mutiaraduri
mutiaraduri
Kaf dan Nun
232 posts
Orasi Dalam Hati
Don't wanna be here? Send us removal request.
mutiaraduri · 4 years ago
Text
Untuk sebuah pilihan; memberi tahu orangtuamu bahwa hubunganmu dengannya telah berakhir adalah perkara yang bisa dan biasa dilakukan. Sebab sebelumnya kamu adalah orang yang sempat beberapa kali berada di pilihan itu. Bahkan orangtuamu memberi dukungan dengan mengatakan kamu pantas akan keputusan itu karena kamu belum bisa beranjak ke tahap lanjutan, pernikahan.
Lalu bagaimana dengan orangtuanya? Kamu adalah sosok pembelajar mendekati sempurna yang selalu diceritakan hingga akhirnya hadirmu sangat diharapkan. Orangtuanya yang pertama kali melihat anaknya memiliki sebuah hubungan dan terlihat selalu mempertahankan keinginan untuk dipersatukan, namun akhirnya harus menerima kenyataan, perpisahan.
Jika akhirnya dia memilih menceritakan kepada orangtuanya tentang hubunganmu, maka usailah kisah mu berganti menjadi kenangan yang mungkin akan dilupakan karena mengingatnya memberikan tekanan. Tidak lagi ia perjuangkan memilih pilihan yang sudah tak ada lagi pilihan bukanlah sebuah pilihan melainkan kekalahan menerima kenyataan. Bahwa keyakinanmu dengannya berbeda.
Kamu yakin akan sebuah perjalanan sementara dia tidak yakin dengan genggamanmu, dia ragu kamu melepaskan. Padahal dia hanya tidak mempercayai sebuah perjalanan yang dia sudah mendengarkan dari banyak orang, terjal curam mendaki menurun adalah hal tersulit dilakukan.
Untuk sebuah bahagia dan kenyataan.
Sebaiknya berterus terang adalah pilihan benar, meminta maaf adalah pilihan benar, dan meminta doa adalah pilihan terbaik. Berterimakasihlah kepadanya meski sudah tak lagi dengannya. Bahwa kamu menjadi kuat karenanya.
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
PART II Politik: Papan Catur
Seseorang pernah bertanya kepadaku, ‘apakah kamu menyukai politik?’ sementara aku saat itu tidak menyukai apapun selain diriku sendiri.
Pertanyaannya membuat aku berpikir kenapa dia sampai bisa menanyakan hal itu kepadaku, apakah aku terlihat seperti orang yang sangat menyukainya! Ataukah hanya karena aku pernah menjadi pemimpin? Dan bukankah setiap kita adalah pemimpin? Saat aku baertanya kenapa dia menanyakan hal itu, langsung ia berkata ‘kamu seperti menikmatinya layaknya bermain catur’.
Sejenak aku mengingat permainan yang sudah sangat lama tidak pernah aku mainkan itu. Rasa-rasanya terakhir bermain catur ketika SD dan sejak saat itu aku sadar aku tidak menyukai catur dikarenakan tidak menemukan kepuasan. Tapi satu yang pasti, apapun yang aku hadapi/temui, secara tidak sadar aku ‘memainkannya’ seperti catur. Ada yang harus dikorbankan, ada yang harus dipertahankan, ada yang harus diperjuangkan, ada yang harus diselamatkan, juga ada yang harus dibunuh sebagai bentuk pertahanan. Tanpa sadar, aku kembali mengulang perasaan yang sama ketika satu dua pion-pion dan bidak catur lawan mampu aku bunuh (makan) yaitu perasaan senang, bahagia, dan terlebih bangga dapat menjalankan rencana penyerangan dengan mulus tanpa diketahui lawan.
Sebuah kebanggaan yang mengerikan.
Jika politik itu adalah kepentingan dan untuk memperolehnya diperlukan strategi, maka politik dan catur adalah sebuah permainan. Tentang siapa yang bertahan, siapa yang menyerang, dan siapa yang mendapatkan ‘kemenangan’. Tentunya tujuan paling mendasar dari sebuah permainan adalah: Keseruan.
0 notes
mutiaraduri · 5 years ago
Quote
"Sebuah pilihan yang diambil berdasarkan Tanggungjawab, tidak akan pernah mendatangkan; Penyesalan."
