Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
From DM to Flames (6/6)
"Are u okey?" Tanya Putra ke Salma "Go ahead" Jawab Salmaa singkat yang merasa sudah dikuasai nafsu dan indahnya malam ini
Putra pun perlahan mendorong peniisnya dan perlahan mulai memasuki vaagina Salmaa yang telah basah. Cairan vaagina Salmaa membantu Putra dengan menelan peniis tersebut perlahan sambil diiringi desahan kecil dari keduanya dan rangkulan tangan Salmaa di belakang leher Putra.
Lalu, ketika merasa mentok dan masuk seutuhnya, Putra mendiamkan peniisnya di vaagina Salmaa agar bisa beradaptasi dan tidak sakit.
Lalu, ketika Salmaa mengangguk, Putra pun paham dan mulai memompa peniisnya maju mundur di vaagina Salmaa dengan gaya missionary. Perlahan Salmaa pun tersentak berkali-kali dengan peniisnya Putra di vagiinanya.
"ahhhh Put enak banget..ah punya kamu keras" "ahh sstttt, kamu cantik banget ahh, kalo sakit bilang ya"
Putra pun memompa peniisnya dengan lebih cepat, sambil merangkul paha kiri Salmaa sambil menaruh di pundaknya.
Pompaan Putra tersebut membuat Salmaa terbang setinggi-tingginya dan terasa makin berkeringat, lalu Putra pun membalikkan tubuh Salmaa agar menungging. Salmaa pun paham dan langsung membalikkan tubuh indahnya, dengan keringat di punggungnya.
Putra pun langsung mencium dan menjilat vaginaa Salmaa kembali dan pantatnya membuat Salmaa mengeluh nikmat.. "ahhhhh shit"
Putra pun langsung mengarahkan peniisnye ke bokong indah Salmaa dan memasukkan kembali dengan lebih mudah ke vaginaanya. Setelah masuk seluruhnya, Putra pun menggenjot vaginna Salmaa hingga Salmaa menutup wajahnya dan berteriak nikmat sambil mencengkram bantal di depannya. Putra pun mencium punggung Salmaa yang berkeringat sambil meremas dada Salmaa yang bergelayutan mengikuti goyangan di tubuhnya. "ahhh fuck enakkkhh" "Ahhhhh...ahhh...ahh" Salmaa meracau liar, membuat Putra gemas dan menjambak rambut Salmaa sambil memompanya dari belakang "cpaakkk...plakk..ahhh" Suara benturan paha Putra dan pantat Salma juga ikut membuat suasana makin panas, hingga tiba-tiba "Plakkl" Putra pun memberikan tamparan gemas di pantat Salmaa, sambil membisikkan pertanyaan "sakittt gakkk? sorryyy" Salmaa pun tersenyum dan menjawabnya "ehh enngh enggaa Putt, aku suka"
Eluhan dan desahan mewarnai ranjang tersebut, karena lelah Putra pun menghentikan perlahan genjotannya di vagiina Salmaa. Salmaa langsung paham dan meminta Putra untuk tiduran, ketika sudah tiduran maka ia langsung mencium dada dan puting Putra gantian dengan memainkan lidahnya. Kini gantian Salmaa membut Putra tersetrum dengan sensasinya, lalu ia mulai menduduki peniis Putra yang menjulang ke atas dengan tegak dan mulai mengarahkan peniis tersebut ke vagiinanya sambil menurunkan tubuhnya
Seiring peniis tersebut membelah kembali vagiinaanya dengan posisi Women on Top, Salmaa langsung mengeluh panjang dan menggoyangkan pinggulnya maju mundur dengan bertumpu tangan di dada Putra.
"Ahh Salll" "ahhh " "Ahhhhkkk enak" keduanya saling bertukar desashan dan menikmatin genjotan Salmaa di atas tubuhnya.
Tidak lupa, Putra meremas dada Salmaa yang memantul di depan wajahnya dan mencium puting Salmaa kembali, hingga Salma langsung meremas dada satunya dan memainkan putingnya sendiri dengan jarinya sambil memompa peniis Putra naik turun..
"Ahhh gede Puttt penuh banget"
"Iyhahhh sempit memek kamu Sal" "Ahhh aku keluar lagi Puttt"
Tiba-tiba tubuhnya Salmaa bergetar hebat dengan Salmaa langsung mengangkat tubuhnya dan menyemprotkan cairannya di batang peniis Putra "ahhhh. keluar lagiiii"
Putra pun kini berinisiatif untuk memompa kembali Salmaa dan tidak membiarkan Salmaa beristirahat. Sambil memangku Salmaa, ia kini menggenjot Salmaa dengan menahan pinggang Salmaa. Tidak lupa ciuman juga disertai dengan tubuhnya Salmaa yang tidak hanya naik turun, tapi ikut menggoyangkan pinggangnya maju mundur menambah gairah seks mereka malam itu.
Putra kini kembali mengangkat tubuh Salmaa dan membuatnya tidur menyamping ke kiri, lalu Putra mengangkat paha kanan Salmaa dan meletakkan 2 jarinya di vaginaa Salmaa. Seketika jari tersebut pun bergerak lembut membuat Salmaa mengeluh kembali..
"aku masukin jariku ya" Salma pun mengangguk dengan meremas dadanya sendiri dan menyambut bibir Putra yang menciumnya
2 jari Putra keluar masuk vagiinaa Salmaa dengan perlahan, hingga Putra kembali mengarahkan peniisnya di mulut vaginaa Salmaa dan..
*Blesshhh Peniis tersebut ditelan vagiinaanya Salmaa kembali sambil paha kanan Salma bertumpu di paha kanan Putra. Dari belakang, Putra kembali memompa peniisnya dengan memaju mundurkan pinggulnya.
Salmaa pun kembali teriak "ahhh shitt" "Fucckkl" "Good boyyyy" Putra pun mendengar ucapan Salmaa semakin bersemangat sambil mencium bibirnya.
Seketika Salmaa merasa ingin mencapai klimaks kembali dan mengtakan "Putt mau sampe lagiiiihhh aku mau keluarhh…akhhh..kaaku gakuattt"
Putra pun yang mencapai ujungnya, langsung berbisik "Akkhh keluarin Sal, aku juga bentar lagi samp…." belum selesai berbicara, Salma langsung mengeluh panjang "akuu keluarhhh hhahh" Cairan Salmaa pun membanjiri peniis Putra yang juga sudah mengeras total.
Seketika Salmaa menikmati klimaksnya dengan cucuran keringat dan ciuman lembut, Putra memompa kembali dengan pelan hingga "Salll aku mau keluar" Putra pun langsung mencabut peniisnya dan mengeluarkan spermanya di perut Salmaa sambil mengeluh
"ahhhkk" Ahh" "aahhh" 7 semprotan pun kini berada di perut Salmaa, memberikan kehangatan di atas perutnya dengan lenguhan Putra yang langsung disambut dengan ciuman lembut dari Salmaa.
"Putra pun mengecup bibir Salmaa dan mengatakan "I love you" Salma pun langsung membalas tanpa ragu "Me too, makasih malam ini aku suka baget"
Putra pun menjawabnya "Yess, ini juga berkat sate kambing tadiii"
Mereka pun tertawa menikmati malam tersebut dengan ditutupi selimut. Saling sentuh, saling cium dan terlelap. Malam tersebut berakhir panas dari yang awalnya random kenalan di DM hingga menjadi sensasi yang bergairah bagi cinta mereka.
