metaphilosophia
metaphilosophia
Meta Philosophia
8 posts
Philosophia Per Axiom - Philosophizing Through Axioms & Applying It Contextually
Last active 60 minutes ago
Don't wanna be here? Send us removal request.
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Tumblr media
ANIMAL THINKING VS HUMAN THINKING
When do we think? A moment similar to when an animal was threatened. Either threatened to fulfill a desire or defend himself.
How is it different from humans? Reasonable
Animal will is only limited to coercion as far as experiencing, real time action. While the human beyond experiencing. Meaning, that humans are able to plan an experience in the future.
Short/Long Term Thinking
Animals can think but their thinking is in a short term, while human thinking can be short term or long term.
Tactical/Strategic Thinking
This didn't mean that when human thinking was in a short term, then humans were animals. It's not like that. But it's the fact that God gave animals to think tactically. whereas humans can not only think tactically, but also can think strategically (through planning).
Domination
That's why humans can dominate animals, because humans also have tactical weapons through their tactical thinking to subdue animals
Short Term Planning
Even human's short-term planning is not categorized as the result of short-term thinking, but through long-term thinking that is able to plan short-term strategies to anticipate tactical steps from animals (which were even shorter than human short-term strategies)
Human planning is still longer than animal short-term thinking.
Tactical & Strategic
Did animal have a strategy. No!
Seeing a strategy in animals, it's not really strategy, it's short term tactical thinking.
It's just that because the pattern is a "thought pattern", there is a resemblance to that in humans, "there are signs of thinking".
And because through thinking humans can strategize to overcome situations, then when it was seen that animals were able to overcome situations with a pattern similar to human thinking, then it's said that animals could make strategies. No!
Even though animals could think like human , it's just that animal thinking has limitation compared to human thinking.
Thin Boundary
This thin characteristic makes researchers suspect "animals could think as we did" hehe. It's old story... they just about knew lately. Too late then, hehe. So don't be overestimate, since actuallly it's because the thin line was invisible.
The thin line? Animals cannot plan their own future experiences, whereas humans can.
So any pattern of behavior seen in animals in dealing with situations similar to humans (can be taught, can choose, can count blah blah blah), actually has limitations that are far from those of humans.
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Tumblr media
APAKAH NABI ISA DISALIB? APAKAH PENYERUPAAN MELANGGAR KETENTUAN DARI AL QURAN ITU SENDIRI?
Jadi ada yang menuduh bahwa Nabi Isa disalib (atau tidak?). Lalu penyerupaan orang lain, diserupakan seperti Nabi Isa, dianggap pelanggaran aturan yang ditetapkan oleh Al Quran sendiri.
Di satu sisi, Al Quran menegaskan bahwa seseorang tidak menanggung beban orang lain, lalu di sisi lain oleh Al Quran sendiri adanya "penyerupaan" yang dituduh sebagai meletakkan beban Nabi Isa ke orang lain (yang diserupakan).
Ini terkesan bertentangan?
Ada 4 dugaan di sini:
1⃣ Nabi Isa disalib dan tetap hidup
2⃣ Nabi Isa meninggal disalib
3⃣ Nabi Isa tak disalib dan meninggal
4⃣ Nabi Isa tak disalib dan tetap hidup
Atau melalui penyerupaan ...
5⃣ Oang lain mirip Nabi Isa, disalib
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa laa taziru waazirotuw wizro ukhroo, wa ing tad'u musqolatun ilaa himlihaa laa yuhmal min-hu syai-uw walau kaana zaa qurbaa, innamaa tungzirullaziina yakhsyauna robbahum bil-ghoibi wa aqoomush-sholaah, wa mang tazakkaa fa innamaa yatazakkaa linafsih, wa ilallohil-mashiir
"Dan tidak akan memikul beban orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan sholat. Dan barang siapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali."
(QS. Fatir 35: Ayat 18)
Di sini jelas terlihat Allah menegaskan "dan tidak mereka membunuh(nya)". Artinya yang disalib bukan(nya) Isa Al Masih. Di sini titik fokus bukan pada keadaan tapi subyek (Nabi Isa Al Masih).
Ini menggugurkan point 1⃣ sampai point 4⃣, dalam arti, tidak melibatkan sosok manusia.
Di sisi lain Allah menegaskan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah "diserupakan bagi mereka" dan jika anda musuh Islam berkata bahwa "diserupakan" itu merujuk ke keadaan bukan merujuk ke sosok manusia. Ini penafsiran yang tidak kontekstual, karena titik fokus pada("nya").
Dan akan sangat cacat ketika suatu petunjuk dari Allah merujuk ke sesuatu di luar konteks. Konteksnya ke sosok, bantahannya juga seputar sosok, sehingga ketika ada pernyataan diserupakan yang bisa mengarah ke keadaan ambigu (tak jelas) antara "sosok" & "keadaan", sedangkan Allah sendiri menegaskan ...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
innas-saa'ata la-aatiyatul laa roiba fiihaa wa laakinna aksaron-naasi laa yu-minuun
"Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman."
(QS. Ghafir 40: Ayat 59)
... jika meragukan, tinggalkan (jangan di-imani), sedangkan kemungkinan antara "sosok" & "keadaan", konteksnya lebih jelas ke "sosok" dan bukan ke "keadaan", sehingga jelas bahwa "penyerupaan" yang dimaksud oleh-Nya adalah penyerupaan "sosok" Nabi Isa, yang berarti ada sosok lain menyerupai Nabi Isa Al Masih. Ini masuk ke point 5⃣. Namun ...
Menanggung Beban
Masih saja kurang puas bagi musuh Islam untuk menambahkan polemik lagi dan lagi YANG TERKESAN BERKUALITAS? Wew. Padahal itu hanya produk dari penalaran yang tergesa-gesa.
Sekilas mereka mengira apa yang diungkapkan (diduga) nyambung masuk akal, padahal absurd.
Yaitu ketika mereka berkata. seandainya pun, dianggap point 5⃣, ada orang lain yang diserupakan seperti Nabi Isa (penampilannya) sehingga yang disalib orang lain dan bukan Nabi Isa. Lalu mereka menuduh ada kejanggalan di ayat Al Quran yang tidak melegalkan pembebanan oleh orang lain, tetapi faktanya ada orang yang dijadikan tebusan bagi Nabi Isa. Lalu dituduhkan bahwa Al Quran melanggar ketentuannya sendiri yang melegalkan beban ditanggung orang lain, padahal Al Quran sendiri tidak melegalkan menanggung beban.