28 Nov 2020
0 notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
PART I Pemilu dan Kampanye; Politik
Teringat masa itu tahun 2012, gelar Maba melekat kemana diri pergi khas dengan pecirian yang dimiliki oleh seorang maba. Ya saat itu aku resmi menjadi Mahasiswa Baru di sebuah kampus yang sangat tersohor namanya di negeri ini. Bahkan kota tempat kampusku beradapun adalah kota dengan segala keterpusatan peradabannya di negeri ini, Yogyakarta.
Suatu hari ada pesan masuk kedalam ponsel genggam milikku, isinya sangat tidak biasa dan saat itu aku menerimanya dengan penuh keheranan. Disebutkan bahwa pesan ini berupa pesan rahasia, pesan yang tidak boleh siapapun mengetahuinya hanya kepadaku khusus ditujukan. Belakangan aku baru menyadari bahwa itulah yang dimaksud dengan “Amniyah”. Kurang lebih isinya menyuruhku untuk menghadiri sebuah acara pertemuan sebut saja apel seperti upacara gitu. Aku yang menyukai baris berbaris yasudah datang polos saja kesana barang kali aku akan melihat sosok komandan upacara yang suangar sebab ini adalah Yogyakarta.
Betapa aku terkejut ketika mengetahui wajah-wajah yang sudah datang dan yang baru berdatangan adalah wajah-wajah yang tidak asing bagiku. Mereka adalah teman-teman melingkar meski berbeda lingkaran. Mereka adalah teman-teman rohis dari berbagai sekolah yang sempat dikumpulkan oleh kakak senior dalam sebuah acara temu alumni rohis nasional. Dan beberapa lagi aku mengenalnya saat pertemuan di forum ketua osis nasional yang dibuat oleh kakak-kakak senior juga. Wow sekali, aku saat itu tidak berpikir apapun yang ada hanya senang bertemu kembali diacara yang sama lagi. Belum ada terlintas pertanyaan yang muncul tentang keanehan itu semua. Hingga tiba waktunya sesuai undangan yang diberikan acara dimulai. Kami dipisahkan menjadi 2 pasukan besar, Akhwat/Ikhwan. Kata asing yang mulai sering aku dengar sejak setibaku di Yogyakarta.
Di mulailah apel dengan ritual yang khas dan sangat biasa dijumpai pada ritual melingkar. Hingga tiba dipanggil sebuah nama dengan jabatan sebagai dewan perwakilan rakyat, aku baru sadar jika disingkat itu adalah DPR. Itu adalah manusia DPR pertama yang aku temui langsung, begitu ternyata wajahnya sama saja dengan manusia lainnya. Selama ini DPR di kepalaku hanyalah nyanyian Iwan Fals. Manusia DPR itu diminta untuk menyampaikan sebuah orasi, begitulah kata MC apel pagi itu. Aku menyukainya karena dia memulai dari masalalu, dari sejarah yang kemudian dihubungkan dengan konteks hari ini. Dalam pikirku, oh itu yang dinamakan orasi. Tidak ada bedanya dengan ustad-ustad di kampungku ketika mereka sedang berceramah. Lantang, jelas, lugas, dan membosankan. Dipenghujung orasinya dia meminta kami untuk membantunya menyebarkan kalender dan memperkenalkan dirinya dihadapan masyarakat Yogyakarta.
Sontak batinku menolak dan pikiranku menentang. Aku merasa sedang dibohongi dan dimanfaatkan. Bagaimana tidak? Aku harus memperkenalkan sosok yang aku sendiri saja tidak mengenalinya. Malah disuruh mengenalkan ke masyarakat. Pftt tapi saat itu aku hanya diam mematung diri sebab semua masih dalam barisan yang sama dan belum ada perintah membubarkan barisan. Apel pagi itu ditutup dengan doa yang apabila didengarkan dengan baik doa itu terlalu murni dan baik dipanjatkan untuk sebuah kebohongan besar yang dilakukan. Barisan dibubarkan dengan dibagikannya kalender kepada kami semua termasuk aku untuk kemudian kami bagikan ke orang lain tentunya dengan maksud memilih si Manusia DPR tadi untuk periode berikutnya. Saat yang lain melakukannya dengan alasan taat dan loyal tapi tidak denganku yang berontak membuang kalender tersebut dan pergi pulang ke kontrakanku di Barat Yogyakarta.