0 notes
Text
From DM to Flames (5/6)
Saat Putra lagi mandi, Salma pun menyusulnya ke kamar mandi dan mengecek pintu kamar mandi yang ternyata Putra tidak menguncinya. "Hmm sialan gak dikunci segala" ujar Salma tersenyum lalu membukanya, terlihat bayangan Putra di shower room yang sedang mandi dari belakang dan sabunan. Seketika, Salma melepas CD birunya perlahan dan menyusul Putra di bawah guyuran shower tersebut. Putra yang tersentak kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang dan merasa ada kenyalnya dada Salmaa di punggungnya pun berbalik lalu dengan random berkata "Oiya, aku lupa nyuruh kamu mandi juga" Salmaa pun meminta Putra untuk diam dan tidak berbicara lalu mengambil sabun dan mengolesinya ke dada Putra sambil mereka menatap dengan senyum. Indahnya malam ini bagi mereka berdua. Dengan guyuran air yang membilas sabun di kedua tubuh mereka, Salmaa pun seketika berlutut perlahan sambil mencium dada Putra di bawah shower room tersebut dan menyentuh peniis Putra yang sudah tegang dari di tempat tidur tadi. Dengan jari lentiknya, Salmaa mengurut peniis Putra yang berbulu halus sedikit tersebut dan mendekatkan wajahnya, lalu "happp mhh mhhh" Suara mulut Salma yang tiba-tiba melahap peniis Putra, sambil sesekali menjilat area bawah peniis Putra dari biji sampai ke kepalanya. Kini gantian, Putra yang skak mat dan tidak bergerak, hanya eluhan "ahhh Sal..." "ahhhh enak, pelan-pelan nanti ketelen punyaku" Salmaa yang sedang menikmati ciuman di peniisnya Putra pun terkaget dan tidak bisa menahan tawanya, hingga akhirnya dia menabok paha Putra dan menyuruhnya diam. Lalu, Salma pun berdiri dan mencium bibir Putra yang kini keduanya sudah mengering karena sensasi panas yang mereka ciptakan. Salmaa pun menarik Putra perlahan dengan menggandeng peniis Putra dan mengajaknya udahan mandinya. Saat sampai di tempat tidur, Salmaa langsung mendorong Putra gantian seperti tadi dan beranjak perlahan merayap di atas tubuh Putra dengan mencium pahanya sambil menatap peniis serta mata Putra. Lalu tiba-tiba, Salma mencium biji Putra dan menjilatnya menuju batangnya, Putra pun kembali mendesah "ahh anjing kaget.. eh Salll ahhh" Salma pun tersenyum melihat gelagat Putra dan melanjutkan memberikan blow job-nya sambil mengurut peniis Putra dan menatap Putra. Setelah peniis Putra sudah basah sempurna dengan mengkilap karena lampu kamar tidak dimatikan Putra pun membalikkan tubuh Salmaa hingga kini Putra berada di atas tubuhnya.
Putra tiba-tiba mencium kembali bibir Salmaa yang kini matanya sudah sayup dan terbawa suasana, suara ludah yang mengecap di bibir mereka berdua sudah mereka hiraukan. Putra pun langsung beranjak dari bibir Salmaa dan mengecup turun dari leher, menjilat puting Salma kembali dengan panas dan mesra, lalu mencium perut Salmaa, tapi melewati vaagina Salma... Ternyata Putra mengecup paha Salmaa secara lembut dan menjilatnya dengan perlahan hingga Salmaa kegelian tak tertahankan. "Cuppp ahhh" Lalu jilatannya pun turun ke betis Salmaa dan berhenti di jari kaki Salmaa, Putra pun tanpa ragu mencium kaki Salmaa dan mengemut jari kakinya sambil menatap mata Salmaa yang sayup menahan geli dan enak yang bercampur. "Ahhh" "Gilaa" "ahhk" Putra pun sudah merasa jari kaki Salmaa cukup basah kini beranjak mencium ke atas tubuh Salmaa, sambil melebarkan paha Salmaa, Putra mendekatkan mulutnya ke vaagina Salma dan menciumnya perlahan. Kini kaki kanan Salma berada di pundak Putra, dan kaki kirinya mengapit tubuh Putra. Sambil Putra mencium area sisi samping vaagina Salmaa dan menjilatnya perlahan, Salmaa yang kegelian pun menggoyangkan tuubuhnya dan berteriak "Ahhh anjing Puttt ahhhh" Putra pun dengan lahap mulai membelah vaagina Salmaa dari atas ke bawah dengan lidahnya, membuat Salmaa tersentak berkali-kali karena jilatan Putra makin lama menemukan titik G-Spot Salmaa, yaitu itilnya. Bagi Salmaa ini rasanya jauh berapa puluh kali lipat dari yang ia rasakan saat membaca karya Putra.. Salmaa pun menjambak keras rambut Putra karena enak yang gak bisa ditahan lagi, ketika Putra mencium dan menjilat vaaginanya dengan nafsu tinggi, Salmaa pun merasa sampai klimaks lagi "Akhhh aku keluar lagiii...ahhhh" Putra pun mencium kecil dan menjilat seluruh cairan yang keluar dari vaagina Salmaa dan menelannya, lalu beranjak merayap ke atas tubuh Salmaa sambil mencium kecil tubuh dan dadanya. Lalu ia pun menatap mata Salmaa dan mereka saling mengangguk. Salmaa pun menangkap peniis Putra dengan tangan kanannya dan mengarahkan ke arah vaaginanya yang telah basah sempurna, lalu Putra pun membantunya dengan menggesek kepala peniisnya dari bawah ke atas di belahan vaagina Salmaa sambil menatap mata Salmaa dan sesekali mencium bibirnya.
0 notes
Text
From DM to Flames (4/6)
Mereka masih berdiri di depan jendela, tapi jaraknya makin sempit. Nggak ada yang bilang "sini" atau "boleh", tapi langkah mereka udah ngerti arah masing-masing. Tangan Salmaa naik duluan, menyentuh pelan rahang Putra. Dan Putra nunduk sedikit, nyari bibir Salmaa.
Ciuman itu datang pelan, tapi langsung dalam. Nggak terburu-buru, tapi penuh rasa. Kayak semua yang nggak sempat diomongin dari tadi, akhirnya keluar lewat situ.
Tangan Putra melingkar di pinggang Salmaa, narik tubuhnya lebih dekat. Salmaa membalas, jari-jarinya masuk ke rambut Putra. Nafas mereka mulai berat, tapi nggak ada yang mundur.
Yang ada cuma dua orang, lampu temaram, dan malam Jakarta yang masih tenang di balik jendela. Tapi di dalam kamar, semuanya mulai panas pelan-pelan. Putra pun mencium bibir Salmaa sambil terus memegang lembut pipinya.. "Muachh hhm..hmm" sambil Salmaa memejamkan matanya Putra pun berkata "Open your eyes and coba lihat mataku" Salmaa pun membuka mata dan Putra kembali mencium bibir Salmaa yang lembut tersebut. Mereka berpindah perlahan menuju tempat tidur dengan Salmaa yang berjalan mundur dan terjatuh karena Putra sedikit memberikan dorongan pelan. Lalu, Putra pun mengecup leher Salmaa dan merasakan parfum yang Salmaa pakai sambil sesekali menjilat leher Salmaa.. "Ehmm... Put.. ahh" Salmaa yang merasa geli dilehernya pun seperti tersengat listrik dan mendesah, tidak lupa ia menjambak kembali rambut Putra sambil mendekapnya.. Ingin menolak tapi ini enak menurut Salmaa di dalam hatinya. Setelah jilatan yang diberikan Putra di lehernya, Putra kembali mencium bibir Salmaa sambil mengusap rambut Salmaa. Lalu, Salmaa pun mengarahkan tangannya ke arah kaus Putra dan membantu melepaskannya tanpa berkata sepatah kata pun. Keduanya sudah saling paham maksudnya. Setelah terbuka, Putra membangunkan Salmaa untuk duduk di pinggir tempat tidur dan melepas kaus oversize Salma dan melemparnya ke sisi lain tempat tidur. Kini, keduanya telah lepas pakaian dengan Putra yang menatap mata Salmaa lalu kembali menciumnya, sambil Putra meraba dada Salmaa yang terbalut BH biru tersebut. Putra pun mencium leher Salmaa perlahan sambil mencium pelan ke arah pundak Salmaa. Salmaa yang seperti tersetrum langsung mendesah "akhhh Put..hemm ahhh" Lalu Putra ibarat meminta izin ke Salmaa melalui tatapan matanya untuk membuka kaitan BH Salmaa.. Ya, dada Salmaa yang berukuran 36B tersebut pun kini terbuka di depan mata Putra sambil Salmaa menatap Putra dengan malunya. Putra pun langsung mencium bibir Salmaa sambil meraba dada Salmaa dan meremasnya lembut Ciuman dan desahan mewarnai ruangan tersebut, ketika Salmaa sudah telentang, Putra pun naik ke atas tubuhnya dengan keduanya kini bertelanjang dada. Salmaa yang dari tadi tangannya sibuk menjambak lembut rambut Putra pun, diambil tangannya dan dinaikkan ke atas kepala memperlihatkan dada dan ketiak yang terbuka. Putra pun memberikan sedikit kecupan di atas dada bulat Salmaa dan memberikan jialtan di belahan dadanya, memberikan sensasi aneh untuk Salma. "cuppp ah cup" bunyi kecupan Putra Putra langsung memberikan jilatan di sekitar puting kanan Salmaa yang mulai menegang, sambil meremas dada kiri Salma lembut dan menahan tangan Salmaa di atas kepalanya. Tidak bisa bergerak Salmaa, yang bisa ia lakukan hanya menikmati rasa enak dan geli ini. "Ahhh geli.. stop dulu..ahh" "ahkk put truss..geli enakhhh" Jilatan Putra seperti sengaja tidak menyentuh puting kanan Salmaa, hanya bermain di sisi putingnya dengan ujung lidahnya yang sedikit menyentuh puting tegang Salmaa, sambil jari satunya bermain di puting sebelah kirinya Salmaa. Tiba-tiba jilatan Putra berhenti dan Putra langsung melahap puting kanan Salmaa dengan mulutnya sambil memberikan sentuhan dengan lidahnya.. "arggh" racau Salmaa menikmati Putra yang merasa lelah di bibir pun lansgsung berpindah ke dada kiri Salmaa dan melahapnya, serta beranjak ciumnya ke ketiak kiri Salmaa sambil menjilatnya pelan.. Salma kembali tersentak kegelian... "Ahhh gilaa" "aku gakkuatttt" "ahhh" Salma pun merasa sesuatu keluar di selangkangannya dan basah dengan disertai lenguhan panjangnyaa "ahhh aku keluarrr" Putra pun langsung menghentikan ciuman diketiak Salmaa, sambil ia membuka celana Salmaa sambil menatap Salmaa kembali, lalu Salmaa pun mengangguk dan mengerti arti tatapan Putra. Keduanya semakin panas dengan basian alkohol yang mereka minum tadi. Salma yang membantu Putra melepas celana jeans yang ia kenakan pun kini hanya memakai CD biru di ranjang tersebut, menampakkan paha mulus dan putihnya yang kini sedang dicium oleh Putra. "Ahh cupp"
Lalu Salmaa meminta Putra berdiri dan membantu Putra melepaskan celana jeans yang ia kenakan. Tapi, setelah Salmaa melepas celana jeans Putra ia langsung menyuruh Putra untuk bebersih dulu. Keduanya pun tertawa bersama-sama, sambil Putra beranjak ke kamar mandi lebih dahulu untuk membersihkan dirinya setelah seharian bekerja.
