Perihal siapa aku, itu sungguh tidak terlalu penting. Bukankah kita, dalam kesia-siaan, selalu berusaha mengais hikmah juga cinta?
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
4 Hormon Kebahagiaan
4 Hormon yang menentukan kebahagiaan manusia.
1. Endorfin,
2. Dopamin,
3. Serotonin, dan
4. Oksitosin.
Penting bagi kita untuk memahami hormon-hormon ini, kita membutuhkan keempatnya untuk tetap bahagia.
Endorfin.
Ketika kita berolahraga, tubuh melepaskan Endorfin.
Endorphin membantu tubuh mengatasi rasa sakit. Kami menikmati berolahraga karena Endorfin ini akan membuat kami bahagia.
Tertawa adalah cara lain yang baik untuk menghasilkan Endorfin.
Kita perlu 30 menit berolahraga setiap hari, baca atau menonton hal-hal lucu untuk mendapatkan dosis Endorfin hari kita.
Dopamin.
Dalam perjalanan hidup kita, kita menyelesaikan banyak tugas kecil dan besar, melepaskan berbagai tingkat Dopamin.
Ketika kita dihargai untuk pekerjaan kita di kantor atau di rumah, kita merasa puas dan baik, karena itu melepaskan Dopamin.
Ini juga menjelaskan mengapa sebagian besar ibu rumah tangga tidak bahagia karena mereka jarang diakui atau dihargai atas pekerjaan mereka.
Sekali, kita gabung kerja, kita beli mobil, rumah, gadget terbaru, rumah baru dan sebagainya. Dalam setiap contoh, ia melepaskan Dopamin dan kami menjadi bahagia.
Sekarang, apakah kita menyadari mengapa kita menjadi bahagia saat berbelanja?
Hormon ketiga Serotonin dilepaskan ketika kita bertindak dengan cara yang bermanfaat bagi orang lain.
Ketika kita melampaui diri kita sendiri dan memberi kembali kepada orang lain atau kepada alam atau kepada masyarakat, itu melepaskan Serotonin.
Bahkan, memberikan informasi yang bermanfaat di internet seperti menulis blog informasi, menjawab pertanyaan orang di grup Facebook akan menghasilkan Serotonin.
Itu karena kita akan menggunakan waktu kita yang berharga untuk membantu orang lain melalui jawaban atau artikel kita.
Hormon terakhir adalah Oksitosin,
dilepaskan ketika
kita menjadi dekat dengan manusia lain.
Ketika kita memeluk teman atau keluarga kita, Oxytocin dilepaskan.
Demikian pula, ketika kita berjabat tangan atau merangkul bahu seseorang, berbagai jumlah oksitosin dilepaskan.
Jadi, sederhana saja, kita harus berolahraga setiap hari untuk mendapatkan Endorfin,
kita harus mencapai tujuan kecil dan mendapatkan Dopamin,
kita harus bersikap baik kepada orang lain untuk mendapatkan Serotonin dan akhirnya
peluk anak-anak kita,
teman, dan keluarga untuk mendapatkan Oxytocin dan kami akan senang.
Ketika kita bahagia, kita bisa menghadapi tantangan dan masalah kita dengan lebih baik.
Sekarang, kita dapat memahami mengapa kita perlu memeluk seorang anak yang memiliki suasana hati yang buruk.
Jadi untuk buat anak Anda semakin bahagia hari demi hari ...
1. Motivasi dia untuk bermain di tanah
-Endorfin
2. Hargai anak Anda atas pencapaian kecilnya yang besar
-Dopamin
3. Menanamkan kebiasaan berbagi melalui Anda kepada anak Anda
-Serotonin
4. Peluk anak Anda
-Oxytocin
Memiliki Hidup yang sangat Bahagia
` Selamat Petang...! ๐
2K notes
ยท
View notes
Text
Suatu kali aku bertanya kepada diriku sendiri. Bertanya tentang hidup, tentang bersabar, juga tentang menentang dan melawan. Tapi, aku yang lain masih saja bergeming, diam. Ada yang harus aku pikirkan ulang, ada yang harus menjadi bahan permenungan.
