nashirddn-blog

[nashirddn-blog]

Entah bagaimana, jalur ini (wajar) menelan korban. Hanya hantaran doa selagi dunia belum kiamat. Mungkin cukup(!) nekad, tekad, hasrat, ambisi atau (apapunlah) unsur penting dalam pendakian. Atau mungkin itu semua benar, silahkan saja. Coba kita telaah, cukupkah sampai disitu. Modal nyali alias tekad, kalah urusan nanti. Situ mau tawuran?. Habis logistik ya balik, ada badai ya berhenti, gak mampu ya turun. Disinilah proses sadar diri sebenarnya. Pahami kemampuan, latih keterampilan, gunakan alat yang memadai, jangan malu bertanya. Kalau ada toilet, ngapain kencing di ban mobil. Sungguh itu bukan hal memalukan. Santai aja, besok datang lagi. Semoga mereka yang gugur di medan perang sebab kecerobohan mendapat surga Mu kelak. Amin.#10 (at Tusuk Gigi Port)

[nashirddn-blog]

View this post on Instagram

A post shared by nashir (@nashiruddin)

Hemm, selamat bertambah umur @tbmmpanaceaugm (harusnya kemarin). Gpp lah, yang penting doa dan harapannya. Mungkin semua ini berawal dari-mu, yang lama kelamaan kau dilupakan, mungkin. Terimakasih telah mengajarkanku tuk selalu berbagi, “dengan memberi, seseorang menjadi kaya!”. Harap penuh, kau selalu dalam puncak kejayaanmu. Semakin tua, semakin kuat, jayalah selalu. Viva Panacea!. #9

[nashirddn-blog]

Kan Ku simpan rindu ini sampai Kau izinkan Ku tuk mendekap (kembali). Oh, semoga kau memaafkan Ku atas kefanatikan ini. #8

[nashirddn-blog]

Dan ini dia, Tim Pembasmi Tindu. Semoga hambaNya sibuk dengan privasi lainnya tidak menggadaikan kebahagiannya. Selamat pagi.#7

[nashirddn-blog]

View this post on Instagram

A post shared by nashir (@nashiruddin)

Kami hadapkan rindu, konsistensi kosong hampa, batas tak tegas, berbau lembut, merah membiru, hangat tak teraba. Apakah setan akan bertanggungjawab atas hasutannya. Semoga Tuhan memaafkan hambaNya yang sedikit-sedikit menghakimi rindu. (at Parade room, Surgery Dept. Sardjito central general hospital)

[nashirddn-blog]

Teruntuk kamu yang lelah menunggu, tenang aja, haha. Perkenalkan, Puncak sejati Gunung Raung. Katanya (@dzikriarij ), kalau sudah sampai sini maka sudah menjadi lelaki berhati, eh maksudnya sejati. Sedikit benarnya, pasalnya monyet betina mandul pun bisa sampai sini. Puncak Gunung Raung memang tak hanya satu, berjenjang bak bpjs. Dimulai dari puncak bendera, shirotol mustaqim, puncak 17, puncak tusuk gigi sampai puncat sejati. Jangan sampai terlena, karena takdir tak selalu dinanti. Semoga kids jaman now tidak lupa untuk berdoa kepada tuhannya.#5

[nashirddn-blog]

Lanjutnya, pos 7 Raung jalur Kalibaru menjadi spot tang paling pewe. Jelas saja, mengapa begitu ngototnya batin ini. Jarak summit yang terpangkas, lapak kecil cukup renggang, pemandang eksotis serta komposisi cahaya matahari masuk dikala terbit. Katanya manusia makhluk berdarah panas (taksepertikadal), faktanya mejeng menjadi kegiatan rutin setiap pagi. Summit pun menjadi sensasi yang paling dinanti, berbekal kepercayaan kepada alat atau percaya tuhan dan alat menjadi wasilahnya (atau apalah) yang terkadang manusia gemar akan perjudian, di sisi lain asuransi mengumbar janji. Setuju, hidup itu bukan hanya ya atau tidak, لا أو نعم، apalagi yeh oh no oh yes. Semoga esok tak selalu mengejar lusa dan menunggu tadi. #4 (at Banyuwangi)

[nashirddn-blog]

Efwayay, jalur pendakian Gunung Raung via Kalibaru jawara bets. Bukan jalurnya, tapi beban perlengkapan yang menjadi PR tersendiri, tentunya untuk keselamatan. Selain camping set, set SRT lengkap dengan batoknya, persediaan air sampai hidangan penutup. Jangan kalah, tak pernah lelah karena godaan selalu mencari jalan. Mungkin hanya jeda (sejenak), bukan untuk berhenti tapi untuk kembali (lebih baik). Karena jeda tak harus henti, stagnansi apalagi lehi-lehi, ihiy. Sini, sini cobain sensasinya, jangan lupa bawa cabai plus ulekannya, biar makin ngacir. Semoga pemahaman tak muncul saat berhenti. (at Puncak Sejati Mt.Raung)

[nashirddn-blog]