0 notes
Text
From DM to Flames (3/6)
Mobil Putra melambat dan akhirnya berhenti tepat di depan rumah Salmaa. Lampu teras menyala remang. Tak banyak percakapan di perjalanan pulang. Hanya musik yang pelan, dan detak jantung yang terlalu kencang untuk diabaikan.
“Udah nyampe,” ujar Putra pelan, nyaris berbisik.
Salmaa hanya mengangguk, tangan kirinya masih memegang tas slempangnya yang sejak tadi dia peluk di pangkuan. Keheningan menjalar, bikin udara di dalam mobil makin padat. Pandangan mereka sempat bertemu beberapa detik lalu teralihkan lagi ke depan.
Tiba-tiba, hampir bersamaan, mereka saling mendekat. Tanpa banyak kata, ciuman pun terjadi.
Ada suara lembut, "mmh..." saat ciuman pertama itu menyatu. Napas mereka makin cepat, seperti berlomba melawan waktu yang mendadak terasa lambat.
Putra menyentuh sisi wajah Salmaa, jemarinya sempat gemetar. Salmaa membalas dengan tangannya yang bertumpu di dada Putra, ragu, tapi juga nggak menolak. Sedikit jambakan diberikan Salmaa karena ciuman yang sedikit emosional "muahchhc"
Ciuman itu panas, tapi juga penuh emosi yang ditahan-tahan. Bunyi kecil dari ciuman yang makin dalam, "slrp... mmh..." memecah hening di dalam mobil yang kini terasa lebih sempit dari sebelumnya.
Beberapa detik kemudian mereka saling melepas. Napas berat. Mata sama-sama buram.
Putra bersandar ke kursi, menyeka ujung bibirnya yang sedikit merah. “Kayaknya aku nginep aja deh, agak ngantuk juga.”
Salmaa, masih memandangi dasbor, akhirnya membuka suara. “Kamu mau nginep di mana?”
“Cari hotel deket sini, di Kemang juga kayaknya banyak,” jawab Putra sambil mulai buka HP-nya.
Salmaa ragu sejenak. Tangannya menahan pintu mobil yang sudah setengah terbuka. “Aku ikut aja deh... bentar. Nggak enak juga masuk rumah kayak gini. Kepala aku masih muter.”
Putra berhenti nge-scroll. “Serius?”
Salmaa ngangguk pelan. “Nanti juga aku balik naik ojek online. Aku cuma... ya, nemenin aja bentar.”
Putra menatap Salmaa beberapa detik, lalu senyum tipis. “Oke. Kita cari tempat yang nggak terlalu jauh.”
Salmaa bersandar kembali di jok, menutup pintu. “Jangan yang aneh-aneh ya.”
Putra ketawa kecil. “Masa iya. Masa ngajak kamu ke tempat aneh?”
Salmaa hanya menyipitkan mata, tapi ada senyum tipis di ujung bibirnya.
Kamar hotelnya tidak terlalu luas, tapi hangat. Lampunya temaram, cukup untuk menampakkan bayangan tubuh yang saling mendekat tanpa banyak bicara. Pintu belum sepenuhnya tertutup saat Salmaa menarik napas panjang dan duduk di tepi ranjang, membuka sepatu pelan-pelan sambil menatap karpet.
Putra melepas jaketnya, lalu bersandar di dekat jendela sambil membakar rokok karena ruangan yang mereka pesan smoking room “Masih pusing?” tanyanya lembut.
Salmaa menoleh dengan senyuman sambil mengangguk.
Salmaa berdiri pelan dari tepi ranjang, lalu jalan mendekat ke jendela tempat Putra masih berdiri bersandar, lalu "Gak baik ngerokok diruangan, ispa" sambil mengambil rokok dari mulut Putra dan menghisap sisa rokok tersebut. Putra pun hanya tersenyum salting melihatnya
“Kamu sering nginep?” tanya Salmaa sambil sedikit menyandarkan diri di sisi jendela.
Putra mengangguk sambil membakar rokok barunya“Dulu sering. Kalo lagi suntuk, gak mau pulang. Sendiri aja. Liat lampu-lampu kayak gini tuh... aneh ya, bisa bikin hati agak adem.”
Salmaa mengangguk pelan, lalu melirik ke arah Putra. “Sendiri apa sama siapa tuh?” tanyanya iseng.
Putra tersenyum miring. “Ya kalo sama orang, aku gak mungkin bilang kamu kan.”
Salmaa tertawa ringan. “Hmmmm.”
Putra menoleh, tatapannya lebih serius sekarang. “Tapi serius, malem ini… aku gak pengen cepet selesai.”
Salmaa diam sebentar. Matanya masih menatap ke luar jendela, tapi bibirnya membentuk senyum tipis.
“Kamu gak capek?” tanyanya tiba-tiba.
Putra sedikit mengernyit. “Capek apaan?”
Salmaa akhirnya menoleh, tatapannya langsung nancep ke mata Putra.
“Gak capek bikin malam ini indah terus?”
Putra tertawa pelan, sedikit salah tingkah. Tapi di balik senyumnya, ada sesuatu yang pelan-pelan tumbuh. Tangannya nyari tangan Salmaa, dan untuk beberapa detik, mereka cuma berdiri berdua, tenang. Seperti malam yang akhirnya mau berhenti sebentar buat mereka.
0 notes
Text
From DM to Flames (2/6)
Matahari pagi mengintip dari balik tirai kamar Salmaa. Udara dingin dari AC yang masih menyala membuatnya meringkuk di bawah selimut. Matanya setengah terbuka, masih mencoba memahami bahwa ini sudah pagi. Dengan malas, ia meraba-raba samping bantal untuk mencari ponselnya.
