muhammad-anwari-sn
muhammad-anwari-sn
Untitled
46 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
muhammad-anwari-sn · 3 days ago
Text
Tahta
Tumblr media Tumblr media
Ketika aku di singgasana.
Ciptaan ChatGPT.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 10 days ago
Text
Gadis simpanan
Tumblr media
Sinta Salatin dan Anwari
0 notes
muhammad-anwari-sn · 11 days ago
Text
Aku
Tumblr media
0 notes
muhammad-anwari-sn · 11 days ago
Text
Rembuk nganten
0 notes
muhammad-anwari-sn · 11 days ago
Text
Rembuk nganten
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
muhammad-anwari-sn · 14 days ago
Text
Mimpi
Tumblr media
Peringatan HUT Kemerdekaan RI rasanya sudah diambang pintu. Tiba-tiba saja dalam tidur nyenyakku, aku bermimpi sedang latihan fisik berlari menempuh jarak seratus meter dengan menggendong janda tetangga saya.
Padahal aku tidak pernah berlari. Sejak masih sekolah aku tidak pernah bisa berlari seperti teman-temanku. Setiap ada olahraga lari, aku cuma jalan kaki. Di kakiku ada kelainan yang tidak bisa digunakan untuk lari, kalau dipaksakan bisa sakit.
Aneh bin ajaib, dalam mimpiku itu, di usia yang sudah 62 tahun lebih, aku masih bisa lari kencang dengan menggendong janda muda tetangga saya. Aku ditantang tetangga yang kugendong itu, “Kalau Bapak bisa menang dalam lomba lari nanti, saya boleh dibawa pulang. Wah duh, kalau ketemu istri saya bisa rame dong,” jawabku.
Janda muda itu menantangku lagi, “Kalau takut sama istri, saya boleh dibawa lari ke mana saja, Pak”.
“Kalau gitu kita kawin lari saja ya?”.
“Yes. Biar tambah sehat, Pak,” jawab janda cantik itu menggemaskan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, di kampungku dalam HUT Kemerdekaan RI besok akan diadakan lagi lomba balap lari dengan menggendong istri. Tapi aku tidak pernah ikut. Sebab aku tidak kuat menggendong istriku sendiri yang tubuhnya super jumbo. Bisa-bisa aku jatuh pingsan tertindih tubuh istriku. Makanya aku tidak pernah ikut. Cuma menonton.
Aku tidak tahu, ini wujud rasa nasionalisme atau gara-gara sering mendapat doa dari teman-teman yang soleh-solehah, semoga mimpi indah. Jadinya malam itu aku benar-benar bisa mimpi seindah itu. Aku baru bisa bangun, setelah istriku membangunkan. Yang kuhadapi bukan janda yang baru kugendong, tapi istri yang super jumbo. Inikah yang namanya mimpi tidak sesuai dengan ekspektasi?
0 notes
muhammad-anwari-sn · 17 days ago
Text
Pilah Sampah
Tumblr media Tumblr media
Kegiatan Pilah Sampah di Kampung Madukoro RT 04 RW 01 Krobokan, Semarang Barat.
Di depan warung jajan Lik Noordjanah.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 17 days ago
Text
Pilah Sampah
Tumblr media Tumblr media
Kegiatan Pilah Sampah di Kampung Madukoro RT 04 RW 01 Krobokan, Semarang Barat.
Di depan warung jajan Lik Noordjanah.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 18 days ago
Text
Cerpen "Darkum"
Tumblr media Tumblr media
Rubrik Fiksi
Koran Suara Merdeka
Edisi Minggu, 19 Januari 1992.
Darkum
Cerpen Muhammad Anwari SN.
“Ternyata pengirim surat ini seorang sastrawan,” batin Monica.
“Aneh, apa sih maksudnya?”
Akhirnya Monica bertanya-tanya sendiri.
***
Sebagai seorang penulis, Darkum belum begitu dikenal masyarakat. Namanya jarang menghiasi koran ibu kota. Bukan karena tidak produktif. Malah produktif sekali. Cuma, karyanya masih banyak yang hanya menghuni keranjang sampah redaksi. Tapi ia tak pernah putus asa. Karena sudah bertekad, ingin hidup dari dan untuk menulis. Ia sudah telanjur merasa jiwanya terpanggil untuk terjun ke sana. Berkat kerja kerasnya dan ketekunannya berlatih, satu dua karyanya mulai bermunculan di koran.
Sampai suatu ketika, karena terus-menerus tenggelam dalam dunia yang dianggapnya mengasyikan itu, terperanjat dan terlambat menyadari ketika tahu-tahu usianya sudah berkepala tiga, sehingga sangat menyesal. Di kampungnya lelaki sebayanya sudah punya anak dua tiga. Sementara dia sendiri masih tetap membujang dan miskin. Bagaimana bisa punya bini, kalau pendapatan satu-satunya dari menulis untuk menghidupi diri sendiri saja kadang masih kurang. Karya-karyanya dari pada yang dimuat, masih banyak yang dicampakkan ke tong sampah.
Sementara ada keluhan lain, cukup serius juga. Karena waktunya sehari-hari lebih banyak digunakan duduk membaca dan mengetik, pantatnya diserang gejala ambeien. Tiap buang air besar, sering disertai rembesan darah segar. Darkum ketakutan.
