Menguatkan tentang iman, menyabarkan tentang penantian dan membesarkan tentang rasa syukur
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Berpisah untuk berjumpa lagi di lain hari :)
9 notes
·
View notes
Text
Saya menggunakan Instagram sebagai @taqychansaffron.surakarta. Instal aplikasinya untuk mengikuti foto dan video saya. https://www.instagram.com/invites/contact/?i=15v8t2n5lr19t&utm_content=gtlhs9u
1 note
·
View note
Photo

Belum menikah bukanlah aib, meski melajang di usia matang kerap mendapatkan pelabelan stigma negatif dari masyarakat. Entah menikah muda atau belum menikah selalu punya porsi gibahannya masing-masing dari netizen. Sudah biasa.
Yang harus dipahami adalah melajang belum tentu menjadikanmu hina, begitu pun perihal menikah belum tentu menjadikan seseorang mulia.
Contohlah: Imam Nawawi, kesendiriannya justru bermanfaat bagi agama Allah Subhanahu Wata’ala.
Geser fokusmu, berkembang baik sebelum berkembang biak.
Komentar orang lain barangkali di luar kuasamu namun bagaimana kamu menyikapinya adalah pilihan. Cukup kamu paham, apa yang sedang kamu upayakan adalah apa-apa yang akan mendekatkanmu pada tujuanmu sendiri :)
167 notes
·
View notes
Text

Kamu engga selalu harus terlihat kuat kok. Engga apa-apa kalau lagi ngerasa lemah.
Kamu engga selalu harus terlihat bahagia. Engga apa-apa, kalau kamu emang ingin menangis.
Kamu juga engga selalu harus terlihat hebat. Engga apa-apa, jika kamu menjadi biasa-biasa aja.
Semua orang pernah gagal, pernah kecewa. Setiap kita punya keterbatasan dan kekurangan.
Akui aja, simpan aja dulu keharusan-keharusannya.
Bukan kamu aja kok, semua orang juga khawatir dengan ketidakpastiannya.
Kalau emang lagi ngerasa engga bisa berpikir positif dan engga bisa optimis, engga apa-apa.
Engga usah dilawan. Terima aja, sadari aja.
Semua orang yang katanya sukses, yang katanya kaya, yang katanya paling beruntung, juga punya masalah, ketakutan, dan kecemasannya sendiri-sendiri.
Udah deh enggga usah pura-pura buat yakinin orang-orang, kalau kamu sendiri aja sebetulnya engga yakin.
Engga usah ngasih harapan ke orang-orang, kalau kamu aja masih sering kecewa sama harapan-harapanmu sendiri.
Lelah kan, berbohong?
Apalagi menghalalkan segala sesuatu yang sebenarnya kamu hanya ingin mendapat keuntungannya.
Iya, jujur ke diri sendiri itu penting banget. Siapa lagi yang bisa menjaga ketenangan hatimu kalau bukan kamu sendiri?
Istirahat aja dulu sejenak, mungkin keinginan-keinginanmu menggantung terlalu tinggi.
Iya, boleh kok bermimpi setinggi-tingginya, tapi kadang kamu juga perlu memulainya dari yang paling mungkin.
Bahkan engga apa-apa jika harus memulainya dari yang paling bawah sekalipun, memulai dari titik terendahmu.
Ingat ya, jujur ke diri sendiri dulu. Karena hati dan perasaanmu engga mungkin bisa berbohong.
—ibnufir
630 notes
·
View notes
Text
"Ujian terberat kita bukan pada kesulitan dan kesedihan. Melainkan pada kesenangan yang mampu melenakan."
Adalah Sa'labah yang mampu bersedia bertukar sarung dengan sang istri untuk menunaikan ibadah shalat berjamaah. Berlari terbirit2 agar istri dapat segera melakukan perintah-Nya. Namun siapa sangka, namanya tak lagi sering hadir dalam rentetan jamaah shalat. Setelah hewan ternaknya menjadi banyak dan butuh banyak perhatian.