Layarnya menyala, menunjukkan notifikasi yang cukup banyak. Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah WhatsApp dari seseorang yang baru beberapa hari ini sering muncul di notifikasinya, dia adalah Putra. Sedikit mengingat kejadian di mana dia sedang berada dalam momen seru menikmati obrolan-obrolan random Putra dalam beberapa hari terakhir sebelum tidurnya, sehingga membuat Salmaa tersenyum cantik di pagi hari itu. Beranjak ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mandi, Salmaa sedikit heran kenapa vaginanya sedikit lengket. Dia mencoba mengumpulkan kesadaran penuh dan mengingat ada kejadian apa semalam. Ternyata dia tertidur setelah membaca cerita dewasa yang ditulis Putra, lelaki yang dia kenal dari Instagramnya. Ehmm tiba-tiba ketika mengingat sedikit ceritanya, Salmaa merasa puting di balik kaos oversized hitamnya mengeras. Lalu ia mulai merabanya sambil tersentak "arghhhh, perasaan apa nih?" "Kenapa tiba-tiba enak banget pas aku pegang" dia merasa terangsang karena mencoba mengingat cerita yang Putra tulis. Karena merasa sudah terlambat, ia bergegas menghentikan kegiatannya dan langsung mandi tanpa bisa melupakan sepenuhnya bahwa pagi itu ia masih terangsang karena karya Putra. Setelah sampai di kantor tepat waktu, Salmaa baru ingat jika ia belum membalas chat dari Putra. "Hiii, morninggg! Maaf semalem aku ketiduran" pesan Salma ke Putra Selang berapa detik, centang di WhatsAppnya sudah berubah menjadi biru, tandanya Putra telah membacanya... "Hai, isokeyy! Gapapa kamu kan ngantuk dan udah waktunya tidur juga. Semangat yaaa cewe cantik!" Pesan dari Putra tersebut membuat Salmaa mesem-mesem sendirian di meja kerjanya, tak lupa ia membalas Putra dan memberikannya pesan semangat juga di hari itu. --- Putra yang kesehariannya selalu disibukkan oleh pekerjaan yang tak kunjung henti, merasa burn out dengan kondisi pekerjaannya. Sehingga, di saat jam makan siang ia memutuskan untuk keluar kantor dan terfikirkan olehnya untuk mengingatkan Salmaa agar tidak lupa makan siang. "Jangan kerja terus, nyari ape si?! Mending nyari makan trus makan dan sebat!" Ujar Putra dengan gaya chat yang randomnya Salmaa yang membaca pesan tersebut, membalasnya dengan mengirimkan foto makanan yang ia sedang makan saat itu. Putra tersenyum melihatnya dan membalasnya dengan stiker dino kuning yang ada di HPnya
Saat sedang melanjutkan pekerjaannya kembali, Putra teringat jika itu adalah hari Jumat di mana berarti esok hari adalah hari libur. Dengan penuh kepercayaan dirinya, Putra mengirimkan sebuah pesan kembali ke Salmaa dan mengatakan "Malem ketemu yuk, mumpung besok sabtu" Salmaa yang membaca pesan tersebut langsung bingung harus menerima ajakan Putra atau harus mengatakan kalo dia belum siap ketemu!? Saat lagi panik-paniknya bingung menjawab apa, Putra kembali mengirimkan pesan "Kalo kamu mau aja lho, aku gak maksa soalnya dadakan jg" Salmaa auto me-reply pesan dari Putra dengan jawaban spontan... uhuy "BISA MAU!" Tanpa sadar ia langsung mengirim ke Putra dan kaget dengan jawabannya sendiri "Anjingg! Reflek gimana dongg?! Masa udah ketemuan si, gak prepare apa-apaaa arghh" Salma langsung kepikiran jika ia membawa motor dan bisa dijadikan alasan untuk pulang ke rumah dulu, padahal Salmaa ingin dirinya lebih prepare ketika jalan sama Putra. "Mau ketemuan di sana?" Tanya Salmaa "Gausah, aku jemput aja. Aku bawa mobil" Balas Putra "Eh tapi aku bawa motor, kalo aku pulang dulu are u okay?" Nice try dari Salmaa Putra pun sigap membalasnya "Oke banget kok, kamu gak papa tapi? Takutnya cape, bulak balik?", Salmaa membalasnya "Enggak kok aman, nanti aku share loc aja ya rumahku" Putra membalasnya "Okee" Setelah chatan tersebut, Salmaa berpikir untuk pulang lebih awal agar bisa siap-siap dulu karena dia gak mau terlihat kumel setelah kerja seharian yang menguras otak dan tenaganya. Tiba di rumah, Salmaa langsung share loc alamat rumahnya dan bergegas untuk mandi. Masalah baru pun tiba.... Selesai mandi dan menggunakan parfum kesukaannya, Salmaa bingung harus pakai baju apa?!!?!? Dengan masih handukan, ia mengubek-ubek lemarinya dan memilih baju yang agak santai karena menurutnya Putra bukan cowok yang ribet dari cara ngobrolnya, apalagi Putra aja ngantor pakai kaos. "Ah kaosan aja deh, dia aja pasti kaosan" Salmaa langsung mengambil BH biru dan CD yang punya warna senada, serta langsung memakainya. Setelahnya ia memandang cermin lalu berucap dalam hati "Cantik deh aku" sambil sesekali memutar tubuhnya di depan cermin untuk melihat keseksian tubuhnya dengan bra berukuran 36B yang berwarna biru tersebut. Setelahnya, Salmaa memilih kaos hitam oversize favoritnya lalu tak lama ada pesan dari Putra "Touchdown, aku udah sampai... kayaknya kalo gak salah wkwkwk" membacanya dengan tersipu, Salmaa bergegas menyelesaikan dandannya dan langsung lari dengan tas slempangnya. Saat tiba di depan Putra, Salmaa yang say sorry karena membuat Putra menunggu lama pun justru mendapatkan jawaban di luar ekspetasi dari Putra "Wow!" Balas Putra singkat "Kenapa?" Tanya Salmaa "Ehh gakpapa, cakep banget kamu. Samaan lagi item kaosnya" Sambil terkaget Putra menjawab dan tertawa, dibalas dengan tepukan dipundak dari Salmaa. Kebiasaan Putra yang tidak pernah tahu tujuan dan ingin makan apa, langsung bertanya "Mau makan apaa?" Salma pun menjawab "Sate kambing gimana? Daripada kita cuma ngobrolin sate kambing dari kemarin, langsung realisasiin aja gak si?" Putra pun dengan semangat menjawabnya "Oke gas, aku tau yang enak deket Cipete." Mereka pun menikmati perjalanan menuju Cipete yang singkat tersebut dengan saling akwkward di dalam mobil. Perasaan deg-degan yang Putra rasakan ditambah parfum Salmaa yang enak tersebut membuatnya gerogi habis-habisan. "Anjing cantik banget" dalam hatinya Putra ----
Warung sate langganan Putra kecil tapi hangat. Lampu kuning redup menggantung rendah, aroma daging bakar nyebar ke mana-mana. Begitu duduk, Salmaa narik napas panjang. “Wanginya bikin laper banget.”
Putra nyengir, “Iya. Tapi serius, kamu harus cobain. Sate kambing di sini beda. Aku langganan kalo lagi di kantor pengen sate”
Seorang Abang sate madura mendekat bawa notes kecil. “Dua ya, Mas?” Putra nengok ke Salmaa. “Bumbu kacang juga kan?” Salmaa ngangguk, “Iya dong.... Kambing bumbu kacang tuh comfort food banget.”
Tanpa aba-aba, mereka ngomong bersamaan, “Dua kambing bumbu kacang, lontongnya dipisah ya, Bang.”
Seketika si Abang langsung ketawa, “Cieeee… barengan banget ngomongnya. Udah cocok nih besok halal, kayak bumbu kacang sama sate kambingnya”
Salmaa langsung ketawa sambil nutupin muka, malu-malu. Putra cuma senyum-senyum sambil elus tengkuk, “Didoain jodoh nih sama Abangnya.”
“Udah banyak, lho, yang makan barengan di sini terus nikah. Warung saya saksi hidup,” kata Abang itu sambil jalan ke dapur.
Beberapa menit kemudian, sate dateng. Dagingnya empuk, bumbunya kental, kacangnya wangi. Mereka makan sambil ngobrol ngalor-ngidul. Dari yang awalnya soal makanan, nyambung ke cerita masa kecil, sampe bahas topik random kayak kenapa sate kambing cocoknya dimakan malam-malam. ----
Setelah kenyang makan sate dan dihibur sama abang-abangnya yang markocak alias madura kocak, Putra nyetir pelan ninggalin warung sate. Malam udah makin terasa, tapi udara Jakarta lagi nggak terlalu panas, bikin suasananya adem pas banget buat lanjut ngobrol.
“Lanjut gak?” tanya Putra sambil noleh sedikit ke arah Salmaa.
“Kemana?” Bingung Salmaa “Ngebeer?" Tanya Putra lagi
“Ngebeer di mana?” tanya Salmaa sambil nyender dikit ke arah jendela.
“Baronk aja ya? Tempatnya enak, gak terlalu rame biasanya. Musiknya juga oke.”