Ia segera melakukan pencegahan. Menulisnya sementara sedikit dikurangi. Ia mencari kegiatan tambahan. Supaya tidak cuma duduk. Kemudian ia ingat pada temannya, Munandar, seorang yang pernah merasa gagal jadi penyair tapi kini sukses jadi pengusaha dan pengelola majalah bulanan Almamater. Tak terduga Darkum langsung diterima jadi pegawai di majalah itu. Sebenarnya dia kepingin jadi wartawan. Tapi malah ditempatkan di bagian administrasi. Berarti harus kembali duduk di belakang meja. Tak apa. Karena mendapat kesibukan baru yang kadang kelewat melelahkan, penyakitnya malah terlupakan. Tanpa disadari akhirnya sembuh sendiri. Tidak lagi keluar darah bila buang air besar.
Masalah baru segera muncul. Darkum menjadi gelisah. Tak tenang kerja di kantor. Kesibukan di kantor, membuatnya tak lagi sempat menulis. Bagaimana akan sempat menulis kalau tiap hari harus kerja lembur. Sampai di rumah sudah capek.
Semula bekerja ikut Munandar cuma sebagai sambilan. Tak tahunya malah mendesak aktivitas menulis yang dianggapnya pekerjaan pokoknya. Darkum rindu ingin menulis lagi.
Sialnya mesin ketik tua milik satu-satunya malah rusak. Darkum memutar otak, bagaimana supaya bisa mendapatkan mesin ketik baru dalam waktu dekat ini. Kalau cuma menggantungkan dari gaji pemberian Munandar, jelas tak cukup.
Pada saat itu sedang tenar-tenarnya Monica, ‘lady rocker’ ibu kota. Artis itu uangnya banyak. Bayangkan, sekali manggung enam juta. Itu pun cuma tampil tiga lagu. Berarti satu lagu dua juta. Padahal ia laris sekali, tiap minggu melayani kontrak sampai ke mana-mana, bahkan sampai ke mancanegara. Edan. Apalah artinya uang cuma ratusan ribu bila untuk membantu orang miskin. Darkum cuma butuh dua ratus ribu. Darkum berkirim surat kepadanya.
***
Jam dinding di kamar Monica malam itu sudah menunjuk pukul sebelas. Ia nampak letih sekali. Di atas mejanya sudah ada sekeranjang surat dari para penggemarnya yang belum sempat terjamah. Ia sudah terlalu letih untuk membaca surat-surat itu satu persatu, apalagi membalasnya. Padahal tiap hari surat itu bertambah. Tak lama kemudian sorot matanya ‘menumbuk’ sebuah kado yang dibungkus kertas warna-warni. Ia heran, kado untuk siapa dan dari mana ini? Tapi Monica sudah kelewat malas berdiri. Ia memanggil-manggil pembantunya.
“Kado dari mana itu?” tanyanya setelah melihat pembantunya datang.
“Dari Semarang, Den”.
“Siapa pengirimnya?”
Pembantunya cuma menggeleng. Monica menyuruh mengambilnya. Selesai menyerahkan benda itu, si pembantu pun segera berlalu. Monica mengamat-amati kado yang indah itu. Darkum? Ia membaca nama pengirim itu. Bayangannya pada sosok pemuda desa. Timbul rasa kegembiraannya. “Penggemarku sampai ke pelosok desa,” katanya dalam hati. Sayang di luar tak tertulis alamat pengirimnya. Kado itu segera dibuka. “Sialan,” desis Monica. Ternyata isinya cuma sepucuk surat. Pantas ringan sekali. Sampul surat itu pun indah sekali.
“Mbak Monica jangan terkejut. Bungkus surat yang kelewat besar ini, cuma untuk menarik perhatian. Saya kagum pada gaya, penampilan, dan suara, Mbak. Mbak Monica yang cantik, saya minta tiga buah foto Anda. Satu akan saya pajang di dinding kamar tidur saya, satunya di dompet saya, dan sisanya akan saya muatkan di koran. Perlu diketahui, saya seorang penulis. Karya-karya saya telah banyak yang termuat di berbagai koran dan majalah, baik di ibu kota maupun daerah. Tak lupa saya lampirkan foto copy kliping-kliping saya sebagai bukti.”
Monica berhenti sejenak membacanya. Lalu mengamati foto copy kliping-kliping itu. Ada puisi, cerpen, esai, dan cerita bersambung. “Ternyata pengirim surat ini seorang sastrawan,” batin Monica. “Aneh, apa sih maksudnya?” akhirnya Monica bertanya-tanya sendiri. Tapi segera meneruskan membaca surat itu.
“Ketahuilah, Mbak, karya-karya saya itu saya ketik dengan mesin ketik pinjaman. Kalau bersedia, tolong pinjami saya uang untuk beli mesin ketik baru. Selanjutnya akan saya kembalikan dengan sistem angsuran. Tiap tulisan saya dimuat di koran maupun majalah, honornya sebagian akan saya berikan pada Mbak Monica sampai hutang saya lunas. Ini semua saya lakukan dengan terpaksa sekali, karena tak bisa beli dengan kontan. Saya kira bantuan yang saya harapkan dari Mbak Monica tak terlalu memberatkan bila dibandingkan dengan honorarium Mbak yang jutaan tiap kali tampil itu. Kalau saya sampai mengingkari janji, tak mengembalikan pinjaman, Mbak Monica boleh melaporkan ke polisi dengan membawa foto copy KTP yang saya lampirkan. Sebagai tanda terima kasih, saya bersedia diundang untuk membaca sajak atau cerpen pada ulang tahun Mbak yang akan datang, misalnya. Tentu saja Mbak yang menanggung ongkos transpot saya. Itu saja. Terima kasih atas perhatiannya. Salam.”