Oh ini mungkin yang dinamakan politik, gumamku pada diri sendiri sepanjang perjalanan pulang. Tidak peduli siapa partainya, siapa manusianya, bagaimana caranya kampanye, hanya satu tujuannya yaitu terpilih. Aku sungguh mengasihani diriku yang tidak mampu seperti teman-temanku yang lainnya. Harusnya aku tidak perlu demikian cukup lakukan saja perintahnya “Sami’na”. sejak itu aku menjauhi lingkunganku yang soleh dan terjaga itu. Sebab aku merasa dibohongi dan dibodohi dan akan terus berulang jika aku tidak segera keluar dari sana. Satu yang aku pahami hari ini di tahun 2020, ternyata dalam Pemilu dan Kampanye; Politik, tak ada bedanya kota lain dengan Yogyakarta.
Bengkalis 8.15 AM
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Kesempatan Kita
Enak ya dia, punya banyak pilihan jadi bisa menghitung menimbang. Katanya
Padahal karena banyak pilihan inilah membuatnya tidak kunjung memilih. Habis dipikiran.
Enak ya dia, udah fokus ke karirnya.
Padahal karena memang tidak adanya pilihan untuk diperhitungkanlah dia menjalaninya.
Akan selalu begitu.
Yang punya banyak pilihan akan merasa tak berdaya tak kuasa atas opsi yang tersedia. Lalu bagaimana? Berhenti di persimpangan? Sekali lagi, pertimbangkan mimpimu dan lihatlah ke belakang. Mungkin ada harapan yang selalu mendorongmu tanpa kamu sadari. Atau ada doa yang selalu menguatkanmu disaat mulai lelah. Yang itu datangnya dari mereka yang pernah meminjamkan kata Terimakasih kepadamu karena mereka percaya kau akan mengembalikannya dengan sebaiknya pengembalian.
Sambut harapan itu, genggam doa itu. Lanjutkan langkah itu.
Sementara,
Dia yang dengan sangat terbatas pilihannya, membuatnya harus yakin bahwa ini adalah jalannya dengan harapan setelah dilaluinya akan terbuka jalan-jalan baru nantinya di depan sana.
Kita sama, entah itu sama karena banyak pilihan atau kita sama karena memang tidak adanya pilihan. Yang pasti kita sama. Sama-sama punya Kesempatan. Sama-sama berharap akan harapan. Sama-sama berdoa untuk mendoakan.
Kita Sama.
Jalan Terus – Terus Jalan.
_
#janganmenyerah
3 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Beri Makan Anjing
Ini kisah fiktif hanya untuk kesenangan berpikir saja. Di kisahkan seekor anjing yang kelaparan mencoba mencari sisa sisa makanan akhirnya ia temukan pada tong sampah yang tidak jauh sebenarnya dari anjing itu biasa dirawat. Ya Anjing itu biasa dirawat oleh majikannya, majikannya memberikan dia selalu makan bahkan saat ia sakit, si majikan merawatnya.
Suatu ketika, majikannya pergi untuk menyelesaikan keperluannya. Hingga tiba masa si Anjing kelaparan, lapar yang teramat. Saat itu datang seorang memberikan makan kepadanya. Anjing yang biasanya menggonggong ketika ada yang mencoba mengusik rumah majikannya, saat itu si Anjing diam sambil menjilati makanan yang diberikan orang itu. Si anjing merasa terselamatkan. Seketika si anjing terbujuk rayu orang itu. Akhirnya anjing itu pun memuja muja orang itu lebih dari majikannya yang merawat dan memberikan makan setiap hari kepadanya.
Kisah Anjing yang Anjing.
0 notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Aku yang tidak pernah serius dengan kehidupan. Satu tanyaku, Mau sampai kapan?
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Emosian Ga Jelas
Haii kamu yang sengaja singgah kesini, terimakasih ya walau aku tidak tahu kamu siapa namanya :)
Oh ya pernah ga sih kamu bawaannya emosian/sensian ga jelas gitu bahkan seharian atau malah dua tiga hari. Ga tau tu apa penyebabnya. Pas diingat-ingat kayaknya gak ada tu perlakuan kasar atau yang salah yang kita terima atau kita tujukan ke orang. Ga jelas aja musababnya.