Adalah Fir'aun yang diberlimpahi kesenangan, kedudukan raja tak terbantahkan, pasukan tentara yang gagah perkasa, harta berlimpah tak berkesudahan. Namun semuanya menjadikan ia mengaku sebagai 'Tuhan'. Baginya tak ada yang berhak mengatur kehidupan, sampai akhirnya ia ditenggelamkan di lautan.
Saat di tempah ujian berupa kesulitan, kerap kali manusia bisa melampauinya. Menjadi semakin dekat dengan Rabbnya. Doa begitu mudah dipanjatkan. Air mata mengalir dengan mudah menenangkan. Tubuh begitu mudah melakukan ibadah dan kebaikan.
Namun sialnya, kita sering 'keliru' makna ujian. Di kepala ia hanya berbalut dengan musibah, kegagalan dan kesedihan. Padahal yang jauh lebih menyulitkan adalah saat diberi ujian kesenangan dan kebahagiaan.
Kadang kala, ketika setiap kesulitannya teratasi. Diberi kemudahan sebagai ganti, kita sering lupa diri.
Tak ada lagi cerita rengekan tangis di sepertiga malam, tak ada lagi cerita bergegas ke masjid setiap kali adzan dikumandangkan. Jarang sekali terdengar lantunan ayat yang sering dipanjatkan.
Itulah mengapa Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-hikam pernah mengatakan, "ujian dan musibah yang sebenarnya bagi kita bukanlah kesulitan dan kesedihan. Melainkan pada kemudahan dan kebahagiaan."
Jangan terbatas perlu mendekat saat kesulitan datang sesaat, lalu lupa saat kemudahan dan kesenangan diberi sebagai ujian taat.
Wallahua'lam bishawab.
465 notes
·
View notes
Text
"Wanita boleh jadi bersedih saat patah, namun menjadi begitu tegar saat iman melekat di dada."
Adalah Hajar istrinya Ibrahim yang bersedih ketika hendak ditinggal berdua dengan putranya Ismail, lalu berubah menjadi begitu tegar ketika terlontar tanya "apakah ini perintah Allah wahai suamiku?" "Kalau begitu baiklah."
Adalah Asiyah bin Muzahim, istri Fir'aun yang bersedih dengan keburukan yang dilakukan suaminya. Tak tanggung-tanggung, membunuh bayi, bahkan mengaku Tuhan dilakukan suaminya. Namun menjadi begitu 'kokoh' keimananya dengan berislam, sekalipun harus disiksa.
Adalah Fatimah bin Rasulullah saw. yang mengeluhkan kondisi rumah tangganya, karena lelah mengerjakan kesibukan rumah tangga dan tak ada yang membantu, lalu meminta pada Ayahnya agar memberinya seorang pembantu. Namun, berubah menjadi begitu 'taat' ketika Rasulullah memberitahukan kemuliaan seorang istri yang menggiling sendiri tepung untuk suaminya mampu meleburkan dosa, dan meninggikan derajatnya."
Mereka adalah contoh tauladan dari banyaknya kisah tentang 'wanita' yang layak jadi panutan.
Apa persamaannya? Mereka juga pernah merasa lelah, mengeluh, sakit, dll. Namun ketika ada Allah yang memerintahkannya, mereka taat, tak membantah sedikitpun, tak ada keraguan setitik-pun.
Maka, bersyukurlah tercipta menjadi seorang wanita. Karena di dalamnya ada surga, baik untuk anak-anakmu ataupun bagi kedua orang tuamu. Meski kamu sadar, beratnya menjaga aurat agar tak terlihat oleh yang lain.
Bersyukurlah jika dicipta menjadi wanita, karena pahala melimpah mengiring setiap rasa sakit mengandung, melahirkan, serta merawat buah hati tercinta. Meski tau akan begitu sulit, kehilangan jam tidur bahkan berupaya menahan rasa sakit.
Wanita itu mulia. Tidak dicipta tuk direndah, atau dianggap lemah. Di atas iman, jalan surga diperolehnya.