Darkum gembira sekali menerima surat balasan Monica. Dengan hati berdebar-debar dibukanya surat itu. Kegembiraan Darkum meluap-luap setelah mengetahui isinya.
“Adik Darkum, kembangkan terus bakatmu. Mbak sudah membaca semua karyamu yang engkau kirimkan. Bagus-bagus, deh. Wah, punya bakat jadi sastrawan, nih. Jangan khawatir, aku akan membantumu. Kebetulan di rumahku ada dua mesin ketik masih baru, dan jarang kupakai. Kau boleh ambil salah satu. Itu kuberikan dengan gratis. Sebaiknya kau datang sendiri ke rumahku. Nanti uang transpot kuganti. Tapi dengan syarat kau harus siap membacakan karya-karyamu. Aku ingin melihat kemampuanmu membaca sajak. Kutunggu kehadiranmu pada tanggal yang telah kusebutkan di atas. Salam kembali dariku. Monica.”
Darkum mulai giat latihan membaca sajak. Supaya kelak tidak kelewat mengecewakan Monica. Bayangan akan memiliki mesin ketik baru akan berubah menjadi kenyataan. Dia lalu sibuk mencari pinjaman uang pada teman-temannya untuk ongkos pergi ke ibu kota menemui Monica.
Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah ia. Paginya ia telah sampai ke ibu kota. Cukup sulit juga mencari alamat di kota sebesar ini. Darkum tak ingin naik taksi. Di samping takut dipermainkan sopir, uangnya sendiri terbatas sekali. Tapi akhirnya sampai juga di tujuan.
Mulanya ia bertanya pada seseorang, “Bapak tahu rumahnya Monica?”
“Itu yang ada trataknya. Cepat saja ke sana, sudah banyak yang kumpul, kok,” jawab lelaki yang dijumpai itu.
Darkum memandang ke arah ujung gang. Di sana telah dipasang tratak yang cukup lebar dan megah. Kursi-kursi sudah ditata rapi. Tamu-tamu sudah banyak yang datang. “Monica rupanya sedang punya kerja,” pikir Darkum. “Gila. Sehebat inikah dia menyambut kedatanganku?” Darkum bertanya-tanya sendiri. Sulit untuk melukiskan kegembiraan Darkum saat itu. Di tangannya telah menenteng map berisi sajak-sajak yang siap dibacakan. Ia berjalan dengan tenang.
Ketika langkahnya sampai di dekat kerumunan orang, ia terkejut melihat karangan bunga tanda bela sungkawa.
“Kukira rumah Monica. Tiwas terlanjur deg-degan. Rumah Monica pasti di samping rumah duka ini. Mudah-mudahan benar,” katanya dalam hati.
Lalu ia mendekati salah seorang pelayat.
“Bapak tahu rumahnya Monica?” tanya Darkum. “Ya di sini ini rumahnya Monica,” jawab pelayat itu dengan mimik heran.
Merasa masih bingung, Darkum bertanya lagi, “Lantas yang meninggal itu siapa?” Wajar bila ia bertanya demikian. Sebab mengira yang meninggal paling-paling saudaranya.
Di luar dugaan pelayat itu menjawab, “Yang meninggal itu ya Monica sendiri.” Darkum semakin bingung. Ia berharap dirinya telah salah alamat.
“Monica yang penyanyi rock itu, Pak?” tanyanya lagi.
“Ya, tadi pagi kecelakaan. Mobil yang dikendarai ringsek tertabrak bis dari arah berlawanan,” pelayat itu menjelaskan.
Bayarlah impian Darkum selama ini untuk segera memiliki mesin ketik baru. Terbayang ia harus melunasi hutang-hutangnya untuk ongkos perjalanan. Padahal uangnya untuk ongkos pulang pun kurang. Badannya kontan terasa lemas dan tanpa daya lagi. Tak kuat menahan siksaan batin dan kepedihan hatinya. Kenapa orang yang akan menolong nasibnya itu, buru-buru ‘dipanggil’, sebelum sempat mengulurkan mesin ketik dan sejumlah uang pada Darkum. Lelaki itu jatuh terkulai. Tak ingat apa-apa lagi. Map yang sejak tadi dikempit di lengannya jatuh lebih dulu. Beberapa lembar kertas bertuliskan sajak yang sebenarnya siap dibacakan, tercerai-berai beterbangan ditiup angin.
1991.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 19 days ago
Text
Anak semua bangsa
Tumblr media
Mengenang Seabad
Pramoedya Ananta Toer
Rabu malam, 9 April 2025 aku mendapat notifikasi, bahwa utasku di aplikasi Threads tentang Pramoedya Ananta Toer telah dibaca 100 kali. Sampai hari ini tentu sudah banyak sekali orang membacanya. Berikut ini tentang buku “Anak Semua Bangsa” karya Pramoedya ini.
Judul : Anak Semua Bangsa.
