Tumgik
moonlit-shore · 2 hours
Text
seriously, having a muse is nice until he or she is gone.
0 notes
moonlit-shore · 30 days
Text
aku menyukai kamu yang kesepian
dari ribuan versi dirimu yang hampir selalu tampak supel, ramah, dan banyak melempar canda kepada semua orang, aku bersyukur diberi kesempatan mengenal versi dirimu yang kesepian. kamu yang dalam sepi memilih untuk menjadi pendiam, pemikir, dan suka bertanya hal-hal random. aku berpikir, berteman denganmu selalu menyenangkan. tetapi mengetahui versi kamu yang lebih 'manusiawi' dalam kesepian, rasanya melegakan.
aku menyukai dirimu yang katamu merasa kesepian. aku ingin menjadi orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan random yang berkecamuk di kepalamu. kalau sedang tidak punya jawaban, aku bersedia menjadi pendengar yang baik untuk setiap cerita yang keluar dari bibirmu. atau kalau kamu hanya ingin diam, aku akan menjadi orang yang ada di dekatmu, dan ikut diam sembari memperhatikan wajahmu.
kamu pernah bilang, "aku adalah orang yang membosankan, re. kamu tidak perlu menemaniku sekarang karena kamu tidak akan menemukan hal yang menyenangkan."
kamu salah. bagiku versi apapun dirimu, aku tidak pernah bosan terhadap kamu. kamu selalu punya hal yang membuat aku terkesan. bahkan celetukanmu yang menurutmu sekadar omong kosong, bagiku itu adalah hal yang pantas direnungkan. tidak jarang aku merasa bahwa kamu ada benarnya juga.
oh iya. apakah aku sudah pernah bilang? ketika kita hanya berdua semobil dan tidak mengeluarkan sepatah katapun, saat itu aku berpikir; kok bisa, ya, aku betah dengan kesunyian itu? rasanya aku bisa menghabiskan waktuku seharian hanya untuk menatapmu yang sedang merenung di jendela mobil itu. dan kalau kesempatan itu ada, aku tidak akan komplain.
aku selalu menyukai semua versi dirimu, terutama versi dirimu ketika kita hanya berdua.
0 notes
moonlit-shore · 5 months
Text
Ternyata menjadi dewasa itu berarti semakin banyak masalah dan kita harus pandai mengkotak-kotakkannya agar semua itu tidak sampai berpengaruh ke satu sama lain.
0 notes
moonlit-shore · 5 months
Text
Kadang menjadi dewasa adalah perihal menyadari bahwa sebenarnya selama ini orang tuamu tidak seideal itu. Mungkin dari keadaan mereka, dari hubungan mereka, atau dari pekerjaan bahkan kesehatan mereka. Bahwa selama ini mereka hanya menanggapmu terlalu kecil untuk dikisahkan mengenai permasalahan mereka yang ternyata begitu pelik dan berbelit-belit.
Setelah kamu dianggap cukup 'dewasa', mereka menganggap kamu akan siap menerima kenyataan itu. Mereka mulai bercerita. Dan ternyata kamu menyadari bahwa kamu hanyalah anak-anak yang terjebak dalam kategori usia dewasa.
Kamu selama ini terlalu terlena dengan kondisi ideal yang pura-pura itu.
0 notes
moonlit-shore · 6 months
Text
Bagaimana jika ternyata bekerja adalah salah satu faktor utama yang membuatmu tetap waras?
Bekerja membuatmu mengalihkan pikiran sejenak dari masalah-masalah keluarga yang kamu tinggalkan di rumah atau di kampung.
Lelahnya bekerja membuatmu lebih memilih untuk tidur dan beristirahat alih-alih overthinking terkait hal-hal yang tidak perlu.
Bagaimana kalau ternyata bekerja adalah satu-satunya hal yang membuatmu tetap 'hidup'?
0 notes
moonlit-shore · 7 months
Text
Tumblr media
"Hidup adalah sebuah album megah untuk menciptakan masa lalu yang sesaat," —Alejandro Zambra
What a perfect line to describe how life actually is.
0 notes
moonlit-shore · 8 months
Text
Aku melihat bulan purnama terpancar begitu indah di gelapnya langit pada malam itu, saat perjalanan menuju pulang.
Dan kamu adalah orang pertama yang paling ingin kuberi tahu.
0 notes
moonlit-shore · 10 months
Text
bagimu, jakarta adalah kota kehilangan
kamu kehilangan masa mudamu. kamu memilih untuk menetap lebih lama dalam ruang bercat putih yang begitu luas tetapi terasa begitu sepi, yang mereka sebut sebagai kantor. bagimu, kantor adalah rumah keduamu. tetapi menurutku ungkapan itu lucu, karena kamu menetap di kantor nyaris sama lamanya dengan waktu tinggalmu di rumah nomor satumu.
menetap di jakarta juga berarti kamu meninggalkan teman-teman masa remajamu. kamu seringkali menatap iri kepada mereka yang setiap akhir pekan selalu punya jadwal untuk sekadar nongkrong dengan teman lama mereka. kamu tidak memiliki teman lama, dan kamu tidak bernafsu untuk memulai hubungan dengan teman baru.
kamu kehilangan waktu. kamu kehilangan orang-orang. yang tersisa adalah dirimu sendiri di kota yang begitu asing.
lantas mau sampai kapan kamu menetap di sebuah kota yang menjadi lambang atas kehilangan-kehilangan itu? dan kamu pun mulai bertanya-tanya kehilangan apa yang akan menimpamu selanjutnya.
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
kalau kita sama-sama memilih diam, kira-kira bagaimana, ya, supaya kita bisa saling menemukan?