2K notes
·
View notes
Text
Tak peduli seberapa besar kita. Kita tetap menjadi anak kecil dimata orang tua kita
14 notes
·
View notes
Text
Seringkali mengelola perasaan lebih sulit dari mengelola emosi
9 notes
·
View notes
Text
“Tertinggal perihal urusan duniawi saja bisa membuatmu merasa terkucilkan di dunia. Bagaimana jika tertinggal perihal urusan akhirat ? Memang bisa jadi tak terkucilkan di dunia tapi akan jadi yang paling menyesal di akhirat.”
— - Kepada aku
65 notes
·
View notes
Text
“Semua orang yang hadir ataupun peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, sudah dipilihkan dan diizinkan Allah Ta'ala untuk membawa pelajaran yang kita butuhkan dengan nama lain ujian.
Jika kita merasa tidak mendapatkan pelajaran apapun, bukan berarti mereka ataupun peristiwanya datang tanpa arti. Kita lah yang sudah melewatkan pelajarannya.
Perlu disusul kembali orang-orangnya ataupun diulang kembali peristiwanya? Allah Ta'ala itu Ash Shabur, akan dikirim kembali orang-orangnya dengan membawa “pelajaran” yang terlewat, walaupun mungkin bukan orang ataupun dengan peristiwa yang sama.
Bukankah hidup itu ujian dan didalamnya ada proses belajar? Dan itu akan tetap terjadi sampai kita menutup mata, untuk menilai seberapa pantas diri kita menjadi penghuni surgaNya.
Walirabbika faashbir. Dan untuk memenuhi perintah Rabb-mu, bersabarlah.”
Bapak.
https://instagram.com/gsatria
312 notes
·
View notes
Text
Andai setiap waktu kita sadar, betapa Allah selalu menjaga kita dalam kebaikan. Betapa Allah sangat ingin kita masuk ke surga-Nya tanpa melintir dulu ke tempat lain.
Melembutlah wahai hati, berhentilah bermaksiat. Allah menyayangimu. Bahkan setelah kamu berdosa di hadapanNya. Ia tetap menyayangimu.
128 notes
·
View notes
Text
Allah will make you go through very difficult experiences, and you will not be able to see what good can posibly come from it. But Allah is fully aware that whatever experiences you’re going through is actually good for you. That’s still an act of kindness.
Your sickness, your terrible experience, if somebody humilated you, if you’re betrayed those are still and act of kindness. Not from them, but from Allah.
There is something good in it for you, that you can not understand.
There is something happening behind the scene that we don’t know
-Nouman Ali Khan @Ramadhan Gems Day 13
78 notes
·
View notes
Text
Dekat
Kafka : Bun, hari ini aku liat temen temenku pada banyak nyetor hafalannya ke ustadz.
Bunda : Ohya? Alhamdulillaah
Kafka : Trus cuma aku yang nyetor dikit
Bunda : ….
Kafka : Padahal aku dah berusaha biar banyak hafalanku Bun
Bunda : Iya, Nak
Kafka : Dan aku sampe bawa quran kemana mana biar tiap lupa, langsung bisa inget
Bunda : Iya, Nak..
Kafka : Tapi kenapa masih tetap aku yang sedikit setoran ayatnya..
Bunda : Nak, Quran itu Allaah berikan pahala perhuruf, bukan per setoran. Disaat kamu sibuk mengulang ayat yang sama karena gak lekat lekat dikepala, saat itu kamu sedang menuai pahala per huruf yang kamu ulang ulang
Kafka : ….
Bunda : Memang disisi lain, bagus yang cepat hafal. Tapi, mungkin dengan cara ini Allaah memberikan kamu pahala atas tiap ayat yang kamu baca dan ingat.
Kafka : Ya Allaah..
Bunda : Bagi Bunda, yang penting bukan cepat atau lambatnya, tapi seberapa sering interaksi kamu dengan quran. Seberapa dekat kamu dengan quran. Jadi berbahagialah nak, jari jarimu banyak menyentuh Quran yang mulia. Tanganmu sibuk membolak balik mushaf. Kamu, pemuda yang tumbuh bersama quran.. Semoga Allaah meridhaimu, sayang.