Penulis : Pramoedya Ananta Toer.
Editor : Astuti Ananta Toer, anak sulung Pramoedya Ananta Toer.
Tebal : 558 halaman.
Desain sampul : Lentera Dipantara.
Genre : Roman sejarah.
Para pelaku :
▪️ Ah Thong.
▪️ Amelia - Hammers.
▪️ Andres Bonifacio.
▪️ B. Jansen.
▪️ D. Eisendraht.
▪️ Dalmeyer.
▪️ Darsam orang Madura.
▪️ De Visch.
▪️ De Waal.
▪️ Djumilah istri Sastro Kassier, kakak iparnya Ontosoroh.
▪️ Dulrakim.
▪️ Emilio Aguinaldo, presiden pertama setelah Filipina mereka.
▪️ Fritz Homerus Vlekkenbaaij alias Plikemboh.
▪️ Herbert de la Croix.
▪️ Herman Mellema.
▪️ Jan Tantang alias Babah Kong alias si Gendut.
▪️ Jean Marais, ayahnya Maysaroh. Jean Marais adalah seorang pelukis dan invalid berkaki satu.
▪️ Johannues.
▪️ Jose Rizal seorang pemimpin koran Filipina ‘La Solidaridad’ dan ‘La Liga’ yang kena hukuman mati.
▪️ Juffrouw Annelies/ Mevrouw Annelies adalah istrinya Minke.
▪️ Juffrouw Magda Peter.
▪️ Juffrouw Zeehandellar.
▪️ Kayper.
▪️ Khouw Ah Soe orang China. Kalau di-Indonesia-kan ‘Kau asu/anjing’. Di Hongkong punya nama lain: Tjiok Kiem Eng.
▪️ Kommer.
▪️ Maarten Nijman.
▪️ Magda Peters.
▪️ Maiko.
▪️ Marjuki.
▪️ Martinet.
▪️ Maurits Mellema, mantan administrator pabrik gula ‘Buederij Buitenzorg’ di Tulangan.
▪️ Maysaroh anaknya Jean Marais.
▪️ Mevrouw Suurhof.
▪️ Minem.
▪️ Minke, tokoh utama, seorang lulusan HBS calon dokter, suaminya Annelies.
▪️ Miriam.
▪️ Ontosoroh.
▪️ Piah.
▪️ Raymond de Bree.
▪️ Robert Jan Dapperste alias Panji Darman.
▪️ Robert Mellema.
▪️ Robert Suurhof.
▪️ Robinson.
▪️ Rono.
▪️ Rooseboom.
▪️ Sastro Kassier alias Sastro Wongso alias Paiman adalah kakaknya Ontosoroh.
▪️ Sastrotomo adalah bapaknya Ontosoroh.
▪️ Sekaut, yaitu Kepala polisi (pada masa penjajahan Belanda).
▪️ Sentot.
▪️ Stevenson.
▪️ Surati anak sulung Sastro Kassier.
▪️ Telinga.
▪️ Ter Haar alias Max Tellenaar mantan redaktur ‘SNv/dD’.
▪️ Trunodongso.
▪️ Untung Surapati.
▪️ Van Duijnen.
▪️ Veldpolitie.
▪️ Victor Roomers.
▪️ Willem Vos.
Sinopsis
Novel “Anak Semua Bangsa” adalah novel sejarah berlatar awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Novel ini novel kedua dari tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer.
Novel ini masih menceritakan tokoh Minke, tokoh utama dalam novel yang terbit sebelumnya yaitu novel "Bumi Manusia".
Minke, yang sebelumnya terpengaruh oleh pemikiran Eropa, di novel kedua ini diceritakan Minke mengalami perubahan besar. Ia mulai menyadari nasib kaum bumi putera dan ketidakadilan yang dialami pribumi. Ia mulai menulis tentang rakyatnya, mengkritik ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, dan memperjuangkan hak-hak kaum bumi putera.
Saya tak ingin begitu selesai baca buku terus lupa, nggak bisa ceritain pada orang lain, saya tidak ingin seperti itu.
Maka saya mencoba mencatatnya, biar nggak lupa. Supaya nanti setelah lama tidak membaca ulang, saya tetap bisa tahu alur ceritanya. Maka saya buat sinopsisnya menurut versi saya sendiri. Agak panjang sih. Tapi saya puas bisa membuat ringkasan cerita dengan detail, meski mungkin masih banyak kekurangan. Berikut ini sinopsis novel yang sudah saya buat dari bab awal sampai tamat. Selamat membaca. Jangan lupa kritik dan sarannya ya.
Sekarang silakan tunggu postingan selanjutnya.
Bab 1
Annelies pergi berlayar
Mevrouw Annelies berlayar meninggalkan Minke menuju Nederland. Mamanya Minke telah memerintahkan Robert Jan Dapperste yang punya nama lain Panji Darman untuk mengawal kepergian Annelies.
Saat membuka lemari untuk berganti pakaian, mendadak Minke teringat Robert Suurhof. Ketika Minke menikah dengan Annelies, Robert Suurhof pernah menghadiahi Annelies sebuah cincin emas bermata berlian. Cincin itu sampai sekarang masih tersimpan di dalam lemari. Dugaan mama Minke, Robert Suurhof boleh jadi memang sengaja menghadiahkan sebagai tanda cintanya. Di samping itu Minke juga menemukan benda lain, awalnya cuma diketemukan dua pucuk surat, akhirnya ketahuan ada sebelas pucuk surat semua dari Robert Suurhof yang dikirimkan ke Annelies.
