Text
Mati.
Seringkali aku mati
Aku mati dalam ambisi
Aku mati dalam ekspektasi
Aku mati dalam ilusi
Aku mati dalam berbagai situasi
Sepi...
Sunyi...
Berharap hidup kembali
Seraya bergumam "Ah.. mari kita revisi"
0 notes
Text
Henti
Aku menatap jarum jam dihadapanku. Sesekali menatap jemari tangan kananku. Kulihat juga dia yang sedang duduk disana. Sibuk dengan dunianya yang sederhana. Aku kembali menatap waktu di layar. Kenapa semua berlalu dan hanya aku yang berhenti?
0 notes
Text
Tidak berambisi jadi yang terdepan juga tidak apa-apa. Ingin menjadi yang biasa-biasa pun juga boleh-boleh saja. Kamu tak harus besar, kamu hanya perlu tetap hidup.
380 notes
·
View notes
Text
Being a New Mom
Dari awal sudah yakin mau lahiran normal, karena minim banget info jadi usia kehamilan 7 bulan mulai tuh tanya2 ke teman2 di cimahi. Akhirnya disarankan momihom sama fira. Karena kebetulan mas pulang ke bandung, jadi dia yang survei sambil tanya2.
H-4 HPL baru periksa di momihom. Sebelumnya sempat overthinking kenapa kontraksi malah makin berkurang padahal udah cape ini itu mulai dari ngepel jongkok, main gym ball tiap saat, gudag gidig bantuin dagangan mama. Semakin overthinking ketika orang2 tanya “belum lahir juga?”, lumayan kena mental hehe.
Setelah diperiksa teteh2 bidan momihom, disarankan untuk jalan kaki 3 jam perhari, hubungan, squat, sampai diajarin pijat perineum, dan yang terpenting dikasih semangat untuk tetap positive thinking.
Pas kontrol ini dibekali birth plan yang harus diisi. Aku ga minta banyak dan yang aneh2 sih. Cuma minta gamau di episiotomi, putar murotal di kamar, boleh makan minum selama persalinan, langsung IMD. Selebihnya menyerahkan ke bidan aja sesuai SOPnya gimana.
Tanggal 23 siang tiba2 rembes. Sempat berpikir kayanya ketuban deh. Jadi langsung otw sama mas ke momihom. Pas di cek ternyata ketuban masih utuh, kepala baby masih agak tinggi tapi ada kemajuan dibanding pas pertama kontrol.
Sejak pulang kontrol mulai perlahan2 merasakan kontraksi. Malamnya mulai gabisa tidur, kontraksi tiap 15 menit sekali. Jam 1 pagi makin intens, akhirnya balik lagi ke momihom. Pas dicek ternyata baru mau buka 1. Alhasil pulang lagi. Berusaha untuk tidur meskipun tetap kebangun2 karena kontraksi.
Paginya berusaha memaksakan untuk sarapan supaya ada tenaga. Puncaknya jam 10 merasa kontraksi sudah 5 menit sekali, semakin lemas ga ada lagi tenaga, tangan suami sudah habis digenggam kuat2 tiap kontraksi. Akhirnya balik lagi ke momihom dan memutuskan untuk stay meskipun bukaan belum maju.
Sampai di momihom langsung di VT sama bd Yesi
“Teh coba tebak deh ini udah buka berapa?”
“Berapa teh?”
“Buka 5. Yuk kita ke atas, kebetulan di atas ada yang lagi yoga. Langsung ikutan aja ya teh, sekuatnya, biar bukaannya nambah”
Sebetulnya sudah tidak ada tenaga, naik tangga rasanya berat, apalagi ikut yoga, tapi karena dikasih kabar sudah buka 5, jadi lumayan boost semangat.
Pas yoga sudah hah heh hoh, sudah susah konsen, akhirnya ga ikut sampai selesai. Di kamar nyoba sesekali buat jalan sampai akhirnya ga sanggup lagi dan memutuskan untuk baring sambil dzikir.