Kafka : Allaahummaghfirli, aamiin.. 😭
444 notes
·
View notes
Text
Menantu terbaik
Suatu kali, pernah saya tanpa sengaja membaca pesan whatsapp budhe saya ke mama. Kebetulan waktu itu handphone mama sedang saya pinjam untuk transfer beberapa foto. Isi pesannya cukup panjang intinya budhe saya curhat tentang hubungannya dengan menantunya yang kurang cocok. Anak budhe laki-laki, baru saja menikah 3 bulan. Alasan-alasan seperti tidak pernah masuk dapur, bangun siang, tidak pernah bantu bersih-bersih, hingga ketidak cocokan sikap dan sifat dengan menantunya diceritakan budhe di pesan itu. “Heran saya, cantik tapi kok kayak gak ada etikanya, gak peka blas” - penggalan kalimat terakhirnya. Saya membacanya tertegun lama, tiba-tiba timbul ketakutan dalam diri saya. Apakah nanti ketika menikah saya akan diterima dengan hangat oleh mertua, seperti nenek saya ke mama, atau justru akan membuat para ibu khawatir anaknya menikahi perempuan seperti saya?
Saya menemui mama dan menunjukan pesan budhe kepadanya. Kalau tidak salah saat itu mama baru selesai sholat ashar. “Aku jadi takut nikah ma” ucapku saat itu. Mama tertawa kecil bertanya kenapa aku takut “kalau ternyata orangtuanya ga suka sama aku gimana ? Kalau ternyata ga cocok, ga sepaham?”
Mama menggenggam tanganku saat itu sambil berkata “kalau mbak sifatnya kayak mantunya budhe, ya pasti orangtua manapun bakalan jengkel sama mbak” aku tertunduk lesu. “Makanya dari dulu mama ngajarin, mau dari keluarga berada atau biasa aja, harus tau unggah-ungguh di rumah. Harus tetep bantu dan aware sama kondisi rumah meskipun udah ada bibik. Harus masuk dapur minimal bantuin ngulek sama ngupas bawang. Sopan sama yang tua tanpa pandang statusnya” aku mengangguk menyadari ajaran-ajaran mama selama ini.
“Laki-laki itu mudah dibuat jatuh cinta, tapi butuh usaha keras untuk meyakinkan orang tuanya, keluarganya, kalau kita pantas”. Lagi-lagi aku tertegun. “ kalau kitanya udah cukup pantas tapi keluarganya masih belum nerima karena alasan lain gimana ma ? Karena background keluarga/ status/ suku gitu” tanyaku beruntun.
“Ingat pesan mama, nanti ketika menentukan pasangan hidup, pastikan keluarganya bisa mencintai kamu sebanyak cinta yang kamu dapat di rumah. Kamu anak mama papa dibesarkan untuk dihargai, ingat ya mbak” . Aku mengangguk mantap, ketakutan perlahan hilang tergantikan dengan perasaan semangat untuk memperbaiki diri.
“Ketika kamu menikah, kamu tidak hanya menikahi suami kamu, namun juga keluarganya. Masa-masa sekarang adalah kesempatan untuk belajar memperbaiki diri sekalian mengenal calon keluarga pasangan kamu, kalau udah ada yaa ” jawab mama sambil tertawa di ujung nasihatnya. Aku menghela nafas panjang sambil mengaminkan dalam hati, segera ya.
2K notes
·
View notes
Text
Self Injury
Beberapa hari lalu, salah seorang teman meluapkan emosinya, aku hanya diam terpanggut melihat ayunan bibir yang terus mengumpat, dia begitu gila menceritakan masalahnya, seakan ingin memakan apapun yang ada di depan dia saat itu, awalnya aku mendengarkan semua keluhnya, terlihat seperti seseorang yang depresi pada umumnya, tapi saat dia mengatakan hal yang sudah di luar akal, terasa sudah di ambang logika dan nalar, aku tak bisa menahannya. Di sini aku akan mencoba menuliskan embun yang bisa ku ambil dari rintikan air ludahnya. Ya, dia mengatakan, “Bunuh-Diri.”