Salmaa cuma senyum dan mengangguk. “Aku ikut aja. Yang penting sama kamu." Putra ngangguk pelan, sambil senyum sendiri. ----
Di Baronk Kemang, suasananya lowkey tapi cozy dengan lampu temaram, dan orang-orang yang sibuk ngobrol atau sekadar ngelamun sambil ngisep rokok. Putra dan Salmaa duduk di area luar, dapet spot di pojokan. Satu bucket beer dingin udah dateng, ditemenin kentang goreng dan chicken wings.
“Aku yang milih tempat, tapi ternyata kamu yang bikin tempatnya jadi enak,” kata Putra setengah bercanda, tapi matanya jujur banget.
Salmaa ketawa kecil sambil ngangkat botol beernya, “Cheers, buat malam yang gak ketebak.”
Mereka saling bersulang, dan malam pun mengalir.
Setelah beberapa lagu nostalgia berlalu, tiba-tiba lampu panggung diredupkan. Sang vokalis cowok naik panggung dan bilang, “Oke, request-an dari temen kita di pojok sono nih, katanya pengen yang agak nendang dikit…”
Petikan pertama dari "Supermassive Black Hole" langsung menggema. Bass-nya nendang, beat-nya pelan tapi menggoda. Salmaa dan Putra langsung saling nengok.
“Loh, ini Muse, ya?” tanya Salmaa, matanya membulat excited.
“Iya lah. Kan kamu pernah bilang suka Muse, waktu kita ngobrolin band rock yang menurut kamu underrated.”
Salmaa diam sebentar. Matanya menatap Putra lebih dalam, nggak nyangka dia inget hal sekecil itu.
“Kamu inget?”
Putra ngelepas tawa pelan. “Aku inget yang penting-penting aja.”
Salmaa senyum, lalu tanpa mikir, dia nyenggol lengan Putra pakai kepalanya sebentar.
Suasana hening sejenak di antara mereka, cuma diisi oleh suara Matthew Bellamy yang melengking magis di latar. Tapi rasanya kayak dunia cuma milik mereka berdua malam itu.
Salmaa pelan-pelan bilang, “Thanks ya…”
Putra nimpalin, “Thanks kenapa?”
“Gak tahu. Tapi rasanya kayak… enak aja ada kamu.”
Putra gak jawab. Dia cuma ngelirik sebentar, dan dengan santainya, dia balas dengan satu kalimat sederhana:
“Aku juga ngerasa gitu.”
Dan malam itu, tanpa banyak gimik atau gombalan, keduanya tenggelam dalam musik dan obrolan kecil yang gak terasa makin deketin hati mereka satu sama lain.
Satu teguk. Dua. Lalu, mereka mulai bahas hal-hal yang gak masuk topik tapi seru. Dari teori konspirasi soal alien sampe hal receh kayak kenapa tukang parkir suka tiba-tiba muncul pas mobil udah mundur.
Bir pertama abis, dan tanpa mikir panjang, Putra lambaikan tangan ke bartender buat nambah. Kali ini dia mesen yang agak berat, masing-masing satu cocktail dengan sedikit alkohol lebih banyak dari bir.
“Boleh ya yang ini? Biar makin jujur ngobrolnya,” kata Putra, matanya jenaka.
Salmaa ketawa kecil, “Jangan salahin aku kalo aku tiba-tiba curhat sampe nangis.”
“Nggak masalah,” balas Putra, “asal jangan muntah di mobilku.”
Mereka pun lanjut ngobrol. Rasa hangat dari alkohol mulai naik pelan-pelan. Tawa jadi lebih lepas, jarak makin meleleh. Satu dua sentuhan kecil kayak lutut yang gak sengaja bersentuhan, atau tangan yang ketemu waktu ambil gelas mulai terasa bukan kebetulan.
Dan di antara semua itu, Putra sadar kalau malam ini bukan cuma tentang jalan bareng cewek yang dia suka tapi tentang ngerasa nyaman banget jadi diri sendiri.
Udah hampir lewat tengah malam. Lampu Baronk makin redup, suasana makin mellow. Musik masih muter, tapi suara Salmaa udah mulai lebih pelan, kadang kalimatnya agak melantur.
Putra merhatiin dia dengan senyum kecil—bukan karena mabuknya lucu, tapi karena ada sisi Salmaa yang baru muncul malam ini. Lebih jujur. Lebih hangat. Lebih… bikin gemes.
“Kamu ngantuk?” tanya Putra sambil duduk sedikit lebih dekat.
“Ngantuk sih enggak,” Salmaa nyender dikit ke sandaran kursi, “tapi kayak… kepala aku muter pelan.”
Putra ngangguk pelan, lalu bayar semua minuman tanpa banyak tanya. Dia berdiri, lalu ulurin tangan ke Salmaa, “Yuk, pulang. Sebelum kamu mulai ngobrol sama gelas kosong.”
Salmaa cengengesan, lalu nerima tangan Putra dan berdiri agak oleng.
“Aduh,” katanya pelan, “aku gak mabuk banget kan?”
“Sedeng,” jawab Putra sambil nahan ketawa, “tapi masih lucu.”
Sampai di mobil,
“Eh… rumah kamu kan di Bogor ya?”
Putra ngangguk, “Iya, kenapa?”
Salmaa cemberut dikit, lalu sandar lagi ke jok. “Jauh banget, kasian…”
Putra senyum, “Gak apa-apa, yang penting kamu nyampe rumah dengan selamat.”
Salmaa masih keliatan mikir, lalu gumam, “Abis ini langsung pulang beneran?”
Putra angguk pelan, “Iya, langsung pulang.”
0 notes
Text
From DM To Flames (1/6)
Putra, 29 tahun, seorang Content Manager di creative agency di Jakarta. Hobinya bikin konten dan menulis, entah itu skenario pendek, cerita random di Twitter, atau sekadar merangkai kata-kata di Notes HP. Hidupnya nggak terlalu ribet, cukup dengan kopi hitam, musik jazz lo-fi, dan scroll media sosial kalau lagi bosan.
Dulu, dia tipe yang gampang tertarik kenalan sama cewek di internet. Tapi pengalaman terakhirnya bikin dia agak males. Perselingkuhan, dibohongi sampai hubungan yang toxic pernah dia alami sampai dia kembali menjadi seorang yang acuh dengan segalanya. Bahkan, acuh sama teman-temannya. Aneh memang, seorang pekerja creative yang kerjanya di sosial media tapi sangat males berinteraksi sama orang di Sosial Media. Pernah dekat sama seseorang lewat DM, obrolannya nyambung, candaan mereka klop. Tapi setelah ketemu, semuanya berubah. Nggak ada chemistry, nggak ada percikan yang sama kayak di chat. Sejak itu, Putra lebih santai, nggak buru-buru kalau ada interaksi baru. Sampai suatu malam, ketika dia gabut dan iseng scroll Instagram. Matanya tertarik pada satu akun di suggestion friend. Profilnya nggak ada foto apapun (?) Hanya ada highlight story yang bikin dia penasaran "Siapa nih?" Gumam Putra. Ada sesuatu yang beda di caranya menangkap momen. "Salmaa... unik juga nih." Tanpa mikir panjang, dia pencet follow. Beberapa detik kemudian, notifikasi follow-back muncul. Nggak ada pesan, cuma follow. Canggung. Putra ngerasa, "Oke, terus gimana?" Dia cuma scroll, lihat-lihat story Salmaa, dan like beberapa foto yang menurutnya estetik. Salmaa juga ngelakuin hal yang sama. Saling like story. Tanpa kata-kata.
Ada satu story Putra yang dia post tentang secangkir kopi hitam. Salmaa langsung like. Tanpa berpikir panjang, Putra mikir, "Kenapa ya, dia suka story gue?" Rasanya aneh, kayak ada ketegangan di udara, meski cuma like biasa. Begitu juga Salmaa, yang ngerasa aneh tapi gak bisa jelasin kenapa dia jadi lebih sering ngecek Instagram Putra.
Seminggu setelah itu, Putra akhirnya mutusin buat ngetik DM. Cuma pengen tahu, apakah ada yang beda kali ini.
"Gapapa, seru juga tiba-tiba ada stranger nyasar ke IG gue. Emang sering follow random gitu?"
Putra senyum kecil, jempolnya langsung mengetik. "Pas lagi gabut aja. Biar hidup ada kejutan dikit."
"Kejutan apaan? Kenalan sama stranger yang bisa jadi calon pacar?" balas Salmaa dengan emoji 🤭.
Putra mengangkat alis, menikmati ritme obrolan yang nggak terasa canggung. "Wah, pede amat. Siapa tau lo yang malah kesengsem sama gue?"