Merampok kuburan China
Minke meminta tolong Marjuki mengantarkan dirinya ke Surabayadengan menaiki bendi ke rumah Robert Suurhof untuk mengembalikan emas bermata berlian.
Dalam perjalanan Minke ketemu Victor Roomers yang memberi tahu, bahwa Robert Suurhof bisa punya perhiasan emas bermata berlian yang sangat mahal itu dari hasil merampok kuburan China lalu dijual di toko permata Ezekiel. Setelah itu Robert kabur ke Eropa dengan menggunakan kapal Inggris.
Sampai di Surabaya Minke menyerahkan cincin emas bermata berlian ke Suurhof, ayahnya Robert. Tapi Suurhof tidak mau menerima. Minke lalu menyerahkan cincin bermata berlian itu ke Sekaut (Kepala polisi pada masa penjajahan Belanda).
Bab 2
Nyai Ontosoroh memerintahkan Panji Darman untuk mengawal Mevrouw Annelies ke Nederland, dan ke mana saja yang dikawal pergi.
Surat pertama yang ditulis Panji Darman untuk Nyai Ontosoroh dan Minke ditulis di atas kapal yang sedang berlayar menuju ke Batavia. Ini untuk pertama kali Janji Darman berlayar. Annelies berada di dalam kereta tertutup, dikawal maresose (pasukan militer Belanda). Semula Panji Darman mengira Minke dan mamanya ada di dalamnya. Panji Darman memerintahkan Marjuki membuntuti. Ketika sampai di pelabuhan baru Panji Darman tahu, ternyata Minke dan mamanya tidak ikut di dalamnya.
Delapan hari kemudian datang suratnya yang kedua dengan cap Kantor Pos Medan. Pandji Darman mengabarkan Mevrouw Annelies sudah sampai di Singapura dan dalam keadaan tidak sedang baik-baik saja. Wajahnya pucat, dalam keadaan sangat lemah.
Surat ketiga mengabarkan Panji Darman bisa duduk di samping Annelies. Tapi Annelies masih belum bisa diajak bicara. Kesehatannya semakin mundur. Beberapa kali makanan yang disuapkan perawat berhenti di mulut tanpa dikunyah.
Surat keempat bercap Amsterdam adalah surat paling panjang yang dikirimkan Panji Darman ke Minke dan mamanya. Surat ini menceritakan perjalanannya mengawal Annelies di tengah badai laut akhirnya sampai di Nederland. Annelies sakit keras, dirawat di rumah Mevrouw Amelia Mallema Hammers di desa B.
Surat kelima bercap pos Huizen mengabarkan sakit Annelies semakin parah dan akhirnya meninggal. Sebelum meninggal, Annelies berpesan pada Panji Darman, “Jadilah sahabat bagi suamiku”.
Ontosoroh menggerutu : “Sembilan bulan kukandung dia (Annelies), kulahirkan dengan kesakitan. Kubesarkan. Kudidik untuk jadi administrator yang baik. Kukawinkan denganmu (Minke). Mati terbunuh dalam genggaman orang yang sama sekali tidak pernah mengenalnya. Tak pernah berbuat sesuatu yang baik untuknya, dan hanya menghinanya. (Halaman 54).
Bab 3
Minke mendapat pekerjaan dari Maarten Nijman untuk menulis wawancara dengan Khouw Ah Soe dengan menggunakan bahasa Inggris. Sedang yang mewawancarai Maarten Nijman sendiri. Tulisannya akan dimuat di koran Belanda ‘SNv/dD’. Jean Marais menghalang-halangi. Menyarankan menulis dalam bahasa Melayu atau Jawa, supaya orang pribumi bisa baca. Tapi oleh Minke saran baik ini malah dianggap sebagai penghinaan. Minke yang mengagumi Jepang sempat murka.
Jepang sudah sejajar dengan bangsa-bangsa Eropa, selangkah lagi akan menyusul China.
Inilah cuplikan wawancara Maarten Nijman dengan Khouw Ah Soe (halaman 90) :
“Tuan tahu apa artinya kuncir?” tiba-tiba Khouw Ah Soe balik bertanya.
“Tidak. Tentu sangat penting,” Nijman tersenyum. “Coba ceritakan, Tuan”.
“Memang aneh cerita tentang kuncir ini. Pada suatu kali dalam suatu zaman, Eropa telah begitu mengagumi kami, sampai……sampai Prancis ikut latah berkuncir. Kemudian, Tuan, orang-orang Belanda ikut latah berkuncir pula. Juga orang Amerika…….ber-thau-cang!”
Nijman pucat. Suaranya rendah membenarkan. (Halaman 90).