Jam 13.30 makin kuat kontraksinya, ditambah baby udah mulai ngajak ngeden. Pas di VT ternyata buka 6. Akhirnya diajak bidan untuk berendam air hangat. Setelah 15 menit berendam baby makin kuat ngajak ngedennya, di VT lagi ternyata sudah buka 9. Lanjut peluk peanut ball di matras sambil posisi nungging. Setiap kontraksi diusapin punggungnya sama teteh bidan. Betul2 merasa didampingi.
Waktu buka 9 ini udah segala kerasa. Makin lama makin lemas. Cuma bisa istighfar. Sampai akhirnya ketuban pecah dan buka lengkap, ganti posisi setengah duduk. 3 kali ngeden berusaha atur nafas, tetap senyum liat perut. Mencoba mempraktekan semua teori yang dipelajari. Tapi ya ada aja godaan yang lewat. Sampai akhirnya keluar lah kata2 “ga kuat”, tapi disemangati sama mas, bd Eka, bd Yesi. Baby juga tau maminya sudah lemas banget, jadi dia bantu dorong. MasyaAllah anak sholeh. Alhamdulillah total 9 kali ngeden lahirlah baby
Lanjut IMD sambil jahit. Rasanya plong alhamdulillah lihat baby sehat, meskipun ngilu karena jarum jahit kerasa banget.
Aku dan baby sebetulnya sudah boleh pulang tanggal 25 agustus sore, tapi karena merasa masih butuh recovery, jadi menginap lagi 1 malam.
Tanggal 26 agustus pagi pulang ke rumah. Keesokan harinya sampai 4 hari kemudian divisit ke rumah sama bd Amel dan bd Eka untuk pijat laktasi, lihat kondisi dan perkembangan aku dan baby, evaluasi cara menyusui, belajar mandiin, jemur, dan bebas tanya apa aja konsul apa aja. Setelah 1 minggu nanti kontrol lagi, baby sekalian difoto newborn
Senyaman itu lahiran di momihom. Berasa lahiran dirumah. Cocok banget untuk new mom yang gampang overthinking kaya aku. Pokoknya bakalan merekomendasikan siapapun yang mau melahirkan gentle birth di momihom aja🥰
1 note
·
View note
Text
Berhenti menyalahkan orang lain atas kegagalan yang kau alami sendiri. Segala sesuatu terjadi dengan sebuah kuasa. Sang Pemilik Kuasa memberimu kesempatan untuk memilih jalan. Lantas saat jalan yang kau pilih keliru mengapa harus mencari alasan. Sibuk menyalahkan. Ketika kau tersadar yang tersisa hanyalah penyesalan dan rasa bersalah. “Maaf” sudah tidak lagi dapat merubah keadaan. Yang disalahkan sudah melangkah jauh ke depan, sementara kamu memilih jalan untuk merelakan. Bukan. Bukan merelakan kepergian. Karena sejatinya kepergiannya juga memang kau inginkan. Kau merelakan semua yang terjadi padamu bukan karena dia.
0 notes
Text
Menjalani hubungan tanpa menjadikannya beban pikiran nyatanya tak begitu saja mudah dilakukan.
Kala diri sudah bahagia menjalani dengan tenang dan damai, selalu saja ada sekilas berita yang membuat hati kembali tidak tenang; lagi-lagi hadir ketakutan akan kehilangan.
Memang, puncak mencintai dan menyayangi yang sebenar-benarnya adalah dengan tulus tanpa mengharap kembali; pun dapat diartikan asal ia bahagia dipenuhi kasih sayang, bersama kita ataupun tidak. Namun nyatanya, teori ini tidak mudah untuk dipraktekkan.
Di dalam dasar jiwa mengatakan percaya, namun lagi-lagi ketakutan pada pengkhianatan mudah begitu saja menyelinap.