"Halah. Omongan lo tuh kayak om-om di Twitter yang suka flirting di reply-an."
Putra ngakak, ngebayangin dirinya jadi om-om yang rajin nyari atensi di timeline. "Tapi lo tetep balesin DM gue kan? Berarti ada daya tarik dikit lah ya."
Salmaa menggigit bibir, menimbang-nimbang jawabannya. Dia memang nggak biasa nanggepin stranger, tapi ada sesuatu di cara Putra ngetik yang bikin dia penasaran. "Gak bisa bohong sih, penasaran dikit. Soalnya lo bukan tipe yang basa-basi garing." Senyum Salmaa tersungging, lalu dia pun menghela napas panjang, merasa kelelahan yang tak bisa ditahan, sebelum memutuskan untuk mengakhiri chat hari itu. ...
Hari-hari berlalu tanpa banyak interaksi antara mereka. Putra tetap sibuk dengan pekerjaannya yang tak ada habisnya. Tapi entah kenapa, setiap kali melihat Instagram, matanya selalu teralihkan ke profil Salmaa. Dia nggak mau keliatan buru-buru, jadi dia coba untuk santai, tapi ada rasa penasaran yang terus menggigit. Seperti ada magnet yang menariknya untuk terus mengawasi profil Salmaa, meski dia sendiri tahu itu bisa jadi cuma rasa bosan aja. Tapi ada sesuatu yang beda di sini.
Salmaa juga nggak langsung merespon DM Putra lagi. Dia sempat hilang dalam rutinitasnya yang padat. Sesekali, dia melirik profil Putra, nge-like beberapa story-nya, tapi nggak ada yang lebih dari itu. Mungkin karena dia juga merasa malu, merasa ada sesuatu yang mengganjal. Mungkin, dia ngerasa takut kalau interaksi ini berkembang terlalu cepat atau malah cuma jadi basa-basi yang gak jelas ujungnya.
Suatu malam, setelah pulang dari syuting yang melelahkan, Salmaa akhirnya memutuskan untuk menulis balasan. Dia merasa harus memberi kejelasan, tapi dengan hati-hati, takut kalau niat baiknya malah jadi salah tangkap. Ada rasa takut kalau perasaan yang mulai tumbuh ini ternyata cuma sekedar keinginan sesaat.
“Hey, maaf kalau aku baru bales. Sebenarnya aku jarang buka IG, jadi DM-nya sempat kelewat. Tapi... aku nggak bisa bohong sih, obrolan kita cukup seru, jadi kenapa nggak pindah ke WhatsApp aja? Lebih gampang, dan aku bisa lebih sering bales."
Salmaa menimbang-nimbang sebelum mengirim pesan itu. Dia nggak tahu kenapa, tapi ada rasa nyaman meskipun ini obrolan pertama mereka. Namun, dia juga agak cemas kalau obrolannya bakal jadi nggak natural kalau terlalu sering lewat DM yang lama banget di-responnya.
Putra membaca pesan itu dengan sedikit senyum. Dia menyadari kalau selama ini dia juga nggak terlalu buru-buru pindah ke platform lain. Justru, dia merasa nyaman ngobrol lewat IG, bisa lebih santai dan nggak terlalu formal. Tanpa mikir panjang, Putra bales dengan nada santai.
"Iya bener juga sih... tapi jujur aja, gue malah seneng ngobrol di sini. Mungkin karena lebih santai, ya. Tapi kalau lo pengen banget ke WA, ya gak masalah sih."
Salmaa sedikit terkejut dengan balasan Putra yang tidak langsung ngajak pindah ke WhatsApp, tapi dia ngerti. Mungkin obrolan di IG memang lebih terasa rileks. Dia jadi merasa lebih santai juga, tapi tetap ada rasa ingin ngobrol lebih sering. Ketika Salmaa ingin membalasnya, tiba-tiba Putra memberikan nomor WhatsAppnya yang membuat Salmaa sedikit kaget. "Eh.." lalu cepat-cepat membalasnya "Kalo kamu lebih nyaman di DM IG ya gapapa kok, takut jadi aku yang kepedean aja hehehe" Putra pun langsung membalasnya dan meyakinkan Salmaa bahwa semua baik-baik aja. Hal ini bikin Salmaa sedikit tersenyum kembali.
Setelah beberapa hari bertukar pesan singkat lewat DM Instagram, akhirnya Salmaa memutuskan untuk memulai percakapan di WhatsApp. Dia membuka aplikasi dan mengetik pesan singkat, "Hi."
Beberapa detik kemudian, ponsel Salmaa bergetar. Balasan dari Putra masuk.
"Eh, akhirnya pindah juga. Udah nungguin dari tadi, serius deh, gue kira lo bakal lupa."
Salmaa nyengir sendiri, membaca pesan Putra. Dia sedikit ragu tapi membalas dengan santai, "Gak lupa kok, cuma lagi ngerjain sesuatu aja."
Putra tertawa ringan dan melanjutkan obrolannya, "Oke, oke, gue ngerti. Tapi serius deh, sekarang kita lebih leluasa ngobrol ya! LOL"
Salmaa menghela napas, merasa nyaman dengan cara Putra menggiring obrolan. "Mmm, iya, ya." Tak lupa Salmaa menyelipkan koleksi stikernya di antara chat mereka.
"Lo nggak sendiri. Gue juga gitu. Cuma, sekarang udah ada alasan bagus buat buka WhatsApp ini." Putra membalas dengan sedikit nakal yang membuat Salmaa bingung "kenapa? maksudnya gimana??? hehhhh?" "Yaaaa gue rasa, alasan itu karena ada chat lo" "WKWKWKWKWK maap salmaa!" Salmaa sedikit kaget membacanya tapi kembali dia tersenyum karena sudah lama tidak diberikan candaan dan godaan seperti ini oleh cowok, setelah patah hati di cerita cinta sebelumnya~
Salmaa merasa sedikit tersipu, tapi mencoba santai. "Oh gitu? Jadi gue alasan lo buka WA tiap hari sekarang?"
Putra hanya mengirim emoji senyum sambil mengetik lagi, "Ya, salah satunya. Siapa tahu kalau kita ngobrol lebih intens, bisa jadi... ada hal-hal lain yang menarik buat dibahas. Kayak misalnya... kerjaan lo lagi, atau bahkan soal foto-foto estetik yang lo suka banget itu."
Salmaa terdiam sejenak. Tiba-tiba saja dia merasa lebih nyaman, lebih terbuka, tanpa ada tekanan dari Putra. Ada sisi dari diri Putra yang menyenangkan bagi Salmaa... --- Salmaa bukan tipe orang yang gampang terbuka, apalagi dengan orang baru. Dia seringkali memilih untuk mengamati dulu sebelum memutuskan untuk terlibat lebih jauh. Bekerja sebagai video editor di sebuah perusahaan tempatnya bekerja, kesehariannya penuh dengan deadline, ngerjain proyek editing, dan berurusan dengan footage yang kadang bikin kepala pusing. Hobi foto-fotonya pun bukan cuma iseng, dia memang suka menata segala sesuatu dengan angle yang berbeda, memotret hal-hal sederhana yang sering kali orang abaikan. Itu yang membuat IG-nya banyak dipenuhi foto-foto estetik, lebih ke pemandangan, objek, atau momen yang menurutnya "worth it to capture." Di dunia nyata, Salmaa lebih suka berada dalam ruang yang lebih kecil. Kadang dia merasa lebih nyaman dengan sendiri atau dengan orang-orang yang sudah lama dia kenal. Tapi belakangan, entah kenapa, dia merasa lebih penasaran dengan Putra. Mungkin karena cara Putra yang santai tapi menyenangkan, membuat dia merasa tidak terintimidasi. Seperti halnya obrolan mereka yang berjalan begitu natural. Terkadang, Salmaa merasa dirinya sudah terlalu nyaman, padahal baru beberapa hari sejak mereka mulai ngobrol. ---
Beberapa hari berlalu setelah saling tukar pesan di WhatsApp, percakapan mereka semakin hangat dan nyaman. Putra mulai merasa ada keasyikan tersendiri dalam ngobrol dengan Salmaa, walaupun di awal dia sempat ragu. Mereka terus saling berbagi cerita ringan, dari pekerjaan sampai makanan favorit, dan itu mulai terasa semakin personal.
Suatu hari, Putra memutuskan untuk memulai percakapan dengan topik yang agak nggak biasa. “Eh, gue tuh paling suka sate kambing, tapi pake bumbu kacang, loh. Gak ngerti kenapa orang-orang pada bilang aneh, tapi menurut gue itu enak banget.”