Jadi terkesan ada kontradiksi antara point 1 & point 2 berikut di bawah ini ..:
1⃣ Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa laa taziru waazirotuw wizro ukhroo, wa ing tad'u musqolatun ilaa himlihaa laa yuhmal min-hu syai-uw walau kaana zaa qurbaa, innamaa tungzirullaziina yakhsyauna robbahum bil-ghoibi wa aqoomush-sholaah, wa mang tazakkaa fa innamaa yatazakkaa linafsih, wa ilallohil-mashiir
"Dan tidak akan memikul beban orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. ... "
(QS. Fatir 35: Ayat 18)
2⃣ Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa qoulihim innaa qotalnal-masiiha 'iisabna maryama rosuulalloh, wa maa qotaluuhu wa maa sholabuuhu wa laaking syubbiha lahum, wa innallaziinakhtalafuu fiihi lafii syakkim min-h, maa lahum bihii min 'ilmin illattibaa'azh-zhonni wa maa qotaluuhu yaqiinaa
"dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah." Padahal, mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) yang diserupakan bagi mereka ..."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 157)
Jadi? Perlu disadari terlebih dahulu bahwa ada dua jenis beban. Beban dosa & beban kewajiban.
Ayat ini QS. Al-Fathir 35: Ayat 18 tentu merupakan penegasan tiadanya beban (dosa) yang bisa diberikan ke orang lain, karena jika pembebanan ini dianggap pembebanan selain dosa, akan bertentangan dengan ayat lain di (Al Baqarah 2: Ayat 281). Di sini konteksnya adalah beban yang merugikan di akhirat kelak yang konteksnya hanya satu, dosa.
Sebagaimana ditegaskan di sini
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
man a'rodho 'an-hu fa innahuu yahmilu yaumal-qiyaamati wizroo
"Barang siapa berpaling darinya (Al-Qur'an), maka sesungguhnya dia akan memikul beban yang berat (dosa) pada hari Kiamat,"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 100)
... di sini ditegaskan bahwa kita akan menanggung beban yang merugikan jika itu akibat dari kita berpaling dari kebenaran. Di sini jelas sekali bahwa beban yang merugikan adalah kategori kesalahan (dosa)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
a hasiban-naasu ay yutrokuuu ay yaquuluuu aamannaa wa hum laa yuftanuun
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?"
(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 2)
JADI? Untuk beban kewajiban, tentu jika kita siap menanggung beban yang menguntungkan kelak di akhirat, masuk kategori bukan beban yang merugikan (tetapi justru menguntungkan) - bukan beban dosa, melainkan beban ujian yang memang harus diterima.
Setelah kita menyadari konsep "beban", kita lanjutkan ... Kita analisa ...
Kita sudah menyadari bahwa ada orang yang diserupakan mirip Nabi Isa Al Masih. Pertanyaannya ... bagaimana keadaan orang ini yang menggantikan (dengan diserupakan seperti) Nabi Isa?
1. orang ahli neraka
2. orang ahli surga
Jika point 1⃣, orang tersebut adalah ahli neraka, maka diserupakannya dirinya yang menyebabkan kematiannya, tidak berbeda seperti bencana yang membawa kematian atau pembunuhan kepada orang ini melalui jalan diserupakan. Dan tak beda seperti kasus lainnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
waqtuluuhum haisu saqiftumuuhum wa akhrijuuhum min haisu akhrojuukum wal-fitnatu asyaddu minal-qotl, wa laa tuqootiluuhum 'ingdal-masjidil-haroomi hattaa yuqootiluukum fiih, fa ing qootaluukum faqtuluuhum, kazaalika jazaaa-ul-kaafiriin
"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)
sayaquulu lakal-mukhollafuuna minal-a'roobi syagholatnaaa amwaalunaa wa ahluunaa fastaghfir lanaa, yaquuluuna bi-alsinatihim maa laisa fii quluubihim, qul fa may yamliku lakum minallohi syai-an in arooda bikum dhorron au arooda bikum naf'aa, bal kaanallohu bimaa ta'maluuna khobiiroo
"... "Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Maha Mengetahui dengan apa yang kamu kerjakan.""
(QS. Al-Fath 48: Ayat 11)
Jika point 2⃣, orang yang diserupakan termasuk ahli surga (pada saat itu), maka diserupakannya merupakan keuntungan baginya sebagai bagian dari pembelaan terhadap Nabi-Nya, sebagaimana yang juga dilakukan oleh banyak pengikut Nabi dari jaman dulu sampai era Nabi terakhir Muhammad SAW
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa ka-ayyim min nabiyying qootala ma'ahuu ribbiyyuuna kasiir, fa maa wahanuu limaaa ashoobahum fii sabiilillaahi wa maa dho'ufuu wa mastakaanuu, wallohu yuhibbush-shoobiriin
"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 146)
Kematian & Balasan Sempurna
Dan kelak, kita tetap akan menerima balasan yang sempurna, yang ditutup dengan kematian terlebih dahulu yang bisa datang dalam beragam cara yang salah-satunya melalui penyerupaan karena kehendak-Nya yang membawa kepada kematian
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
aina maa takuunuu yudrikkumul-mautu walau kungtum fii buruujim musyayyadah, wa ing tushib-hum hasanatuy yaquuluu haazihii min 'ingdillaah, wa ing tushib-hum sayyi-atuy yaquuluu haazihii min 'ingdik, qul kullum min 'ingdillaah, fa maali haaa-ulaaa-il-qoumi laa yakaaduuna yafqohuuna hadiisaa
"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?"
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 78)
Dan memperoleh balasan yang sempurna sesuai dari hasil yang mereka perbuat sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wattaquu yaumang turja'uuna fiihi ilalloh, summa tuwaffaa kullu nafsim maa kasabat wa hum laa yuzhlamuun
"Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 281)
Bencana atau Pembelaan
SEDANGKAN KASUS PENYERUPAAN ORANG MENJADI MIRIP NABI ISA, TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN MENANGGUNG BEBAN SECARA TIDAK ADIL. INI HANYALAH STATUS KEADAANNYA YANG SEDANG "TERKENA BENCANA" QS. (Al-Fath 48: Ayat 11) atau "DIJADIKAN SARANA MEMBELA NABI (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 146)
JADI? TAK ADA PERTENTANGAN ANTARA AYAT AL QURAN YANG SATU DENGAN LAINNYA
Mengenai masalah apakah Nabi Isa dimatikan sebagaimana tuduhan, sedangkan konsep wafat dalam Al Quran tidak selalu berarti meninggal seperti umumnya kalangan bukan Nabi, ... , wafat bisa diartikan tidur ...
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
wa huwallazii yatawaffaakum bil-laili wa ya'lamu maa jarohtum bin-nahaari summa yab'asukum fiihi liyuqdhooo ajalum musammaa, summa ilaihi marji'ukum summa yunabbi-ukum bimaa kungtum ta'maluun
"Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian, Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 60)
... maka juga tidak bisa dimutlakkan kematiannya dan tidak salah juga diangkat dalam keadaan hidup.
Ketika sesuatu pemberitaan punya lebih dari satu makna dan Allah menegaskan keputusan-Nya (bahwa Nabi Isa tak dibunuh - QS. An-Nisa' 4: Ayat 157), maka tidak ada lagi ambiguitas. Sehingga konsep wafat di sini mengarah ke "tiada kematian akibat di salib".