Ternyata, avatar yang mampu mengendalikan 4 elemen saja tidak cukup. Karena akan lebih sulit untuk mengendalikan pikiran dan hati. Dalam keadaan pikiran dan hati yang tidak baik-baik saja, maka akan menjadikan banyak aspek kehidupan berantakan begitu saja.
Bandung, 27 Agustus 2019
68 notes
·
View notes
Video
Dear Indonesia, selamat menua. Tetaplah berjaya dan semakin digdaya. Kau punya banyak pemuda yang ingin terlibat dalam sejarah bangsa, dan kami diantaranya. #nusantarasehatbatch12 #membangunindonesiadaripinggiran (at Butur - Buton Utara) https://www.instagram.com/p/B1VtDdjlsJC/?igshid=109719cr7s7nj
0 notes
Text
“Perempuan harus belajar, bahwa ada kata-kata maaf dari pria yang tak perlu diucap tapi memang bermakna yang sebenarnya, dan ada maaf yang diucapkan hanya untuk menutupi kebohongan yang akan dilakukan selanjutnya.”
— (via mbeeer)
559 notes
·
View notes
Text

Sebuah perahu menepi karena dayungnya patah. Memilih menepi karena takut akan ombak. Takut terombang - ambing di antah berantah atau karam di tengah badai.
Terlalu banyak yang dikhawatirkan. Padahal tak semua yang dipikirkan benar - benar menjadi nyata. Padahal perahu yang terombang - ambing mungkin akan berakhir dengan menemukan dayung yang baru
0 notes
Text
Awal..
Kau hanya perlu mengutip sebuah momentum dan tetapkan..
"Ini adalah awal"
Ungkap dengan penuh keyakinan, penuh keberanian bahwa kau sanggup melangkah dan memulai. Keluarlah dari zona nyaman.
Mulai...
Berlarilah...
Bertahan...
Jangan patah.
Cianjur, 4 Mei 2019
0 notes
Photo

Muhammad Riko - Medan - Tenaga Teknik Biomedika Wahyuni Nonci - Sinjai - Perawat Sri Wahyuni - Kolaka - Bidan Wiki Pratama - Jambi - Tenaga Kesehatan Lingkungan Ajeng Khalishah Ginatullah - Cimahi - Tenaga Gizi Atas izin Allah kami dipertemukan dan memikul sebuah tanggung jawab bersama. Menerapkan konsep kolaborasi interprofesi dalam membantu teman - teman tenaga kesehatan di Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan untuk meningkatkan derajat kesehatan saudara - saudari kami yang tinggal disana. Berbagai tantangan dan keterbatasan insyaAllah tidak akan mengalahkan semangat kami untuk memberikan yang terbaik bagi negeri. Kami bukan pahlawan. Membawa perubahan membutuhkan perjuangan panjang, tetapi setidaknya kami memulai. Meninggalkan segala kenyamanan dan memberanikan diri untuk memulai perjuangan, dengan membawa doa orang tua, keluarga, kerabat, dan sahabat di kampung halaman sebagai bekal. #nusantarasehat #nusantarasehatbatch12 #kemenkesri https://www.instagram.com/p/Bzm-Ky3l5gRLTb79_0aaO7DNUJT5xlQzVHty0g0/?igshid=v6p997fvq7x5
0 notes
Photo

Penghuni Candra Loka dan Kenari. Barak tertinggi di Ciloto. . . Ternyata cukup beberapa minggu hidup bersama saja untuk merindukan momen - momen kita. . . Semoga kita senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan tugas. Semangat! Jangan lupa bahagia! (at Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto) https://www.instagram.com/p/Byp7y4AlTAszn_9Lg6r5Qfp5AHdBZIpzsbqcS80/?igshid=1eqb7l1qyhbji
0 notes
Photo

Dipertemukan dalam sebuah kesempatan dengan semangat yang sama. Menyatukan visi dan hati. Saling mendukung, saling percaya, saling menjaga. Menjadi sebuah keluarga. (at Ereke, Sulawesi Tenggara, Indonesia) https://www.instagram.com/p/BybOl8cl0GxXblR1XKXv2lkedzlsaU1vIjY2Q40/?igshid=1slmguk3fp30e
0 notes
Photo

Untuk setiap dukungan dan doa, terima kasih 💕💕 https://www.instagram.com/p/ByEe2R7leS6Xj08seWZqjrqBmqb35Yq8hSD9TM0/?igshid=m93uqg8q7fgy
0 notes
Text
Ya kita lihat saja nanti, apakah namaku dan namamu yang ditulis bersandingan di langit Ya.. lihat saja nanti Kapan? Ya nanti Pokoknya nanti Tidak sekarang.
