Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Nasihat itu bermanafaat bagi hati yang ingin merubah, sering mengoreksi diri serta beusaha memperbaiki.
Namun bagi yang merasa cukup seadanya, tanpa ada upaya menambahi ilmu juga masih selesa dengan tabiat sedia ada tanpa ada niat merubah maka kata Manisnya adalah "bye²..
4 notes
·
View notes
Text
JAUHILAH SIFAT DAN PERBUATAN JAHILIYYAH YANG DAPAT MENJADI PENGHALANG HIDAYAH.
Wajib kita meyaqini bahwa ALLAAH Ta'ala itu Maha 'Adil dan Bijaksana dalam segala hal. Termasuk dalam hal memberi hidayah. Setiap manusia diberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh hidayah dari-Nya. Kaum Musyrikin Makkah, Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Thalib dan yang lain memilki peluang yang sama dengan para sahabat dalam mendapatkan hidayah ALLAAH Al Haadiy. Namun mengapa para sahabat Radhiyallaahu 'anhum mengimani Rasulullaah shallallahu 'alayhi wa sallam dan menerima Islam, sementara Abu Jahal, Abu Lahab dan gerombolannya kufur terhadap ALLAAH subhaanah dan Rasul-NYA shallallahu 'alayhi wa sallam..? Jawabannya Tak lain dan tak bukan adalah karena musyrikin Makkah memiliki sifat-sifat jahiliyah dalam diri mereka sehingga hidayah ALLAAH Ta'ala sulit masuk dalam hati-hati mereka, dan ALLAAH Al 'Aliim lebih tahu siapa-siapa-siapa yang pantas mendapat hidayah-Nya.
Dari berbagai ayat Al Qur-an kita kita kan tahu sifat-sifat jahiliyah apa saja yang menjadi penghalang hidayah menerima Islam dan ajaran-ajarannya :
◾ 1.Taqlid Buta
Taqlid, asal ikut tanpa memahami alasan Syar'i-nya adalah sumber penyimpangan. Bisa taqlid terhadap keyakinan atau tradisi nenek moyangnya yang turun temurun, sebagaimana masyarakat Makkah saat didakwahi oleh Rasulullaah.
Ketika Rasul shallallahu 'alayhi wa sallam datang membawa wahyu, mereka menolaknya dan berkata :
"...(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya..." [QS. Luqman : 21].
Atau taqlid terhadap SUKU atau BANGSAnya, sebagaimana Yahudi, sehingga Rasulullaah pun ditolaknya karena bukan bangsa Yahudi, padahal mereka sekian lama tlah mengenal ciri-ciri Rasulullaah shallallahu 'alayhi wa salam dalam kitab Taurot mereka dan meyaqininya (silahkan baca : QS. Al Baqoroh : 146).
Atau taqlid terhadap Syaikh tertentu, Ustadz tertentu, Kyai tertentu, 'Ulama tertentu, atau para Tokoh tertentu, yang ia yakin terhadap tokoh-tokoh tersebut secara dzatnya, apa kata mereka dianggap pasti bener dan lurus. Para muqollid ini meyaqini tokoh-tokoh yang diikutinya karena gelar-gelar dunianya seperti gelar tokoh masyarakat, cendekiawan, negarawan, pemimpin, ustadz, kyai, ulama, sarjana, doktor, LC, lulusan Madinah/Makkah/Kairo/Maroko, dsb.
�� 2. Mengukur Al-Haqq dari banyaknya pengikut atau pendukung atau dari banyaknya "ulama' yang berada didalamnya, sehingga sebuah ke-Bathilan bahkan ke-Syirikan dianggap benar karena pertimbangan hal-hal tersebut (baca : matan ke-5 Kitab Masail Jahiliah, Syaikh.Muhammad bin 'Abdul-Wahhab rahimahullaah). Ini tragis, Karena ukuran sesuatu itu Haqq atau Bathil bukan karena banyak pengikut/pendukungnya atau keberadaan "ulama-ulama" yang mengusungnya. Timbangan yang diturunkan ALLAAH Ta'ala untuk mengukur Haqq atau Bathil adalah wahyu. Walau 'ulama' su' sekelas Bal'am bin Bauro' mendukung Fir'aun dan sistemnya, hal itu tak membuat kebathilan Fir'aun dan sistemnya jadi benar, karena kekafirannya tlah ALLAAH 'Azza wa Jalla sebutkan melalui wahyu-Nya. Bahkan 'ulama' semacam Bal'am yang menjilat penguasa Thogut ini digambarkan sebagai anjing yang senantiasa menjulurkan lidahnya.(baca : QS. Al A'rof : 176).
◾ 3. Mengukur sebuah kebenaran dgn melihat banyaknya tokoh-tokoh "elit" yang mendukungnya. Bila tokoh-tokoh elit banyak mendukungnya maka dianggab benar. Bila orang-orang bawah yang banyak menjadi pengikutnya maka sesuatu itu dianggab salah.
Inilah yang terjadi pada Da'wah Nabi Nuh 'alayhissalam dan juga Rasulullaah shallallahu 'alayhi wa sallam, sehingga elit-elit negeri dan masyarakatnya menolaknya. Saat nabi Nuh 'alayhissalam men-Da'wahi kaumnya, kaumnya pun berkata :
"....Apakah kami harus ber-Iman kepadamu sedangkan yang mengikutimu adalah orang-orang yang lemah". [QS. Asyu'aro' : 111].
Atau seperti yang dikatakan elit Makkah saat mengomentari Rasulullaah shallallaahu 'alayhi wa sallam dan pengikutnya yang mayoritas orang-orang biasa bahkan sebagian mantan budak :
"Orang-orang semacam inikah diantara kita yang diberi anugrah ALLAAH (berupa keimanan) kepada mereka ?" [QS. Al An'am : 53].
Itulah diantara sifat-sifat jahiliyah yang jadi penghalang hidayah. Dan pemahaman yang lurus sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua hal tersebut diatas. Pemahaman yang lurus hubungannya dengan hidayah ALLAAH Al Haadiy. Kalau ALLAAH Ta'ala memberi kita hidayah, maka kita akan dibimbingnya menuju jalan yang lurus, dikumpulkan bersama orang-orang yang lurus dan diarahkan menimba ilmu dari pembimbing-pembimbing yang lurus.
ALLAAH 'Azza wa Jalla berfirman :
"Barang siapa dikehendaki ALLAAH mendapat hidayah, niscaya Dia (ALLAAH) akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki ALLAAH menjadi sesat, niscaya Dia (ALLAAH) menjadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki kelangit. Demikianlah ALLAAH menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman". [QS. Al An'am : 125].
Para pemilik sifat jahiliah akan tertipu dengan "timbangan dunia dan akal" dalam mengukur Al-haqq dan melupakan timbangan wahyu (Al Qur-an dan As-Sunnah). Dan inilah yang terjadi dimasa kini dan masa lalu. Dimasa kini mayoritas orang-orang yang mengaku muslim telah meninggalkan sistem ALLAAH Ta'ala (Syariat ALLAAH 'Azza wa Jalla) dan memilih memeluk dien-dien kufur yang berasal dari kafirin : Nasionalisme, Demokrasitisme, Sekularisme, Liberalisme, Pluralisme, bahkan Komunisme, Atheisme, dsb. Sistem Nasionalisme (kebangsaan/kesukuan/ashobiyyah) yang dihari ini kembali dijunjung tinggi, padahal paham kebangsaan ini adalah paham jahiliah yang telah dikubur oleh Islam dan memecah belah muslimin, kini dibangkitkan lagi oleh "Barat" yang kemudian di IKUTI oleh sebagian orang-orang yang justru paling kencang mengaku Muslim.
Demikian pula dengan Dien Demokrasi yang Bathil dan memiliki Prinsip2 Aturan yang merupakan keyaqinan Syirik Akbar, dipeluk dan dijadikan Jalan Hidup baik bagi mereka yang memang Sekuler maupun mereka yang mengatakan hanya sebagai cara untuk kembali men"jayakan Islam", dan meyaqini akan kebolehannya. Maka Berbondong-bondonglah umat turut mengusungnya pula, seakan-akan mereka akan "mati" bila tak terlibat didalamnya. Padahal jelas itu bukan jalan untuk menjayakan Islam.
Adapun Jihad yang ALLAAH 'Azza wa Jalla perintahkan melalui Lisan dan Tauladan Rasul-NYA justru malah ditelantarkan dan diragukan ke-"efektif"annya. Wal-'iyaadzu billaah.
Sistem Jahiliyyah para Thogut dengan Demokratisme dan Sekulerisme-nya itupun didukung, diusung, dibela dan dilestarikan dengan kekuatan api dan besi. Yang melawannya akan segera dijadikan PRIORITAS UTAMA untuk di berangus, di eksekusi dan dianggap sebagai MUSUH BESAR dan Kejahatan Tingkat Tinggi. Padahal ALLAAH Ta'ala memerintahkan Mu'minin untuk merujuk dalam segala halnya kepada Kitabullaah dan Sunnah Nabi-NYA, lebih-lebih lagi mengurus mayarakat. Sedangkan penguasa thogut bersistem buatan hasil pemikiran dan hawa nafsu sekumpulan orang yang berasal dari berbagai Agama, dan Kepercayaan, dan bahkan para Dukun dan kaum Atheis.
FIRQOH Neo Jahmiyyah-Murji'ah sekte Khowarij yang tersesat dgn menjadikan penguasa thogut sebagai waliyul amri yang harus dita'ati dan dibela, menganggap pemerintahan bersistem kufur (nasionalisme/demokrasi/pluralisme, liberalisme) sebagai negara Islam, berfatwa plin-plan tentang bathilnya demokrasi (suatu saat pun ikut pemilu dengan berbagai dalih), pun diikuti dan ditaqlidi. Kenapa semua itu terjadi ?! Kebathilan dan kekafiran diusung dan dianggap benar ?! Tak ada jawaban lain kecuali karena merasuknya sifat-sifat Jahiliah dalam diri mereka. Mayoritas ulama'nya meninggalkan bimbingan wahyu dan mengikuti serta megedepankan akal hawa nafsunya. Orang-orang awamnya disesatkan oleh "ulama-ulama (su')". Mengukur suatu hal (isme-isme kufur) tidak berdasar nash wahyu tapi karena melihat banyak pengusungnya, sesuai budaya leluhur (taqlid nenek moyang), ke-Indonesian, anjuran si ustadz 'besar' dan melihat keberadaan banyaknya ulama' yang jadi pendukung dan pengusungnya.
Padahal ukuran haq-bathil itu bukanlah dgn standar itu semua, tapi standarnya adalah nash wahyu yang berupa Al Qur-an dan As-Sunnah, yang dipahami dan sebagaimana para sahabat (generasi Islam pertama) memahami dan mengamalkannya. Apa-apa yang dihukumi haqq oleh wahyu maka itulah al haqq dan apa-apa yang dihukumi bathil oleh wahyu, maka itulah kebathilan. Mereka para pengekor dan yang diekori meninggalkan perintah wahyu lalu mengikuti paham-paham sesat yang berasal dari kafirin. Padahal lihatlah bagaimana ayat bicara : ALLAAH Ta'aala berfirman :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian (Al Qur-an dan As-Sunnah) dan jangan ikuti pemimpin (ikutan) selainnya..." [QS. Al A'rof : 3].
ALLAAH 'Azza wa Jalla juga berfirman :
"Dan berpegang teguhlah pada tali ALLAAH (Al Qur-an dan As-Sunnah) dan janganlah kalian bercerai berai". [QS. Ali Imron : 103].
Rasulullaah shallallahu 'alayhi wa sallam pun bersabda :
"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat (bila berpegang teguh pada keduanya) yaitu Kitabullaah dan Sunnahku". [Shahih,Al Jami'].
Jadi, walau kita sedikit atau seorang diri tapi diatas hidayah Al Qur-an dan As-Sunnah maka kita diatas Al-Haqq. Dan kebathilan tak kan jadi kebenaran walau banyak pengusung dan banyaknya 'ulama' (suu') didalamnya.
_Wallaahu Ta'ala A'lam_
◾ Maroji' : Al Al Qur-an, As-Sunnah, Kitab Masaa'il Jahiliyah, li Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab At-Tamimiy rahimahullaah.
#repost
1 note
·
View note
Text
Orang-orang mukmin itu adalah mereka yang tunduk dan patuh serta taat kepada Allah Ta'ala, terutama terhadap hukum dan aturan Allah.
Berusaha melaksanakan semua perintah Nya dan menjauhi semua larangan Nya. Tidak ada sedikitpun keraguan dalam diri mereka terhadap segala perintah Nya terutama perintah berhukum dengan hukum Allah.
"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat. "Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". ( QS An Nur : 51 )
Mereka adalah hamba-hamba Allah yang cerdas yang diberi Hidayah oleh Allah karena mereka memfungsikan mata, hati dan telinga mereka untuk memahami ayat-ayat Allah.
Dengan kecerdasan dan hidayah tersebut mereka tahu dan faham serta bisa membedakan mana Penguasa yg wajib ditaati dan mana penguasa yg wajib kita berlepas diri, membenci dan memusuhinya.