2 notes
ยท
View notes
Photo

. . . . . kalau idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda, lalu idealisme macam apa yang membuat pemuda macam orang ini bisa kembali tidur padahal mendengar azan subuh . . . . . . https://www.instagram.com/p/B14GoTWB87u/?igshid=nx0kq5wz5wi4
1 note
ยท
View note
Photo

. . . . Pada suatu malam kita bersua di gamang harap. Perihal darah daging yang kita besarkan dengan sarat. Aku tidak lagi kukuh menentang dunia. Bagaimana jika kita ajarkan perihal sabar dan syukur saja. . . . . https://www.instagram.com/p/B1swXuoBS83/?igshid=1nfsp2nc0fpob
0 notes
Text
Benar apa kata beliau, kita perlu banyak baca agar terhindar dari banyak komentar.
0 notes
Quote
Panggilan dari gunung, turun ke lembah-lembah. Mengapa nadamu murung? Langkah kaki gelisah.ย Matamu separuh katup lihat kolam seperti danau. Kau bawa persoalan cerita duka melulu.
Panggilan dari Gurung, Iwan Fals
0 notes
Photo

Akhirnya, sambil menghela napas, buku pesanan saya dari Harbolnas Gramedia(dot)com sampai juga, walau masih ada tiga buku lagi yang belum sampai. . Saya benar-benar penasaran dengan Ziggy Zgiksufuwgiwiegaugw (maaf kalau saya salah eja, terlalu rumit menuliskan nama lengkap penulis ini). Semua Ikan di Laut, novelnya, menjadi PEMENANG PERTAMA sayembara DKJ 2016. Menariknya, tidak ada pemenang kedua dan ketiga. Hanya ada pemenang unggulan. . Gilanya lagi, juri bilang bahwa terdapat perbedaan mutu yang tajam dengan naskah-naskah lainnya. Sadis betul. (Lihat gambar 2). Dan, juri memuji novel ini dengan "ditulis dengan keterampilan bahasa yang berada di atas rata-rata para peserta lainnya." Akan saya buktikan nanti. Apa iya sebegitu terampil bahasanya atau jangan-jangan memang semua jelek dan ini yang paling mending? . 24 Jam Bersama Gaspar yang ditulis Sabda Armandio memang JANCUK. Dan, novel ini, salah satunya, yang hanya menjadi PEMENANG UNGGULAN. Mungkin memang tidak arif jika membandingkan kedua novel ini. Tapi, apa iya Gaspar yang jancuk ini tidak ditulis dengan bahasa yang tidak, atau kurang bisa dikatakan, terampil dibandingkan Semua Ikan di Langit. (Menyitir apa kata Anggun di ikan Panther, "Buktikan Sendiri") #pengangguranbacabuku #katanyaliburan #semuaikandilangit #24jambersamagaspar #sayembaradkj
1 note
ยท
View note
Text
Yahudi dalam Lintasan Peradaban Islam

(Republika, 21-12-2017)
Dr Alwi Alatas Sejarawan, Direktur PRISTAC- Pesantren at-Taqwa Depok Selama berabad-abad, orang- orang Yahudi berada dalam keadaan lemah dan tertindas, khususnya saat mengalami diaspora ke berbagai negeri. Namun, sejak muncul dan tersebarnya Islam, orang-orang Yahudi menerima toleransi yang sangat besar dan hidup dalam keadaan aman di bawah pemerintahan Muslim. Setelah posisi mereka semakin kuat dalam satu dua abad terakhir, kaum Yahudi justru melakukan pendudukan dan penindasan terhadap masyarakat yang tak pernah sekali pun melakukan kekejaman ? semacam pogrom atau holocaust-- terhadap mereka. Ironi sejarah itu terpampang telanjang di Yerusalem dan bumi Palestina, dulu dan hari ini. Dulu, orang-orang Yahudi menetap dan membentuk pemerintahan di Yerusalem serta kawasan sekitarnya. Namun kemudian negeri itu dikuasai bangsa- bangsa lain dan orang-orang Yahudi berkali-kali terusir dari Yerusalem. Setengah milenium sebelum munculnya Islam, mereka kembali terusir setelah terjadinya perlawanan yang gagal terhadap pendudukan Romawi di kawasan itu. Mereka hanya sempat kembali ke sana untuk periode yang singkat, ketika Persia mengalahkan Romawi dan selama beberapa tahun lamanya dapat menguasai wilayah Baitul Maqdis yang ketika itu dikenal dengan sebutan Aelia. Saat Yerusalem jatuh ke tangan kaum Muslimin pada tahun 638 