0 notes
Text
Romansa Petani dan Pohon Apel
Cinta.. inikah? yang aku dan kamu rasa selama ini. Aku pikir ini cinta tetapi mungkin kamu tidak berpikiran sama. Aku tersenyum mengingat semua yang ada pada dirimu, mengabaikan segala perangai yang sering membuatku kesal dan menangis, tetapi mungkin tidak begitu bagimu. "Aku mencintaimu" Sesederhana aku mengucapkan kalimat itu, semudah aku mengingat setiap lekuk wajahmu, selama-lamanya yang aku mampu, dan lebih dalam dari ragu yang kau benamkan di pikiranmu. Ya.. tentu kamu meragukanku, dan itu bukan salahmu. Aku mencintaimu seiring waktu, mempercayaimu pula dari waktu ke waktu, perlahan tapi maju. Ibarat pohon apel, kau menanamku di tanah yang subur, menyirami, dan memberi pupuk bernutrisi, merawatku dengan sepenuh hati. Kau mencintaiku sejak awal. Tugasku hanyalah tumbuh dengan baik, hingga ku bertambah tinggi dan berbuah lebat. Kemudian apel - apel itulah cintaku. Cinta yang tumbuh seiring waktu kau merawatku. Lantas, meski berbuah lebat, apelku tidak seluruhnya terasa manis. Seringkali kamu kecewa setelah memetik dan mencoba. Tak jarang kamu buang yang rasanya tidak cocok dengan lidahmu. Kamu sangat kecewa. Akupun sama. Mungkin kamu merasa keliru dalam merawatku, atau bahkan salah memilih pohon. Ah.. ya.. kenapa kau menanamku? Kenapa bukan pohon -pohon yang lain saja? Aku pun kecewa. Tidak bisa tumbuh sesuai dengan apa yang kamu harapkan dariku, meskipun sudah berusaha sekuat yang aku bisa, dan kamu hanya meragukan semua usahaku. Adalah ragu, yang membuat cinta menjadi tidak terlihat besarnya. Setitik saja ragu jatuh diatas cinta, maka sedetik pula waktu yang dibutuhkan bagi cinta untuk terluka. Bagaimana tidak, keraguan akan membuat siapa saja mencari jawaban dari sebuah kepastian, kenyataan dari setiap keadaan. Serakah. Satu kepastian saja, satu kenyataan saja, tidak cukup untuk membuatnya beralih menjadi percaya. Sementara yang diragukan akan terluka. Lelah mencari cara untuk membunuh ragu dan menumbuhkan percaya. Jika ragu adalah makhluk yang serakah, maka luka adalah makhluk yang egois. Karena luka membutuhkan obat untuk kesembuhan, maka luka pun pada akhirnya melupakan cinta. Hanya melihat bayangannya dan mengingat rasa sakitnya untuk segera diobati. Merasa ialah yang kini paling utama. Beginilah kita.. Membubuhkan ragu dan menyimpan luka diatas cinta. Sampai - sampai lupa bahwa kita pernah mengatasnamakan cinta untuk perjalanan panjang yang kita lalui bersama. Aku dan kamu. Seperti petani dan pohon apel yang sama - sama kecewa, yang kini lupa berapa banyaknya jumlah apel yang telah matang dan siap untuk dipetik. Ternyata cinta yang melimpah saja tidak cukup untuk kita. Biarlah cinta ini kau yang tentukan kelanjutannya, seperti apel yang matang di pohon. Apakah kau santap dengan rasa syukur, kau jual pada pedagang kota, atau kau biarkan sampai dimakan ulat dan hama. Semua keputusan ada di tanganmu. Petani punya hak atas pohon - pohon yang ia tanam. Satu permohonanku, jika kau bermaksud untuk menanam pohon yang baru, jangan kau tebang aku. Biarlah apelku habis dimakan ulat yang kelaparan, daunku jatuh berguguran karena bermain dengan angin dan hujan, hingga akhirnya kayuku lapuk habis tak bersisa dilahap rayap.