5 notes
·
View notes
Text
#Diary—Agung Moehadji Soemo Soemadi
Mufti besar Saudi mengatakan “Bermain catur itu Harām.”
Baik, tak masalah.
Wahai mufti al-Salul yang terhormat, tahukah engkau apa lagi yang Harām?
Enam dari tujuh negara dengan tingkat kematian anak terburuk (kematian saat lahir) adalah negara Muslim. Di Afghanistan, satu dari tujuh anak meninggal saat lahir, sementara di Jepang angkanya 1 dari 500.
Tujuh dari sepuluh negara terburuk dalam hal literasi di dunia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Di Nigeria, negara dengan 99% penduduk Muslim, hanya 19% yang tahu cara menulis nama mereka.
Mesir, Turki, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Aljazair, dan Nigeria --- dengan total populasi Muslim sebanyak 800 juta --- tidak memiliki satu pun universitas yang masuk dalam peringkat 300 teratas dunia (QS, 2015).
California, negara bagian AS, memiliki ekonomi yang lebih besar daripada gabungan Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Pakistan.
Pakistan telah kehilangan 70 pekerja karena polio dalam lima tahun terakhir, memiliki jumlah pencarian pornografi gay di internet tertinggi di dunia, dan menunjukkan lebih banyak emosi kolektif atas pertandingan kriket dibandingkan pembantaian massal warga Suriah.
Tingkat pengangguran di Bosnia adalah 43%. Libanon adalah tempat pembuangan sampah. Kairo adalah kota paling kumuh di dunia dan salah satu yang paling tercemar. Yordania dipenuhi dengan gadis-gadis pengungsi yang harus melacurkan diri untuk makan.
200.000 orang terbunuh di Suriah. Ribuan orang terlupakan di penjara Mesir. Iraq, Libya, dan Yaman adalah tempat kematian. Laut Mediterania adalah kuburan bagi anak-anak Ummat.
Engkau ingin berbicara denganku tentang Harām? Engkau ingin berbicara denganku tentang catur dan Maulid? Engkau ingin menceritakan kisah-kisah tentang Jinn dan tujuh ribu langkah menuju pernikahan yang sukses?
Bagus.
Namun para pemimpin, para ulamā, dan para da’i di Dunia Muslim perlu lebih bijak dalam menyikapi bencana politik, sosial, ekonomi, dan militer yang melumpuhkan kita. Kita harus berbicara tentang Suriah, kemiskinan endemik, dan kebingungan ideologis modern seribu kali lebih banyak daripada membicarakan catur, ramalan bulan, atau apakah boleh memakan daging putri duyung (ya, ada fatwā tentang itu).
Wahai mufti al-Salul, wacana dan fokus Ummat HARUS matang dan berubah ke isu-isu besar dan mendesak, sebelum kita dapat bangkit dari kekacauan ini!
0 notes
Text
Ini mengingatkan saya pada kisah yang saya alami sendiri. Setelah Allah mengkaruniakan Tauhid kepada saya, dan saya mulai
mendakwahkannya kepada jama’ah, dan tentunya takfir (pengkafiran) sosok-sosok thaghut negeri ini adalah bagian materi,
Akan tetapi Yayasan Ash Shofwah yang saya bekerja di dalamnya tidak suka dengan apa yang saya ajarkan, maka setelah
penyidangan saya oleh lebih dari 20 du’at salafi maz’um Yayasan Ash Shofwah di Vila Hara-Hara tidak mampu merubah prinsip
saya,
Akhirnya saya dihadapkan oleh Ash Shofwah di Ciawi kepada 2 orang syaikh maz’um yang didatangkan untuk daurah
(diklat) dari kerajaan Dinasti Salul yang mengaku murid Ibnu Utsaimin: Khalid Al Khalidiy dan Dr. Khalid Al Musyaiqih (penyusun
Kitab Al Qaul Al Mufid),
Setelah perdebatan yang panjang antara saya dengan mereka, di antara yang saya ucapkan saat itu
bahwa siapa saja yang masuk parlemen seraya sumpah setia kepada Undang-Undang Dasar adalah kafir! Maka mereka
menyangkal dengan pernyataan bahwa Syaikh Ibnu Utsaimin membolehkan sumpah setia kepada UUD saat ada orang yang
meminta fatwa boleh tidaknya menjabat Qadhiy Syar’iy (hakim syar’iy) di Kuwait?, dan dijawab boleh! Maka saya katakan
tetap kafir orang yang melakukannya, dan 2 syaikh maz’um itu juga bersikeras dengan fatwa sesat Ibnu Utsaimin itu.
Bila ini orang yang bergelar Doktor dan menulis kitab tentang tauhid masih taqlid buta dalam pelegalan kekafiran itu –
andaikata ucapan dia itu benar– kepada sosok Ibnu Utsaimin, maka apa bagaimana dengan para pemuda yang mengikuti
macam Doktor jahil itu.
Saya katakan kepada kaum salafiy maz’um sebagai bentuk rasa kasihan: “Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepada Al Haq
selama kalian masih taqlid dan terpaut dengan yang namanya Al Lajnah Ad Daimah dan Haiah Kibar Ulama pemerintah
Saudi….
Kisah Ustadz Abu sulaiman Abdurrohman Alkhorbily
1 note
·
View note
Text
FIRA'UN-FIRA'UN NKRI
wulaatul_khumurnya_Jamiyyah...!!!
FIR’AUNISME
Segala puji hanya bagi Allah Rabbul'alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya dan para shahabatnya seluruhnya.
Sering sekali kita mendengar ucapan : *“Alangkah durjananya Fir‟aun, bagaimana bisa dia mengaku tuhan dan membunuhi anak-anak lakilaki?”.*
Ada pertanyaan yang harus dijawab :
*Ketuhanan macam apa yang diklaim oleh Fir‟aun saat dia mengatakan:*
{ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ }
_“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at : 24)_
Dan saat Dia mengatakan:
{ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرِی .... }
_“Dan berkata Fir’aun : “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash : 38)*_
Apakah dia mengklaim menciptakan langit dan bumi beserta isinya? Apakah dia mengklaim memiliki manfaat dan madlarat? Dan apakah bentuk peribadatan kaum Fir‟aun kepadanya?
*Serta apakah ada orang-orang di zaman sekarang yang seperti Fir‟aun?*
Mari kita kupas dengan merujuk kepada dalil-dalil syar‟iy lalu kita hubungkan dengan realita…
Ketahuilah, bahwa Fir‟aun sama sekali tidak mengaku sebagai pencipta langit dan bumi, dia mengetahui benar bahwa dirinya terlahir dari manusia, dan apa yang ada di sekitarnya bukanlah dia yang menciptakan, oleh sebab itu Musa alaihissalam berkata kepadanya :
{ قَالَ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَاۤ أَنزَلَ هَـٰۤؤُلَاۤءِ إِلَّا رَبُّ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ بَصَاۤىِٕرَ وَإِنِّی لَأَظُنُّكَ یَـٰفِرۡعَوۡنُ مَثۡبُورࣰا }
_“Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata”. (Al Isra : 102)_
Jadi, Fir‟aun tidak mengklaim penciptaan langit dan bumi beserta isinya…
Fir‟aun juga tidak mengaku bisa mendatangkan manfaat atau menolak bala, buktinya adalah tatkala Allah mengirimkan taufan, belalang, kutu, katak, dan air minum menjadi darah, maka Fir‟aun dan kroni-kroninya malah datang meminta do‟a kepada nabi Musa agar diselamatkan dari adzab yang menimpa mereka, sebagaimana yang Allah ta‟ala kisahkan kepada kita :
{ وَلَمَّا وَقَعَ عَلَیۡهِمُ ٱلرِّجۡزُ قَالُوا۟ یَـٰمُوسَى ٱدۡعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَۖ لَىِٕن كَشَفۡتَ عَنَّا ٱلرِّجۡزَ لَنُؤۡمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرۡسِلَنَّ مَعَكَ بَنِیۤ إِسۡرَ ٰۤءِیلَ }
_“Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata : “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Rabbmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu” (Al A’raf : 134)_
Buktinya juga adalah bahwa dia meminta bantuan para tukang sihir untuk mengalahkan mukjizat nabi Musa alaihissalam
dan dia meminta pendapat para pejabat negerinya dalam menanggulangi mukjizat nabi Musa alaihissalam :
{ قَالَ لِلۡمَلَإِ حَوۡلَهُۥۤ إِنَّ هَـٰذَا لَسَـٰحِرٌ عَلِیمࣱ (34) یُرِیدُ أَن یُخۡرِجَكُم مِّنۡ أَرۡضِكُم بِسِحۡرِهِۦ فَمَاذَا تَأۡمُرُونَ (35) }
_“Fir’aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya : “Sesungguhnya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai, ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?” (Asy Syu’ara : 34-35)_
Dan perkataan Allah ta'ala tentang ucapan Fir‟aun kepada khalayak :
{ لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ ٱلسَّحَرَةَ إِن كَانُوا۟ هُمُ ٱلۡغَـٰلِبِینَ }
_“Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang” (Asy Syu’ara : 40)_
Jadi kalau demikian keadaannya, *apa sebenarnya ketuhanan yang diklaim Fir‟aun itu? dan apa bentuk peribadatan rakyat Mesir kepadanya, serta bagaimana kaitannya dengan realita masa sekarang?*
Saya akan memahamkan dulu kepada SIFAT KHUSUS KETUHANAN YANG BERKAITAN dengan hal ini, kemudian menghubungkan dengan kisah Fir‟aun zaman Nabi Musa alaihissalam dan dengan realita Fir‟aunFir‟aun masa sekarang…
*Di antara sifat khusus ketuhanan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala adalah al hukmu wa at tasyri’ (kewenangan pembuatan hukum) yang tidak boleh disandarkan kepada selain-Nya,*
sebagaimana perkataan-Nya:
{ .... إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِۖ یَقُصُّ ٱلۡحَقَّۖ وَهُوَ خَیۡرُ ٱلۡفَـٰصِلِینَ }
_“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” (Al An’am : 57)_
Dan perkataan-Nya Subhanahu Wa Ta'ala :
{ .....وَلَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَإِلَیۡهِ تُرۡجَعُونَ }
_“Dan bagi-Nyalah segala penentuan hukum dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (Al Qashash : 70)_
*Dikarenakan Allah ta'ala adalah yang menciptakan semua makhluk, maka hanya Dia-lah yang berhak memerintahkan dan menetapkan hukum* sebagaimana perkataan-Nya:
{ .... أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ .... }
_“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah” (Al A’raf : 54)_
Penyandaran kewenangan pembuatan hukum itu adalah ibadah yang hanya disandarkan kepada Allah ta'ala dan tidak boleh disandarkan kepada selain Allah ta‟ala, sebagaimana perkataan-Nya :
{ .... إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُۚ .... }
_“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak beribadah kecuali kepada Dia” (Yusuf : 40)_
Dan dikarenakan ini adalah hak khusus Allah, maka dia tidak menjadikan satupun sebagai sekutu-Nya di dalam penentuan hukum ini, sebagaimana perkataan-Nya :
{ .... وَلَا یُشۡرِكُ فِی حُكۡمِهِۦۤ أَحَدࣰا }
_“Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum” (Al Kahfi : 26)_
Dan dalam qiraah Ibnu Amir yang mutawatir dibaca :
_“Dan janganlah kamu menyekutukan seorangpun di dalam (hak) menetapkan hukum” (Al Kahfi : 26)_
Allah Subhanahu Wa Ta‟ala menyebut para pembuat undang-undang atau hukum selain Dia sebagai sekutu-sekutu yang diibadati selainNya, sebagaimana di dalam perkataan-Nya :
{ أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَـٰۤؤُا۟ شَرَعُوا۟ لَهُم مِّنَ ٱلدِّینِ مَا لَمۡ یَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ .... }
_“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka ajaran yang tidak diizinkan Allah?”. (Asy Syura : 21)_
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mencap para pembuat hukum selain Diri-Nya sebagai arbab (tuhan-tuhan yang diibadati) selain Allah, sebagaimana perkataan-Nya :
{ ٱتَّخَذُوۤا۟ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَـٰنَهُمۡ أَرۡبَابࣰا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِیحَ ٱبۡنَ مَرۡیَمَ وَمَاۤ أُمِرُوۤا۟ إِلَّا لِیَعۡبُدُوۤا۟ إِلَـٰهࣰا وَ ٰحِدࣰاۖ لَّاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبۡحَـٰنَهُۥ عَمَّا یُشۡرِكُونَ }
_“Mereka (orang-orang Nashrani) menjadikan orang-orang alimnya (ahli ilmu) dan rahibrahib (para pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (At Taubah : 31)_
Dalam ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan lima vonis:
1) Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
2) Mereka telah beribadah kepada selain Allah, yaitu kepada alim ulama dan para rahib
3) Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4) Mereka telah musyrik
5) Para alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi arbab.
*Bentuk ketuhanan macam apa yang mereka klaim dan bentuk peribadatan macam apa yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani kepada alim ulama dan para pendetanya?*
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu di dalam hadits hasan dari 'Adiy ibnu Hatim, ia datang ─saat masih Nashrani─ berkata: “Kami tidak pernah mengibadati mereka”.