Salmaa langsung membalas dengan semangat. "Serius? Gue juga suka sate kambing pake bumbu kacang! Biasanya orang-orang pada bilang itu aneh, tapi menurut gue sih enak banget" Salmaa mulai tertarik dengan obrolan random dari Putra ini.
Putra langsung merasa ada ikatan kecil yang terbangun. "Wah, gila, kita sama banget! Gue kira cuma gue yang suka sate kambing pake bumbu kacang, ternyata ada juga yang ngerti rasanya."
Salmaa menambahkan, "Iya, padahal banyak orang bilangnya kebanyakan bumbu kacang bikin eneg. Tapi ya udah, mungkin kita yang beda dari yang lain."
Obrolan soal makanan itu makin bikin mereka merasa familiar satu sama lain. Gak lama setelah itu, Putra merasa ada yang aneh dan akhirnya mengingatkan Salmaa, "Eh, by the way, kita kan sekampus, ya? Gue pernah denger nama lo waktu ospek dulu. Kok bisa ya, kita nggak pernah nyadar kalau kita satu kampus? Lucu juga, kan?"
Salmaa terkejut dan langsung membalas, “Hah? Serius? Gue angkatan 2017, dan lo?”
Putra tertawa kecil. “Gue 2014”
Salmaa tertawa malu-malu. “Wah, gila ya. Gue sama sekali gak inget nama lo pas ospek, padahal pasti sempet liat kali ya.” ...
Setelah beberapa waktu, obrolan mereka semakin mengalir lancar. Tanpa sadar, mereka sering meluangkan waktu untuk ngobrol lebih intens. Suatu malam, Putra tiba-tiba mengajak Salmaa untuk videocall. Salmaa agak kaget, tapi rasa penasarannya lebih besar.
"Eh, Salmaa, gue ada sesuatu nih, pengen lo bantuin. Boleh videocall bentar?"
Salmaa mengangguk meski sedikit canggung. “Oke, gak masalah.”
Beberapa detik kemudian, layar ponselnya berubah menjadi gambar Putra. “Gue lagi coba nulis lagi nih, mau gak lo buat baca salah satu karya tulisan gue?" Salmaa reflek menjawab "Boleh!!! Mana??" Putra yang kaget pun, langsung teringat dan mengatakan ke Salma "Hm btw, sorry tapi ini cerita dewasa gitu tulisan gue. Aman kah? Kalo gamau ya gapapa loh" ini membuat Salma kaget kecil saat mendengarnya, tapi Salmaa menjawab "Ehmm gak papa sih tapi gue kalo baca gak suka diliatin, sambil chat dulu kali ya sambil gue baca tulisan lo?" Putra yang gak nyangka pun sama respon Salmaa langsung mengirimkan tulisan di blog-nya "Nihhh... btw makasih ya kamu mau baca" Seketika Salmaa bergidig membacanya karena tiba-tiba Putra menggunakan aku kamu lagi. Salma mulai membaca tulisan cerita dewasa yang Putra buat di kamarnya. Ditutupi selimut di seluruh tubuh dengan wangi tubuhnya yang sangat nyaman dihirup, Salmaa membaca perlahan semua tulisan Putra. Bagi Salmaa, ini adalah momen pertamanya membaca langsung tulisan dewasa yang dibuat oleh cowok yang dia kenal. Anehnya, kata-kata yang terlalu frontal di tulisan tersebut tidak membuat Salmaa risih, justru dia penasaran dan menikmati cerita yang ditulis Putra. Tanpa sadar, Salmaa membaca salah satu cerita di mana seorang wanita dalam cerita tersebut sedang mendesah dan menyebutkan "Ahhjk itilnya iyahhh disituuu enakk" Tanpa sadar Salma merasa sekujur tubuhnya gemetar dan merinding, seakan aliran darahnya bergerak dari kaki ke ujung kepalanya. Bahkan, sedikit demi sedikit Salmaa mulai terbawa alur cerita yang Putra tulis sambil mulai meraba paha dalamnya karena merinding yang ia rasakan saat membaca cerita tersebut. Lupa jika dia belum membalas WhatsApp Putra, Salma langsung mengetik review-nya dengan tiga kata singkat "WOW!"
0 notes
Text
First Da(t)e (1/...)
Namaku Putra, seorang pria muda berusia 28 tahun dengan semangat yang menyala-nyala untuk mencapai kesuksesan di dunia kerja. Setiap harinya, ia menyibukkan diri di kantor sebuah perusahaan agensi yang selalu ramai dengan aktivitas kreatif dan dinamis. Sejak masuk pagi hingga menjelang senja, Putra terbenam dalam pekerjaannya, terinspirasi oleh keramaian dan semangat tim di sekitarnya. Satu yang Putra lupa, ia tidak memikirkan ada cinta di dirinya. Teman-temannya kerap mendorongnya dengan memperkenalkan satu per satu wanita di lingkungan mereka. Hingga suatu waktu, Karina salah satu teman lama Putra menghubunginya melalui WhatsApp. "Gue liat story lo masih kerja terus aja, masih betah di dunia itu?" Mulai Karina "lol ya gimana lagi, hidup terus berjalan, Kar" Putra membalas pesannya "Helooooo, 27 tahun bentar lagi usia produktif lo lewat" Karina membalas mereka melanjutkan chat serunya…
Karina: Lo mau gua kenalin temen gue? Putra: Really? Siape? Dicomblangin gue ceritanya? Karina: Temen lama gue, Anjani namanya. Putra: Go ahead, kenalan aja kan? Karina: Ya terserah lo, kedepannya tergantung kalian. Putra: Yowes…serah lo juga, Kar. Ajang kirim-kiriman kontak pun terjadi, Karina memberikan sosial media temannya yang bernama Anjani . Beberapa minggu berlalu… Kembali di tengah kesibukannya, Putra bermain sosial media seperti biasa. But, ada yang berbeda pada hari itu di sosial medianya. Terlintas seorang Anjani , teman dari Karina yang beberapa minggu lalu dikenalkan kepadanya membuat IGS selfie dirinya mengikuti tren Februari Dump. Putra berpikir " Wow, good eyes. I like her smile…" Putra bereaksi dengan merespon IGS tersebut menggunakan komentar "Cantik!" Anjani pun yang melihat dari layar hpnya tercengang dengan notifikasi tersebut. Lalu tersenyum dan membalasnya "Thank you, Put!" Anjani melihat mutual friend dari Putra ialah temannya Karina. Anjani kembali bertanya kepada Putra "Btw, temennya Karina?" Putra pun membalasnya "Yup, salam kenal. Kalau salam tempel mah lebaran" Anjani sedikit tersenyum membaca balasan Putra yang baru ia kenal, bahkan mungkin belum ia kenal. ... 5 hari berlangsung, perkenalan tersebut semakin intens terjadi layaknya 2 insan yang bertemu dan saling terpesona. Tak jarang, salah satu dari mereka kerap membagikan 'daily pap' di tengah kegiatannya. Tentunya, tanpa sepengetahuan Karina. Yahhh ada gengsi sih yang membuat mereka tidak bercerita kepada Karina. Dari obrolan-obrolan yang berlangsung, mereka berdua mungkin memiliki hobi, cara bercanda, obrolan yang nyambung hingga mereka mulai menikmati momen chat tersebut. Di tengah obrolan menarik yang terjadi, Putra mengajak Anjani untuk bertemu sambil menikmati makan malam selepas pulang kerja. Anjani yang sedang merasa lelah dengan hari-harinya pun terhanyut dan mengiyakan ajakan tersebut. Di pikirannya, ya refreshing kali ya abis seminggu ini cape banget kegiatannya. Waktunya pun tiba, Putra dan Anjani bertemu dengan Putra menjemput Anjani di kantornya. Mereka menembus malam hari dengan sedikit berbeda. Tidak seakrab di chat instagram yang biasanya mereka lakukan. Tentu, ada rasa malu-malu dalam memulai obrolan. Apa ada rasa lain di antara mereka? We don't know ~ ... Mereka berhenti di salah satu tempat makan, sambil menunggu makanan tiba… Putra basa-basi dengan bertanya tentang keseharian Anjani di hari tersebut. Anjani pun mulai nyaman dengan merespon pertanyaan Putra. Tidak jarang, dia pun bertanya sebaliknya. Hingga makanan tiba, mereka menyantap makanan tersebut sambil diselingi candaan jayus. Selepas makan, karena waktu masih panjang dan esoknya hari Sabtu. Putra pun mengajak Anjani untuk melanjutkan malam dengan menikmati live music di salah satu bilangan Jakarta. Tiba di sana, mereka memesan satu pitcher beer untuk dinikmati berdua, alunan musik membuat mereka nyaman dan saling lirik sambil bernyanyi mengikuti irama. Ada rasa nyaman yang hadir di antara mereka malam itu. Jelang akhir penutupan beer bar tersebut, vokalis band mengajak pengunjung yang hadir untuk berdansa bersama sambil menyanyikan lagu romantis ala disko. Putra pun mengajak Anjani untuk turun dari meja dan ikut serta bersama pengunjung yang lain. Rasa percaya diri di antara mereka hadir karena efek beer yang mereka minum. Tangan Anjani pun memegang pinggang Putra sambil dia menyandarkan kepalanya di dada Putra. Baginya, ini cukup menghibur untuk menutup harinya yang lelah. Putra pun demikian, dia kembali merasakan sensasi nyaman untuk berinteraksi dengan lawan jenis. Tak diduga, pelukan dan candaan pun terjadi saat mereka berdansa. Selepas semua pengunjung menyelesaikan dansa dan bersiap untuk pulang, Anjani dan putra sudah bergandengan tangan menuju mobil Putra untuk pulang mengantar Anjani ke apartemennya.
