Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Pentingnya Pendidikan Agama Islam dan Penerapannyadalam Kehidupan
Saya RIFATUN MAKHMUDA mahasiswa UIN RADEN FATAH PALEMBANG memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dosen pengampuh ibu Istiqomah M.Pd
Pendidikan agama Islam merupakan pilarfundamental dalam pembentukan karakter dan moral individu. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, pendidikan agama tidak hanyaberfungsi sebagai instrumen untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, tetapi juga berperan penting dalammembentuk identitas, etika, dan nilai-nilai sosial. Di era globalisasi yang serba cepat ini, pendidikan agama Islam menjadi semakin penting dalam menjaga keseimbanganantara kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembanganspiritual. Pentingnya pendidikan agama Islam sebagailandasan moral dan etika yang kuat bagi individu. Dalamajaran Islam, terdapat banyak nilai yang mengajarkantentang kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan kedamaian. Nilai-nilai ini sangat penting dalamkehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan antarindividu maupun dalam konteks masyarakat yang lebihluas. Pendidikan agama membantu individu untukmemahami konsekuensi dari tindakan mereka, sehinggamereka dapat bertindak dengan bijak dan sesuai dengannorma-norma yang berlaku. Pendidikan agama Islam juga berperan dalam pembentukan identitas diri. Di tengah arus globalisasi yang membawa berbagaipengaruh budaya, pemahaman yang mendalam tentangagama dapat membantu individu untuk tetap berpegangpada jati diri mereka sebagai Muslim. Identitas yang kuatakan memberikan rasa percaya diri dan orientasi yang jelas dalam menghadapi tantangan hidup. Dan salah satutujuan utama pendidikan agama Islam adalah untukmencegah perilaku negatif di kalangan generasi muda. Dengan pengetahuan yang baik tentang ajaran Islam, individu diharapkan dapat menjauhi tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, sepertipenyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan tindakankriminal. Pendidikan agama menyediakan panduan yang jelas tentang batasan-batasan dalam perilaku sosial.
Pendidikan agama juga mampu mengembanganketerampilan social melalui pendidikan agama, individutidak hanya belajar tentang ajaran Islam, tetapi juga keterampilan sosial. Kegiatan-kegiatan yang berbasisagama, seperti shalat berjamaah, kegiatan sosial, dan pengajian, mengajarkan pentingnya kerjasama, kepedulian, dan tanggung jawab sosial. Keterampilan inisangat penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan saling menghormati. MembangunKesadaran Spiritual juga berfungsi untuk membangunkesadaran spiritual. Melalui pemahaman yang baiktentang ajaran Islam, individu dapat menemukan maknadan tujuan hidup yang lebih dalam. Kesadaran spiritual ini penting untuk menjaga keseimbangan antarakehidupan dunia dan akhirat, serta untuk mengatasi stresdan tantangan hidup. Pendidikan Agama Islam juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
Seperti di lingkungan keluarga merupakan unit terkecildalam masyarakat yang memiliki peran penting dalampendidikan agama. Orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam praktik ajaran agama. Diskusi tentang nilai-nilai agama di dalam keluarga akan memperkuatpemahaman anak-anak tentang ajaran Islam. Kegiatanibadah bersama, seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an, dapat membangun ikatan spiritual yang kuatantar anggota keluarga. Begitu juga di lingkungansekolah memiliki tanggung jawab besar dalampendidikan agama Islam. Kurikulum pendidikan nasionaldi Indonesia telah memasukkan pendidikan agama sebagai mata pelajaran wajib. Namun, pendidikan agama tidak seharusnya hanya diajarkan sebagai mata pelajaranterpisah. Sebaiknya, pendidikan agama diintegrasikandengan mata pelajaran lain, seperti sejarah dan budaya, agar siswa dapat memahami relevansi ajaran Islam dalamkonteks yang lebih luas.