Di sini 'Adiy ibnu Hatim dan orang-orang Nashrani merasa tidak pernah beribadah kepada alim ulama dan para pendeta, karena mereka tidak pernah sujud dan shalat kepadanya, dan mereka tidak paham apa yang dimaksud dengan peribadatan dan pentuhanan alim ulama dan pendeta itu, maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan hal itu seraya berkata :
“Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?”, maka 'Adiy berkkata : “Ya, benar”, maka Rasulullah berkata lagi : “Itulah bentuk peribadatan kepada mereka”.
Yaitu : bukankah mereka membuat hukum dan kalian mematuhi atau menyetujui dan menjadikan hukum mereka sebagai acuan?, dan 'Adiy mengiyakannya.
*Jadi, pemposisian diri sebagai tuhan di sini adalah dengan pengklaiman atau pengakuan akan keberhakkan pembuatan hukum dan undang-undang yang mana itu merupakkan hak khusus Allah.*
Oleh sebab itu Allah ta'ala mencap para penggulir hukum atau ajaran atau undang-undang selain Diri-Nya sebagai syuraka (sekutu-sekutu) yang diibadati oleh kaum musyrikin, sebagaimana di dalam perkataan-Nya:
{ أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَـٰۤؤُا۟ شَرَعُوا۟ لَهُم مِّنَ ٱلدِّینِ مَا لَمۡ یَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُۚ ...}
_“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka ajaran yang tidak diizinkan Allah?” (Asy Syura : 21)_
Sedangkan *bentuk peribadatan yang dilakukan oleh kaum Nashrani itu bukanlah sujud, ruku‟, akan tetapi dengan ketaatan, kepatuhan, dan kesetiaan kepada hukum yang mereka buat.*
Oleh sebab itu Allah ta'ala mencap MUSYRIK orang-orang yang mentaati para pembuat hukum dalam hukum yang mereka buat, *dan Dia mencap hukum buatan itu sebagai wahyu (bisikan) syaitan* di dalam perkataan-Nya:
{ وَلَا تَأۡكُلُوا۟ مِمَّا لَمۡ یُذۡكَرِ ٱسۡمُ ٱللَّهِ عَلَیۡهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسۡقࣱۗ وَإِنَّ ٱلشَّیَـٰطِینَ لَیُوحُونَ إِلَىٰۤ أَوۡلِیَاۤىِٕهِمۡ لِیُجَـٰدِلُوكُمۡۖ وَإِنۡ أَطَعۡتُمُوهُمۡ إِنَّكُمۡ لَمُشۡرِكُونَ }
_“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kalian; dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik” (Al An’am : 121)_
Al Imam Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas dengan sanad yang shahih bahwa kaum musyrikin mendebat kaum muslimin agar menyetujui mereka perihal penghalalan bangkai seraya mengatakan : *“Apa yang disembelih kalian dengan tangan kalian adalah halal, sedangkan apa yang disembelih Allah dengan tangan-Nya yaitu ─bangkai─ adalah haram”.*
Dengan ucapan ini mereka mendesak kaum muslimin agar menyetujui penghalalan bangkai, namun Allah ta'ala menghati-hatikan kaum muslimin dengan perkataan-Nya:
{ .... وَإِنۡ أَطَعۡتُمُوهُمۡ إِنَّكُمۡ لَمُشۡرِكُونَ }
_“dan jika kalian mentaati mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik” (Al An’am : 121)_
Di dalam ayat ini Allah menetapkan beberapa hal :
Hukum yang bukan dari Allah adalah bisikan syaitan,
Orang-orang yang membuat hukum adalah wali-wali (kawankawan) syaitan,
Membuat atau menyetujui satu hukum saja adalah merupakan kemusyrikan,
Peribadatan kepada pembuat hukum selain Allah ta'ala adalah dengan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan kepada hukum tersebut,
Orang yang menyetujui hukum buatan walaupun hanya satu hukum saja, maka dia adalah orang musyrik.
Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithiy rahimahullah berkata saat menjelaskan ayat tersebut:
*“Bahwa setiap orang yang mengikuti aturan, undang-undang dan hukum yang menyelisihi apa yang Allah syari'atkan lewat lisan Rasul-Nya shalallahu 'alaihi wa sallam, maka dia itu musyrik kepada Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai rabb (tuhan)”,*
(Al Hakimiyyah Fi Tafsir Adlwaul Bayan: … )
Bila anda telah memahami bahwa pengklaiman keberhakkan membuat hukum adalah pengklaiman ketuhanan, maka anda akan memahami *bahwa ketuhanan yang diklaim Fir‟aun itu adalah ketuhanan semacam ini, yaitu bahwa dirinyalah yang berhak membuat hukum dan hukumnyalah yang paling tinggi*
{ فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ }
_[“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi” (An Nazi’at : 24)]_
Serta tidak ada tuhan pembuat selain dirinya
{ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرِی .... }
_[“Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku” (Al Qashash : 38)]_ ,
dan barangsiapa yang mengikuti hukum selainnya maka akan mendapat ancaman penjara:
{ قَالَ لَىِٕنِ ٱتَّخَذۡتَ إِلَـٰهًا غَیۡرِی لَأَجۡعَلَنَّكَ مِنَ ٱلۡمَسۡجُونِینَ }
]
_“Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain Aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”. (Asy Syu’ara : 29)_
*Dan anda juga memahami bahwa peribadatan kaum Fir‟aun kepadanya adalah bukan dengan shalat dan doa kepadanya, akan tetapi dengan kepatuhan, ketaatan, kesetiaan kepada produk hukumnya* :
{ فَٱسۡتَخَفَّ قَوۡمَهُۥ فَأَطَاعُوهُۚ .... }
_“Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya”. (Az Zukhruf : 54)_
Fir‟aun dan para pembesar kaumnya berkata perihal Musa dan Harun 'alaihimas salam :
{ فَقَالُوۤا۟ أَنُؤۡمِنُ لِبَشَرَیۡنِ مِثۡلِنَا وَقَوۡمُهُمَا لَنَا عَـٰبِدُونَ }
_“Dan mereka berkata: “Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Al Mukminun : 47)_
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat :
_“Orang-orang yang menghambakan diri”_
Adalah orang-orang yang mentaati, sebagaimana perkataan-Nya:
{ ۞ أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَیۡكُمۡ یَـٰبَنِیۤ ءَادَمَ أَن لَّا تَعۡبُدُوا۟ ٱلشَّیۡطَـٰنَۖ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوࣱّ مُّبِینࣱ }
_“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu” (Yasin : 60)_
*Makna menyembah syaitan adalah mengikuti atau mentaati syaitan* .
Bila anda telah memahami macam ketuhanan yang diklaim Fir‟aun, maka mari kita mengenal Fir‟aun-Fir‟aun zaman sekarang di negeri ini.
*Untuk mengetahui Fir‟aun-Fir‟aun di negeri ini adalah sangat mudah, cukup dengan membuka KITAB YANG DIIMANI KAUM MUSYRIKIN di negeri ini dan yang lebih mereka sucikan daripada Al Qur‟an Al Karim, yaitu Undang Undang Dasar 1945 yang selalu mereka junjung tinggi dalam setiap kesempatan* .
Setiap orang atau lembaga yang diberi kewenangan pembuatan hukum atau undang-undang, maka ia itu adalah yang dipertuhankan, sama dengan Fir‟aun, di antaranya adalah MPR berdasarkan Undang Undang Dasar bab III pasal 3 (1) :*“Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar”*
Lembaga Fir‟aunisme yang lain adalah DPR berdasarkan Bab VII pasal 20 (1) : *“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”*
Juga sebagaimana yang dikatakan dalam bab VII pasal 21 (1 ): *“Anggota DPR berhak mengajukan usul rancangan undang-undang”*
Juga di dalam Bab III pasal 5 (1):
*“Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”*
Serta pasal-pasal lainnya yang memberikan hak ketuhanan (baca: pembuatan hukum) kepada orang atau lembaga-lembaga tertentu.
*Bila anda memahami ketuhanan semacam ini, maka anda akan mengetahui bahwa gedung-gedung Parlemen itu adalah sama dengan candi-candi tempat pemujaan kaum musyrikin.*
Bila di candi-candi itu dipajang patung-patung berhala yang diibadati dengan sujud, doa dan pesembahan sesajian, *maka di gedung Parlemen itu dipenuhi oleh berhala-berhala hidup yang diibadati dengan ketaatan terhadap hukum dan undang-undang yang mereka gulirkan.*
*Bila dahulu sebagian kaum musyrikin Arab membuat tuhan dari adonan roti yang mereka sembah dan bila lapar maka mereka memakannya dan kemudian membuat yang baru lagi untuk mereka sembah, maka demikian juga kaum musyrikin hukum; mereka membuat hukum lalu mereka mengibadatinya dengan ketaatan, dan bila sudah tidak layak lagi maka mereka menyantapnya beramaramai dengan amandemen dan revisi, kemudian mereka membuat adonan hukum baru, mereka menggodoknya dan terus mereka menggulirkannya untuk diibadati…*
{ أَمۡ لَهُمۡ إِلَـٰهٌ غَیۡرُ ٱللَّهِۚ سُبۡحَـٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا یُشۡرِكُونَ }
_“Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”._ [Surat Ath-Thur: 43]
Umar ibnul Khaththab radliyallahu'anhu berkata :
*“Ikatan-ikatan Islam ini hanyalah terurai satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang yang tidak mengenal Jahiliyyah”*
Adapun kejahatan Fir‟aun dahulu adalah membunuh anak-anak lakilaki dari keluarga orang-orang yang beriman, mengancam orang-orang yang membangkang kepada undang-undang dan ajarannya dengan ancaman pembunuhan dan penjara, menuduh orang-orang yang beriman sebagai penebar ajaran sesat dan kerusakan, menuduh mereka ingin merampas kekuasaan dari tangannya, serta tuduhan lainnya…
Adapun pembunuhan setiap anak laki-laki, maka seperti dikatakannya:
{ فَلَمَّا جَاۤءَهُم بِٱلۡحَقِّ مِنۡ عِندِنَا قَالُوا۟ ٱقۡتُلُوۤا۟ أَبۡنَاۤءَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ... }
_[“Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman” (Al Mukmin : 25)]._
Karena jika dibiarkan, Fir‟aun khawatir anak-anak itu membawa petaka bagi kekuasaannya di masa mendatang, namun walaupun mereka dibunuh fisiknya, tapi mereka berada di atas fithrahnya yang bersih, sehingga mereka insyaAllah masuk surga berdasarkan haditshadits shahih perihal anak orang mukmin yang meninggal sebelum akil baligh.