Pernah?
Aku pernah, barusan lega.
Ternyata obatnya tau apa? CERITA.
Ya obatnya cerita. Beruntungnya aku bertemu dengan seorang kawan, lalu cerita banyak hal. Terutama tentang sosial masyarakat dan pendidikan. Entah kenapa tumpah semua kekesalan yang sempat mendam beberapa hari ini.
Contoh: kemarin seorang ibu mengadukan ke aku bahwa anaknya tidak diterima sekolah di SMP yang di daftarnya. Mendengarnya aku biasa saja. Karena aku tahu anaknya itu bandel.
Tapi lamaa wajah ibu itu membekas diingatanku, aneh dia menunjukkan berkas anaknya kepadaku. Lah aku siapa? Guru? Bukan. Aku kan masih mahasiswa.
Wajahnya si ibu terlihat lelah. Layaknya orangtua yang sedang mengupayakan pendidikan untuk anaknya.
Usia ibu itu mungkin sekitar 60 tahun kurang dikit atau lebih dikit.
Aku menggumam dalam hati: "ya coba sekolah lain saja, atau gausah sekolah saja toh pendidikan di republik ini juga ga jelas". Geramku dong pastinya atas kondisi saat ini. Tapi aneh, aku biasanya ga peduli sama pilihan hidup orang tapi saat itu aku kepikiran sekali.
Si ibu menjawab seolah mendengar omongan dalam hatiku, "kalau ke SMP yang sana jauh bang ga akan sanggup kasih uang ongkosnya, motor tak ado".
Deg, aku terkejut. Malah curhat ya. Mendengar itu semakin muak aku melihat sistim pendidikan di republik ini. Zonasilah, prestasilah, nilai raport lah. Aku sebut itu rasis (gak suka skip).
Lalu aku cuma basa basi menjawab semoga ada jalan lain agar dapat yang diinginkan dan dipermudah ya bu.
Aku pulang. Lama aku duduk di kursi panjang teras rumah. Dari jauh aku perhatikan anak ibu itu sedang bermain sama anak-anak lainmya seumuran dia. Hingga lamunanku bepergian kemana mana. Tiba-tiba ada iba yang muncul. Kok aku kasian ya sama dia. Saat kawan-kawannya sekolah, dia tidak. Seperti apa ya perasaannya? Pasti dia ga akan kuat menahan itu, janganlah jangan. Jangan sampai dia merasa dikucilkan dipergaulannya. Dia harus sekolah. Setidaknya agar dia tetap merasa sama dengan yang lainnya.
___
Ini satu kasus. Ada banyak lagi kasus yang membuat aku jadi over thinking. Memikirkan sesuatu yang ntahlah aku bisa apa terhadap sesuatu itu. Pokoknya mikir dulu. Sampe akhirnya berat sendiri. Dan benar setelah aku ceritakan kepada temanku tentang PENDIDIKAN dan tetekbengek lainnya, kepalaku jadinya lebih ringan. Hatiku jadinya lebih lapang. Dan menjadi semangat berlipat, aku harus bisa berguna-bermanfaat-berdampak-membawa pengaruh, kelak untuk dunia yang aku impikan.
Sebegitu bahagianya. Dan tak lupa berucap syukur kepada Allah. Memang benar berceritalah kepada Allah, Allah akan kuatkan dirimu. Namun ga ada saalahnya juga bercerita kepada manusia dengan niat karena ingin kebaikan dariNya lewat manusia ciptaanNya.
Begitulah salah satu hikmah silaturrahmi ini.
11 Juli 2020
3 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Aman Disana?
Bagaimana lebaran kali ini? Sakit bukan! Masih ingat kala itu diriku belum mendapat perhatian darimu. Mengetuk pintu rumahmu pun kau menahanku. Hingga akhirnya kau yakin atas hubungan ini lalu berubah menjadi sangat perhatian. Sayang, di Lebaran berikutnya (red. Saat ini) mengirim ucapanpun tak lagi sanggup. Begitulah waktu. Begitulah penyesalan. Selalu saja manis untuk dituliskan.
4 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Kenapa Harus Menikah ?