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
jakarta pada akhirnya...
kisah selalu dimulai di suatu ruang,
dan kamu memilih jakarta sebagai ruang penampung kisah-kisah itu.
kamu menatap orang-orang yang berlalu-lalang,
ada yang hanya lewat, kadang sekadar berkenalan, atau sempat menetap, dan kemudian pergi.
sampai suatu hari kamu sadar bahwa hanya ada kamu seorang diri di balik ruang berdinding empat.
dan jakarta pada akhirnya hanyalah perihal sekumpulan kedatangan dan kepergian.
jakarta, 23.17
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
Our Paths to Cross Again
One or two months after we're officially taking our own paths, I think it was easy to think that we will meet again in the future. Maybe as co-workers like we used to be, or maybe you will become my customer or client, or simply just a friend.
However, as the days go by and it turns out that none of those possibilities happen, I think we just do not meant to be. Our current paths may be way too different.
Our paths just will never cross again.
1 note · View note
moonlit-shore · 1 year
Text
Jakarta terasa begitu luas sekaligus begitu sempit.
Pada suatu rentang waktu kita hanya bertemu orang-orang yang itu-itu.
Pada rentang waktu yang lain kita berjumpa dengan wajah baru berbagai rupa.
Orang yang kita cari di tengah kerumunan justru tak pernah muncul ke permukaan.
Orang yang kehadirannya sempat tak disadari justru terus menampakkan diri.
Jakarta terasa luas sekaligus sempit, bagi mereka yang terus mencari tetapi tak kunjung menemukan.
1 note · View note
moonlit-shore · 1 year
Text
Pada Suatu Hari Baik
Suaminya meninggal.
Perempuan itu menatap nanar pada sebuah pesan yang terpampang di layarnya. Jari-jarinya masih menggenggam ponsel dan bola matanya menolak percaya. Ia membaca pesan itu berkali-kali. Pesan itu selalu sama:
"Mas Hadi terpeleset di kamar mandi."
"Kata dokter di klinik, ia meninggal dalam perjalanan."
Dua kalimat dalam pesan yang berurutan. Dua kalimat yang mampu membungkam sekaligus meruntuhkan dunia perempuan itu.
Perempuan itu lantas mengantongi ponselnya dengan asal. Ia meninggalkan dagangan warung makannya dalam keadaan separuh tertata. Sebagian masakannya masih di atas wajan menunggu matang, sebagian lainnya masih berupa bumbu dapur yang sudah diracik, sebagian lainnya sudah terpampang dalam kotak kaca.
Setelah memastikan api dapur dalam keadaan mati, ia langsung meninggalkan warung dalam keadaan linglung. Tidak sampai lima langkah, ia kemudian kembali untuk mengambil robekan kertas cokelat yang ada di dekatnya, sembari mencari pinjaman bolpoin pada orang sekitar terdekat.
"Makanan ambil sendiri. Uang letakkan di laci."
Begitulah catatan kecil itu ia letakkan di atas meja yang biasa dikerubungi pembeli untuk mengantre.
Pada hari baik itu, warung itu adalah perwujudan asing yang mencolok sekaligus kosong.
Jakarta, 23.40
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
tulisan-tulisan akan menemukan jodohnya sendiri. terkadang, rating hanyalah berupa angka.
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
Pedestrian
Jarum jam di pergelangan tangan perempuan itu tepat menunjukkan pukul sepuluh ketika ia keluar dari bus yang sampai di halte terdekat tempat tinggalnya.
Kurang lebih ia harus berjalan selama 15 menit untuk mencapai tempat yang ia sebut rumah. Ia melangkah ke gang yang tidak terlalu sempit selama lima menit pertama, lalu menit-menit selanjutnya ia memasuki gang yang lebih sempit.
Ia berjalan santai sembari mendengarkan musik dengan earphone tertancap di kedua telinganya. Dua orang berjalan dari arah yang berbalikan dengannya, dan ia hanya menatap sekilas tidak peduli. Ia hanya melintasi mereka, berjalan ke arah rumahnya.
Yang ia tidak tahu, salah satu orang itu kemudian kembali ke arahnya, membekapnya dan menusuknya. Entah bagaimana sang pembunuh menusuknya, tetapi ia mati saat itu juga, di pukul sepuluh malam yang tidak ia sangka mampu menjelma jam kematiannya dalam waktu yang begitu singkat.
Kesalahannya adalah bahwa ia tidak menyangka dunia begitu jahat, hanya karena berita-berita mengenaskan yang tampil di televisi bututnya tidak pernah menimpanya.
Penyesalannya, ia tidak sempat mendengar kata hati-hati di jalan dari orang terdekatnya di hari itu, hari yang ia kira sama halnya dengan hari-hari biasa lainnya.
0 notes
moonlit-shore · 1 year
Text
beberapa makhluk mencari terang demi menyambung hidup, seolah keberadaan cahaya sama pentingnya dengan menelan makanan.
1 note · View note
moonlit-shore · 1 year
Text
Perihal Rasa
Perasaan ternyata selucu itu, ya?
Ia bisa datang dan pergi, berubah secepat angin lalu. Ia bisa menetap begitu lama, meski kadang tidak sejalan dengan logika.
Ia bisa muncul sekejap di detik pertama pada suatu temu. Maka kemudian ada istilah cinta pada pandangan pertama. Namun, ia juga bisa muncul baru setelah orang yang dituju pergi. Untuk itu kemudian terbit istilah cinta datang terlambat.
Mereka bilang perasaan adalah sesuatu yang di luar kendali. Maka aku berpikir perasaan adalah sesuatu yang lucu.
Bagaimana bisa kita begitu sulit mengendalikan sesuatu yang merupakan bagian dari diri kita?
0 notes