*Berbeda halnya dengan Fir‟aun-Fir‟aun zaman sekarang dimana mereka itu lebih jahat daripada Fir‟aun zaman dulu.*
*Fir‟aun-Fir‟aun zaman sekarang membunuh fithrah anak-anak melalui pendidikan-pendidikan di sekolah-sekolah milik thaghut, menjauhkan anak-anak dari tauhid dan mendoktrin mereka agar loyal dan setia kepada Fir‟aun zaman sekarang dan undang-undangnya* , karena orang yang mati fithrah tauhidnya maka hakikatnya adalah orang yang sudah mati:
{ أَوَمَن كَانَ مَیۡتࣰا فَأَحۡیَیۡنَـٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورࣰا یَمۡشِی بِهِۦ فِی ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِی ٱلظُّلُمَـٰتِ لَیۡسَ بِخَارِجࣲ مِّنۡهَاۚ كَذَ ٰلِكَ زُیِّنَ لِلۡكَـٰفِرِینَ مَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ }
_“Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?” ......(Al An’am : 122)_
*Mereka tumbuh dewasa sebagai orang-orang musyrik yang setia kepada system dan perundang-undangan yang dibuat Fir‟aun itu, dan andai mereka mati di atas keadaan seperti ini maka mereka mati dalam keadaan kafir yang mana hal itu mengkekalkan di dalam neraka.*
*Jadi nyata dan jelas bahwa Fir‟aun-Fir‟aun zaman sekarang lebih jahat daripada Fir‟aun zaman dahulu.*
Dan saat Fir‟aun-Fir‟aun zaman sekarang tidak mampu merubah fithrah anak kaum muslimin, baik karena kaum muslimin paham akan hal ini dan menjauhkan anak-anak mereka dari sekolah-sekolah Fir‟aun serta mendidiknya di atas tauhid, ataupun saat dewasa anakanak itu Allah ta'ala bukakan hatinya untuk menerima tauhid dan berbalik memusuhi dan menentang Fir‟aun dan sistemnya, maka Fir‟aun-Fir‟aun itu akan menggunakan cara-cara yang pernah digunakan Fir‟aun zaman dulu, yaitu seperti :
PEMBUNUHAN
{ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ ذَرُونِیۤ أَقۡتُلۡ مُوسَىٰ .... }
_“Dan berkata Fir’aun(kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa” (Al Mukmin : 26)_
Penyiksaan yang sadis, sebagaimana yang dilakukan kepada para mantan tukang sihir (ansharnya) yang sadar:
{ قَالَ ءَامَنتُمۡ لَهُۥ قَبۡلَ أَنۡ ءَاذَنَ لَكُمۡۖ إِنَّهُۥ لَكَبِیرُكُمُ ٱلَّذِی عَلَّمَكُمُ ٱلسِّحۡرَۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَیۡدِیَكُمۡ وَأَرۡجُلَكُم مِّنۡ خِلَـٰفࣲ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمۡ فِی جُذُوعِ ٱلنَّخۡلِ وَلَتَعۡلَمُنَّ أَیُّنَاۤ أَشَدُّ عَذَابࣰا وَأَبۡقَىٰ }
_“Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya” (Thaha : 71)_
PEMBERANTASAN DAN PENGEJARAN
{ ۞ وَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَىٰ مُوسَىٰۤ أَنۡ أَسۡرِ بِعِبَادِیۤ إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ (52) فَأَرۡسَلَ فِرۡعَوۡنُ فِی ٱلۡمَدَاۤىِٕنِ حَـٰشِرِینَ (53) إِنَّ هَـٰۤؤُلَاۤءِ لَشِرۡذِمَةࣱ قَلِیلُونَ (54) وَإِنَّهُمۡ لَنَا لَغَاۤىِٕظُونَ (55) وَإِنَّا لَجَمِیعٌ حَـٰذِرُونَ (56)
_“Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kalian akan dikejar”. Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir’aun berkata): “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golongan yang selalu berjaga-jaga” (Asy Syu’ara : 52-56)_
ANCAMAN PENJARA
{ قَالَ لَىِٕنِ ٱتَّخَذۡتَ إِلَـٰهًا غَیۡرِی لَأَجۡعَلَنَّكَ مِنَ ٱلۡمَسۡجُونِینَ }
_“Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan” (Asy Syu’ara : 29)_
Tuduhan ingin merubah idiologi negara dan penebar kerusakan:
{ ... إِنِّیۤ أَخَافُ أَن یُبَدِّلَ دِینَكُمۡ أَوۡ أَن یُظۡهِرَ فِی ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡفَسَادَ }
_“Sesungguhnya aku khawatir dia (Musa) akan menukar dien kalian atau menimbulkan kerusakan di muka bumi” (Al Mukmin : 26)_
Sedangkan makna dien adalah undang-undang sebagaimana perkataan Allah ta'ala:
{ ... مَا كَانَ لِیَأۡخُذَ أَخَاهُ فِی دِینِ ٱلۡمَلِكِ ... }
_“Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut dien (undang-undang) Raja” (Yusuf : 76)_
*Jadi, Fir‟aun khawatir Musa 'alaihissalam menukar undang-undang atau idiologi negaranya, juga tuduhan ingin merebut kekuasaan:*
{ قَالُوۤا۟ أَجِئۡتَنَا لِتَلۡفِتَنَا عَمَّا وَجَدۡنَا عَلَیۡهِ ءَابَاۤءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا ٱلۡكِبۡرِیَاۤءُ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَمَا نَحۡنُ لَكُمَا بِمُؤۡمِنِینَ }
_“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi?” (Yunus : 78)_
Begitulah, semua orang kafir melakukan hal yang serupa terhadap kaum mukminin, dimana *Fir‟aun-Fir‟aun masa sekarang, baik dia itu mengaku muslim maupun tidak, mereka melakukan pembunuhan terhadap para penegak Laa ilaaha illallaah, bisa dengan pembunuhan misterius, pembunuhan masal ataupun lewat jalur persidangan hukum thaghut mereka, penjara, penahanan, penggerebekan, dan pengejaran adalah lumrah bisaa dilakukan para kaki tangan Fir‟aun negeri ini dan negeri-negeri lainnya.*
Lisan mereka mengatakan *“Akulah tuhan kalian yang paling tinggi, tidak ada tempat bagi hukum Allah di negeri ini, dan hanya hukum dan idiologi kamilah yang paling tinggi di negeri ini”.*
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa di sana ada hari penentuan dan pembalasan yang penyiksaannya tidak sebanding dengan penyiksaan mereka, penjaranya adalah Jahannam yang mengerikan, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, tiada kematian dan istirahat, namun yang ada hanyalah penyiksaan abadi…
Wahai Fir‟aun dan bala tentaranya :
{ .... لَكُمُ ٱلۡمُلۡكُ ٱلۡیَوۡمَ ظَـٰهِرِینَ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَمَن یَنصُرُنَا مِنۢ بَأۡسِ ٱللَّهِ إِن جَاۤءَنَاۚ ... }
_“....Untuk kalian kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?!” (Al Mukmin : 29)_
Kami mengajak kalian kepada hukum Allah ta'ala yang merupakan keselamatan dari siksa-Nya, namun kalian malah mengajak kami untuk setia kepada hukum buatan yang kafir yang menghantarkan ke dalam neraka…
Kalian mengajak kami untuk kafir kepada Allah dan menyekutukanNya dalam hak hukum… Kami lebih peduli terhadap keselamatan kalian daripada kepedulian kalian terhadap keselamatan kami, namun kalian membalas kepedulian baik kami dengan sikap buruk kalian kepada kami…
{ ۞ وَیَـٰقَوۡمِ مَا لِیۤ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلنَّجَوٰةِ وَتَدۡعُونَنِیۤ إِلَى ٱلنَّارِ (41) تَدۡعُونَنِی لِأَكۡفُرَ بِٱللَّهِ وَأُشۡرِكَ بِهِۦ مَا لَیۡسَ لِی بِهِۦ عِلۡمࣱ وَأَنَا۠ أَدۡعُوكُمۡ إِلَى ٱلۡعَزِیزِ ٱلۡغَفَّـٰرِ (42) لَا جَرَمَ أَنَّمَا تَدۡعُونَنِیۤ إِلَیۡهِ لَیۡسَ لَهُۥ دَعۡوَةࣱ فِی ٱلدُّنۡیَا وَلَا فِی ٱلۡـَٔاخِرَةِ وَأَنَّ مَرَدَّنَاۤ إِلَى ٱللَّهِ وَأَنَّ ٱلۡمُسۡرِفِینَ هُمۡ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ (43) فَسَتَذۡكُرُونَ مَاۤ أَقُولُ لَكُمۡۚ وَأُفَوِّضُ أَمۡرِیۤ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِیرُۢ بِٱلۡعِبَادِ (44) }
_“Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kamu kalian menyeru aku ke neraka?. (Kenapa) kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian (beriman) kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?. Sudah pasti bahwa apa yang kalian seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kalian akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kalian. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (Al Mukmin: 41-44)_
Kalian malah membalas air susu dengan air tuba!, kami mengajak agar kalian tidak masuk ke dalam penjara neraka, tapi kalian malah menjebloskan kami para penyeru tersebut ke dalam penjara-penjara kalian…
Ingat, hakikat kehidupan adalah ridha Allah dan masa depan yang sebenarnya adalah masa depan akhirat, maka janganlah sekali-kali kalian menukarnya dengan kehidupan yang sesaat dan penuh kekeruhan…
{ لَا یَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ فِی ٱلۡبِلَـٰدِ (196) مَتَـٰعࣱ قَلِیلࣱ ثُمَّ مَأۡوَىٰهُمۡ جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمِهَادُ (197) }
_“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”. (Ali Imran : 196-197)_
Ingat, hakikat kemenangan dan keberhasilan adalah dijauhkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga:
{ .... فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ .... }
_“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung” (Ali Imran : 185)_
Lakukanlah apa yang kalian suka terhadap ajaran Allah dan para pemeluknya, tapi ingat cahaya tauhid pasti akan menerangi bumi Allah ta'ala dan kekuasaan hukum kafir kalian akan sirna…
{ یُرِیدُونَ أَن یُطۡفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَ ٰهِهِمۡ وَیَأۡبَى ٱللَّهُ إِلَّاۤ أَن یُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ }
_“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki melainkan menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (At Taubah : 32)_
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga dan para shabat, walhamdulillahi rabbil 'alamin…
🖋️ 📒 Al-Ustadz Abu Sulaiman 'Abdurrohman Al-khorbiliy
Bandung, 22 Rajab 1428 H
5 notes
·
View notes
Text
#Diary—Agung Moehadji Soemo Soemadi
Tugas orang-orang berimān adalah untuk memenuhi kewajiban mereka, dan kewajiban mereka adalah memilih ALLĀH, lebih memilih keyakinan atas hidup, menumbuhkan diri mereka di atas hambatan melalui imān, dan bersaksi kepada ALLĀH dengan amal perbuatan serta niat. Lalu terserah kepada ALLĀH untuk menangani mereka dan menangani musuh-musuh mereka, dengan Dien-Nya dan seruan-Nya, sesuai dengan apa yang Dia anggap pantas. Dia dapat memilih salah satu akhir yang diketahui dalam sejarah, atau akhir lain yang hanya Dia yang tahu dan lihat.
Orang-orang berimān menerima bagian pertama dari pahala mereka dalam bentuk kepuasan hati, ketinggian pemahaman, keindahan gagasan, pembebasan dari keinginan dan ketertarikan, dan kebebasan dari ketakutan dan kesedihan, dalam kondisi apa pun yang terjadi pada mereka.
Mereka menerima bagian kedua dari pahala mereka dalam pujian, ingatan dan kehormatan di antara para Malaikat, selain di antara orang-orang di dunia ini.
Kemudian mereka menerima bagian terbesar dan terakhir dari pahala mereka di ākhirat, yakni hisāb yang mudah dan naungan besar.
Dengan setiap jenis pahala, mereka juga menerima pahala terbesar…keridhaan ALLĀH!
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melihat intensitas siksaan yang menumpuk pada‘ Ammar, ayahnya dan ibunya [radhiyAllaahu ‘anhuma] tetapi beliau mengatakan tak lebih dari ucapan ini: “Bersabarlah, keluarga Yasir! Taman Jannah dijanjikan untuk kalian.”
3 notes
·
View notes
Text
Seandainya setiap manusia di dunia ini duduk bersama untuk membuat undang-undang di luar kebijaksanaan ilāhi yakni ALLĀH Ta’āla, mereka akan gagal total dan berujung pada tujuan terburuk di ākhirat.
2 notes
·
View notes
Text
Banyak orang takut dosa, tapi tidak ingin tahu Kebenaran, dan mereka yang disebut ulamā juga berbicara apa yang orang ingin dengar.
2 notes
·
View notes
Text
Bangga dengan bangsamu dan memandang rendah bangsa lain merupakan sifat jāhilliyah.
1 note
·
View note
Text
HATI HATI DENGAN SYIRIK MAHABBAH
Ucapan ucapan yang acapkali terlontar dari lisan pelaku syirik mahabbah:
~Aku tak bisa hidup tanpamu~
~Hanya dengan mu aku bisa bahagia~
~Tanpamu aku tidak bisa bahagia~
~Jauh darimu aku bisa mati~
~Hidup matiku hanya untukmu~
~Hanya bersamamu aku merasa hidup~
Dan semua perkataan" romatis lainnya yg bisa jadi tanpa di sengaja
Demi Allah segeralah bertaubat dan memperbaiki diri
Jangan biarkan perkataan" tersebut menjatuhkan mu dalam kesyrikan
Yang akan menjerumuskan mu dalm jurang kebinasaan
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah
"Terkadang orang yang mabuk cinta bisa menjadi kufur sebagaimana orang orang yang mencintai tandingan selain Allah sama dengan mencintai Allah. Bagaimana lagi jika ia lebih mencintainya di dalam hati daripada mencintai Allah?Ini adalah mabuk cinta yang tidak diampuni pelakunya karena kesyirikan yang paling besar dan Allah tidak akan mengampuni jika diri-Nya disekutukan.
الله سبحا نه وتعالی
berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).
(Qs.Al-Baqarah : 165)
Dan tanda tanda mabuk cinta yang syirik lagi kufur adalah mendahulukan keridhaan yang dicintainya daripada keridhaan Rabbnya dan berusaha mencurahkan sesuatu yang paling berharga buat yang ia idolakan dan memberikan yang paling jelek buat Rabbnya serta berusaha dengan segala upaya menyenangkan yang dicintainya, menta'atinya, mendekatkan diri kepadanya dan hanya memberikan sisa sisa waktunya untuk Rabbnya seandainya ia masih menta'ati-Nya"
(Jawabul Kaafi,490-491)
Astaghfirullah wa'atubuilaik
Lahaula wala quwwata illa billah
#risalahdakwah
#milisitauhidmedia
3 notes
·
View notes
Text
ALLAH HANYA INGIN KITA MENCARI KERIDHOANYA,JAUHI KETENARAN ITU LEBIH BAIK..
قال الفضيل بن عياض -رحمه الله تعالى-:
"إن قدرتَ أن لا تُعرف فافعل وما عليكَ ألا تُعرف وما عليكَ ألا يُثنى عليكَ ومَا عليكَ أن تكونَ مذمومًا عِند النِّاسِ إذا كنتَ محمودًا عندَ الله."
( حلية الأولياء للأصبهاني : ٧/٣).
Fudhail Bin Iyadh rahimahullah berkata :
"*Jika engkau mampu untuk tidak dikenal maka lakukanlah*, tidak ada salah bagimu jika engkau tidak dikenal dan tidak ada salah bagimu jika engkau tidak dipuji, tidak ada masalah bagimu jika engkau dihina di hadapan manusia sementara engkau dipuji di sisi Allah."