Konsep wafat di Al Quran punya banyak makna. Lalu, apakah Nabi Isa diwafatkan sebelum diangkat? Di sini tidak dijelaskan arah yang jelas, apakah wafat seperti meninggalnya orang umumnya atau yang lain? Karena hal ini tidak ditegaskan oleh-Nya, tetapi sekali lagi ditegaskan bahwa wafatnya Nabi Isa tidak berkaitan dengan diwafatkannya Nabi Isa di tiang salib.
Intinya, Al Quran  menegaskan bahwa Nabi Isa tidak disalib & Al Quran tetap konsisten menegaskan penyerupaan tidak merupakan pembebanan (dosa) secara tak adil. Karena Al Fathir ayat 18 adalah dalam konteks dosa, sehingga tak mungkin secara nalar dikatakan terjadi pembebanan (penebusan dosa) dari Nabi Isa oleh yang bukan Nabi? Wew Nalar yang absurd. Sehingga memang tiada pengalihan atau pembebanan yang tak adil, melainkan hanya pemutar balikan diluar konteks.
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
HIKMAH TUDINGAN NABI DIRACUN
Ada hadits yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW mati diracun.
Saya akan menjawab penggiringan untuk menghina Nabi Muhammad SAW ini secara aksiomatis.
Karena banyak musuh Islam bermain dengan data historis umat Muslim yang merancukan.
Banyak pula musuh Islam bermain dengan ayat-ayat Al Quran dengan memutar-balikkan tanpa penalaran yang valid.
Jika anda (wahai musuh Islam) masih berkelit, terlihat bahwa anda diliputi kebodohan yang masif, dengan segala kuanta energi kebodohan memenuhi segala ruang diri anda.
Kita melihat dari 2 sisi:
📍Jika hadits tersebut salah
📍Jika hadits tersebut benar
Jika hadits tersebut salah, tuntas.
Bagaimana jika hadits tersebut benar, bahwa Nabi diracun ... ?
🧩 Masalah bahwa Nabi diracun?
Itupun juga tidak saat itu juga
meninggal, dan ... masih tetap
sehat wal'afiat setelah sekitar 4
tahun dari sesudah kabar tentang
diracunnya Nabi Muhammad SAW.
🧩 Yang meracun tujuannya adalah
untuk menguji apakah Nabi
Muhammad mengetahui dirinya
diracun (kalau memang utusan
Allah pasti diberitahu)? DAN, NABI
MENGETAHUI.
🧩 Dan jika meracunnya berhasil tentu
Nabi Muhammad SAW akan
meninggal.
Pertanyaannya ... apa hubungannya antara di racun & meninggal? ...
❗️Ya semua orang tahu kalau minum madu (umumnya) terasa manis. Nabipun juga bisa mengalami hal ini.
❗️Ya semua orang tahu di gurun itu panas jika sedang terik matahari. Nabipun merasakan panasnya terik matahari saat berperang.
❗️Ya semua juga tahu bahwa kalau dibunuh ujung-ujungnya mati. Nabipun melihat terjadi pembunuhan saat perang.
❗️Ya semua orang tahu kalau dipukul itu sakit. Dan Nabi juga pasti merasakan sakit terkena benturan benda keras saat ditengah peperangan.
DAN TERAKHIR? YA SEMUA JUGA TAHU BAHWA SEBAGAI NABI MUHAMMAD SAW dan umumnya manusia akan mengalami ke-ma-tian. Ti-tik! Fixed. Pas-ti ‼️ Laaaluuu ...
Ya terus kalau seperti itu ya sudah. Bukan masalah. BU-KAN MA-SA-LAH! Wajar! Ada yang aneh? TI-DAK!
LALU ... ? DIMANA MASALAHNYA? YA ITU WAJAR, BUKAN MASALAH.
HAL ITU JADI MASALAH KETIKA ...
♨️ Ada pesan dari Allah
yang tak tersampaikan ke
umat manusia. FAKTANYA ...
SEMUA WAHYU ALLAH
TERSAMPAIKAN SEMUANYA
TANPA ADA YANG TERLEWATKAN
♨️ Upaya menggagalkan
pengungkapan kebenaran, dengan
meninggalnya Nabi Muhammad
SAW, sebelum semua wahyu-Nya
berhasil diungkapkan semuanya.
FAKTANYA, NABI MUHAMMAD
MASIH TETAP MAMPU
MENUNTASKAN MISINYA
MENYEBAR SEMUA KEBENARAN
SAMPAI TUN-TAS!
Pertanyaannya ... Bagaimana bisa yakin bahwa semua pesan yang seharusnya tersampaikan, memang benar-benar tersampaikan dari Allah SWT ke umat manusia? Sederhana! Biarkan Tuhan sendiri yang berbicara. Jangan mengada-ada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
hurrimat 'alaikumul-maitatu wad-damu wa lahmul-khingziiri wa maaa uhilla lighoirillaahi bihii wal-munkhoniqotu wal-mauquuzatu wal-mutaroddiyatu wan-nathiihatu wa maaa akalas-sabu'u illaa maa zakkaitum, wa maa zubiha 'alan-nushubi wa ang tastaqsimuu bil-azlaam, zaalikum fisq, al-yauma ya-isallaziina kafaruu ming diinikum fa laa takhsyauhum wakhsyauun, al-yauma akmaltu lakum diinakum wa atmamtu 'alaikum ni'matii wa rodhiitu lakumul-islaama diinaa, fa manidhthurro fii makhmashotin ghoiro mutajaanifil li-isming fa innalloha ghofuurur rohiim
".... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3)
Ini adalah ayat terakhir turun, menutup segala penjelasan tentang halal & haram. Artinya?
Bahwa tak ada pesan dari-Nya yang terlewatkan. Semuanya tersampaikan secara tuntas dan misi Nabi Muhammad SAW BER-HA-SIL! Dan Allah SWT sendiri mengungkapkan kesuksesan tugasnya Nabi Muhammad SAW
Jadi? Dimana masalahnya? mas @HambaAllah https://t.me/MetaFilsafat/50355
Sedangkan semua yang dituduhkan sebagai kelemahan adalah hal yang wajar. Dan justru menegaskan PER-LIN-DUNGAN DARI-NYA. hehe. Keren kan 👍
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Seremonia & GPT-3 - Axiomatic Conversation
This is my conversation with Artifical Intelligence. This AI using advanced system GPT-3.
In this question-answer style, i used new style of conversation. It's based on philosophical style. But this kind of conversation is not regular type of philosophical thinking, it's beyond philosophy, it's meta philosophy.
Although mostly they had no fixed standardisation of how we do meta philosophy, but i have my own concept of how we do meta philosophizing. It's by philosophizing using axioms.
Mostly they thought, axiom must be related to math. No. The fact is that axiom can be found on any area of our life.