Metode Pengajaran yang interaktif dan kontekstualsangat penting dalam pendidikan agama. Penggunaanteknologi, seperti media sosial dan aplikasipembelajaran, dapat membantu menarik minat siswauntuk mempelajari agama. Selain itu, pendekatan yang berbasis pada nilai-nilai universal, seperti toleransi dan saling menghormati, harus ditekankan dalam setiapmateri yang diajarkan. Kegiatan ekstrakurikuler Sekolahjuga dapat mengadakan kegiatan yang berbasis agama, seperti diskusi, seminar, dan kegiatan sosial. Kegiatan inidapat memperkaya pengalaman siswa dan memberikanruang bagi mereka untuk mengaplikasikan nilai-nilaiagama dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat harusdiajak untuk berperan aktif dalam kegiatan yang mendukung pendidikan agama, seperti pengajian, seminar, dan kegiatan sosial. Organisasi keagamaandapat berkolaborasi dengan lembaga pendidikan untukmengadakan pelatihan dan workshop yang bertujuanuntuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentangajaran Islam. Bisa juga di terapkan melalui teknologi di era digital saat ini, teknologi dapat dimanfaatkan sebagaialat untuk menyebarluaskan pendidikan agama Islam. Platform online seperti website, aplikasi, dan media sosial dapat digunakan untuk menyampaikan ajaranIslam kepada generasi muda dengan cara yang menarikdan mudah diakses. Dengan memanfaatkan teknologi, pendidikan agama dapat menjangkau lebih banyak orang dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentangajaran Islam. Namun ada juga tantangan dalampendidikan agama Islam meskipun pendidikan agama Islam memiliki banyak manfaat, beberapa tantanganperlu dihadapi untuk mengoptimalkan implementasinyayaitu, kurangnya sumber daya. Banyak sekolah, terutamadi daerah terpencil, menghadapi kekurangan sumberdaya dalam hal fasilitas dan tenaga pengajar yang berkualitas. Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif. Pemerintah dan masyarakatperlu bekerja sama untuk menyediakan sumber dayayang memadai agar pendidikan agama dapat terlaksanadengan baik. Ada juga perbedaan interpretasi yang terdapat beragam aliran dan interpretasi dalam Islam yang kadang dapat menyebabkan perpecahan di kalanganumat. Pendidikan agama harus mampu menyampaikanajaran Islam secara inklusif dan tidak diskriminatif, agar semua pihak merasa terlibat dan mendapatkanpemahaman yang benar.
Pengaruh globalisasi yang kuat dapat mempengaruhi carapandang generasi muda tentang agama. Mereka mungkinlebih terpengaruh oleh budaya asing daripada nilai-nilaiIslam yang telah diajarkan. Oleh karena itu, pendidikanagama harus mampu bersinergi dengan perkembanganzaman, tanpa kehilangan esensi ajaran Islam. Banyak masyarakat yang masih menganggap pendidikan agama sebagai hal yang kurang penting dibandingkanpendidikan umum. Oleh karena itu, perlu ada kampanyeyang meningkatkan kesadaran masyarakat tentangpentingnya pendidikan agama dalam pembentukankarakter dan moral individu.
Referensi
Depdiknas. (2003). Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mulyana, D. (2017). Pendidikan Agama Islam: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (2018). Pendidikan Agama dalam PerspektifTeori Pendidikan. Medan: Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Medan.
Supriyadi, E. (2020). Implementasi Pendidikan Agama Islam di Era Digital. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainuddin, H. (2019). Peran Pendidikan Agama dalamPembentukan Karakter Bangsa. Jakarta: Kencana.
Al-Qur'an dan Terjemahannya. (2018). Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.
Hasan, A. (2021). Etika Pendidikan Agama Islam. Malang: UIN Malang Press.
0 notes
Text
Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Generasi Muda yang Moderat
Saya Muhammad Naufal mahasiswa UIN RADEN FATAH PALEMBANG memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dosen pengampuh ibu Istiqomah M.Pd
Di era kuatnya arus globalisasi, informasi, dan teknologi sangat mudah bagi kita untuk mendapatkan informasi-informasi baru yang akurat, ter-update dan juga akurat. Akan tetapi, dibalik kemudahan dalam memperoleh informasi tersebut terdapat bahaya negatif yang dapat menerpa generasi muda Islam yaitu maraknya penyebaran budaya-budaya asing yang dapat merusak pemikiran umat Islam khususnya di kalangan anak muda. Budaya asing memang tak selamanya buruk, namun dari budaya asinglah banyak masuk pemikiran-pemikiran ekstrim yang tidak sejalan dengan ajaran agama Islam, seperti Radikalisme, Ateisme, dan Ekstremisme.
Disinilah Pendidikan Agama Islam berperan dalam mendidik generasi muda agar tetap menjadi insan yang berjiwa moderat ditengah-tengah perang ideologi yang terjadi saat ini, terutama dalam membentuk sikap moderat yang dapat membawa kedamaian, toleransi, dan dapat merangkul keberagaman dalam budaya dan kehidupan sosial. Sebagaimana yang kita ketahui Indonesia adalah negara multikultural, pendidikan agama Islam yang moderat dapat menjadi solusi dan kunci untuk menumbuhkan sikap saling menghargai dan hidup berdampingan dalam keberagaman baik itu dalam budaya, bahasa, ras, suku dan juga agama.