( Hilyatul Aulia karya Imam Ashbahani:3/7)
Al-Imam Asy-Syafii berkata:
رضا الن��س غاية لا تدرك وليس إلى السلامة منهم سبيل فعليك بما ينفعك فالزمه
“Ridho manusia tujuan yang mustahil dicapai dan tidaklah ada jalan yang menyelamatkan diri Anda dari celaan mereka. Maka tetaplah mengerjakan hal bermanfaat bagi diri Anda dan istiqomahlah.” (As-Siyar 10/89)
Bila semua pintu hati manusia tertutup maka ingatlah pintu langit selalu terbuka. Manusia memang pandai bersandiwara, namun Allah hanya ingin kita mencari keridhoan-Nya.
_"Agama Adalah Nasihat"_
4 notes
·
View notes
Text
Aku mendukung ALLĀH, Rasul-Nya dan Kebenaran. Dan aku tak mendukung kebātilan meski muncul dari orang yang jujur.
1 note
·
View note
Text
Hanya karena suatu tindakan dilakukan oleh Muslim, bukan berarti Islām menyetujuinya.
1 note
·
View note
Text
#Repost
DIEN ISLAM DAN JAMA'ATUL MUSLIMIN
Bag. 1
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan
memohon pertolongan kepada-Nya. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, niscaya tidak akan ada yang bisa menyesatkannya. Sedangkan siapa yang Dia sesatkan, niscaya tidak akan ada yang bisa memberikan petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq untuk diibadahi selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam ... amma ba‘du :
Berikut ini adalah serial penjelasan tentang
hakekat Islam dan urgensi Jamaah. Kami
berdoa kepada Allah agar memahamkan kami dan kalian tentang Islam dan meneguhkan kita di dalam Jama'atul Muslimin.
Allah Ta‘ala berfirman: {Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, Aku juga sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha islam sebagai agama kalian}
[QS. Al-Maidah : 3] Kalam-Nya: {Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah islam}
[QS. Ali Imran : 19]. Kalam-Nya: {Dan siapa yang menghendaki agama selain Islam, niscaya tidak akan diterima dan di akherat dia akan termasuk orang-orang yang merugi}.
[QS. Ali Imran : 85]
Islamlah dien yang diridhai oleh Allah untuk
manusia, dan selainnya tidak akan diterima.
Hakekat Islam baik secara bahasa maupun syari adalah as-salāmah – artinya ikhlas (murni ) –, dan al-Istislām – artinya tunduk dan patuh – kepada Allah.
Abul Abbas ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata: "Islam adalah ketundukan kepada Allah semata, jadi lafadz Islam itu mencakup
arti al-istislām (tunduk) dan ikhlas kepada
Allah ... Maka, barangsiapa yang tidak tunduk kepada-Nya, berarti dia bukanlah seorang Muslim, siapa yang tunduk kepada selain-Nya, sebagaimana ketundukannya kepada-Nya, berarti dia juga bukanlah seorang Muslim. Sedangkan siapa yang tunduk hanya kepada-Nya, maka dia adalah seorang Muslim sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: {Benar, siapa yang menundukkan wajahnya kepada Allah dan dia berbuat baik, maka baginya adalah pahala di sisi Rabbnya, mereka tidak merasa takut dan tidak pula bersedih hati} [QS. Al-Baqarah : 112]. Kalam-Nya:
{Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari orang yang menundukkan wajahnya kepada Allah, berbuat baik dan mengikuti millah Ibrahim yang lurus. Dan Allah telah mengambil Ibrahim sebagai kekasih-Nya"
[QS. an-Nisa: 125]. [An-Nubuwat].
Beliau rahimahullah juga berkata: "Islam
yang merupakan Dien Allah, yang karenanya
kitab suci diturunkan, dan para Rasul diutus.. Maknanya adalah hendaklah seorang hamba tunduk kepada Allah Rabb semesta alam. Jadi, dia harus berserah diri kepada Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya. Dia juga harus patuh kepada-Nya dengan menghambakan diri hanya kepada-Nya, bukan kepada yang lain, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebaik-baik perkataan yaitu Al-Quran. Sedangkan puncaknya Islam adalah syahadat atau persaksian bahwa tidak ada ilah yang haq untuk diibadahi kecuali Allah. Islam memiliki dua lawan, yaitu kesombongan dan syirik. Karena itulah, diriwayatkan bahwa Nuh ‘alaihissalam memerintahkan anaknya dengan Laa ilaaha illallah dan subhanallah, dan melarang mereka dari kesombongan dan syirik". (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amru) ... Jadi, orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada Allah, tidak mau beribadah kepada-Nya, maka dia bukanlah orang yang berserah diri kepada-Nya. sedangkan orang yang beribadah kepada-Nya tapi juga beribadah kepada yang lain, berarti dia adalah seorang musyrik, bukan Muslim, karena pada dirinya terdapat kesyirikan. Lafadz Islam mengandung makna al-istislām dan as-salāmah yang artinya ikhlas (murni). (lihat al-Fatawa) ... jadi, setiap orang yang sombong dan berbuat syirik bukanlah Muslim".
[an-Nubuwat]
Seseorang tidak bisa disebut Muslim kecuali dengan komitmen terhadap Islam dengan kedua makna ini. Maka, siapa yang tidak mau tunduk kepada Allah – seperti orang yang meninggalkan suatu amal atau menolak dengan kekuatan beberapa syariat yang zhahir dan mutawatir (disepakati) berarti dia kaf i r. Dan juga, siapa yang tidak memurnikan ibadah hanya untuk Allah, – seperti orang yang menyembah para Nabi dan para wali karena taklid dan takwil - berarti dia musyrik meskipun dia masih shalat, puasa, dan mengaku sebagai Muslim. Hakekat-hakekat inilah yang
ditunjukkan oleh syahadat Laa ilaaha illallah.
Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata: "Ilah artinya adalah yang diibadahi lagi ditaati dengan haq" [Taisirul 'Azizil Hamid], sehingga tidak Ada yang berhak diibadahi dan ditaati selain Allah. Kata ini tercakup dalam makna as-Salāmah dan al-istislām kepada Allah, dan itulah dakwah para Nabi dan Rasul kepada kaum dan umat mereka“. Abul Abbas ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Lafadz Islam memiliki dua makna, pertama: ad-Dien al Musytarak (Agama semua nabi), yang artinya beribadah kepada Allah semata, tidak Ada sekutu bagi-Nya, dan karenanyalah Allah mengutus para Nabi. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nash-nash kitab dan sunnah tentang kesatuan/persamaan agama mereka. Yang kedua adalah apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, secara khusus – maksudnya adalah islam. Yang memiliki dua tingkatan: pertama adalah perkataan dan perbuatan yang zhahir, yaitu 5 bangunan (rukun)nya, sedang yang kedua adalah kesesuaian yang zhahir tersebut
dengan yang batin". [al-Fatawa]
Kelima bangunan inilah hakekat Islam baik
perkataan dan perbuatan, yang zhahir dan
yang batin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskannya dengan bersabda: (Islam dibangun diatas 5 perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak Ada ilah yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah dan puasa Ramadhan). [HR. Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Umar]. Menurut riwayat lain: (Islam dibangun diatas 5 perkara, yaitu untuk mentauhidkan Allah). [HR. Muslim dari Ibnu Umar]. Menurut riwayat yang lain lagi: (Islam dibangun diatas 5 perkara, yaitu beribadah kepada Allah dan selain-Nya harus diingkari). [HR. Muslim dari Ibnu Umar]. Islam yang dibawa oleh syariat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam secara khusus tidak akan benar Tanpa Ada as-Salāmah dan al-istislām kepada Allah, bahkan 5 bangunan Islam disyariatkan agar seseorang berlaku ikhlas kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya dengan komitmen terhadap tauhid, ittiba (mengikuti) Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam dan melaksanakan bangunan-bangunan tersebut. Ibnu Ishaq bin Rahawaih rahimahullah berkata: "Murjiah telah berlaku ghuluw dengan mengatakan: “Barangsiapa yang meninggalkan shalat fardhu, puasa ramadhan, zakat, haji, dan semua kewajiban secara umum selama tidak juhud (mengingkarinya), maka kami tidak mengkafirkannya. Perkaranya dikembalikan kepada Allah, selama dia masih mengakuinya”. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa mereka adalah Murjiah." [Masaail Harb oleh Al Karmani]
Lalu, hubungan antara as-salāmah dan al-istislām dijelaskan oleh Allah di dalam banyak ayat dari kitab suci-Nya, diantaranya perintah Allah untuk memerangi orang-orang musyrik. Allah Jalla wa 'ala berfiman: {Maka, jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka adalah saudara kalian seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat kepada kaum yang mengetahui} [QS. at-Taubah : 11]. Setelah membaca ayat diatas, Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah berkata: “Taubat dari syirik dijadikan oleh Allah ‘Azza wa jalla berupa perkataan dan perbuatan, dengan mendirikan shalat dan menunaikan zakat“. Sedangkan Para penyembah akal berkata : "Shalat, zakat, dan kewajiban apapun bukanlah termasuk iman“. Itu semua adalah kebohongan kepada Allah ‘Azza wa jalla dan bertentangan dengan kitab dan sunah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam, jika memang benar begitu, niscaya Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak akan memerangi ahlu riddah (orang-orang murtad)". [As-Sunah oleh Abdullah bin Ahmad]
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum telah sepakat bahwa tidak ada Islam tanpa al-istislām, maka mereka mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat lantaran malas
– padahal dia hanya meninggalkan satu jenis amal. Mereka juga mengkafirkan orang-orang yang menolak membayar zakat – berarti mereka telah menolak dengan kekuatan beberapa syariat yang zhahir (Nampak) dan mutawatir (disepakati). Tetapi para ghulat Murjiah menyelisihi mereka dalam hal itu (Yaitu tiada Islam tanpa al-istislām), mereka tidak mengetahui hakekat Islam yang Allah ridhai sebagai Dien bagi manusia. Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga sepakat bahwa tidak ada Islam tanpa as-salāmah (ikhlas/murni), maka mereka mengkafirkan sekelompok ahlu riddah yang kembali menyembah berhala – yaitu patung yang diukir dengan paras orang-orang shalih, mereka tidak menjadikan baru masuk islamnya manusia, bermunculannya para Dajjal yang mengaku Nabi, dan merebaknya orang-orang yang menolak zakat di negeri Islam sebagai penghalang dikafirkannya mereka secara ta‘yin. Sedangkan Jahmiyah modern menyelisihi mereka dalam hal tersebut, di mana mereka menyalahi sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam: (Barangsiapa mati, sedangkan dia mengilmui bahwa tidak Ada Ilah yang haq selain Allah, niscaya dia akan masuk surga). [HR. Muslim dari Utsman]
Bangunan Islam tidak akan benar tanpa
bangunan-bangunan ini, siapa yang
mengabaikan satu rukun saja, dikhawatirkan bangunan tersebut akan roboh menimpanya. Jika Keislaman seseorang telah jatuh, maka dia akan binasa di dunia dengan tebasan pedang dan di akhirat dengan api. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Barangsiapa yang mengganti agamanya (murtad), maka bunuhlah dia). [HR. Bukhari dari ibnu Abbas]. Sedangkan rukun Islam yang terbesar adalah rukun yang pertama, tanpanya keislaman seseorang tidak akan sah selamanya, yaitu syahadat tauhid, bersaksi bahwa tidak Ada ilah yang haq selain Allah, bahwa tidak Ada sesembahan dan yang ditaati dengan haq selain Allah, syahadat ini mencakup tauhid uluhiyah, rububiyah, asmā dan sifat. Abul Abbas ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : "Laa ilaaha illallah artinya pengukuhan keesaan-Nya dengan ilahiyah..Dan ilahiyah mencakup kesempurnaan ilmu, qudroh (kemampuan),
rahmat dan hikmah-Nya. Di dalamnya juga
terdapat pengukuhan sikap ihsan-Nya kepada para hamba. Karena Ilah artinya adalah ma‘luh, yaitu yang berhak untuk disembah. Realitas berhak untuk disembah merupakan satu sifat yang menuntut untuk menjadikannya sebagai sesuatu yang sangat dicintai dan yang dipatuhi secara penuh". [Taisir ‘Azizul Hamid]
Syahadat Laa ilaaha illallah adalah persaksian iman kepada Allah dan kufur kepada Thaghut, yaitu hendaklah hanya Allah yang diibadahi, dan yang lain harus dikufuri. Itulah millah Ibrahim ‘alaihissalam yg kita diperintah untuk mengikutinya, di mana beliau berkata kepada kaumnya: {Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah
selain Allah, kami kafirkan kalian, dan telah
nampak permusuhan dan kebencian antara
kami dan kalian selamanya hingga kalian
hanya beriman kepada Allah semata}.