In fact, in physics known as postulate, lower than axiom in math. But some of them can be converted into axiom. This asserts that there are some law of physics have absolute degree as axiom in math, such as "law of energy" (energy can't be destroyed and can't be created, can only be changed to a different form).
If we can start to initiate the way we do philosophizing using axiom (outside math), then in the future, scientist won't depend to math just to support their physics theory. Since using axioms, scientists have confident to assert their own theory as axiom.
In this case i will show you applying axiom on conversation with GPT-3. Not just involving axiom but the way i did thinking also based on axiomatic structure of thinking.
Mostly on GPT-3 were failed to did conversation with axiomatic reasoning. But i did try to guide the conversation, so that GPT-3 AI knew its failure and made great adjustment.
I did this to show you that AI GPT-3 was great, but there is still one tiny weakness, that AI can't tackle axiomatic reasoning, it's because the system has no high rank corpus (axiomatic corpus). It can be accepted since philosophy in general didn't know what axiom was.
They did thinking by trying to find consistent truth without notice that there are high rank beyond consistent truth, axioms, as universal truth.
Last but not least, through this conversation, hopefully we will have new awareness of how important axioms truth (non mathematical) to elevate AI to a highest level of thinking, so that we can get benefit from AI even better.
Another benefit of inserting corpus based on axioms, this will put AI having standarisation to identify the boundary of the truth, so that using AI + axioms, we can unpack the mystery of life, universe, quantum and so forth without being trapped by paradox & contradiction anymore.
Bottom line? We can see things as is, we can see the farthest boundary of the truth, so that we can use these to make proper consideration closer to a fairness.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
DATA SINGULARITY
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
DATA SINGULARITY
Tumblr media
Have you ever heard the true meaning of Data Singularity? Don't look to the other sides, just look at here.
Imperfect Definition
It's like defining something. A definition is never complete, just contextual.
When we define something, it must involve all the possibilities that exist.
Example: what is philosophy? Love of wisdom? Contextually correct but not 100% correct. How?
Defining what philosophy is, in a perfect way, must be clarified 100%.
That means, philosophy is:
loving wisdom,
doesn't mean eating lunch,
doesn't mean singing children's songs,
doesn't mean chewing gum,
doesn't mean drinking coffee,
doesn't this & that, ... blah blah blah.
That's how it should define something perfectly. All possibilities must be ascertained.
If so, then we can never define precisely? Yes!
Similarly when someone claims that his reasoning system is complete? It can't be?
That any reasoning formula that has been successfully programmed into a computer to be able to simulate artificial intelligence to match humans? Again, it can't be. Helping humans? Yes it's possible, but conquer human? Nope.
Because the reasoning formula of any logical system is like defining reality in a narrow way. So only have a limited point of view.
One or Trillion Formulas
Then, how can artificial intelligence be able to dynamically approach human analysis? HOW MUCH MORE FORMULA IS NEED? OR IS THERE A SINGLE FORMULA?
THERE IS NO SINGLE FORMULA! So how many formulas do you need? IT NEEDS AS MANY DIMENSIONS OF TRUTH & DETAILS. WHAT? ️
Yes, it takes trillions trillions trillions of logical systems beyond all of them.
Beyond Aristotelian logic, induced logic, what else? Beyond symbolic logic? Beyond "Sequent Calculus" Logic? Beyond what's more? Beyond Boolean logic, Venn diagram logic, tautology? YES, YES & YES!
Then how can we do it? If viewed from the singularity, there is indeed a single system, namely the axiomatic system, but how many axioms involved? As many facts as there are. What does that mean?
Quanta Logical System
Every axiomatic truth is actually a logical system. So how many items of the reasoning formula are there? As many as axiomatic truth about anything that exist - happening.
SO WHAT KIND OF THE SIMPLE LANGUAGE, PATTERNS OR THE MOST ADVANCED REASONING SYSTEM CAN WE USE? HEHEHE ...
Injecting vs Thinking
Just one, CONTINUOUSLY SUPPLYING AXIOMS,
INJECTING AS MUCH AS POSSIBLE WITH AXIOMATIC TRUTH.
Then does that mean we never thinking at all? Yes.
So the best we can do? By not thinking. But imagining - deep empathy, so that suddenly we will downloading axioms. This is where animal unable to do it
Remember, formula is just narrowing our point of view. So to liberate our point of view, by rejecting all formulas and accept quanta truth of all possibles that exist
FUTURE OF Artificial Intelligence
So, the future of artificial intelligence? No longer needed: RNN, Transformer, Bayesian, Aristotle Logic System, Sequent Calculus, and so forth. However, artificial intelligence relies entirely on axiom data as much as the problem at hand, or if not? Then the simulation of intuition will always be impossible, and? Don't expect artificial intelligence to be able to philosophize, except just predicting.
No axiomatic data supply? Artificial intelligence is only able to generalize statistically, not generalizations as they are.
No axiomatic data supply? Artificial intelligence is only able to see reality incompletely.
REMEMBER: MACHINE CAN ONLY FIND THE CONCLUSION, BUT NEVER BE A TRUTH VOYAGER
TRUTH VOYAGER CAN ONLY BE OBTAINED BY INJECTING AXIOMS, THAT'S ALL WE MUST AWARE OF
THIS IS THE TIME WHERE ONLY ONE TYPE OF DATA IS NEEDED, THAT IS AXIOM, AND NO LOGICAL FORMULA IS REQUIRED FOR ARTIFICIAL INTELLIGENCE
DATA SINGULARITY? It's AXIOM
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Tumblr media
METAFILSAFAT
Ada yang chat secara personal bertanya tentang apa itu metafilsafat? Juga mencari di google, penjelasannya berbeda atau terkesan kabur. Lalu apakah saya membuat aturan baru dalam berfilsafat?
Menurut sejarahnya (saya tidak akan mendetail, bisa cari melalui pustaka off/online) dari era pertama kali penggunaan istilah metafilsafat, telah banyak pertentangan antara perlunya metafilsafat atau tidak?
Lalu, anggapan seolah “meta” (melampaui) filsafat memposisikan di atas filsafat, padahal menurut mereka tidak begitu, melainkan metafilsafat itu bagian dari filsafat.
Latar-Belakang
Apa yang menjadi penyebab munculnya konsep “meta”-filsafat? Sederhana.
Ketidakpuasan atas dimensi filsafat waktu itu (atau masih sampai saat ini?) yang tidak bisa menuntaskan kebingungan dalam dunia filsafat itu sendiri.
Eksklusifitas
Justru banyak filsuf memisahkan diri dari agama & ilmuwan.
Pertanyaannya … ada apa sebenarnya?
MetaFilsafat secara umum & cepat tanpa berbelit-belit , tanp berpikir panjang, sesuai kesepatakan umum, diartikan sebagai “berfilsafat tentang filsafat” atau “filsafat filsafat” atau “penyelidikan tentang hakekat filsafat”.