Terus dan bergantian diundangan itu tertulis namaku. Sebuah pesan, kata mereka itu ajakan. Dan seperti biasa aku hiraukan saja karena aku lebih menyukai datang setelahnya. Saat dia butuh bantuan mungkin, saat aku tidak sengaja mengunjunginya mungkin, saat dia sedang tidak mengundang mungkin. Saat-saat yang tidak biasa tentunya.
Apa cinta harus menikah? Kataku padanya. Dia yang aku anggap juga sepemikiran. Sebenarnya Aku tidak membutuhkan jawabannya, yang aku butuhkan adalah alasan yang menguatkan pikiranku. Egois. Memang. Dan ternyata diam-diam dia menginginkan hubungan yang demikian. Dan kembali, egois. Aku pergi.
Apakah jujur pernah salah? Sepertinya bukan jujur yang pernah salah, melainkan kebohongan yang tidak akan pernah sampai kapanpun menjadi benar.
Teman kecilku yang paling bajingan, hidup tanpa takut, menjadi pelajar, punk jalanan, sales mobil, tukang parkir, tukang pukul, sabu, hingga tiba-tiba mengirimkan kabar besok akan menikah. Kenapa? Kenapa harus menikah? Jika saling cinta saja cukup kenapa harus menikah? Jika tinggal serumah saja bisa kenapa harus menikah? Semuanya tidak masuk diakal. Dia bukan ikhwan, dia bahkan mungkin tidak pernah ikut kajian. Kenapa?
Waktu tidak berputar, dia hanya terus berganti dan bergerak kedepan. Mungkin semua punya cerita dulunya, mungkin semua punya sesuatu pahit yang teramat dulunya. Tapi semua juga punya kesempatan membaik nantinya.
Hingga akhirnya aku temukan suatu jawab yang tanpa ada sanggah terhadapnya. Menikah Untuk Memuliakannya.
Menghormatinya saja tidak cukup. Menyayanginya saja tidak cukup. Mencintainya saja tidak cukup. Mengkhawatirkannya saja juga tidak cukup. Semua itu soal waktu. Tapi kata memuliakan itu maknanya tidak berhenti. Sebuah cita-cita, sebuah upaya, sebuah penghormatan tertinggi.
Mungkin, atau iya. aku akan menikahinya untuk memuliakannya. Munajatku padaNya.
- Bengkalis, 9 Mei 2020 | 01.41
5 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Percayalah Aku Jahat
Sisi lain, ada yang namanya perasaan: baik itu perasaan menghargai, menghormati, menyayangi, memberi bantuan, tumbuh belajar, marah, kecewa, dan perasaan lainnya.
Suatu saat ketika alasan bertemu telah usai, maka perasaan itu akan menuntut untuk diyakinkan keberadaannya.
Apakah dibersamai terus?
Apakah dicukupkan?
Apakah membersamai dengan bentuk baru yang berbeda, seperti merubah status.
Nah saat itu perasaan kita saling menuntut untuk diyakinkan. Jadilah kita komunikasi jauh kedepan. Dan memutuskan kita berganti status 😄. Dari yg tidak jelas (serius atau hanya main), menjadi status teman.
Diri ini bisa kembali: berbenah dan menjadi laki-laki yg serius menjalankan kehidupan. Kemarin banyakan mainnya. Kwwkkw
Demikianlah cerita kami, kami cukupkan.
Oiya itu tentu melalui perhitungan sabar dan syukur.
Setelah dihitung-hitung dengan rasio bukan unit, akhirnya dapat kesimpulan demikian.
Sabarku akan kalah, Syukurku akan lemah. Dan itu akan menyulitkan hubungan, kelak.
#selesai
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Sepulangmu
Tentu semua tidak akan lagi sama, kopi merapi tidak lagi hangat, wedang gedangnyapun sudah tak lagi berasa. Dingin dan mulai memudar. Meja kursi batu pinggir jendela itu tidak lagi meninggalkan tawa, sedih mengulang kenangan. Dan pulang dengan senyuman.
Perjalanan Jogja - Parangtritis berubah menjadi perjalanan yang tak lagi aku sukai. Kemacetan dan lampu merah di setiap perempatan menambah lengkap alasan untuk tak lagi kesana entah dalam waktu kapan aku kembali, mungkin sesekali ia tapi hanya untuk sebuah pekerjaan.