[QS. Al-Mumtahanah: 4]
Imam Muhammad bin Abdul Wahab
rahimahullah berkata : "Islam artinya berserah diri kepada Allah dengan tauhid, patuh kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya". [Tsalatsatul ushul], demikianlah arti as-salāmah dan al-istislām kepada Allah. Seseorang tidak disebut Muslim selama tidak beribadah kepada Allah semata dan kufur kepada selain-Nya, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits bangunan Islam yang Lima : "Islam dibangun diatas Lima perkara, yaitu hendaklah Allah diibadahi dan selain-Nya dikufuri“. [HR. Muslim dari ibnu Umar], tidak ada Islam tanpa beribadah kepada Allah (arti al-istislām), dan tidak ada Islam tanpa kufur kepada thaghut (arti as-salāmah).
Seseorang tidak akan selamat dari noda
syirik dan kenajisan pelakunya, selagi dia tidak kufur kepada para thaghut pada zamannya, kesyirikan mereka, dan para pelakunya. Seperti para pelaku demokrasi, nasionalisme, fanatik bangsa, dan pembuat undang-undang yang murtad dari Islam, Diantara mereka adalah para kandidat, juru kampanye dalam Pemilu, berbagai fatwa dari partai-partai "islam“ maz‘um (ngaku-ngaku), orang-orang yang berhukum kepada pengadilan-pengadilan buatan manusia dengan alasan mashlahat (keuntungan) dan dharurah (bahaya), para aparat thaghut dan para ansharnya dari kalangan kadet tentara, dan "para masyayikh", serta kelompok "ikhwanul murtadin", berikut partai-partainya, kesatuan-kesatuannya dan kroni-kroninya yang mengingkari tauhid, syariat, wala wal barā, dan jihad. Menolak untuk komitmen dengan syariat, justru memeranginya, mengolok-oloknya, bahkan mendukung para salibis dan thaghut dalam memeranginya. Oleh karena itu seorang muslim wajib menampakkan pengingkarannya kepada mereka sesuai dengan kemampuan, baik dengan Pena, lisan, pedang, dan tombak. dengan berittiba‘ (mengikuti) kedua kekasih ar-Rahman (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Ibrahim ‘alaihissalam)
– semoga shalawat dan salam yang paling utama terlimpah atas keduanya – dalam
hal itu.
Perkara yang wajib diketahui bagi seseorang adalah bahwasanya Allah Jalla wa ‘ala mewajibkan kepada manusia untuk ikhlas dan tunduk kepada-Nya, maka Allah perintahkan mereka untuk patuh kepada syariat-Nya, merujuk kepada hukum-Nya semata, dan berhati-hati dari perbuatan yang menyelisihi perintah-Nya, serta memerangi siapa saja yang tidak mau menjalankan sebagian syariat-Nya. Memerangi seluruh manusia berperang
demi membela Dien ini dengan dua landasan tersebut: yakni ikhlas dan tunduk, tidak berhenti memerangi semua manusia sampai mereka berkomitmen dengan syariat dengan suka rela, kecuali mereka mau membayar jizyah dan tunduk kepada hukum Islam meski secara terpaksa.
Allah Ta’ala berfirman: {Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang}.
[QS. at-Taubah: 5], dan kalam-Nya: {Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang
mengetahui}. [QS. at-Taubah: 11], dan kalam-Nya: {Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim}
[QS. al-Baqarah: 193]. Kalam-Nya: {Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan} [QS. al-Anfal: 39]. Kalam-Nya: {Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kaf i r berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah}. [QS. an-Nisā: 76], dan kalam-Nya:
{Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk}.
[QS. at-Taubah: 29]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka beriltizam dengan rukun-rukun Islam yang nampak, Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Pokok dari pada islam adalah bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Penopangnya adalah shalat, membayar zakat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah. Sungguh aku diperintahkan memerangi manusia hanya agar mereka melaksanakan shalat, menunaikan zakat, bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Dan jika mereka melakukan hal tersebut, maka berarti darah dan harta mereka terjaga kecuali dengan haknya. Dan perhitungan mereka di sisi Allah). [HR Ahmad dari Muadz], dan beliau bersabda lagi: (Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
melaksanakan shalat, menunaikan zakat,
bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan jika mereka melakukan hal tersebut maka berarti darah dan harta mereka terjaga kecuali dengan haknya. Dan perhitungan mereka di sisi Allah." [HR. Bukhari dan Muslim dari Umar]
Rasulullah juga memerintahkan Khalifahnya
Syaikhul Islam Abu Bakar as-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan hal yang sama.
Dari Handzalah bin ‘Ali bin al-Asqa’ bahwa
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengutus
Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan
memerintahkannya untuk memerangi manusia agar mereka menjalankan 5 rukun, dan barang siapa yang meninggalkan salah satu saja dari 5 rukun tadi, maka ia akan diperangi, 5 rukun tersebut adalah: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah,dan Muhammad hamba dan rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan Haji. [as-Sunnah lil-Khilal dan Tarikh al-Islam milk Ad-zahabi].
Dan merupakan kewajiban bagi ummat islam adalah memerangi para pelaku kesyirikan di atas satu panji, bukan di atas bendera golongan-golongan dan partai dengan mencampakkan Jamaah (Khilafah) dan Imamnya (Khalifah), kalam-Nya: {Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh}
[QS. as-Shaf: 4]. Barisan tidak akan bersatu dan tamkin tidak akan terwujud bagi Dien tanpa wala’ dan bara’, Allah Jalla wa ‘ala berfirman: {Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‘ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana}
[QS. at-Taubah: 72]. Kalam-Nya: {Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam} [QS. al-Baqarah: 251], kalam-Nya: {Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kaf i r, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui}
[QS. al-Maidah: 54].
Dan jamaah yang diwajibkan atas kaum
muslimin adalah Khilafah al Qurasyiyah
– yang mana Hudzaifah bin Yaman telah diperintahkan untuk berkomitmen dengannya. Jamaah ini dibangun di atas pondasi sebagaimana halnya dengan islam dibangun di atas pondasi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Aku memerintahkan kalian 5 perkara yang mana Allah memerintahkanku dengannya: mendengar, taat, jihad, hijrah, dan jamaah. Barangsiapa yang berpisah dengan jamaah sejengkal saja, maka ikatan islam telah terlepas dari lehernya, kecuali ia kembali. Barangsiapa yang menyeru kepada jahiliyyah maka bisa jadi ia akan terjerumus ke jahannam), maka seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, meski dia shalat dan puasa?” beliau bersabda: (Meski dia puasa dan shalat, maka serulah dengan seruan Allah yang telah memberi kalian gelar, Muslimun, Mukminun, dan Hamba Allah). [HR. at-Tirmidzi dari Harist al-Asy’ari]. Maka kita diperintahkan untuk berpegang teguh dengan Jama‘atul muslimin, berkomitmen dengannya, menggigitnya sekuat tenaga dengan geraham (teguh). Dimana Syariat Islam tidak akan bisa terwujud di permukaan bumi kecuali dengannya. Ia dibangun di atas 5 pondasi setelah pondasi-pondasi islam – Hijrah, mendengar, taat, jamaah, dan jihad. Maka tidak berlaku mendengar, taat, dan jamaah tanpa berbai‘at kepada imam (Khalifah). Tidak ada hijrah tanpa ada yang menaungi dan menolong. Tidak ada jihad tanpa I’dad, ribath, dan perang.
Mahdi berkata saat berbicara dengan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu: "Bahwa tidak ada islam tanpa jamaah , tidak ada jamaah tanpa kekuasaan dan tidak ada kekuasaan tanpa ketaatan." [Sunan ad-Darami]
Karena pentingnya Jama‘ah muslimin demi wujudnya Dien Islam, maka kita diperintahkan untuk menyeru kepada rukun-rukunnya setelah mendakwahkan rukun Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Berperanglah di jalan Allah dengan nama-Nya, perangilah siapa
yang mengkufuri-Nya, berperanglah namun
jangan berlebihan, jangan berhianat, jangan
memutilasi, dan jangan bunuh anak kecil.
Jika kamu bertemu musuhmu dari kalangan
musyrikin maka serulah mereka kepada 3
perkara, mana diantara 3 hal ini mereka
mau melaksanakannya maka terimalah,
dan berhenti memerangi mereka! Pertama
serulah mereka kepada islam, jika mereka
menyambutnya dan mau masuk islam, maka
terimalah dan tahanlah dirimu dari mereka,
kemudian serulah mereka untuk berpindah
dari negri mereka tinggal , menuju negri
muhajirin (Madinah), dan kabarkan jika
mereka melakukan hal itu maka kewajiban dan hak mereka sama dengan muhajirin lainnya, namun jika mereka enggan, maka beri tahu mereka bahwa posisi mereka seperti arab badui muslimin, berlaku kepada mereka hukum Allah sebagaimana kaum mukmin lainnya, namun mereka tidak mendapatkan bagian dari ghanimah dan Fai sepeserpun kecuali mereka keluar berperang bersama kaum muslimin)
[HR. Muslim dari Buraidah]. Maka barang siapa yang tidak berhijrah pada masa itu mereka bak orang-orang arab badui , (orang-orang arab badui adalah tercela dalam firman Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan ini adalah hukum hijrah menuju Madinah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dari
negeri yang penduduknya sudah masuk Islam, lalu bagaimana dengan mereka yang rela tinggal di tengah-tengah kaum musyirikin? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Aku berlepas diri dari setiap yang tinggal ditengah-tengah kaum musyrikin di negri mereka). [HR. Thabrani dan Baihaqi dari Jarir bin Abdullah]
Allah ‘Azza wa jalla berfirman: {Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan}. [QS. al-Anfal: 72], dan kalam-Nya: {Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga)."
[QS. al-Anfal: 74-75]
Karena urgennya jamaah muslimin, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam mewanti-wanti
supaya tidak keluar darinya. Maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Barangsiapa yang keluar dari ketaatan, berpisah dengan jamaah lalu mati, maka matinya dalam keadaan jahiliyyah).
[HR. Bukhari Muslim dari ibnul ‘Abbas], dan sabdanya: (Barangsiapa yang keluar dari ketaatan , ia tidak akan mendapatkan hujjah saat bertemu dengan Allah, dan barangsiapa yang mati dan tidak ada ikatan baiat atasnya maka matinya mati jahilyyah). [HR. Muslim dari Ibnu Umar]
Bahkan karena saking urgentnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menghalalkan darah siapa saja yang memecah belah barisannya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Sungguh akan ada kerusakan dan keburukan, barangsiapa siapa yang ingin memecah belah perkara ummat ini, maka tebaslah ia dengan pedang, siapapun itu). [Rowahu Muslim dari ‘Arafajah], dan dalam riwayat lainnya (Barangsiapa ada yang mendatangi kalian, sedangkan perkara
kalian berada dalam kepemimpinan satu
lelaki (khalifah), dia ingin memecah belah
persatuan kalian, atau memecah belah jamaah kalian , maka bunuhlah dia). Dan sabdanya: (Jika dibaiat dua khalifah maka bunuh yang terakhir dari keduanya). [HR. Muslim dari Sa’id al-Khudzri], dan sabdanya: (Tidak halal darah seseorang yang bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah dan bahwa aku utusan Allah kecuali dengan tiga perkara: Orang tua yang berzina, jiwa dibalas jiwa (Qisos), orang yang meninggalkan diennya (Murtad), dan yang meninggalkan jamaah). [HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud]
Dan termasuk nikmat Allah bagi muwahhidin
adalah memperbarui jamaah ini untuk mereka – tanpa ada daya dan kekuatan dari mereka – setelah ia hilang selama berbad-abad. Dan memang seharusnya saat kewajiban itu (mendirikan khilfah) hilang dari setiap leher muslim, mereka harus intropeksi diri lagi dan berusaha untuk mendirikannya kembali, dan sekarang kini ia telah kembali. Maka wajib bagi setiap muslim bersyukur kepada rabbnya dalam bentuk perkataan dan perbuatan, serta
membicarakan nikmat ini dalam mejelis-majelis umum maupun khusus, Kalam-Nya: {Dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan}.
[QS. ad-Dhuha: 11], dan dengan cara menjaga nikmat ini, membelanya, berperang deminya, berkomitmen dengan rukunnya – Hijrah, Mendengar, taat, Jamaah, dan jihad – dan hal-hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan rukun ini – menaungi, menolong , baiat, I’dad, ribath – agar Allah menambahkan karunia-Nya. Allah jalla wa ‘ala berfiman: {Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; {Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih}. [QS. Ibrahim: 7]
Ya Allah, berikanlah penaklukan atas kota
Kostantinopel dan Roma melalui tangan kami. Dan jadikan kami hamba-Mu yang bersabar dan bersyukur, aamiin.
#Sumber : Rumiyah1
Barokallohu fiikum
3 notes
·
View notes
Text
BERILAH KABAR GEMBIRA PADA ORANG-ORANG YANG SABAR AKAN DEKATNYA PERTOLONGAN ALLAH
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan hamba-hamba-Nya dan menjalankan sunnah ujian-Nya pada mereka, sampai terpisah antara yang buruk dan yang bersih, dan agar orang yang binasa itu binasanya setelah mendapat keterangan dan demikian juga orang yang hidup. Karena itu, tidak ada tamkin kecuali setelah penyeleksian, tidak ada kemenangan kecuali setelah beratnya ujian, dan tidak ada rasa lapang kecuali setelah dihimpit kesulitan.
Jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan balasan terbaik yang telah disiapkan untuk orang-orang beriman, adalah jalan yang berharga teramat mahal. Harga ini tidak akan mampu dipikul kecuali oleh orang-orang mukmin yang sebenar-benarnya, yang hatinya bergantung hanya kepada Allah saja dan tetap teguh pada manhaj Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang mulia. Mereka itu orang-orang yang tidak tertipu dengan figur atau slogan-slogan mentereng. Mereka adalah para pencari kebenaran yang telah menemukan pemeluknya. Para pemegang kebenaran itu bukanlah orang-orang yang telah sekian lama berkecimpung dalam jihad lalu kemudian menyimpang dan melenceng lantaran panjangnya masa sehingga mereka sekarang menjadi para penggembos dan penipu. Juga bukan orang-orang yang menghabiskan umurnya diantara wadah tinta dan lembaran-lembaran kosong, lalu ketika seorang penyeru kabar gembira menyeru bahwa inilah Daوlah Islam telah tegak maka kemarilah buktikan ilmu kalian dengan amal, tiba-tiba mereka memalingkan muka, seakan-akan ada sumbatan di telinga mereka.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata menggambarkan jalan yang menuju
surga-surga yang kekal: “Dimana engkau,
sedangkan jalan ini adalah jalan yang
melelahkan Adam Alaihissalam, membuat Nuh Alaihissalam mengeluh, Ibrahim Alaihissalam dilemparkan ke dalam kobaran api, Isma’il Alaihissalam dibaringkan hendak disembelih, Yusuf Alaihissalam dijual dengan harga murah dan dipenjara selama beberapa masa, Zakariya Alaihissalam digergaji, Yahya Alaihissalam disembelih, Ayyub Alaihissalam menderita penyakit keras, membuat Dawud Alaihissalam
menangis tersengal-sengal, Isa Alaihissalam berjalan bersama binatang buas, dan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam merasakan kerasnya kefakiran dan berbagai macam gangguan.” [al-Fawāid]
Jika seperti itu kondisi para nabi termasuk
para ulul azmi – sebaik-baik shalawat dan sejernih-jernihnya salam terhatur kepada mereka dan kepada Nabi kita – mendapatkan apa yang mereka dapatkan itu demi membela Allah Subhanahu wa Ta'ala namun mereka tetap bersabar dan teguh, dan mereka disakiti dengan keras lantaran menyeru kepada tauhid yang murni namun tidak merasa lemah dan berkecil hati , maka bagaimana halnya dengan orang-orang selain mereka? Bukankah lebih pantas untuk diuji agar menjadi bersih, dan
diseleksi agar mereka menjadi orang-orang mukhlis? Imam Syafi’i rahimahullah suatu ketika ditanya: “Mana yang lebih utama bagi
seorang lelaki, diberi kekuasaan atau diuji?
Jawabnya: “Ia tidak akan diberi kekuasaan
sampai diuji.” [al-Fawāid, Ibnu Qoyyim]
Ya, siapa langkah awalnya tak diwarnai
dengan kelam maka takkan ada penghabisan yang bercahaya. Tidak ada tamkin sampai merasakan pahitnya ujian, sempitnya hidup, dan kerasnya krisis. Karena janji untuk para lelaki dan wanita yang jujur adalah surga. Surga yang di dalamnya wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala diperlihatkan, yang merupakan setinggi-tingginya nikmat dan angan-angan. Lalu, apakah hal itu bisa didapatkan dengan nyamannya dunia dan nikmatnya hidup? Bahkan sebaliknya, dengan tikaman tombak di bawah kilatan pedang; {Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"}
[QS. al-Baqarah: 214]. Imam at-Thabari rahimahullah berkata: “Makna kalam Allah ini yaitu: Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, apakah kalian mengira akan masuk surga sedangkan kalian belumlah terkena ujian dan tumpukan kesulitan seperti pengikut para nabi dan rasul sebelum kalian. Sehingga kalian diuji dan digoncangkan dengan kesengsaraan, yaitu kefakiran yang amat sangat, dan malapetaka, yaitu wabah penyakit, seperti mereka dahulu. Juga kalian belumlah digoncangkan dengan kegoncangan mereka, yaitu merasakan ketakutan dan kengerian yang teramat sangat lagi melelahkan lantaran musuh, sampai mereka merasa lelah menanti pertolongan Allah dan berkata, “Bilakah Allah akan menolong kita?”.
Hal itu juga diketahui oleh Kaisar Romawi Heraklius ketika berkata kepada Abu Sufyan: “Aku bertanya kepadamu bagaimana peperangan antara kalian dengannya, engkau menjawab bahwa terkadang menang terkadang kalah, maka demikianlah para rasul, mereka diuji lalu kemudian mendapatkan kemenangan.” [Muttafaq ‘alaih]. Maka bagaimana seorang muwahhid yang berprasangka baik kepada Allah tidak mengetahui hal ini?
Sesungguhnya Dien ini adalah mahal. Menyeru kepada tauhid yang murni dan meninggikan kalimat Allah di bumi-Nya membutuhkan pengorbanan teramat besar, seperti pengorbanan Ashābul Ukhdūd, yang diberantas dan dihabisi secara dini oleh thaghut sehingga tidak ada seorangpun yang tersisa. Mereka para Ashābul Ukhdūd itu – setelah beriman kepada Rabbnya ghulam – menyaksikan para thaghut membuat parit dan menyalakan api untuk membakar yang tetap beriman, namun hal itu tidak mencederai iman mereka dan tidak berhasil menggeserkan Dien mereka, sampai datang seorang wanita yang menggendong anak kecil, ia ragu-ragu untuk melemparkan dirinya ke dalam api lantaran anaknya itu, maka anaknya berkata: “Wahai ibu, bersabarlah, karena engkau benar.” [Muttafaq ‘alaih]
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dalam
al-Mushannaf dari Hasan yang berkata:
“Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam jika menyebutkan kisah Ashābul Ukhdūd beliau berlindung dari beratnya ujian”.
Imam Bukhari membuat bab dalam shahihnya, ‘Bab Tentang Orang Yang Memilih Dipukul dan Dihinakan Daripada Kafir”, beliau mengeluarkan hadits dari Khabbab bin al-Art rahimahullah, berkata: “Kami mengadu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau tengah bersandar pada Ka’bah beralaskan burdahnya. Kami berkata padanya: ‘Tidakkah engkau mendoakan kita? Tidakkah engkau meminta tolong kepada Allah? Beliau bersabda: ‘Orang sebelum kalian digalikan sebuah lubang untuknya di atas tanah, kemudian mereka dimasukkan ke dalamnya. Setelah itu diambilkan sebuah gergaji dan diletakkan di atas kepalanya hingga terpotong menjadi dua bagian. Akan tetapi, hal tersebut tidak menggoyahkan agamanya. Kemudian ada juga yang disisir besi, sehingga terlepas daging dari tulangnya. Akan tetapi, hal itu juga tidak menggoyahkan agamanya. Allah pasti akan menyempurnakan masalah ini, sehingga akan berjalan seorang dari Shan’a ke Hadramaut, di mana ia tidak takut sedikitpun kecuali kepada Allah, sampai serigala bisa berdampingan dengan kambing (tanpa memangsanya). Akan tetapi, kalian terburu-buru.’
Ada harga yang harus dibayarkan seorang
mukmin dalam benturan antara kebenaran
dan kebatilan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: {Maka mereka membunuh dan dibunuh} [QS. at-Taubah: 111]. Betapa berharganya pelajaran dan konsekuensi yang diambil dari Perang Uhud, perang yang memakan korban bukan sekedar menteri, amir, atau komandan, tidak hanya satu, dua, tiga, atau sepuluh, namun justru penghulu para syuhada Hamzah paman Nabi Shallallahu alaihi wa bersama dengan 70 sahabat terbaik. Dalam satu hari saja para kesatria sejumlah demikian terbunuh, bukan sekedar kesatria biasa, tapi mereka adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam! Pada Perang Uhud juga suara orang-orang kafir meninggi mengira berhasil membinasakan Islam. “Abu Sufyan naik ke tempat yang tinggi dan berseru, ‘Apakah di antara kalian ada Muhammad? Beliau bersabda: ‘Jangan dijawab’. Abu Sufyan kembali bertanya, ‘Apakah di antara kalian terdapat Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar – pent)? Beliau bersabda: ‘Jangan dijawab’. Dia kembali bertanya, ‘Apakah di antara kalian terdapat Ibnul Khatthab? Abu Sufyan melanjutkan, ‘Sesungguhnya mereka semua telah tewas, sekiranya mereka masih hidup, tentu akan menjawabnya’. Ternyata Umar tidak dapat menahan dirinya dan berkata, ‘Kamu berdusta wahai musuh Allah, Allah masih membiarkan orang yang akan membuat kalian terhina’. Abu Sufyan berkata, ‘Tinggilah Hubal’. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Jawablah’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang harus kami katakan? Beliau bersabda: ‘Katakanlah, Allah lebih tinggi dan lebih mulia’. Abu Sufyan membalas, ‘Kami memiliki ‘Uzza sementara kalian tidak memilikinya’. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ‘Jawablah’. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang harus kami katakan? Beliau bersabda: ‘Katakanlah, Allah adalah penolong kami dan kalian tidak memiliki penolong’.”
[HR. Bukhari]. Lalu, apakah orang-orang mukmin sekarang itu lebih mulia di sisi Allah daripada generasi pertama itu yang diuji dan digoncangkan segoncang-goncangnya sampai hati menyesak ke tenggorokan? Yang mengira bahwa penaklukan Roma dan Konstantinopel itu bisa dicapai hanya dengan pekikan kata saja¹ - [¹Penaklukan Konstantinopel terjadi setelah memakan korban sekian banyak syuhada dan prajurit yang terluka. Pada peristiwa sebelumnya, sepertiga pasukan kaum muslimin terbunuh dalam pertempuran sengit melawan salibis di Dabiq. Kemudian pasukan yang tersisa melanjutkan pergerakannya untuk mengepung Konstantinopel sampai mencapai pinggiran kota. Disinilah, dan hanya ketika inilah - setelah banjir darah dan keringat - pertahanan kota jatuh hanya dengan tahlil dan takbir para muwahhid mujahid yang tetap sabar dan teguh. Nikmat dan keutamaan dari Allah ini - pertahanan kota jatuh hanya dengan tahlil dan takbir- adalah balasan keikhlasan niat dan kesungguhan amal, bukan sekedar hasil
kata-kata belaka tanpa ada niat dan kesungguhan, seperti kata-kata orang munafik dan yang berpenyakit hatinya] - tanpa luka-luka, maka sungguh ia telah tertipu lagi berimajinasi saja!
Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui
ujian dan penyeleksian sajalah seorang mukmin muwahid bisa bertahan seijin
Rabbnya, dan seorang munafik serta
yang imannya lemah akan terpuruk, sehingga setelahnya tidak tersisa kecuali orang-orang pilihan. Orang-orang yang jiwanya telah tersucikan dari kotoran najis dunia. Ketika itulah, dan hanya ketika itu jiwa mereka dipenuhi suara kebenaran sehingga datanglah pertolongan yang menyejukkan hati mereka: {Ketahuilah, bahwasanya pertolongan Allah itu dekat} [QS. al-Baqarah: 214].
Sungguh kami telah merasakan hembusan angin khilafah kita yang diberkahi ini, yang bertiup dari ujung timur bumi sampai ujung baratnya, sekiranya mereka tidak menuduh kita lemah, maka bersabar itulah yang baik,
Allahul musta’ān.
#Sumber : Rumiyah2
Barokallohu fiikum
5 notes
·
View notes
Text
JALAN KEMENANGAN Bag. 1
Oleh: Syaikh Abu Hamzah al-Muhajir (Taqobbalahullah)
Aku berlindung kepada Allah dari Syaitan
yang terkutuk.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
{Sungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kalian dapat bersyukur pada-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kalian Allah membantu kalian dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah
menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana}
[QS. Ali Imran: 123-126].
Segala puji bagi Allah Sang Pemilik Kemuliaan dan Rabb semesta alam, Penjamin kemenangan Dien ini, tiada yang berhak disembah kecuali Dia, yang memenangkan kebenaran sekalipun setelah beberapa waktu. Shalawat dan salam atas penghulu para rasul, semoga Allah meridhainya dan para sahabatnya kaum muhajirin dan ansar.
Amma Ba’du,
Allah 'Azza wa Jalla telah berfirman: {Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kaf i r tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai} [QS. at-Taubah: 32-33]. Maka hendaknya setiap muslim yakin bahwa kesempurnaan kemenangan pasti datang, bahwa Allah pasti memuliakan Dien ini, bahwa masa depan adalah untuk Dien ini walaupun seluruh umat mengeroyok kita, dan bahwa kita pasti akan menguasai bumi dengan kehendak Allah Yang Mahakuat lagi Maha perkasa. Siapa yang meragukan hal itu, dia termasuk golongan para penyebar berita dusta lagi kaf i r.