Itu sebabnya banyak tokoh filsuf menolak konsep metafilsafat, karena bukankah filsafat itu sendiri juga termasuk mempelajari hakekat dari sesuatu.
Apa perlunya metafilsafat? Sudah cukup dengan filsafat saja.
Ada banyak alasan dari yang pro & kontra. Yang pro metafilsafat menganggap metafilsafat sebagai pembaharuan dalam berfilsafat yang mengedepankan keseimbangan. Sesuatu yang tidak dilakukan filsuf dunia bahkan secara global.
Kalau filsuf dunia seimbang tentu tidak terpisah dari agama.
Tumblr media
Meta
Meta artinya melampaui. Atas dasar ini beberapa filsuf menganggap mereka yang memegang konsep metafilsafat sebagai konsep terpisah diluar (melampaui) filsafat.
Namun ada yang menolak hal ini dan mengartikan “meta” sebagai “tentang”. MetaFilsafat adalah filsafat tentang filsafat, bukan sesuatu yang berbeda sama sekali.
Filsafat Tentang Filsafat
Begitu umumnya diartikan. Namun lalu juga melalui cara ini ada upaya menyingkirkan dengan mendebat “berpikir tentang berpikir?” Ga masuk akal, begitu bantahnya.
Usulan?
Bahkan konsep metafilsafat ini, sampai sekarang. Masih menjadi perdebatan. Seberapa perlunya konsep metafilsafat harus mendunia.
Atau bahasa sederhananya: konsep metafilsafat itu seharusnya seperti apa?
Ibaratnya kalau dulu filsafat dianggap sebagai sajian yang nikmat secara intelektual, lalu jika dikatakan ada sajian intelektual yang lebih menggoda atau lebih menantang atau lebih intelektual, itu seperti apa?
Apa yang lebih intelektual dari intelektualitas dalam ber-filsafat itu sendiri? Apa yang lebih bijaksana dari kebijaksanaan itu sendiri? Apa yang bisa disebut sikap lebih mencintai kebijaksanaan dari pada mencintai kebijaksanaan itu sendiri?
Sampai sekitar tahun 2016 masih juga diusulkan … melalui papernya …
Metaphilosophy of Mind: how Do Minds Investigate Minds? Refutation of the Theocentric View by Konrad Werner —
Suatu usulan …
Tumblr media
Abstract: I shall propose metaphilosophy of mind as the philosophy of mind investigating mind. That is to say, I pose the question of how knowledge of mind provided by cognitive science, broadly construed, is constrained by the epistemic position of the knower, i.e. … Finally, metaphilosophy of mind based on the abovementioned distinctions …
Institute of Philosophy, Cognitive Science Department, Jagiellonian University in Kraków, Grodzka 52, 31–044 Kraków, Poland, Published online: 24 September 2016
Keterbukaan Filsafat — CIKAL BAKAL Usulan
Apa yang membuat masih banyaknya usulan dari para pemikir secara global tentang konsep metafilsafat yang seharusnya? Sederhana.
Apa lagi yang perlu dibenahi di cara berpikir kita? Bukankah mereka sebagai pemikir (sebatas filsuf) juga siap menerima secara terbuka berbagai metode penalaran untuk mencari kebenaran?
Logika Aristoteles? Diterima.
Logika simbolik? Diterima.
Logika apa lagi? Matematika? Okay diterima. Bahkan sampai menggunakan nama matematis “sequent calculus”.Semua cara untuk meningkatkan proses berpikir diterima semua. Lalu apalagi yang
kurang? Begitulah kebingungan filsuf dunia menyikapi perlunya pendatang baru “metafilsafat”.
Kata mereka para filsuf … , pembaharuan apalagi yang bisa diharapkan dari metafilsafat? Inilah yang menjadi cikal bakal dari banyaknya paper usulan sampai saat ini tentang bagaimana seharusnya konsep ber-metafilsafat. Suatu usulan tentang bentuk pembaharuan dalam berfilsafat yang dibawa melalui metafilsafat.
Tetapi bahkan paper usulan itupun dibantah oleh filsuf dunia sebagai “sesuatu yang basi”, bukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang sudah ada di filsafat itu sendiri
Agama, Filsafat & MetaFilsafat
Tumblr media
Bahkan ketika kita mencari online menggunakan kata kunci “metaphilosophy” & “religion” (metafilsafat & agama), yang muncul adalah tulisan saya.
Ini tentu bukan karena begitu populernya tulisan saya, namun sedemikian langkanya pembahasan pada topik yang dimaksud.
ADA DUA ALASAN MENGAPA DIANGGAP ADA KESALAHAN BESAR DARI METAFILSAFAT TIDAK SEDEMIKIAN POPULER, DAN HANYA USULAN DEMI USULAN?
MetaFilsafat melibatkan agama, sebagai suatu sikap konyol menurut para filsuf.
Mereka para filsuf tidak melihat validnya ber-filsafat jika melibatkan agama. Atau bahasa sederhananya “mereka tidak melihat serunya berfilsafat jika melibatkan agama”, membosankan, dogmatis, begitu anggapan para filsuf.
Filsafat vs Agama
KEBERATAN TERBESAR Terhadap MetaFilsafat
Ada kecenderungan besar, kalau tidak bisa disebut “diharuskan” adanya keterkaitan antara berfisafat & beragama.
Tumblr media
Umumnya penganut konsep metafilsafat berdamai dengan agama atas dasar kesadaran bahwa awalnya semua berasal dari agama (filsafat & agama tidak berpisah).
Konsep perdamaian antara agama dan berfilsafat adalah konsep yang dianggap tak masuk akal oleh filsuf umumnya.
Sedangkan metafilsafat tidak mengharamkan agama. Ini seperti Islam yang juga mengingatkan bentuk-bentuk kebijaksanaan dari agama lain bahkan melibatkan Nabi lain, seperti Kebijaksanaan Nabi Musa, kebijaksanaan Nabi Ibrahim.
Ini bukan upaya sinkretisme agama, yang berusaha menyatukan agama, tetapi ini upaya melihat kebaikan dimanapun tanpa bersikap anti. Tentu beberapa konsep KeTuhanan yang berbeda tidak bisa disatukan, tetapi kearifan yang sama tidak boleh ditolak.
Konsep menyadari kearifan kaum beragama ini yang ditolak oleh filsuf sebagai sekedar nasehat omong-kosong tak bernilai tinggi. Yang justru di metafilsafat berusaha melihat hikmahnya.
ADAKAH PEMBAHARUAN DALAM METAFILSAFAT?
Meta = Melampaui. Tetapi lupakan “meta”, agar tak seolah-olah didikte oleh konsep “meta”.
Jangan terkesan kita terbawa arus pemikiran dunia. Ada konsep ini & itu lalu kita pahami artinya, dan terkesan kita melihat kehebohannya, keseruannya, keunikannya, lalu akhirnya kita ikuti (atau coba-coba).