Apalah itu omong-omong, apalagi iming-iming. Bisa dibilang perjuangan, bahkan pertarungan tapi kami bukanlah petarung. Tak seperti gundukan favorit lainnya, gunung Raung memang agak jarang untuk dikasihi. @brekele @alinding @risyadlaochi dan @dzikriarij adalah korban iming-iming. Yang katanya pertarungan berbeda musuh; tandon air, kampas abis, napas bengek, betis mengkerut, sampai lutut kopong. Entahlah, itu hanya diri masing-masing semata. Yang katanya jalur pendakian banyak bonusnya, lagi-lagi katanya. Tak perlu dibuktikan, tak penting, biarkan anjing menggonggong. Kebun kopi, hutan pinus, tanpa sapa. Jelas, hanya kami korbannya. Apa daya, modal kita hanya biji berharap gedebong jati. Semoga sabar tidak berhenti di perkara pasrah.#2 (at Gunung Raung Banyuwangi)

[nashirddn-blog]

Bismillah. Setelah lama tak sehat batin, mencoba mengulang kasih perjuangan tak terlupakan. Bermulai dari ketidakharmonisan antara kesegaran pikiran dengan asap knalpot, disitulah mulut tak menyapa, kuping tak mau mengerti, dan pikiran enggan mengalah. Intinya hanya kegoisan semata. Selesaikan semua, tinggalkan yang akan datang. Sudah lama, sekitar 1 tahun yang lalu di surga yang tak digiraukan, asa ini direncanakan. Bukan untuk pamer kekuatan apalagi sombong akan iming-iming karena ini semua milik-Nya. Semoga hamba tak kebingungan dengan janji-Nya.#1 (at Puncak Sejati Mt.Raung)

[nashirddn-blog]

Ketika 17 hanyalah pengingat, Bendera merupakan simbol. Sedangkan Upacara bagian dari penghormatan. Sehingga Merdeka menjadi tolak ukur dan libur adalah bonusnya. Saatnya pembaharu menderu maju. Semoga terpancangnya Merah-Putih taj melambangkan kepuasan pemujanya. #livefolkindonesia #mountenesia #thisisindonesia #wanderlust #liveauthentic #wonderfulindonesia #igmasters #journesia #wildernessculture #ayodolan #gunungindonesia #id_pendaki #jalan2man #folkscenery #folkgreen #travelrack #indonesia_photography #indotravellers #exploregunung #mdplindonesia #indonesiaparadise #parapejalan #instagunung #indonesiajuara #gopro #urbanhikers #mountains #Ketika 17 hanyalah pengingat, Bendera merupakan simbol. Sedangkan Upacara bagian dari penghormatan. Sehingga Merdeka menjadi tolak ukur dan libur adalah bonusnya. Saatnya pembaharu menderu maju. Semoga terpancangnya Merah-Putih taj melambangkan kepuasan pemujanya. (at Gunung Raung)

[nashirddn-blog]

Sudah, sudah selesai. Bagimu ini baru pemanansan, titik terang belum tampak. Kami hanya bisa mengumbar janji. Yah, satu lapak buatmu. Kau masih ingin ke sana, yakin. Semoga kau masih bisa tersenyum. Sekali lagi, sampai berjumpa kembali kawan!. (at Ranu Kumbolo)

[nashirddn-blog]

Selamat jalan kawan. Ah bukan, sampai berjumpa lembali kawan. Baru saja tadi, tidak terasa yah. Kopiku masih hangat, seruputlah sedikit. Pahit memang, tapi itu hanya rasa di lidah, bahkan tak sampai tenggorok. Biarkan semeru jadi saksi senyummu kelak. Semoga kebaikan tak melulu sujud di depan mimbar. Sekali lagi, sampai berjumpa kembali kawan!. (at Ranu Kumbolo, Gunung Semeru)

[nashirddn-blog]

Seandainya manusia tak mengenal kata kekal beserta maknanya, mungkin Mereka akan lebih mawas. Semoga resah mengingatkan keberadaan-Nya.

[nashirddn-blog]

Dia merintih, gelisah, sedikit cemas, bosan, penat, tak berdaya, sendiri. Tapi dia siap, apapun konsekuensinya. Tak perlu yang lain, atau mereka hanyalah penyedap. Pergi jauh sampai tak bisa pulang. Sampai restu tak mengizinkan, sampai (hanya) doa sebagai bekal, sampai berfikir untuk bosan, sampai tercuat rindu di hati. Semoga dia menjadi orang yang berhati-hati dengan hatinya. (at Mount Merapi)

[nashirddn-blog]

(Lagi) berkesempatan menyusuri peluh bumi ditengah pekatnya rasa. Terletak tak jauh dari pantai Siung Gunung Kidul, sebuah lubang di tanah berkepemikikan pribadi menawarkan syukur lewat kuasaNya. Siapa sangka, selama ini kita berpijak diatas kehampaan dan hanya harapan yang membuat terus melangkah. Dengan kedalaman 10 m, oranamen yang mempesona, gelap yang menawan dan beberapa reruntuhan menggambarkan sengitnya kehidupan di atas lantai bumi. Tapi jujur, goa itu gelap, Yang terang itu indomart point. Semoga yang bermimpi tak perlu bangun, tuk merasakan dinginnya air pagi atau redupnya senja. (at Gunungkidul)

[nashirddn-blog]

Hari yang dahulu didustakan dengan penyesalan disertai perandaian. Yang terbaik pun menyesal, karena manusia tak pernah puas walaupun tiket surga digenggaman. Semuanya terbukti, tercatat tanpa hilang sekomapun, bahkan niat berbakti yang tak kunjung terlaksana sebab kebaktian sudah berpulang. Yah, hanya tersisa ketaatan dan penghambaan tanpa bisa memilih. Semoga tidak menjadi orang-orang yang merugi (kelak) di hari itu. (at Gunungkidul)