Masehi, Khalifah Umar bin Khatab radhiyllahu `anhu datang secara langsung untuk menerima penyerahan kota itu dari pimpinan gereja Yerusalem, Sophronius. Ia membersihkan bagian al-Aqsa yang sebelumnya sengaja ditumpuki sampah oleh penduduk Kristen sebagai penghinaan terhadap orang-orang Yahudi. Selain itu, ia juga membuat piagam jaminan keamanan (al-`Uhda al- `Umariya) bagi orang-orang Kristen, dan Yahudi, yang ada di negeri itu dalam menjalani kehidupan serta ritual keagamaan masing-masing. Bukan hanya Yahudi, orang-orang Kristen dari kelompok non-Ortodoks yang merasa terpinggirkan secara keagamaan di bawah pemerintahan Bizantium juga merasa lega dengan masuknya Islam ke kawasan itu. Maher Abu Mansur menulis tentang ini di dalam bukunya Islamic Jerusalem and Its Christians: Khalifah Umar membebaskan orang-orang Kristen dari dominasi dan persekusi pemerintah Byzantium dan membolehkan orang- orang Yahudi untuk kembali ke kota itu setelah terusir selama hampir lima ratus tahun. Masyarakat Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang hidup di bawah pemerintahan Islam memang mendapat perlindungan dan jaminan keamanan. Mereka tidak boleh diganggu dan berhak mendapatkan keadilan selaiknya kaum Muslimin selama mereka memenuhi kewajiban mereka dalam membayar jizyah(pajak bagi warga non-Muslim). Amanah ini dijalankan oleh para khalifah di sepanjang sejarah peradaban Islam. Umar bin Khattab sendiri, sekadar contoh, pernah melihat seorang pengemis Yahudi yang sudah berusia tua dan buta matanya. Setelah tahu orang tua Yahudi itu terpaksa meminta-minta demi membayar jizyah, Umar membawanya ke rumah dan diberinya uang. Kemudian Umar mengirim orang tua itu ke Baitul Mal dengan membawa pesan agar ia dan warga non-Muslim lain yang sepertinya dibebaskan dari membayar jizyah. Kita berlaku tak adil terhadapnya, pesan Umar, Karena mengambil jizyah darinya saat ia masih muda dan mengabaikannya saat ia sudah tua. Yahudi di Andalusia Pada masa-masa berikutnya, orang- orang Yahudi memandang kaum Muslimin sebagai pembebas yang menolong mereka dari penindasan yang sering mereka alami di banyak negeri. Di Andalusia, orang-orang Yahudi dengan senang hati menyambut dan membantu kedatangan para penakluk Muslim yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair. Mereka yang selama ini sering mengalami persekusi dari penguasa Katolik di negeri itu kini membantu membukakan beberapa pintu kota dari dalam. Setelah itu mereka, sebagaimana juga warga Kristen, menerima jaminan keamanan dan toleransi di bawah pemerintahan Muslim Andalusia. Maka semakin banyak orang Yahudi yang berdatangan dari Afrika Utara ke wilayah ini. Ana Ruiz menjelaskan tentang kehidu- pan orang-orang Yahudi pada era keemasan Andalusia di dalam buku Vibrant Andalusia:Di bawah pemerintahan Muslim, mereka untuk pertama kalinya diberi kesempatan untuk berkembang. Orang- orang Yahudi Spanyol menjadi sangat makmur, memberi kontribusi tak hanya secara kultural, tetapi juga secara ekonomi, perdagangan, dan ilmu pengetahuan. Mereka merasakan toleransi, keamanan, kebebasan, dan peluang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di dalam administrasi dan pemerintahan Andalusia. Memiliki naluri bisnis yang jeli, banyak yang menjalankan toko-toko retail kecil serta unggul sebagai ahli keuangan atau sebagai pemberi pinjaman uang. Pada satu waktu, keluarga-keluarga Ya hudi mengendalikan perdagangan maritim. Mereka menjadi importir dan eks portir utama untuk tekstil, kulit, sutera, rempah, buah-buahan, dan gandum di Andalusia. Banyak orang Yahudi yang bekerja sebagai penjahit, penyamak, tukang sepatu, dan tukang emas. Di antara ilmuwan Yahudi kelahiran Andalusia yang