Peran Pendidikan Agama Islam bukan hanya untuk sekedar ibadat dan muamalat, akan tetapi Islam itu dapat dilihat dari cara kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan usaha yang maksimal dalam pendidikan generasi muda agar menjadi seorang muslim yang moderat, berpikiran maju dan tidak terpaku dengan pemikiran barat, dan juga seimbang antara dunia dan akhiratnya. Sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-Baqarah (2) ayat ke 143 yang artinya “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu bisa menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Q.S. Al-Baqarah;143).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Moderat berasal dari kata “Moderasi” yang berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstreman atau dapat juga diartikan selalu menghindari perilaku atau pengungkapan yang ekstrem, dan cenderung ke arah jalan tengah. Kata ini diambil dari bahasa latin Moderatio yang berarti kesedangan, atau penguasaan diri. Dalam Islam sendiri, Moderat diartikan sebagai titik tengah yang berada dalam rentangan sisi ekstrem kiri dan kanan. Sisi kiri memahami Islam secara ekstrem dan kanan memahami Islam dalam konteks yang sangat lentur, berfokus pada sikap toleransi, keterbukaan, serta pemahaman yang seimbang terhadap ajaran Islam, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasar agama. Islam Moderat mengutamakan pemahaman yang kontekstual, menghargai perbedaan, dan menekankan pentingnya perdamaian serta kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan Agama Islam mengajarkan pemahaman Islam yang holistik, bukan hanya sebatas ritual atau hukum agama. Generasi muda perlu diajarkan tentang pesan universal Islam yang mendorong perdamaian, keadilan, dan toleransi antar umat beragama. seperti, dalam mengajarkan prinsip rahmatan lil-‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), PAI dapat memperkenalkan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kasih sayang, menghormati sesama, dan berbuat baik terhadap lingkungan. Moderasi beragama dalam konteks Islam mengacu pada sikap pertengahan antara ekstremisme dan kemunduran dalam beragama. PAI dapat menanamkan konsep wasathiyah (keseimbangan) yang mengajarkan umat Islam untuk tidak bersikap ghuluw dalam menjalankan agama, namun juga tidak meremehkan ajaran agama (tajfif). Dalam hal ini, PAI bisa menekankan pentingnya bersikap adil, tidak fanatik, dan menghindari radikalisasi.
Pendidikan Agama Islam yang moderat mengajarkan untuk menghargai perbedaan, baik itu perbedaan agama, budaya, maupun pandangan. PAI dapat mengajarkan kisah-kisah nabi yang menunjukkan sikap toleransi terhadap kelompok lain, seperti bagaimana nabi Muhammad SAW menjalin hubungan baik dengan orang-orang non-muslim di Madinah, termasuk dalam hal berbagai ruang publik dan menjaga perdamaian antar kelompok. Untuk mengedepankan generasi muda yang moderat, PAI juga harus mengedepankan pentingnya dialog antar agama. Melalui dialog ini, generasi muda diajarkan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya dan agama. Pendidikan Agama yang mengedepankan dialog bisa menciptakan sikap saling menghormati dan mengurangi potensi konflik yang berasal dari kesalahpahaman antar umat beragama. PAI harus mendorong agar generasi muda berpikir kritis dan tidak menerima begitu saja ajaran yang bisa menyesatkan. Dengan memberikan pengetahuan yang mendalam tentang tafsir dan fiqh yang sahih serta sejarah Islam yang penuh keberagaman, anak muda diajak untuk tidak mudah terpengaruh oleh ideologi ekstrem. PAI perlu membimbing generasi muda untuk memahami konteks ajaran Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang moderat. Di era digital ini, pemanfaatan teknologi dapat memperkaya pembelajaran PAI. PAI bisa menggunakan media sosial, website, dan platform pembelajaran online untuk menyebarkan informasi yang benar tentang moderasi beragama, menghindari informasi yang bias atau ekstrem, dan memfasilitasi diskusi yang konstruktif di kalangan pelajar. Teknologi juga bisa menjadi alat untuk memperkenalkan konsep toleransi dan kesatuan dalam keberagaman melalui video, podcast, atau diskusi daring dengan narasumber yang berkompeten. PAI tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengalami langsung ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melalui kegiatan sosial, seperti membantu sesama tanpa memandang agama atau etnis, atau menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran dan niat yang baik. Pengalaman-pengalaman ini dapat membentuk generasi muda yang lebih empatik, inklusif, dan moderat.