Atau seperti ada konsep baru yang baik, lalu apa masalahnya kalau diterima. Bukankah itu baik? Ya memang. Jangan jadi orang terkesan menutup diri, tetapi terima jika itu baik. Lalu, dimana salahnya? Tak ada yang salah.
Mau konsep besar mendunia, konsep yang viral, ataupun konsep yang sederhana dipinggiran pelosok pedalamanan desa atau hutan atau di ketinggian pegunungan tibet, selama itu baik, harus diterima.
Ma-sa-lah-nya, kita cenderung responsif, aktif, spontan, cepat tanpa berpikir panjang langsung menerima konsep yang terkesan unik.
Itu sebabnya ketika saya jelaskan apa itu “meta”= melampaui, jangan diartikan bahwa ada kualitas di konsep “meta”, tetapi kualitas itu ada karena kita mendeteksinya, dan konsep “meta” hanyalah “label”. Ya memang seperti itu bukan? Ya.
Namun jangan terkesan seolah “meta” itu merupakan konsep hadiah dari para pencetus filsuf besar dunia. JA-NGAN!
Lebih baik katakan “oh ini ada konsep bagus, dan ada sebutannya di sosial media, namanya metafilsafat”. Jangan seperti ini “wah ini konsep keren , meta filsafat, meta loh, yang melampaui, luar dimensi bla bla bla, ini yang menemukan filsuf dunia namanya ini & itu.” . Sekedar info saja, tidak perlu terlalu heboh.
Karena umumnya respon pertama kali mereka cenderung terjebak suasana heboh viral, unik, tampil beda.
Bahasa sederhananya “jangan mengkultuskan ide, gagasan dari filsuf atau tokoh dunia, tetapi akui kebenarannya.
Nah jika telah sadar akan hal ini, dan suasana sensasional telah mereda. Kita kembali membahas …
Jadi …
Meta = “melampaui”. Ini bukan mengikuti pelabelan, tetapi kebetulan labelnya sesuai dengan konsep kebenaran. Kalau tak ada istilah yang cocok ya tidak masalah kita membuat istilah baru. Itu intinya, kemandirian dalam menjelajahi kebenaran.
Lagi, kembali ke istilah “meta” yang … , kebetulan sesuai dengan kebenaran yang kita temukan.
“Meta” = melampaui, artinya melampaui filsafat. Bukan sekedar berfilsafat tentang filsafat, tetapi berfilsafat secara totalitas. Suatu konsep filsafat yang belum pernah dikenalsebelumnya.
Melampaui filsafat (metafilsafat) adalah benar-benar menjangkau dimensi yang berbeda dalam konsep berpikir selama ini.
MetaFilsafat adalah BENAR-BENAR SUATU PEMBAHARUAN DALAM BERFILSAFAT, yang selama ini diragukan oleh para filsuf dunia. Mereka para filsuf dunia meragukan pembaharuan dari metafilsafat yang dianggap basi dan hanya memberikan konsep berpikir yang juga sudah dimiliki oleh para filsuf.
Dimana pembaharuan dalam metafilsafat, YANG BAHKAN MEREKA YANG PRO METAFILSAFAT-pun juga masih bingung dimana pembaharuannya, atau masih sekedar usulan-usulan?
KETERATURAN, KONSISTENSI & AKSIOMATIS
DISINILAH ADANYA PEMBAHARUAN OLEH METAFILSAFAT.
PEMBAHARUAN 1
Lalu, dimanakah pembaharuan ke-2?
Ada batas yang tipis antara keteraturan, konsistensi & aksiomatis. Seolah keteraturan berarti aksiomatis dan sebaliknya saling bertumpang-tindih.
Bukan masalah sebenarnya membolak-balikkan penggunaan istilah, selama menyadari perbedaan fungsi dibelakangnya.
Yang beresiko jika sebaliknya, 3 fungsi yang berbeda dikira sebagai satu fungsi yang sama, sehingga 3 istilah yang dianggap sebagai satu fungsi, ditukar-tukar penggunaannya karena dianggap setara, padahal melibatkan fungsi yang berbeda.
Disini akan diungkapkan fungsi yang berbeda dari 3 istilah yang terkesan bisa di reduksi (dikurangi, diwakilkan atau disatukan)
Pada umumnya, mereka para peneliti menguji secara empiris (bukti nyata, eksperimen yang dapat diawasi oleh indera lahir).
Lalu, ditarik kesimpulan secara rasionalitas.
INI SEMUANYA untuk melihat adanya keteraturan.
Keteraturan — Kebiasaan
Namun bahkan keteraturan pada makhluk hidup bersifat terbatas, sementara, berdasarkan kebiasaan. Bisa karena biasa. Practice makes perfect. Karena dibiasakan maka timbullah keteraturan. Ini lemah.
Fisika
Pada level alam semesta, bahasanya berbeda lagi seharusnya. Bukan lagi keteraturan, yang tidak hanya bisa bertumpang -tindih dengan konsep keteraturan pada makhluk hidup, tetapi juga melupakan keteraturan yang lebih meluas, yaitu konsistensi
Konsistensi
Pada konsistensi, suatu keteraturan bukan dari kebiasaan melainkan suatu pola yang pasti yang bisa dirumuskan.
Anehnya para ilmuwan menolak dimensi esoterik (dimensi batin) ketika sebenarnya penolakan mereka harus didasarkan kepada tiadanya konsistensi.
Mereka mengagung-agungkan “konsistensi” namun ketika diminta melihat konsistensi di dimensi batin mendadak mereka menolak. Seolah dimensi batin penuh chaos tanpa konsistensi.
Saya menduga itu hanya masalah keengganan mereka melakukan praktek meditasi yang melaluinya dapat memasuki dimensi batin dan melihat , menguji, adakah konsistensi disana.
Kalaupun mereka mencoba memasuki dimensi batin, hanya terbatas, tidak sedemikian masuk lebih dalam, sehingga mereka hanya melihat dimensi batin yang penuh halusinasi — inkonsistensi, lalu membuat tuduhan bahwa dimensi batin itu inkonsistensi — tak valid, tak ilmiah.
Padahal jika mereka bisa memasuki dimensi batin lebih dalam lagi, maka mereka tidak hanya melihat keteraturan, tetapi juga konsistensi dan aksioma.
Aksioma
Konsistensi belum tentu aksiomatis dalam arti bahwa hukum yang konsisten dibumi (batu dilempar ke atas akan jatuh ke tanah), tidak berlaku (tidak konsisten) di luar angkasa (batudilempar momentumnya akan melesatkan batu menjauh dari kita).
Disini konsistensi tidak menyeluruh. Beda tempat (walau masih dalam satu dimensi ruang & waktu — kehidupan sehari-hari), beda pula hukumnya.
Berbeda pada aksioma. Dimana sejauh masih dalam dimensi yang sama, maka dimanapun tempatnya, hukum aksioma tetap sama
_
Jadi , apakah anda filsuf yang terjebak oleh empirisme & rasionalitas sempit?