terkenal adalah Musa ibn Maimun atau Maimonides (1135-1204). Ia seorang Rabi Yahudi sekaligus filsuf dan dokter. Ilmuwan yang dikenal sebagai Musa Kedua ini barangkali -- meminjam kata-kata J.J. Saunders di dalam A History of Medieval Islam-- merupakan pemikir Yahudi yang paling tajam sebelum Spinoza. Ia antara lain berguru kepada Ibn Rusyd (1126-1198), dan tulisan- tulisannya kemudian juga beredar di kalangan Muslim dan Kristen, di samping kalangan Yahudi sendiri. Kondisi perang di Andalusia kemudian menimbulkan sikap curiga dan hilangnya rasa aman serta toleransi di antara penganut agama di negeri itu. Maimonides dan keluarganya meninggalkan Andalusia dan akhirnya menetap di Kairo, Mesir, menjelang masuknya Shalahuddin al-Ayyubi (1137-1192) ke negeri itu. Tak lama setelah Shalahuddin memimpin Mesir pada awal 1170-an, filsuf Yahudi ini menjadi dokter pribadi istana. Ia tinggal di Mesir hingga akhir hayatnya. Keamanan dan toleransi yang mulai meredup di Andalusia kini diperoleh gantinya di Mesir, di wilayah kekuasaan Shalahuddin. Shalahuddin al-Ayyubi sendiri setelah itu muncul sebagai pahlawan pembebas Yerusalem dari cengkeraman ten tara salib. Saat merebut kembali kota itu pada tahun 1187, Shalahuddin sama sekali tidak membalas dengan membunuhi orang- orang Kristen Eropa yang mempertahankan Yerusalem. Padahal, hampir sembilan dekade sebelumnya, tahun 1099, Pasukan Salib berpesta darah saat merebut Kota Suci itu dari tangan kaum Muslimin. Bukan hanya puluhan ribu Muslim yang menjadi korbannya, penduduk Yahudi di Yerusalem juga merasakan kekejaman tentara salib. Orang-orang Yahudi berkumpul di sinagog, tulis Ibn al-Qalanisi dalam Kronik Damaskusnya tentang peristiwa itu, dan orang-orang Frank [pasukan salib] membakar habis mereka semua. Malah jauh sebelum Pasukan Salib tiba di negeri Muslim, di awal rencana keberangkatannya, mereka sempat menjarah dan membunuh orang- orang Yahudi di Jerman. Sikap penyayang dan rasa toleransi Shalahuddin bukan hanya memberi kebanggaan bagi kaum Muslimin, melainkan juga rasa hormat yang tinggi dari lawan-lawan Kristennya. Begitu pula, orang-orang Yahudi, mereka bisa kembali menetap di Yerusalem saat kota itu dikuasai oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Shalahuddin bukan satu-satunya pemim pin Muslim pada era Perang Salib yang membuka pintu terhadap imigran Yahudi. Pada tahun 1144, ketika Ima dud- din Zanki (w. 1146) berhasil mere but kembali kota Edessa dari tangan tentara salib, tiga ratus keluarga Yahudi didatangkan untuk menyeimbangkan populasi kota itu. Hal ini tampaknya disebabkan Muslim dan orang-orang Yahudi pada masa itu sama-sama berada di posisi yang berhadapan dengan para pendatang Kristen dari Eropa Barat. Atau seperti yang ditulis S. Runciman dalam A His tory of the Crusades 2, karena orang-orang Yahudi diketahui sangat siap untuk men- dukung Muslim dalam menghadapi orang-orang Kristen dari Eropa. Jika di Syam dan Mesir kaum Muslimin berhasil mereduksi pengaruh tentara salib, keadaannya sangat berbeda dengan Andalusia yang secara gradual terus mengalami kemerosotan. Wilayahnya terus menyusut lewat proses penakluk an kembali yang dilakukan oleh orang- orang Kristen dari utara Spanyol. Dan ketika benteng terakhir mereka jatuh pada tahun 1492, kaum Muslimin dan orang- orang Yahudi sama-sama harus menghadapi pengusiran atau konversi paksa. Yahudi di Turki Utsmani Dalam keadaan yang sulit ini, banyak orang Yahudi yang melakukan migrasi ke Turki Utsmani atau negeri-negeri Muslim lainnya. Turki Utsmani ketika itu menjadi tempat yang aman bagi para pendatang Yahudi, dan tentu saja bagi para pendatang Muslim. Pihak Utsmani sendiri kadang secara aktif