Memang benar, nyaris tidak ada tempat favorite barang sekedar makan atau berdua ngobrol berbincang. Tidak ada menu andalan yang selalu ada dalam pesanan. Karena denganmu semua bisa dinikmati dengan penuh candaan.
Tidak ada bioskop dalam kisah ini, yang ada adalah jok motor yang kini kembali ke settingan awal yang tak bertuan. Tidak ada lagi yang menunjukkan arah yang salah karena tidak bisa membaca maps. Kini Aku jadi bisa berkendara dengan santuy menikmati jalanan tanpa komentar dan kritikan.
Aku kembali menjadi member tetap burjo langganan kontrakan setelah selama ini denganmu selalu ingin makan makanan yang beragam, promo GoFood dan GrabFood akan hangus dengan sendirinya. Aku tak peduli karena makan sendiri hanya sedikit potongan.
Lagu indie yang biasanya aku putarkan perlahan mulai aku tinggalkan, berganti dengan lagu melayu penuh dendang.
Setengah delapan hingga pukul delapan malam, rasa-rasanya ingin ku lewatkan waktunya. Sebab tiap pukulan sendok dan mangkok cap ayam sudah tidak lagi menandakan ingin memesannya, mungkin inilah kenangan dirimu yang paling tak terlupakan. Ya semangkok bakso 10.000 dengan kuah yang minta dibanyakkan agar bisa dimakan satu berdua alias satu suap gantian.
Sepulangmu semua tak lagi sama. Bukan berarti cerita telah selesai.
Sepulangmu, aku berharap: kau - aku. Akan tetap dan selalu menjadi yang terbaik, dimanapun kapanpun.
- YIA, 3 April 2020
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Tidak Benar-benar Lupa
Kita beda dibanyak sudut pandang. Tapi kita selalu sama dibagian kesimpulan. Bahwa kita menginginkan yang terbaik.
Terangku demikian, kepadamu.
2 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Congratulation & Happy Wedding...
Atas kemenangan dari perjuangan seperempat abadmu. Selamat menggenap, kini kau tidak lagi ganjil.
Yogyakarta, 22 02 2020
3 notes · View notes
mutiaraduri · 5 years ago
Text
Kesalahan
mudah sekali untuk diuraikan pengertiannya, tapi sangat sulit sekali menghindari praktiknya. apa yang salah dari suatu kesalahan? sepertinya itu pernyataan yang bodoh. bagaimana jika, apa yang benar dari sebuah kesalahan? 
Berita buruk dari kesalahan adalah : Mengulanginya lagi Berita baik dari kesalahan adalah: Mengetahuinya bahwa itu salah
Kesalahan menjadi benar jika ada pemaafan dan penerimaan.
3 notes · View notes
mutiaraduri · 6 years ago
Text
Kehilangan
Kemarin seorang teman bertanya, “kenapa kita bisa merasa kehilangan?” saat itu aku hanya menjawabnya dengan nyanyian lagu lama zaman SMA dahulu. 
- rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya.
Simpel dan sangat dalam. tapi coba kita renungkan. kenapa kita merasa kehilangan untuk sesuatu benda atau orang yang apapun itu kita pernah merasa memilikinya? wajar sekali rasanya hal itu terjadi. 
Namun bagaimana jika kita belum sempat merasa memiliki tapi sudah harus kehilangan? apa benar kita akan merasa kehilangan? atau hanya merasakan seperti ada yang kurang saja, namun tidak begitu berpengaruh.
jadi sebenarnya kenapa bisa kita merasakan kehilangan?
coba kita uraikan faktor-faktor penyebabnya: 1. waktu 2. kejadian/momen 3. penerimaan
waktu: tentang seberapa lamanya bersama momen: tentang sesuatu yang dialami, dilalui bersama penerimaan: adalah soalan pengakuan.
mungkin waktu tidak lama, mungkin momen juga tidak banyak. tetapi jika penerimaan sudah tidak perlu lagi dipertanyakan? yang lain mau apa!
dan saat itu kamu kehilangan sesuatu yang telah kamu terima dalam hidup kamu, wajar dan pasti kamu akan merasakan kehilangan. sebab cinta dimulai dari sebuah penerimaan.
5 notes · View notes
mutiaraduri · 6 years ago
Text
"Jadi begitu, begini terlalu egois. Baiklah kalau gitu, begitu saja."
Kataku mengalah _
1 note · View note