Ataukah anda filsuf yang berpegang kepada kebenaran yang lebih luas dari sekedar uji empiris dan rasionalitas, yaitu kebenaran yang konsisten yang bersifat lintas batas antar dimensi, bahkan lebih jauh lagi, seorang filsuf yang aksiomatis?
Tumblr media
BERPIKIR KRITIS
DISINILAH ADANYA PEMBAHARUAN OLEH METAFILSAFAT.
PEMBAHARUAN 2
Lalu, dimanakah pembaharuan ke-3?
Banyak dari kita bertanya-tanya, bagaimana berpikir kritis?
Begitu kita mencoba berfilsafat, berpikir kritis, mendadak jadi bingung, dan semua mudah diputar-balikkan sehingga bukannya mencari kebenaran, tetapi terjebak “mencari celah pembenaran” (yang salah).
Padahal mereka sudah berpikir keras, berjam-jam, dan yakin telah menemukan inti pemahaman. Ternyata masih bisa dihancurkan.
Dimana letak penyebab kebingungan mereka? Dimana letak chaos penalaran mereka?
Itu karena MEREKA MENGABAIKAN HUBUNGAN KEBERGANTUNGAN DI ANTARA MAKNA YANG TERLIBAT. sehingga mereka sendiri dibingungkan oleh dirinya sendiri yang mampu memutar-balikkan pemahaman mereka sendiri.
Namun jika semua makna dipetakan mengikuti jalur kebergantungan, maka kesalahan pemetaan yang terjadi tidak membolak-balikkan makna, tetapi justru meningkatkan kekritisan kita dalam mengoreksi (bukan mencari celah)
Tumblr media
BERPIKIR KRITIS vs MERENUNG
DISINILAH ADANYA PEMBAHARUAN OLEH METAFILSAFAT.
PEMBAHARUAN 3
Lalu, dimanakah pembaharuan ke-4?
Sebenarnya berpikir kritis itu baik, sama seperti berfilsafat itu baik. Namun mengapa sampai Imam Ghazali melarang berfilsafat?
Karena berfilsafat menjadi sekedar berpikir kritis. Berfilsafat menjadi sekedar alat untuk mengkritisi mencari celah.
Bukan masalah kita menemukan celah untuk melihat dimensi lebih dalam lagi. Tetapi semua ini menjadi buruk ketika ujung-ujungnya adalah mencari celah untuk pembelaan diri. Ketika ini menjadi buruk karena ujung-ujungnya adalah mencari celah untuk pembenaran. Dimana salahnya?
Ketika pembelaan diri & di saat pembenaran dilakukan secara timpang, tanpa melihat sudut-sudut (dimensi) lain yang ada, maka jadilah suatu pembelaan diri atau pembenaran terhadap apapun secara tidak utuh YANG , BERPOTENSI MENYESATKAN.
Dengan perenungan, maka sikap kritis benar-benar mencapai batas yang sebelumnya tak diketahui.
Tumblr media
PEMBAHARUAN YANG DIBAWA METAFILSAFAT
Jadi ada 3 pembaharuan yang diperkenalkan oleh MetaFilsafat,
Fondasinya Adalah Kebenaran Aksiomatis
Struktur Fondasinya Adalah Berpikir Kritis Melalui Analisa Hubungan Kebergantungan
Dan Itu Hanya Bisa Dijalankan (Dipaktekkan) Melalui Perenungan
POLEMIK DALAM METAFILSAFAT
Mohon maaf, belum bisa menerima konsep kebenaran politik, jadi sebaiknya dihindari posting mengarah politik, kecuali mampu menghadirkan konsep politik secara metafilsafat.
Sebenarnya metafilsafat tak pilih kasih, karena tujuan utamanya menyadari kebenaran. Walau kebenaran itu bertingkat, sehingga tidak semua orang bisa memahami.
Oleh karenanya pengungkapan kebenaran juga harus dibatasi tanpa diakhiri, dalam arti sekedar ditunda atau disembunyikan sampai batas waktu yang dikehendaki atau kebenaran sendiri yang mendatangi kita jika saatnya bagi kita layak untuk mengetahuinya.
Meskipun kebenaran layak diungkapkan, namun cara pengungkapannya harus mengikuti aturan kebenaran universal (yang juga harus dipatuhi oleh metafilsafat). Yaitu, … Pengungkapannya aksiomatis dan memiliki urutan kejadian yang jelas (tidak tumpang tindih), sehingga membawa hikmah bagi kemajuan secara personal & umum
Simak contohnya seperti ini …
UJI PRINSIP KEADILAN
KASUS:
Dua teman John & Brian memiliki konflik, John salah dan Brian benar.
Entah bagaimana keduanya berpisah satu sama lain, tetapi suatu hari Brian tahu bahwa John meminta maaf kepada orang lain tetapi tidak kepada Brian dan Brian mengetahuinya.
Haruskah Brian memaafkan john atas kebaikannya atau tidak karena John tidak mengatakan apa pun kepada Brian?
Jawaban Non MetaFilsafat:
Meskipun jawabannya masuk akal dan sangat luar biasa untuk kelas mesin cerdas, namun memang tak mampu mendeteksi prinsip aksiomatis pada agama. Disini jawabannya bersifat langsung. Tidak boleh dendam harus memaafkan.
Ini bukan soal pengampunan. Seorang sahabat sejati tidak akan membiarkan sahabatnya disakiti. Tidak ada pengampunan dalam situasi ini.
John telah menjadi teman Brian selama bertahun-tahun, dan Brian telah menjadi teman
John selama bertahun-tahun. Tapi mustahil untuk memiliki persahabatan sejati jika
John dan Brian tidak bisa bersama. Mereka tidak bisa berteman dan melihat satu sama
lain pada saat yang bersamaan.
Tapi Brian harus memaafkan John, dan menerima bahwa itu bukan salah John.
Jawaban MetaFilsafat:
Sedangkan moral yang ingin saya tunjukkan yang sedemikian samarnya lebih tipis dari transparan adalah bahwa, ...
meskipun John masih dikategorikan bersalah terhadap Brian, dan John tidak meminta maaf secara langsun kepada Brian, tetapi justru meminta maaf ke orang lain, dan Brian mengetahui hal ini,
maka moralnya disini yang tak terlihat bahwa sebenarnya John telah menebus dosanya melalui orang lain dengan rela meminta maaf, dan itu tanda kebaikannya yang tidak bisa dinilai sepihak, namun harus dinilai secara menyeluruh,
sehingga ini dianggap sebagai suatu sikap meminta maaf secara tidak langsung ke Brian ...
meskipun mungkin di depan Brian, John malu mengakui kesalahannya.