menolong pemindahan orang- orang Yahudi yang tertindas ini atau mendorong mereka untuk datang dan menetap di wilayah Utsmani. Bukan hanya bagi mereka yang terusir dari Andalusia, Turki Utsmani juga menampung pelarian Yahudi dari Prancis, Hungaria, dan Sisilia pada abad ke-14 dan awal abad ke-15. Tak lama setelah berhasil merebut kota Konstantinopel, Muhammad al-Fatih mengajak, antara lain orang-orang Yahudi untuk menetap di kota yang kini bernama Istanbul itu. Hal ini antara lain karena keperluan mendesak untuk segera me nambah kembali populasi kota ini setelah meng alami penurunan pada masa-masa sebelumnya. Seorang Rabi Yahudi asal Prancis, Isaac Zarfati, termasuk yang pindah ke wilayah Utsmani dan mengajak rekan-rekan Yahudinya untuk melakukan hal yang sama. Baginya hidup di negeri Muslim seperti Turki Utsmani lebih baik dibandingkan di Eropa yang Kristen. Itu adalah negeri di mana setiap orang tinggal dengan damai di bawah pohon Ara miliknya dan mereka diizinkan untuk mengenakan pakaian-pakaian yang paling berharga. Seolah membuat satu ramalan, sebagaimana dikutip dari buku The Jews of Islamkarya Bernard Lewis, Zarfati juga menulis, Jalan menuju Tanah Suci terbentang di hadapanmu melalui Turki. Seiring dengan berjalannya waktu, Turki Utsmani dan dunia Islam mengalami kemunduran pada abad ke-19, sementara masyarakat Yahudi menjadi kuat dan sangat berpengaruh di Eropa. Orang- orang Yahudi mendirikan organisasi Zionis pada akhir abad itu dan merencanakan pendirian negara Yahudi di Palestina. Lalu Turki kalah di Perang Dunia I, Palestina diambil alih Inggris dari Turki Utsmani dan dijadikan National Home bagi bangsa Yahudi, hingga akhirnya berdiri negara apartheid Israel di Tanah Palestina pada 1948. Selebihnya adalah sejarah pilu, ditambah dengan darah dan air mata orang tua dan anak-anak Palestina yang tak bersalah. Mungkin benar apa yang dikatakan Ibnu Khaldun di dalam Muqaddimahnya saat memberi contoh tentang bangsa yang sekian lama hidup di bawah penindasan dan kezaliman. Mereka tidak punya kendali atas urusannya dan tak mampu menjamin keamanannya sendiri. Seseorang dapat melihat pada orang-orang Yahudi dan karakter buruk yang telah mereka raih, tulis Ibn Khaldun, sehingga mereka di gambarkan di setiap daerah dan periode, sebagai pengidap sifat khurj... yang bermakna `ketidaktulusan dan tipu daya.' Sifat inilah yang sebenarnya sedang diukir pada hari ini di Yerusalem oleh Zionis Yahudi dan sekutu-sekutunya. Entah sampai kapan!
1 note
ยท
View note
Text
Kisah Yahudi di Turki Utsmani

(Republika, 21-12-2017)
Dr Adian Husaini
(Peneliti INSISTS) Bangsa Yahudi memang unik. Bangsa mungil ini begitu banyak dipaparkan sejarah, sifat, dan perilakun- ya dalam Alquran. Bangsa ini diselamatkan oleh Nabi Musa a.s. dari pembantaian Firaun. Tapi, hanya dalam tempo 40 hari, mereka sudah mengkhianati Nabi Musa, dengan menyembah patung anak sapi. Alquran surah al-Baqarah berkisah tentang sifat dan perilaku Yahudi yang bandel, ngeyel dan banyak bertanya untuk tidak menaati perintah Allah SWT. Belum lagi sifat serakahnya kepada dunia (QS 2:96); sifat rasisnya karena merasa sebagai satu-satunya kekasih Tuhan (QS 62:6), dan berbagai sifat lain yang digambarkan dalam Alquran. Sampai-sampai Nabi Musa a.s. bersedih hati dengan kelakuan kaumnya. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Wahai kaumku, mengapa kalian menyakiti aku, sedangkan kalian tahu bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian!' Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang jahat (fasik). (QS 61:5). Untuk lebih mempertajam pemahaman terhadap sifat bangsa Yahudi, menarik untuk mengkaji sepenggal sejarah perjalanan mereka di Turki Utsmani. Ratusan tahun, Turki Utsmani menjadi surga bagi orang-orang Yahudi. Tapi, kemudian kaum Yahudi pula yang menikam Turki Utsmani dari dalam. Sebelumnya, selama hampir 800 tahun, Yahudi menikmati zaman keemasan di wilayah Muslim Andalusia. Kejayaan Yahudi di bawah Islam ditulis banyak penulis Yahudi dan Kristen. Karen Armstrong, dalam bukunya, A History of Jerusalem: One City, Three Faiths(London: Harper Collins Publishers, 1997), menulis Under Islam, the Jews had enjoyed a golden age in al-Andalus. Prof SD Goitein, seorang profesor Yahudi, mengakui bahwa bahasa Ibrani, pemikiran, hukum, dan filsafat Yahudi, di susun berdasarkan pengaruh Arab Muslim. There, under Arab-Muslim influ- ence, Jewish thought and philosophy, and even Jewish law and religious practice were systematized and finally formulated. Even the Hebrew language developed its grammar and vocabulary on the model of the Arab language. (S.D. Goitein, Jews and Arabs, Their Contacts through the Ages(New York: Schocken Books, 1974). Pada saat yang sama, kaum Yahudi menjadi target penindasan kaum Kristen di Eropa. Sebab, secara kolektif Yahudi dianggap bertanggung jawab terhadap penyaliban Jesus. Dan seluruh rakyat itu menjawab, 'Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami'. (Matius, 27:25). Yahudi juga diidentikkan dengan kekuatan jahat. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. (Yohanes, 8:44). Sikap tokoh-tokoh Gereja berikutnya, merupakan penjabaran dari New Testement ini. Selama ratusan tahun, kaum Yahudi menjadi korban persekusi kaum di Eropa. Misal, pada 17 Juli 1555, hanya dua bulan setelah pengangkatannya, Paus Paulus IV mengeluarkan dokumen (Papal Bull) bernama Cumnimis absurdum, yang menekankan, para pembunuh Kristus, yaitu kaum Yahudi, pada hakikatnya adalah budak dan seharusnya diperlakukan sebagai budak. (Lihat, Encyclopaedia Judaica, Vol. 2; Peter de Rosa, Vicars of Christ: The dark Side of the Papacy, (London: Bantam Press, 1991). Pujian dan tikaman Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II (1876-1909), organisasi Yahudi The Central Committee of the Alliance Israelite Universelle in Paris mengirimkan ucapan selamat kepada Sultan Abdulhamid II. Begini isi suratnya, Pada musim semi tahun 1492, kaum Yahudi yang diusir dari Spanyol menemukan perlindungan di Turki. Sementara mereka ditindas di belahan dunia lainnya, mereka tidak pernah berhenti menikmati perlindungan di negeri-negeri leluhur Tuan yang jaya. Mereka mengizinkan Yahudi hidup dalam keamanan, untuk bekerja dan untuk membangun ... The Alliance Israelite Universelle bersama dengan Yahudi Turki; dan seluruh pemeluk agama lain dari semua negeri, bergabung dengan kami untuk merayakan ulang tahun ke- 400 bertempatnya Yahudi di Turki. (Lihat, Avigdor Levy, Introduc tion, dalam Avigdor Levy (ed.), The Jews of The Ottoman Empire(Princeton: The Darwin Press, 1994). Selama ratusan tahun, Yahudi menikmati kehidupan harmonis di Turki Utsmani. Bahkan, mereka diberikan jabatan chief-rabbi (semacam mufti Yahudi). Mereka menduduki jabatan-jabatan di pemerintahan dan parlemen. Tetapi, pujian Yahudi itu tak berlangsung lama. Sultan Abdul Hamid II yang gigih menentang Zionisme kemudian justru menjadi target utama cacian dan pendongkelan Yahudi Zionis. Mulanya, gerakan Zionis berharap mendapatkan wilayah Palestina secara sukarela dari penguasa Utsmani, yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II. Seusai menerbitkan bukunya, Der Judenstaat, dan memimpin Kongres Zionis, 1897, Herzl ke Istanbul menemui Perdana Menteri Utsmani dan mempresentasikan rencana pendirian Palestina sebagai tanah air kaum Yahudi. Ia menawarkan bantuan untuk melunasi utang