Allah Raja Yang Maha benar lagi Jelas berfirman: {Sungguh telah kami tuliskan di dalam Zabur setelah (kami tulis) di Lauh Mahfuzh, bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shalih. Sesungguhnya dalam (apa yang Kami tulis) ini benar-benar menjadi peringatan bagi orang-orang yang beribadah (pada Allah)}
[QS. al-Anbiyā: 105-106]. Rasul yang jujur
lagi dipercaya Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Perkara ini benar-benar sampai pada tempat yang dijangkau malam dan siang. Allah tidak membiarkan satu rumah di perkotaan dan di gurun, kecuali Allah masukkan Dien ini ke dalamnya dengan kemuliaan orang yang mulia atau dengan kerendahan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan orang-orang kaf i r.”
Tamim ad-Dari radhiyallahu 'anhu berkata sebagaimana dalam al-Musnad: “Hal itu terjadi pada keluargaku, yang masuk islam mendapat kebaikan, kemuliaan dan kejayaan, sedangkan yang kaf i r mendapat kehinaan, kerendahan, dan jizyah.”
Oleh karena itu, hendaknya seorang muwahid mengetahui bahwa akidah yang dibela hingga darah yang suci tertumpah, yang para syuhada berperang hidup mati untuk membelanya, pasti akan menang. Panahnya akan melesat menembus leher setiap kaf i r dan menerangi hati setiap muwahid. Namun hendaknya kita semua mengetahui bahwa kemenangan itu tergantung pada sejauh mana kita mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, terlepas dari sebab-sebab materi, sebagaimana dikatakan oleh ahli ilmu. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Kemenangan dan dukungan yang sempurna hanya untuk orang yang memiliki iman yang sempurna. Allah Ta'ala berfirman: {Sungguh kami akan menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman di dalam kehidupan dunia dan juga di hari berdirinya para saksi (hari kiamat)} [QS. Ghafir: 51].
Juga kalam-Nya: {Maka kami tolong orang-orang yang beriman dalam melawan musuh mereka sehingga mereka menjadi menang} [QS. as-Shaff: 14]. Maka siapa yang imannya berkurang, jatah kemenangan dan pertolongan juga berkurang”. Demikian perkataan beliau rahimahullah.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menunjukkan pada kita dengan sempurna sebab-sebab dan penghalang datangnya pertolongan. Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah rahimahullah berkata: “Demikianlah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenalkan pada mereka tipu daya perang, bagaimana berhadapan dengan musuh, dan jalan meraih kemenangan serta keberuntungan, yang jika mereka mengetahui, memahami, dan menjaganya dengan sebenar-benarnya, musuh tidak akan lagi sanggup melawan mereka selama-lamanya”.
Diantara sebab pertolongan Allah adalah:
Pertama: TAUHID
Allah Ta'ala berfirman: {Mereka senantiasa
memerangi kalian hingga mereka dapat
mengeluarkan kalian dari Dien kalian jika mereka sanggup} [QS. al-Baqarah: 217]. Juga kalam-Nya: {Mereka tidak menyiksa orang-orang beriman itu kecuali karena mereka beriman pada Allah Yang Mahaperkasa lagi Terpuji} [QS. al-Burūj: 8]. Inilah hakikat yang seharusnya dipahami oleh mujahidin.
Sesungguhnya peperangan antara para
muwahid dan orang-orang kaf i r pada dasarnya dan pada akhirnya adalah pertempuran karena akidah. Allah juga telah mempersempit dan membatasi permusuhan ini lantaran karena Dien saja. Maka orang
kaf i r, baik dia seorang sekuleris, komunis, Yahudi, maupun Nashrani, tidak memusuhi para muwahid kecuali lantaran keimanan mereka yang bersih dari kotoran. Slogan apapun selain slogan Dien yang diusung pada pertempuran apapun yang berlangsung
antara kita dan mereka adalah murni dusta. Permusuhan orang kaf i r asli atau murtad atas mujahid muwahid selamanya tidaklah bermotif politik atau ekonomi, pertempuran yang terjadi adalah antara kekafiran dan keimanan, pertempuran akidah dan persoalan agama.
Kita tidak memerangi Salibis penjajah atau Arab murtad hanya demi sejengkal tanah, pertempuran kita ini adalah demi meninggikan kalimat Allah di bumi. Mereka juga tidak memerangi kita karena perselisihan dalam urusan materi. Jika urusannya seperti itu, tentu amat mudah baginya dan bagi kita untuk mencari titik temu yang mungkin bisa dikompromikan. Namun, sungai susu yang mengaliri hati dan urat nadi kami tidak akan mungkin kita kotori dengan lautan dan tetek bengek kotoran najis akidah mereka.
Dahulu, kolonialisme adalah wajah asli salibis, seperti juga saat ini menjadi wajah asli Yahudi dan Nasrani. Berkali-kali sang Kaisar Romawi Bush mengumumkan hal itu dengan kata-katanya: “Sesungguhnya ini adalah Perang Salib”. Lalu, ada apa mereka berdusta, dan mendustakan?
Jika engkau mengetahui hal ini wahai mujahid, maka wajib bagimu agar tidak terkacaukan dengan bermacam-macam panji, atau tertipu dengan bermacam-macam nama mentereng, sebagaimana juga wajib engkau bersihkan hati dan barisanmu dari segala macam kotoran. Jangan sampai ada syirik atau orang musyrik di hati atau barisanmu. Engkau harus tahu bahwa adanya kesyirikan dalam barisan dan hati kita adalah penghalang kemenangan terbesar dan pembawa kekalahan tercepat. Allah Ta'ala berfirman: {Orang-orang zalim tidaklah memiliki pelindung dan penolong}
[QS. as-Syūrā: 8]. Allah juga berfirman: {Orang-orang zalim tidaklah memiliki penolong} [QS. al-Baqarah: 270]. Tafsirnya adalah dalam firman Allah Ta'ala: {Wahai anakku, janganlah kalian menyekutukan Allah. Sungguh syirik adalah kezaliman yang besar} [QS. Luqmān: 13].
Kemudian, sesungguhnya memurnikan niat hanya pada Allah adalah faktor kemenangan dan tamkin yang paling penting. Allah Ta'ala berfirman: {Maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)} [QS al-Fath: 18], maksudnya, Allah mengetahui kejujuran, loyalitas, dan
kemurnian niat mereka karena Allah dalam baiat ini. Ayat ini menunjukkan bahwa ikhlas adalah salah satu syarat tamkin yang jika terpenuhi maka Allah akan memberi balasan berupa futuh, kemenangan, dan kekuasaan. Allah Ta'ala berfirman: {Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya}
[QS. al-Kahf: 110]. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya apa yang
paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil”.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sang pemimpin adalah manusia yang paling bersungguh-sungguh menyucikan hati para sahabatnya dari bencana ini, khususnya dalam berjihad, sabdanya: “Sungguh demi Allah kami tidak akan memberikan pekerjaan ini pada orang yang memintanya, tidak pula pada orang yang sangat menginginkannya”.
Dari Abu Sa’īd Abdurrahman bin Samurah
berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah meminta jabatan. Karena jika engkau dibebani jabatan itu tanpa meminta, maka engkau akan dibantu. Sedangkan jika engkau dibebani jabatan itu karena permintaanmu, maka jabatan itu akan dipikulkan padamu”.
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:
“Para ulama berkata, ‘Hikmah tidak diberikannya kekuasaan bagi yang memintanya adalah kekuasaan itu dipikulkan padanya tanpa mendapat pertolongan dalam menjalankannya,
sebagaimana yang telah jelas dalam hadits Abdurrahman bin Samurah tersebut. Jika tidak mendapat pertolongan, orang itu tidak akan memiliki kapabilitas, sedangkan orang yang tidak memiliki kapabilitas tidaklah diberi kekuasaan”.
Terkadang seseorang telah lebih dahulu
berjalan menuju Allah dan berjihad Fisabilillah, dan dia juga memiliki banyak kebaikan yang diketahui oleh Allah. Akan tetapi bisa jadi ia tidak layak memikul kepemimpinan sekalipun dia menyangka dirinya mampu memikulnya. Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu: Saya berkata: “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menugasiku? Maka Rasulullah menepuk kedua pundakku seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang lemah, sedangkan ini adalah amanat, yang merupakan kehinaan dan penyesalan di hari kiamat”. Tapi terkadang kekuasaan itu menjadi Fardhu ‘Ain bagi orang yang kapabel ketika melihat darah ditumpahkan dan harta dicuri sedangkan dia mampu untuk mencegahnya, orang mulia putra
orang mulia berkata: {Berikanlah perbendaharaan bumi padaku, sungguh aku terpercaya dan memiliki ilmu} [QS. Yusuf: 55].
Kedua: PERSATUAN
Allah Ta'ala berfirman: {Dan berpeganglah
kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara}
[QS. Āli ‘Imrān: 103].
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata: “Wahai manusia, wajib bagi kalian
untuk taat dan berjamaah karena keduanya adalah ketentuan yang Allah perintahkan. Apa yang kalian benci dalam berjamaah dan ketaatan adalah lebih baik dari apa yang kalian sukai dalam perpecahan”.
Bagaimana tidak, sungguh telah tetap dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana tercantum dalam al-Musnad, sabdanya: “Tiga hal yang hati seorang muslim tidak terkena dengki karenanya; ikhlas beramal karena Allah dan menasihati para pemimpin”. Dalam riwayat lain disebutkan: “…taat kepada para pemegang urusan dan komitmen pada jamaah, karena doa mereka meliputi siapa saja yang berada dalam tanggung jawab mereka”. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Siapa yang mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya untuk Allah, melakukan amalnya secara totalitas dan penuh integritas, komitmen terhadap jama’ah dengan bersatu dan tidak berselisih, hatinya akan menjadi bersih suci dan ia menjadi wali Allah. Namun, siapa yang menyelisihi hal ini, hatinya akan dipenuhi keburukan yang membinasakan”.
Pada dasarnya, kaum muslimin wajib untuk berjamaah bukan berpecah belah, dan berpegang pada tali Allah bukan menyempal serta saling berselisih. Hidup berjamaah itu di dunia berbuah kemuliaan, kemenangan, dan tamkin, dan di akhirat mewariskan wajah yang bercahaya serta derajat yang tinggi, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma dalam tafsir kalam Allah Ta'ala: {Pada hari beberapa wajah menjadi putih dan beberapa wajah (lainnya) menjadi hitam} [QS. Āli ‘Imrān: 106], katanya: “Wajah ahlus sunnah wal jamaah menjadi putih, dan wajah ahli bid’ah dan perpecahan menjadi hitam”.
Dalam perpecahan tidak ada kemuliaan
dan kemenangan sama sekali, meskipun amir kita adalah sebaik-baik dan seberani-beraninya makhluk Allah di muka bumi. Inilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, ketika menjabat sebagai khalifah tidak ada yang lebih baik daripadanya. Meskipun demikian, ketika umat menyelisihi nya, sekelompok orang memberontak padanya, dan kemudian muncul Khawarij, beliau sama sekali tidak bisa menyiapkan satu pasukan pun untuk memerangi orang-orang kaf i r.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam pembicaraannya mengenai dua belas imam menurut Rafidhah: “Tidak ada seorangpun dari mereka yang mempunyai kekuatan selain Ali bin Abi Thalib. Sekalipun demikian, selama masa khilafahnya beliau tidak mampu menggempur orang kaf i r, atau menaklukkan kota, atau bahkan membunuh satu orang kaf i r. Sebaliknya, kaum muslimin malah sibuk saling memerangi, sampai-sampai orang-orang kaf i r di Timur dan di Syam baik kaum musyrikin maupun Ahli Kitab mendapat kesempatan menyerang mereka, sampai dikatakan berhasil merebut beberapa negeri kaum muslimin”.
Perang Jamal adalah contoh paling menyakitkan akibat perpecahan barisan dan menyelisihi persatuan. Sebaliknya, ketika umat bersatu dibawah kepemimpinan Mu’awiyah dalam ‘Ām al-Jamā’ah (Tahun Persatuan), beliau bisa mempersiapkan dan mengirim pasukan demi pasukan, menaklukkan berbagai negeri, mengumpulkan zakat, dan menggelontorkan harta.
Tidak ada seorang pun yang menentang bahwa Ali itu lebih takwa, lebih berani, lebih adil, dan lebih bijak daripada Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu, akan tetapi semua perselisihan adalah buruk. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam Shahih Muslim: ”Siapa yang keluar dari ketaatan dan meninggalkan jamaah lalu mati, maka matinya jahiliyah, dan siapa yang berperang di bawah panji fanatisme, marah karena fanatisme kelompok atau menyeru pada kelompok lalu terbunuh, maka matinya jahiliyah”. Begitu juga sabdanya: “Siapa yang melihat suatu hal yang dia benci pada pemimpinnya, maka hendaknya bersabar, karena siapapun yang memisahkan diri dari jamaah kemudian ia mati, matinya Jahiliyah”.
Sesungguhnya kami, dengan pertolongan
Allah, selama hati kita bersatu dalam satu
pimpinan yang kita berbaik sangka dan menepis segala tuduhan serta keraguan yang ditudingkan padanya, maka Demi Allah, sekalipun Amerika datang dengan seluruh kekuatannya, dengan seluruh laki-laki dan wanitanya untuk memerangi kita, niscaya kita tetap akan menang. Maka, wahai tentara-tentara Allah, halangilah setiap orang yang hendak memecah belah barisan kalian.
#Sumber : Rumiyah2
Barokallohu fiikum
4 notes
·
View notes