Pendidikan Agama Islam juga harus seiring dengan penguatan pendidikan karakter yang menekankan pada akhlak mulia, seperti kejujuran, kerja sama, menghargai perbedaan, dan berempati. Generasi muda yang dibentuk dengan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai agama akan lebih mudah menerima perbedaan dan menjalani kehidupan dengan sikap yang moderat dan penuh toleransi. Dalam hal ini PAI juga berperan penting dalam memberikan pemahaman tentang bahaya radikalisasi yang bisa merusak tatanan sosial. Melalui kajian-kajian tentang agama yang sesat dan ekstrem, generasi muda diingatkan tentang pentingnya menjaga keberagaman dan tidak mudah terpengaruh oleh ideologi yang mengarah pada kekerasan dan intoleransi. Pendidikan Agama Islam dalam konteks kebangsaan juga penting untuk menciptakan generasi yang menghargai ideologi negara, seperti Pancasila di Indonesia. Dalam hal ini, PAI dapat mengajarkan bahwa Islam mengajarkan untuk mencintai tanah air, menghormati konstitusi, dan menjaga persatuan di tengah keberagaman, sehingga generasi muda dapat berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara moderat.
Konsep Islam wasathiyyah sangat penting untuk masuk dan menjadi bagian dari mata pelajaran keislaman di lingkungan satuan pendidikan Islam. Sebagaimana hasil studi dari Masnur Alam, bahwa melalui penerapan konsep pendidikan Islam wasathiyyah masyarakat Muslim dapat meningkatkan wawasan dan kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai Islam yang humanis. Misalnya, bagaimana memaknai konsep jihad sebagai kerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan, menerima pluralisme, inklusivitas, toleransi dan tindakan yang rasional. Jihad bukan lagi dipandang seabgai “perang”, tetapi lebih sebuah upaya sungguh-sungguh atau bekerja keras dalam menghidupi keluarga, dan berjuang dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki masyarakat. Menjadikan diri inklusif, menerima agama lain, tidak merendahkan kelompok lain, transformasi, kepercayaan, rasa hormat, cinta, serta penerimaan dan penghargaan terhadap pluralisme.
Agar konsep Islam wasathiyyah/moderat ini tidak berhenti pada level wacana, maka menurut Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, diperlukan upaya pembudayaan dengan menginternalisasikan nilai-nilai Islam moderat di lingkungan pendidikan. Prinsip-prinsip hidup toleran, adil, anti kekerasan,, inklusif, egaliter, mengedepankan proses dialog dalam menyikapi setiap permasalahan menjadi sangat penting untuk ditanamkan kepada peserta didik. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pembiasaan. Mengingat peserta praktikum pembelajaran di dalam kelas tidak selamanya mampu memberikan pengalaman multikulturalisme yang komprehensif kepada peserta didik.
Jadi kesimpulannya Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi generasi muda Islam, karna dengan Pendidikan Agama Islam akan menjadi landasan atau pondasi bagi keimanan generasi muda agar dapat membentengi diri dari paham-paham yang menyimpang dan juga sikap-sikap yang tidak terpuji seperti intoleran, radikalisme dan ekstremesme, mengingat negara Indonesia adalah negara yang multikultural, kita menjunjung tinggi sikap toleran, respek terhadap golongan lain. Dan juga agar generasi penerus di Indonesia menjadi muslim yang moderat.
Referensi
Al-Qur’an, surah Al-Baqarah (2:143)
Huda, M. (2021). Peran Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Moderat pada Generasi Muda. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 6(1), 78-92.
Nugroho, Y. (2019). Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 7(3), 210-225.
Rahman, M. (2023). Integrasi Moderasi Beragama dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Journal of Islamic Studies and Education, 8(4), 301-315.
Suryani, D. (2022). Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Sikap Moderat di Kalangan Remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Agama, 14(2), 145-160.
Azzam, A. (2020). Moderasi Beragama dalam Pendidikan Agama Islam: Strategi dan Implementasi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 123-145.
Masnur Alam. “A Collaborative Action in the Implementation of Moderate Islamic Education to Counter Radicalism,” international Journal of innovation, Creativity and Change 11, no. 7 (2020): 497-516.
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani,”Culture of Religious Moderation Through the Actualization of Islamic Education Wasathiyyah to Improve Religious Reconnection and Tolerance in Indonesia” in international Seminar on Health, Social and Humanities (Atlantis Press, 2020), 528-536.
2 notes
·
View notes