negara Utsmani. Herzl juga melobi Kaisar Austria Wilhelm II yang berhubungan baik dengan Sultan Abdul Hamid II. Kaisar Austria setuju dengan gagasan Herzl dan merekomendasikan rencana Herzl kepada Sultan. Namun, Sultan Abdul Hamid menolak rencana Herzl. Ia menulis surat yang sangat tajam isinya kepada Herzl. Saya tidak dapat menjual walau sejengkal pun dari tanah Palestina, karena ini bukan milikku, tapi milik rakyatku. (I can not sell even a foot step of land, for it does not belong to me but to my people). (Stanford J. Shaw, The Jews of the Ottoman Empire and the Turkish Republic(Houndmilld:MacMillan Academic and Professional Ltd, 1991). Sikap tegas Sultan Abdul Hamid terhadap program Zionis dilihat sebagai peng halang utama ambisi untuk mendirikan negara Israel. Adalah menarik cara kerja kaum Yahudi Zionis dalam menumbangkan Sultan dan mendirikan negara Yahudi. Metode yang mereka gunakan adalah semacam smart rebellion dan berpola klendestin. Sultan mulai diposisikan sebagai bagian dari masa lalu, dengan jargon-jargon kebebasan, freedom, liberation, dan sebagainya. Mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai Hamidian Absolutism, dan sebagainya. Gerakan Zionis di Turki Utsmani mencapai sukses yang sangat signifikan menyusul pencopotan Sultan pada April 1909. Di antara empat perwakilan National Assembly yang menyerahkan surat pencopotan Sultan itu adalah Emmanuel Carasso (Yahudi) dan Aram (Armenia). (Lihat, Mehmed Maksudoglu, Osmanli History 1289- 1922, Kuala Lumpur: IIUM, 1999). Sejak 1908, kekuasaan di Turki praktis berada di tangan Committe and Union Progress (CUP), organisasi yang dibentuk oleh Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement). CUP memiliki hubungan dekat dengan para aktivis Zionis, dan tidak terlalu peduli dengan gerakan pemberontakan dan separatisme yang dilakukan Zionis. Smart rebellion Kiprah gerakan Zionis Yahudi di Turki Utsmani dapat dikatakan sebagai suatu bentuk smart rebellion, yang berbeda dengan gerakan-gerkan separatis minoritas lainnya, seperti Armenia. Smart rebellion tidak mengandalkan pada kekuatan senjata dan fisik, tetapi lebih mengandalkan gerakan bawah tanah (clandes- tine). Mereka menyelubungi gerakan Zionis dengan aktivitas berbentuk sosial, ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan. Tahun 1899, dua tahun setelah Kongres Zionis per tama, beberapa Yahudi di Salonika mendirikan satu asosiasi yang dikenal dengan nama Kadimah. Kadimah bukan sekadar perkumpulan agama. Kelompok ini bahkan tidak disukai oleh Kepala Rabbi Salonika, sebab ang gota-anggotanya tidak tampak melaku kan aktivitas keagamaan sebagaimana layaknya. Esther Benbassa menyebut Kadimah sebagai gerakan bawah tanah kelompok Zionis. (Esther Benbassa, Associational Strategies in Ottoman Jewish Society in the Nineteenth and Twentieth Centuries, in Avigdor Levy (ed.), The Jews of the Ottoman Empire Princeton: The Darwin Press, 1994]. Menyusul Revolusi 1908, CUP mendukung elemen-elemen nasionalis Turki. Sampai pada tahap ini Yahudi menempati posisi penting dalam gerakan Turki Muda atau CUP. Di antara semua kelompok minoritas Turki Utsmani, hanya Yahudi yang menempatkan tokoh-tokohnya pada jajaran pimpinan CUP, seperti Emmanuel Carasso (Karasu) dan Moise Cohen Tekinalp. Semua wakil Yahudi di parlemen pada tahun 1908-1918 adalah anggota CUP. Jadi, CUP adalah penguasa Turki yang sebenarnya setelah Revolusi 1908. Dasar-dasar pendirian gerakan Zionis di Turki Utsmani mengambil saat-saat ini. Gerakan ini dimulai dengan pendirian cabang dari World Zionist Organization di Istambul tahun 1908, di bawah selubung institusi perbankan, The Anglo Levantine Banking Company. Strategi dan