0 notes
Text
Butuh ruang
Bebas. Hal dasar yang hakikatnya dibutuhkan manusia, ya.. seperti kita. Seperti aku dan kamu. Untuk menciptakan sebuah kebebasan kita membutuhkan sebuah ruang. Ruang yang cukup untuk diriku sendiri dan cukup untuk dirimu sendiri. Entah itu ruang untuk bergerak bebas, bernafas lega, maupun ruang untuk menyimpan segala sesuatu yang tidak dapat kita bagi. Dalam ruangmu sendiri, dalam ruangku sendiri, kebebasan adalah harga mati. Nyaman dan terkendali, itulah yang terjadi pada ruang yang kita ciptakan sendiri. Namun, adakalanya kita harus bersinggungan dengan ruang milik orang lain, mengubah kenyamanan entah menjadi apa. Seperti kamu yang dengan sengaja menyinggung ruangku beberapa waktu yang lalu. Kamu memberanikan diri untuk keluar dari ruangmu, menghampiri dan mengetuk ruangku yang dulu kubuatkan pintu. Aku hanya berdiri di depan pintu, melihatmu, dan menutupnya kembali. Aku tidak ingin ruangku diganggu. Namun kamu tidak menyerah, tetap menunggu di depan pintu, mengetuk hingga ku bosan mendengarnya. Ku hancurkan pintu tersebut agar suara ketukanmu tidak mengganggu ketenanganku. Kini ruangku tanpa pintu.. dan kamu masih terpaku di depan ruangku, tersenyum, tanpa sepatah kata pun. Aku sesekali menatap senyuman itu. Senyuman yang membuatku ingin tersenyum pula. Akhirnya aku menyerah. Ya.. senyuman itu membuat aku mengizinkanmu bertamu di ruangku. Karena senyumanmu. Kamu.. tamu yang bukan aku tunggu. Sejak saat itu kamu membuatku membagi separuh ruangku denganmu. Apapun yang menjadi milikku juga menjadi milikmu. Sesekali kau ajak aku pergi untuk bertamu ke ruang yang kau ciptakan, kau pun melakukan hal yang sama. Membagi apapun yang menjadi milikmu denganku disana. Tetapi.. aku tidak bisa tinggal di ruangmu. Aku merindukan ruangku sendiri. Seluruh hidupku ada disana dan kamu pun enggan meninggalkan ruangmu. Untuk itu segala hal diupayakan untuk menyatukan ruang kita, dengan harapan kita dapat memperoleh kenyamanan tanpa perlu merasa "dikalahkan". Aku merobohkan sebagian dinding ruangku perlahan. Dinding yang dulu ku bangun dengan segenap jiwa. Begitupun kamu dengan ruangmu. Semua cara kamu lalui untuk membuat ruang kita bersatu. Berhasilkah? sebenarnya aku tidak pernah benar - benar yakin. Ketika sejenak ku berhenti dan melihat sekeliling, aku melihat kita hanya merobohkan sebagian kecil dinding ruang kita masing - masing. Akankah ruang kita benar - benar menyatu?Ataukah hanya akan terus bersinggungan seperti ini? Haruskah kita menjawab pertanyaan tersebut saat ini? Entahlah.. yang jelas.. kita masih membutuhkan ruang kita masing - masing.
1 note
·
View note