencintai aku si manusia penuh abu-abu.
Dengan adanya kamu di hidupku, dengan adanya kamu di duniaku, aku merasa bahwa hidup jauh lebih berwarna di bandingkan sebelumnya.
0 notes
Text
Selamat atas langkah pulangmu.
Sedikit warna abu dan kisah pilu tidak membuat aku jauh darimu.
Sebab riuh dan lebam menjadi titik awal dalam perjalanan panjang. Terimakasih untuk sabar yang seluas samudera, meski aku tau sakit juga kamu rasa. Terimakasih untuk setiap kesempatan-kesempatan, dan terimakasih sudah kamu hadirkan kasih dan cinta itu kembali.
Pada kali ini aku akan selalu berusaha merawat rasa agar tetap ada. Agar kembali tumbuh dengan baik dari setiap akarnya. Maaf, maaf untuk badai yang lalu. Menjadikan tangkai ini sedikit reyot dan kelopak berguguran.
Kali ini aku sudah mengerti tentang beberapa arti yang belum sempat aku sadari.
Istriku, kasihku...
Selamat bertemu kembali pada lima yang ketiga kalinya. Aku bahagia bahwa kita bersama, aku harap ini akan selamanya.
0 notes
Text
Kepada warna yang tidak akan pernah pudar.
Ditulis oleh kedua tangan dari seorang, Cakra.
"Aku akan membuka pintu lebar-lebar, sembari menunggu kamu pulang dan bersandar."
Istriku, kamu tetap nomor satu. Pun itu selalu kuberitahu padamu. Meskipun banyak binar-binar mata yang menyorot, aku merasa perasaan yang aku bangun dengan penuh rasa kasih dan sayang padamu ini tidak akan pernah reyot.
Aku harap, perjalananmu di luar sana selalu membawa tawa. Aku harap hujan akan membawamu pada sebuah kehangatan, aku harap terik akan membawa kamu pada sesuatu yang lebih cantik.
Lalu aku,
Aku akan duduk saja disini, menunggu kamu pulang dengan senang. Meski ada sedikit ke khawatiran, itu bukan menjadi sebuah alasan. Pergilah kemanapun kamu ingin pergi, berlayar dan berlabuhlah pada dermaga yang kamu suka. Sebab, pintu rumah kita akan selalu terbuka untuk kamu pulang kapan saja.
Dan, maaf jika kamu berkelana dengan membawa perasaan-perasaan yang tengah terluka. Setelah kepulanganmu pada pelukku nanti, izinkan aku untuk menghilangkan lebam-lebam itu.
0 notes
Text

Cakra dan Diwa.
Tuhan tau kita satu, maka Ia hadirkan temu itu selalu.
Dari sekian banyaknya kemungkinan yang ada, aku hanya mau mendengar kemungkinan baik tentang kita berdua. Ketika semua orang ingin dengar, aku ingin memilih tuli saja. Ya, seperti yang aku bilang bahwa aku hanya ingin mendengar segala hal yang baik tentang kita berdua. Aku bisa dibilang makhluk Tuhan yang paling egois dan serakah. Sebab, aku selalu meminta kamu untuk terus menjadi milikku tanpa pernah menyerah. Bisa dibilang juga aku seorang pengecut, karena selalu muncul ketakutan-ketakutan bahwa kamu akan pergi dan meninggalkan.
Tapi, Tuhan beriku tenang saat kamu selalu datang. Kata-Nya aku dan kamu memang harus satu. Maka Ia ciptakan beberapa jalan untuk kita saling pulang.
Ini bulan pertama, tapi cintaku sudah puluhan juta. Ya, aku sih rela saja. Asalkan kamu tidak keberatan untuk menerimanya.
Akan aku bangun beribu jalan atas izin Tuhan. Sebab, aku tak mau kamu tersesat di perjalanan pulang. Akan aku bangun apa saja yang dapat memudahkan segala hal hidupmu, meski itu terdengar sombong di telingamu.
Dan apapun itu, mari terus bertemu pada hari dan tanggal baru. Bulan ataupun tahun yang baru, mari tetap menjadi satu. Aku dan kamu.
Aku akan dengan senang hati merayakan setiap tawa indahmu dan menciptakan senyum manis di bibirmu.
0 notes
Text

Ku sebut kamu.
Banyak hal-hal yang luar biasa di muka bumi ini dan itu, termasuk kamu.
Kusebut kamu sebagai seorang penyembuh. Sebab saat hari-hari berjalan bersama dengan adanya kamu, semua terasa jauh lebih baik dan damai. Tidak ada lagi luka-luka yang menganga, ataupun tangis pada malam-malam tenang.
Selain itu, aku sebagai penggemar nomor satu kamu selalu dan tidak pernah absen untuk menyebut nama indah mu dalam setiap doa-doa yang aku panjatkan. Di setiap pagi, siang, sore, ataupun malam.
Jujur, sebagai hamba Tuhan aku kurang tau bagaimana perasaan-Nya. Saat aku berulang kali menyebutkan namamu di hadapan-Nya. Akankah Tuhan tersenyum? Tertawa? Menangis, atau apa? Tapi, aku selalu berharap Tuhan selalu menyukai dan menyayangi kamu.
Akan aku sebut dan ku rawat kamu dalam setiap bait doa yang aku sampaikan kepada Yang Maha Esa. Dan, semoga kamu tidak lupa bahwa kamu manusia paling berharga di dunia.
0 notes
Text

Istriku, Ilshe Diwanggani G.
Hari-hari seperti apa yang kamu inginkan?
Jikalau aku pribadi, seorang Cakra. Aku menginginkan hari-hari penuh tawa ceria dari dua bibir kita. Pun juga bibir-bibir kecil mungil putra putri kita. Untuk sampai dalam hari-hari baik itu, aku meyakini bahwa tidak mudah untuk meraihnya. Banyak pedih yang sudah kita jalani, bahkan tangis sampai kita meringis.
Diwanggani, aku Cakra. Mungkin, aku hanya seorang laki-laki biasa yang mungkin juga banyak ditemui di luar sana. Terkadang, aku masih belum bisa menjadi manusia yang baik di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Banyak sekali rasa amarah, kecewa, dan lainnya yang masih terus tumbuh di dalam diriku. Namun, aku selalu percaya bahwa Tuhan selalu menghadirkan hal-hal yang luar biasa diluar dari kendali kita.
Dan, menurutku kamulah jawaban dari setiap rasa percaya yang aku miliki. Tuhan, menghadirkan kamu untuk saling memberikan tenang. Tuhan juga menghadirkan kamu untuk memintaku menjaga dan merawat ciptaan-Nya yang paling indah dan berharga.
Diwanggani, kekasihku. Terimakasih, sudah memilih aku sebagai suami mu. Beribu-ribu syukur aku haturkan kepada Sang pemilik alam semesta ini.
Diwanggani, kekasihku. Sebagai suami mu, maaf jika nanti aku masih sering keliru, tolong tuntun lah aku agar kamu tidak perlu mengeluarkan amarah mu. Terkadang, aku masih sering lupa dimana tempat meletakkan handuk. Atau, terkadang aku tidak setiti dalam menyimpan beberapa barang. Masih banyak lagi ke-kurangan ku, dan aku harap kamu tetap mau membersamaiku.
Mari, kita layar kan kapal besar kita ke lautan yang luas itu. Memang tidak bisa menjamin akan selalu tenang karena pasti akan ada badai, tapi aku selalu yakin kapal kita akan bisa melewatinya. Sebab itu, kita.
1 note
·
View note