Tumblr media
NETRALITAS YANG TAK MUNAFIK
Satu lagi yang perlu disadari adalah bahwa dalam metafilsafat, tidak bisa memberikan penilaian yang tendensius, mengarah, berpihak, tetapi harus netral. Justru netralitas disini memampukan kita melihat apa adanya, tanpa intrik.
Jadi di sini kita melatih untuk TIDAK melihat sesuatu dengan jurus cocoklogi. Tanpa cocoklogi, tanpa rekayasa, tanpa trik menghaluskan, tanpa strategi berdiri di dua kaki (netralitas yang munafik).
Namun, di sini, kita melatih menyadari sesuatu apa adanya dengan tetap mengedepankan kontekstual.
Satu lagi yang perlu disadari adalah bahwa dalam metafilsafat, tidak bisa memberikan penilaian yang tendensius, mengarah, berpihak, tetapi harus netral. Justru netralitas disini memampukan kita melihat apa adanya, tanpa intrik.
Jadi di sini kita melatih untuk TIDAK melihat sesuatu dengan jurus cocoklogi. Tanpa cocoklogi, tanpa rekayasa, tanpa trik menghaluskan, tanpa strategi berdiri di dua kaki (netralitas yang munafik).
Namun, di sini, kita melatih menyadari sesuatu apa adanya
METAFILSAFAT
Jadi ada 3 pembaharuan yang diperkenalkan oleh MetaFilsafat,
Fondasinya Adalah Kebenaran Aksiomatis
Struktur Fondasinya Adalah Berpikir Kritis Melalui Analisa Hubungan Kebergantungan
Dan Itu Hanya Bisa Dijalankan (Dipaktekkan) Melalui Perenungan
PROSESNYA adalah menyadari kebenaran aksiomatis yang mengungkapkan kebenaran hubungan sebab-akibat melalui proses perenungan.
HASILNYA? Netralitas dengan tetap mampu beradaptasi secara kontekstual, sehingga diperoleh keseimbangan yang sejati
JADI? APA ITU METAFILSAFAT yang memberikan pembaharuan dalam menjelajahi kebenaran?
🔰 MENYADARI KEBENARAN AKSIOMATIS SERTA MENERAPKANNYA SECARA KONTEKSTUAL
1 note · View note
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Tumblr media
ABSOLUTE TRUTH
Truth Is Absolute... How can something be absolute, in the case that relatively is only a point of view, and state of being is absolute?
Issue:
fluorescent light patterns that tend to be contrasting can cause photosensitive epilepsy, while for some people, fluorescent light creates a festive mood that doesn't cause any disturbing symptoms.
Example:
This is relative, where a situation has a good impact or it can also have a bad impact, so it is not absolutely true?
So, the luminescence pattern brings good (joy)?
So, the luminescence pattern brings badness? ️
Which one is correct? Relatively? Or not!
Consistency
The pattern of luminescence has a negative impact on certain people in certain circumstances which are very different from other people's circumstances. This is absolute!
When it is said that the pattern of luminescence has a different impact, it does not have a bad effect, it has a good effect on the others, this does not indicate a relative symptom of truth. Stay consistent - absolute.
Inaccurate Perception
The cause and effect remain consistent, but commonly known for the same cause with different results. But actually, the same cause gives the same effect. Why? Again, due to the weakness (narrowly, inaccurate perception of) our point of view.
Supposely our observations were accurate, then different effects (some had epilepsy, some didn't) actually came from different cause.
Indeed we saw the same cause (the pattern of luminescence), but actually there were other things as the hidden (unknown) causes gave tangible effect, so that the results will be different.
If the situation could be replicated, replayed - imitated exactly, it would be a cause with the same effect, namely photosensitive epilepsy.
A simple example:
the 1st person who pokes the ball from a certain direction, then a ball will bounce in a certain direction,
but why the 2nd person who pokes the ball from the same direction as the 1st player will bounce the ball in a different direction?
If this bouncing ball was repeated many times in the same direction, absolutely the ball will bounce the same direction, it couldn't be different! Then where is the relatively? It's because, we couldn't see the detail accurately, so we didn't understand that there were other situations from different 1st & 2nd people that affect the way we hitted the ball at the same direction, so the results were different.
If the 1st person & 2nd person have perfect equality of conditions, then the result of the reflection direction will be the same. Logically, it can be assumed that if the 1st & 2nd person are perfectly identical, then it's just the same pointing to one of both and the result will absolutely be the same.
A simple example: when I did this, the result would be the same, when you did it, the result would be different. However, if your work was done by me, yes, of course, that was the result that characterizes me.
But even my circumstances changing and won't be the same from time to time, so indeed two effects are never found to be the same so it is also true that no equal effect comes from different causes.
0 notes
metaphilosophia · 3 years ago
Text
Relatively True
Tumblr media
🔰 True or false is due to comparison, while relative is due to different points of view
How do we see in between right or wrong and relatively true or relatively false?
Absolute & Relatively
Simply put, absolutely having no choice, being in one condition. On the contrary, relatively means being in a different state among several possibilities.
True or False
What is wrong or right depending on comparison but having no relation to “relatively”. So, being under certain quality (condition) is not necessarily right or wrong. We didn't see the right or wrong of our circumstances.
The right or wrong of our situation occurs after we see the unworthiness of our situation compared to other circumstances.
Quality
Hard obstacle or easy living just relatively a way of life, a life style. One sided relatively unique style, on the other side relatively an adventure.
These qualities (hard, soft, firm, loving and others) can be relative states and those don’t mean as bad or good things. It just relatively different sight seeing of situation. But when those qualities being compared, the quality has a new attribute, worthy or not worthy.
In a short, it’s relatively different qualities to a different perception, but it’s true or false since it’s worthy or unworthy
Relatively True
And what does relative true mean? it is a different degree of truth or true state, so that relative true cannot jump to falsehood, but it is still within the limits of true.
Relatively true means that it is still within the limits of eligibility, and relatively wrong means less eligible.
So "relatively" itself shows the degree of perfection of our perception of the diversity of qualities
Whereas associating “relatively” with the feasibility then it shows degree of trueness or wrongness.
Even more simpler ...
Relatively is degree of acceptance, degree of nuance. It's the intensity or degree of perfection. How far you can see the world, in any sense of seeing.
While true or false is degree of benefit, profit or loss.
If you can see anything as is but other people may see differently. You saw things clearer than the other. It's just quality of our perception.
Examples for Relatively
It's red, strong red, less red. It's good, less good. It's less true, trueness. It's less wrong, exactly wrong. It's really bad, less bad. Relatively bad.
Relatively True doesn't mean it's False
It's just less true but it's not false
Relatively Bad doesn't mean it's True
It's just less bad but it's not true
Being bad then it's relatively bad. Being good then it's relatively good.
When someone said: it's good for me, but it's relatively different to you. It doesn't mean there are good & bad, but only degree of goodness (less good)
Saying it's good for me but for you it's relatively bad. It has to be considered that there were relatively good & relatively bad.
0 notes