“Tapi itu pada suatu kali dalam suatu zaman semasa Eropa belum lama berkenalan dengan kami. Sekarang tentu tidak. Walau bagaimanapun memang mengherankan : Eropa berkuncir! Sampai-sampai Amerika semasa revolusinya! Pada masa jaya-jayanya Prancis, bukan hanya meniru berkuncir, bahkan juga meniru makan katak! Yang pada bangsa-bangsa manusia sisanya dianggap hina. Dan apa itu thau-cang, Tuan? Tidak lain dari tanda budak dan tanda tidak takhluk semasa Tiongkok dikuasai oleh bangsa dari utara. Nah, Tuan, kuncir di Tiongkok adalah tanda kehinaan. Di Eropa sebaliknya, dia tanda kejayaan pada suatu kali dalam suatu zaman. Di Tiongkok orang terbiasa makan katak karena kemiskinan, di Eropa karena kemegahan. Begitu bolak-baliknya zaman dan keadaan. Bangsa yang dulu gagah perkasa, yang memaksa kami berkuncir, dan Eropa dan Amerika meniru, sekarang dilindas Jepang, yang mencari besi dan baja dan batubara, untuk membuat kuat negerinya. Itu kalau aku tak terlalu keliru”. (Halaman 90).
Bab 4
Minke ingin pergi ke Betawi (107). Tapi dihalang-halangi mertuanya (Ontosoroh).
Khouw Ah Soe datang ke rumah Minke, di Wonokromo, disambut Minke dan mertua perempuan, kemudian ditempatkan di rumah seorang pendekar dari Madura, namanya Darsam. Jadi Khouw Ah Soe menginap di sana.
Khauw Ah Soe bercerita, perantau-perantau sebangsanya tidak demikian. Mereka membanting tulang di seluruh dunia untuk mengumpulkan kekayaan melulu. Pulang hanya untuk dikagumi orang, memperbaiki kuburan leluhur. Dan : jatuh ke dalam pemerasan bandit-bandit yang menuntut uang bulanan atau tahunan. Untuk selama-lamanya mereka akan jadi perahan bandit-bandit leluhur dan bandit-bandit Thong di tempat mereka mencari penghidupan. Kalau bandit-bandit leluhur itu tidak dipuaskannya, keluarga di negeri leluhur akan jadi bulan-bulanan penganiayaan. (Halaman 118).
Akhirnya perantau-perantau itu kembali meninggalkan negeri leluhur, menyebar ke seluruh dunia, menghisap kekayaan dunia lebih banyak lagi untuk menyenangkan bandit-bandit leluhur. Bukan kekayaan untuk bermegah dan memuaskan bandit yang dibutuhkan China : ilmu dan pengetahuan, kesadaran akan perubahan, terutama manusia baru berjiwa baru yang rela bekerja untuk bangsa dan negerinya. (Halaman 119).
Koran-koran Surabaya memberitakan : Polisi Surabaya sedang sibuk melakukan pengejaran terhadap pendatang-pendatang gelap dari Tiongkok. (Halaman 124).
0 notes
muhammad-anwari-sn · 22 days ago
Text
Taman Pandanaran Semarang
Tumblr media
Warak
Minggu kemarin, 1 Juni 2025, aku sempat jalan-jalan pagi sendirian ke Taman Indonesia Kaya. Dari rumah (di Madukoro, Krobokan, Semarang Barat) jalan kaki. Sampai di Taman Pandanaran aku melihat sosok makhluk besar yang sudah tidak asing bagi warga Semarang, Warak.
Sebenarnya, aku sudah sering lewat sini, terutama waktu berangkat dan pulang dari kontrol dokter di RS Telogorejo. Sudah lama pula aku kepingin mampir di taman itu sekedar untuk nongkrong melihat pemandangan sekitar sambil foto-foto. Tapi aku merasakan waktunya kurang pas.
Baru pada Minggu kemarin itu, bener-bener aku sempatkan. Apalagi sampai di sana aku bener-bener sudah capek banget. Aku langsung masuk ke area taman kecil yang cukup terawat itu. Langsung duduk di kursi taman, melepas lelah. Mengatur nafas sambil lihat pemandangan sekeliling. Banyak sekali pejalan kaki yang masuk ke Jl. Tri Lomba Juang untuk menuju ke Taman Indonesia Kaya. Kayaknya cuma aku sendiri yang transit di Taman Pandanaran.
Setelah napasku pulih, capekku hilang, baru aku berdiri jeprat-jepret memfoto patung warak yang jadi ikon Kota Semarang itu. Juga memvideokan.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke Taman Indonesia Kaya.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 22 days ago
Text
Taman Pandanaran Semarang
Tumblr media
Warak
Minggu kemarin, 1 Juni 2025, aku sempat jalan-jalan pagi sendirian ke Taman Indonesia Kaya. Dari rumah (di Madukoro, Krobokan, Semarang Barat) jalan kaki. Sampai di Taman Pandanaran aku melihat sosok makhluk besar yang sudah tidak asing bagi warga Semarang, Warak.
Sebenarnya, aku sudah sering lewat sini, terutama waktu berangkat dan pulang dari kontrol dokter di RS Telogorejo. Sudah lama pula aku kepingin mampir di taman itu sekedar untuk nongkrong melihat pemandangan sekitar sambil foto-foto. Tapi aku merasakan waktunya kurang pas.
Baru pada Minggu kemarin itu, bener-bener aku sempatkan. Apalagi sampai di sana aku bener-bener sudah capek banget. Aku langsung masuk ke area taman kecil yang cukup terawat itu. Langsung duduk di kursi taman, melepas lelah. Mengatur nafas sambil lihat pemandangan sekeliling. Banyak sekali pejalan kaki yang masuk ke Jl. Tri Lomba Juang untuk menuju ke Taman Indonesia Kaya. Kayaknya cuma aku sendiri yang transit di Taman Pandanaran.