1.1 Sadar
Semua orang terlahir dengan kondisi dan alasan masing masing, semua orang hidup dengan masalah dan depresinya masing-masing, sementara kamu menyesali kekuranganmu, kenapa tidak mensyukuri dan membahagiakan kelebihanmu. Kamu menyalahkan keadaanmu, karena kamu belum melihat orang lain yang lebih hampa darimu.
1.2 Nalar
Setiap orang tua tak punya alasan untuk tidak menyayangi anaknya, aku tidak akan membahas dosa dan agama di sini, tapi lebih ke nalar dan logika, karena untuk urusan akhirat, tak usah berdebat, biar Tuhan masing-masing kita yang mengurusnya.
1.3 Logika
Jika kamu beranggapan jika bunuh diri adalah jalan keluar, maka memang kamu akan benar-benar keluar dari semuanya, iya jika kamu keluar dari masalahmu, jika kamu malah menambah masalah untuk orang tuamu ? membuat mereka malu dalam sisa hidupnya, sekaligus menahan sedih akan isak tangis yang selalu pecah di setiap harinya, apa kamu ingin begitu sombong sudah bisa meninggalkan mereka yang sudah membuatmu tumbuh sampai sejauh ini, ?
“Tinggalkanlah sesuatu yang baik, yang mudah dikenang, bukan sesuatu yang buruk, yang susah untuk dilupakan.”
1.4 Dosa
Kali ini aku akan sedikit menyindir tentang dosa, dan hanya untuk orang-orang yang sehat saja, yang mampu menerimanya.
Bunuh diri tidak membuatmu selesai, kamu mungkin akan memutus semua masalahmu di dunia ini, tapi tanpa kamu sadari, kamu juga akan memutus semuanya, hubungan antara kamu dan orang tuamu, istri/suamimu, anakmu, kakak/adikmu, keluargamu, saudaramu, temanmu, dan juga, Tuhanmu. Jika aku jadi kamu, aku lebih memilih tak mempunyai apapun, dan siapapun, asal Tuhan tetap melekat dalam nadiku, tapi saat kamu bunuh diri, Tuhan saja “tak sudi” untuk memandangmu.
1.5 Tegas
Kamu hanya kurang tegas dengan dirimu, kamu terlalu memanjakan semuanya, sampai semua masalah itu masuk dan bersarang di setiap darahmu, masalah itu seperti level dalam permainan, setiap kamu melewatinya, akan ada reward di akhir, masalah itu ada untuk dilewati, bukan di tinggal pergi, jika kamu merasa kamu adalah orang paling tersiksa di dunia ini, coba lihat dunia luar, maka kamu akan paham dengan sendirinya.
Sebagai manusia yang sama sepertimu, aku mungkin terlalu munafik jika terus menggurui, tapi selaiknya kodrat kita, manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, aku hanya berniat membantu, menasehati, menunjukan sesuatu yang baik untuk dilewati, dan yang tidak, untuk apa yang akan kamu lakukan setelahnya, kembali lagi denganmu, sesehat apa dirimu, dalam mengambil keputusan.
@badutcerdas — 6 Juni 2019
234 notes
·
View notes
Text
Tidak ada yang salah. Kita hanya belum memahami keinginan sang maha Rahman melalui hikmah yang dititipkan dari sebuah kejadian.
Jombang, 2 Juni 2019
34 notes
·
View notes
Text
Kenangan diciptakan tidak untuk membuatmu berlebihan mengenang sesuatu. Hingga rasanya, berpisah adalah hukuman yang tidak pantas diterima dan harus disesali dalam jangka waktu lama. Cukupkan saja saling do'a. Selebihnya, biarkan Tuhan mengabadikan mereka dalam setiap ruang di hati dan kepala kita.
214 notes
·
View notes