taktik gerakan Zionis tampak cerdik. Walaupun menempati posisi-posisi penting di CUP dan parlemen Utsmani, mereka sama sekali tidak mengajukan usulan untuk memisahkan diri dari Utsmani, sebagaimana gerakan minoritas lainnya. Mereka menyokong apa yang dipromosikan oleh CUP, yaitu Turkish nationalism. Seorang penulis Turki, Enver Ziya Karal, mencatat tentang Sultan Abdul Hamid II, Inti segala masalah bagi Sultan adalah Islam, yang merupakan satu-satunya ikatan kuat yang menyambung umat Islam satu sama lain di dalam kekuasaan Utsmani. Sultan Abdul Hamid II memandang, kebebasan yang digalakkan oleh Turki Muda adalah suatu senjata penghancur bagi Turki Utsmani. Ia menuturkan dalam kata-katanya, Memberikan kebebasan sama halnya memberikan senjata kepada seseorang yang tidak tahu bagaimana menggunakannya. Dengan senjata tersebut, orang itu bisa saja membunuh ayahnya, ibunya, bahkan dirinya sendiri. (Mehmed Maksudoglu, Osmanli History, hlm. 234). Sebaliknya, bagi para pemimpin CUP, Barat adalah segala-galanya. Dalam kata- kata Abdullah Cevdet, seorang pendiri CUP, Hanya ada satu peradaban, dan itu adalah peradaban Eropa. Karenanya, kita harus meminjam dari peradaban Barat, baik mawarnya maupun durinya. Abdullah Cevdet juda dikenal sebagai simpatisan Judaisme dan gerakan Zionis. (Lihat, Ilber Ortayli, Ottomanism and Zionism During the Second Constituional Period, dalam Avigdor Levy (ed.), The Jews...hlm. 534). Dengan mencermati secara serius 'Worldview' (Weltanschaung) para tokoh Turki Muda atau CUP antara 1889-1902, Hanioglu sampai pada kesimpulan bahwa ideologi negara Turki modern memang dibangun di atas dasar materialis-positivis dan nasionalisme. Dengan ideologi seperti itu, dan cara pandang yang terBaratkan (westernized), tentu tidak mengherankan Turki Muda bersikap netral terhadap Zionisme, dan membiarkan Palestina dicaplok oleh Yahudi Zionis. Hikmahnya, sebuah imperium besar seperti Turki Utsmani bisa digulung dari dalam, melalui sebuah gerakan pemikiran. Saat generasi tua gagal disekulerkan, maka mereka siapkan Generasi Muda yang sudah tersekulerkan. Generasi inilah yang akhirnya tampil dalam berbagai lini kepemimpinan masyarakat dan negara. Maka ingatlah peringatan Nabi saw, 'Sungguh kalian akan mengikuti sunah- sunah orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta; bahkan jika mereka masuk ke lubang biawak, kalian pun mengikutinya.'
Kami (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nashrani?' Beliau menjawab, 'Maka siapa lagi?' (HR Muslim). Jadi, jangan sampai berteriak melawan Yahudi, tapi pola pikir, kurikulum, dan pendidikan kita mengikuti sunah Yahudi yang materialis sekularis dan secara sengaja menyingkirkan, bahkan merusak wahyu Allah SWT. Na'udzubillahi min-dzalika.
2 notes
ยท
View notes
Quote
Doaku setelah tasyrik: semoga berat badan tidak naik signifikan.
4-9-17
0 notes
Text
Perihal Nama-namaan
Perihal nama-namaan ini memang agak ribet-jelimet. Dari SD sampai SMA, saya suka pelajaran sejarah. Tapi, jika ada pertanyaa โsiapaโ. Ampun, tiba-tiba amnesia seketika. Alih-alih tahu kronologis cerita sang pahlawan, tetapi menyebutnya dengan sebutan โsi anuโ. Bahkan, muka pahlawan lebih saya ingat ketimbang namanya. Waktu itu saya malah menyebutkan: pahlawan duit sepuluh ribu, PSM Makassar,โฆ
View On WordPress
0 notes
Quote
Jika ingin merasakan nikmatnya sujud, ikutlah sholat tahajud berjamaah yang bacaannya 1 juz.
10 notes
ยท
View notes
Quote
Mungkin karena kita terlalu terobsesi Liga Inggris, kita mengharapkan Gian Zola bermain setrengginas Gianfranco Sila atau Paul Pogba.
13 Juni 2017
0 notes
Quote
Ketakutan bermula dari ketidakmengertian dan diperparah dengan ketidakingintahun.
0 notes