Setelah napasku pulih, capekku hilang, baru aku berdiri jeprat-jepret memfoto patung warak yang jadi ikon Kota Semarang itu. Juga memvideokan.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke Taman Indonesia Kaya.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 22 days ago
Text
Warak di Taman Pandanaran Semarang
Tumblr media
Warak
Minggu kemarin, 1 Juni 2025, aku sempat jalan-jalan pagi sendirian ke Taman Indonesia Kaya. Dari rumah (di Madukoro, Krobokan, Semarang Barat) jalan kaki. Sampai di Taman Pandanaran aku melihat sosok makhluk besar yang sudah tidak asing bagi warga Semarang, Warak.
Sebenarnya, aku sudah sering lewat sini, terutama waktu berangkat dan pulang dari kontrol dokter di RS Telogorejo. Sudah lama pula aku kepingin mampir di taman itu sekedar untuk nongkrong melihat pemandangan sekitar sambil foto-foto. Tapi aku merasakan waktunya kurang pas.
Baru pada Minggu kemarin itu, bener-bener aku sempatkan. Apalagi sampai di sana aku bener-bener sudah capek banget. Aku langsung masuk ke area taman kecil yang cukup terawat itu. Langsung duduk di kursi taman, melepas lelah. Mengatur nafas sambil lihat pemandangan sekeliling.
Banyak sekali pejalan kaki yang masuk ke Jl. Tri Lomba Juang untuk menuju ke Taman Indonesia Kaya. Kayaknya cuma aku sendiri yang transit di Taman Pandanaran.
Setelah napasku pulih, capekku hilang, baru aku berdiri jeprat-jepret memfoto patung warak yang jadi ikon Kota Semarang itu. Juga memvideokan.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke Taman Indonesia Kaya.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 22 days ago
Text
Warak di Taman Pandanaran Semarang
Tumblr media
Warak
Minggu kemarin, 1 Juni 2025, aku sempat jalan-jalan pagi sendirian ke Taman Indonesia Kaya. Dari rumah (di Madukoro, Krobokan, Semarang Barat) jalan kaki. Sampai di Taman Pandanaran aku melihat sosok makhluk besar yang sudah tidak asing bagi warga Semarang, Warak.
Sebenarnya, aku sudah sering lewat sini, terutama waktu berangkat dan pulang dari kontrol dokter di RS Telogorejo. Sudah lama pula aku kepingin mampir di taman itu sekedar untuk nongkrong melihat pemandangan sekitar sambil foto-foto. Tapi aku merasakan waktunya kurang pas.
Baru pada Minggu kemarin itu, bener-bener aku sempatkan. Apalagi sampai di sana aku bener-bener sudah capek banget. Aku langsung masuk ke area taman kecil yang cukup terawat itu. Langsung duduk di kursi taman, melepas lelah. Mengatur nafas sambil lihat pemandangan sekeliling.
Banyak sekali pejalan kaki yang masuk ke Jl. Tri Lomba Juang untuk menuju ke Taman Indonesia Kaya. Kayaknya cuma aku sendiri yang transit di Taman Pandanaran.
Setelah napasku pulih, capekku hilang, baru aku berdiri jeprat-jepret memfoto patung warak yang jadi ikon Kota Semarang itu. Juga memvideokan.
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke Taman Indonesia Kaya.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 26 days ago
Text
Pacar idaman
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Inilah saya, bro, di medsos nampak keren, kan? Sudah tua masih punya kesempatan berpelukan mesra dengan gadis sangat muda yang manis semok, mulus dan seksi. Selisih umur tentu beda jauh.
Beberapa orang mengira gambar yang saya unggah di status ini adalah gambar nyata. Sehingga ada yang bertanya, “Siapa itu, pakde, anak apa cucu?” padahal sebenarnya ini gambar fiksi. Yang bikin gambar ini nampak realistis adalah gambar pria gondrong berkumis dan berjenggot. Banyak teman saya yang tahu, bahwa itu saya. Saya akui awalnya itu memang foto saya, tapi cuma foto ‘close up’, foto setengah badan, foto bagian atas tubuh saya.
Kemudian saya minta bantuan aplikasi ChatGPT untuk mengedit wajah saya supaya nampak lebih ganteng dari aslinya. Dan berhasil.
Tidak berhenti sampai di situ. Saya minta bantuan ChatGPT untuk menampilkan foto saya yang setengah badan itu menjadi satu badan penuh, bisa kelihatan kaki saya. Hasilnya, wow, sungguh di luar dugaan saya, berhasil. Wih, saya puas, saya senang, karena bisa sesuai dengan apa yang saya inginkan, sesuai dengan apa yang saya bayangkan, saya khayalkan.
Sejak saya tidak bekerja, saya sudah tidak punya sepatu, dan belum ada keinginan untuk beli sepatu. Ke mana-mana lebih suka pakai sandal. Tapi di foto yang saya unggah, kaki saya bersepatu. Tentu saja yang memberi sepatu aplikasi. Termasuk baju dan celana panjang yang saya kenakan di foto unggahan itu, buatan aplikasi.
Lagi-lagi keisengan saya tidak berhenti sampai di situ. Saya pingin foto saya yang buatan AI (‘Artificial Intelligence’ = kecerdasan buatan) itu dibuat sedang berjalan bersama gadis muda yang menuntun anjing. Kemudian makan bareng di warung. Ternyata berhasil. Cocoklah, meskipun gadis yang ditampilkan tidak sesuai dengan gadis cantik yang ada dalam khayalanku. Meski demikian, aku puas, sudah tua, sudah 62 tahun lebih bisa bersanding dengan gadis muda, meskipun cuma dalam khayalan.
Adanya internet, dunia mengalami loncatan kemajuan yang sangat pesat luar biasa. Mesin bisa diajak bicara, bisa dimintai pertolongan, bisa melayani 24 jam nonstop tanpa istirahat, selama kuota internet Anda masih mencukupi atau masih terhubung dengan wifi, kecuali kalau sedang error.
Maka suatu keniscayaan pula bila khayalan Anda, cita-cita Anda, pun untuk sementara diwujudkan dulu dalam bentuk gambar. Silakan mencoba.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 27 days ago
Text
Tumblr media
Kemeriahan Minggu siang menjelang sore, 25 Mei 2025, di Taman Indonesia Kaya, Jl. Menteri Supeno (depan SMA Negeri 1) Kota Semarang.
0 notes
muhammad-anwari-sn · 29 days ago
Text
Tumblr media
Selasa, 17 Desember 2024 :
Beberapa hari ini pola tidurku berubah, kalau malam susah tidur. Sering semalam suntuk tidak bisa tidur. Padahal sore kadang malam aku sudah makan kenyang. Malam menjelang waktu tidur sekitar pukul 11, aku mendengar suara bakul nasi goreng lewat di depan rumahku, aku panggil dan beli satu porsi. Harapanku setelah makan kenyang aku bisa tidur nyenyak. Ternyata sama saja, makan malamku tidak ngaruh, aku tetap tidak bisa tidur semalaman. Mata sudah kupaksa kupejam-pejamkan tetap tidak bisa tidur.
Rabu, 18 Desember 2024 :
Pagi ini, 07.12 WIB, aku belum merasakan kantuk. Padahal semalam aku sedetik pun tidak bisa tidur.
Sehabis makan siang aku baru bisa tidur nyenyak. Baru bangun setelah mendengar suara adzan asar. Bangun terus mandi, makan dan minum kopi.
Kamis, 19 Desember 2024 :
Istriku pinjam uang Rp 100.000 ke Khairi untuk kebutuhanku ke warnet besok.
Hutang ke Hastanto belum dibayar.
Senin, 30 Desember 2024 :
Sudah berapa hari sakit mata, perih dan gatal. Hidung pilek tak kunjung sembuh.
Kamis, 10 April 2025 :
Hatiku serasa teriris-iris melihat istriku berangkat kulakan ke pasar dengan mengeluh kakinya sakit. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi menggantikan posisinya mencari nafkah. Mencari nafkah untuk keluarga itu mestinya tugasku, tapi aku tidak bisa melakukan.
Selasa, 15 April 2025 :
Kondisi capek, capek tenaga dan pikiran, ‘alhamdulilah’ membuat aku bisa tidur lebih awal dari biasanya. Aku terbangun ketika jarum jam dinding ruang tamu menunjuk pukul 00.00 waktu Krobokan, Semarang Barat. Reflek aku bangun. Rumah sepi tak ada suara apapun, karena yang lain sudah tidur semua. Yang masih bisa kudengar lamat-lamat cuma suara detak jarum jam.
Aku sempatkan keluar sebentar melihat suasana di luar rumah. Kelihatan sepi. Tidak ada kujumpai seorang pun di jalanan depan rumah. Kuputuskan masuk rumah lagi, karena tidak ada hal-hal menarik di luar rumah.
Aku duduk termenung sejenak di lantai ruang tamu, mengingat-ingat apa saja yang sudah kukerjakan sejak pagi sampai menjelang tidur gasik tadi. Baca buku, edit naskah, kontak-kontak sahabat dan relasi, terakhir beberes persiapan besok nongkrong di warnet, ada kencan dengan teman yang juga punya hobi menulis.
Tahu-tahu detak jam dinding sudah merangkak ke pukul 02.00. Kubuka HP scroll-scroll Facebook, Threads, Quora, Tumblr dan YouTube. Nulis status, komen, jawab pertanyaan di Quora, terus tidur lagi setelah stel alarm buat bangun pagi.
Selasa, 27 Mei 2025 :
Sebelum tidur malam, istriku mengeluh susah bernafas karena tubuhnya semakin gemuk.
Aku tak bisa berbuat apa-apa mendengar keluhannya.
Aku cuma berharap, mudah-mudahan buku-buku yang tengah kukerjakan ini bisa menjadi investasiku yang kelak bisa kupetik hasilnya sebelum aku ditinggalkan istriku untuk selama-lamanya.
Aku saat ini sangat khawatir sakitnya istriku bertambah parah, sehingga tidak bisa berjualan lagi. Ya Allah, jangan Engkau panggil dia mendahului aku. Aku sampai hari ini belum punya penghasilan. Semua kebutuhanku dia yang mencukupi. Aku belum bisa mencukupi kebutuhanku sendiri tiap harinya.
0 notes