Hanya saja karena sudah larut, Putra merasa masih mampu kembali melanjutkan perjalanan. Hingga tanpa disangka keduanya saling tatap dan Anjani mengucapkan "Thanks for Today, Put. Aku happy hari ini" Putra pun membalas "Hahaha, sama-sama, Jani. Aku juga senang bisa hibur kamu hari ini." Apa yang terjadi setelah itu?
Anjani melancarkan sebuah ciuman di pipi Putra, bagi putra ini adalah ciuman yang pertama kali didapatkan setelah bertahun-tahun menyendiri. Suasana akwkward terjadi malam itu di mobil yang lagi parkir di basement apartemen. Hingga tanpa tahu siapa yang memulai, keduanya mendekatkan wajah masing-masing dan Putra mencium Anjani di bibir. Anjani yang sedikit kaget pun masih grogi dengan kejadian tersebut, hingga Anjani memejamkan wajahnya sambil menahan malu. Suasana ciuman keduanya kembali berlanjut, Anjani yang merasa nyaman mulai membalas lumatan Putra dengan lembut. Suara kecupan bibir sudah terdengar jelas di dalam mobil tersebut. Bahkan, Anjani kembali dibuat nyaman dengan pelukan dan elusan Putra di pipinya. Merasa keduanya saling nyaman, sentuhan pun juga terjadi dan diselingi desahan nafas yang keluar. Suhu AC di mobil tersebut terasa sia-sia, karena suasana ciuman yang dilakukan keduanya. Mereka semakin panas dengan Putra yang terbawa nafsu dan Anjani yang semakin nyaman. Putra mulai menyentuh bagian-bagian di tubuh Anjani sambil terus melancarkan ciumannya. " muach..muach… ah Put" Suara Anjani. Putra pun membalas dengan membisikan kata-kata "Kamu cantik malam ini" Anjani yang teringat jika keduanya masih ada di mobil langsung menghentikan ciumannya dan tersenyum kepada Putra. Putra pun paham maksud Anjani, Putra bergegas membereskan barang-barangnya lalu menganggukan ajakan Anjani tadi untuk mampir. Keduanya naik ke Apartemen Anjani sambil bergandengan tangan di lift. Ketika masuk ke apartemen yang saat itu masih gelap, Anjani yang langsung menyalakan lampu pun juga menawarkan air putih untuk Putra karena dia ingat jika dari tadi keduanya terlalu banyak minum beer. Sambil bersenda gurau di sofa menikmati malam, Putra dan Anjani kembali terbawa suasana. Keduanya kembali terhanyut dalam candaan hingga keduanya mendekatkan kembali wajah mereka dan memulai ciumannya. Karena suasana yang mendukung, keduanya merasa kembali panas dan semakin terhanyut. Putra yang mencium Anjani dengan lembut pun kembali menyentuh titik-titik yang menjadi titik rangsang Anjani seperti leher, pundak, dan pinggang. Anjani pun demikian, tangannya merangkul Putra dan mendorong Putra untuk bersandar di sofa, lalu Anjani diangkat Putra untuk naik ke atas pangkuannya sambil melanjutkan ciumannya. Sesekali, Putra membisikan "Are u sure?" Anjani pun yang sudah dimakan suasana romantis tersebut hanya menyuruh Putra untuk diam "sssttt jangan bertanya… I like it." Nafsu semakin mendorong mereka berdua untuk semakin jauh, Putra yang juga sudah terbawa suasana pun mulai mendaratkan tangannya dari pinggang Anjani ke payudarannya. Anjani yang merespon ciumannya Putra, kerap memberikan ciuman kecil di pipi, kuping, lalu leher Putra. Yap, leher adalah titik rangsang Putra yang paling sensitif. Putra yang semakin bergairah pun membalasnya, sambil meremas pelan payudara Anjani. Melihat Anjani yang juga terbawa suasana, Putra pun tampak percaya diri. Baginya ini atas dasar suka dan mau. Putra bertanya kepada Anjani…
"Boleh ku buka?"
Anjani pun langsung tersenyum dan justru membuka kemeja yang dia pakai tersebut. Putra mulai membantunya melepas satu persatu kancing kemeja Anjani sambil sesekali memberikan ciuman kecil secara berulang-ulang di pundak Anjani. Anjani merasakan geli yang semakin menjadi, sesekali Anjani meremas rambut Putra dan mengeluarkan desahan di kupingnya "ahh geli Put…" Putra pun tetap melanjutkan membuka kemeja Anjani hingga terlepas menyisakan bra hitam dan celana jeans. Anjani tak ingin menggunakan dalaman sendiri pun mulai menarik kaus putra ke atas hingga terlepas. Cium kembali berlanjut dengan Anjani memberikan ciuman kecil di leher, sesekali diberikan jilatan yang membuat Putra mendesah "ahh Jani" Putra pun mulai menurunkan tali bh Anjani ke samping dan kembali mencium pundak wanita tersebut. Ciuman kecil tersebut berjalan ke arah dada Anjani sambil diselingi tatapan tajam dari Putra yang membuat Anjani terhenyak. "ahhh enak Put, terus" sambil sesekali ANjani menjambak rambut Putra. Tiba-tiba klik terlepas bh dari Anjani dan Putra langsung memberikan lumatan di atas payudara Anjani. Ciuman kecil diberikan sambil sesekali meremas bukit kembar tersebut. Ukuran yang pas di tangan Putra pun membuat Putra mengatakan "Wow sexy, i like u" Anjani tersanjung mendengarnya sambil melanjutkan desahannya yang tertahan. Anjani kembali mendekatkan kedua payudaranya ke arah mulut Putra, lalu putra menjulurkan lidahnya mengelilingi puting Anjani. Jilatan kecil ia berikan ke payudara kanannya, sambil ia meremas yang sebelah kiri.
Putra mulai melahap puting dari Anjani yang membuat Anjani sedikit gemetar menikmatinnya. Mata sayunya kembali terpejam menikmati lumatan di putingnya yang dilakukan oleh pria yang baru ia kenal ini. rangsangan dari Putra membuat Anjani mulai meliukkan badan dan pinggulnya, ia pun merasakan ada sesuatu di bawah sana yang menyentuh area vaginanya. Goyangan Anjani yang masih berlapis jeans tersebut juga dirasakan Putra. Anjani kembali memberikan usapan di dada Putra sambil sesekali membalas perlakuan Putra dengan mencium dada Putra. Putra yang termakan nafsu mulai mengangkat Anjani dan menjatuhkannya ke sofa. Anjani pun sudah mengerti maksud Putra dan mulai menjangkau celana Putra yang menggembung tersebut. Elusan Anjani membuat Putra semakin terangsang, hingga Putra mengatakan "Buka aja, gapapa" Anjani mulai meraih kancing celana dan resleting Putra lalu menurunkan celana tersebut hingga tertarik pula celana dalam dari Putra. Anjani tercengan melihat benda di depannya… Beberapa detik kemudian, Putra menarik tangan Anjani dan meletakkannya di atas penisnya yang sudah mengeras tersebut. Anjani tidak ada tenaga untuk menahan tangannya, hanya menikmati segalanya. Anjani mulai menyentuh dan menggenggam penis dari Putra yang mengeras dan memberikan kocokan lembut sambil sesekali menatap Putra yang saat itu suka mencium jidat Anjani. Anjani mulai mendekatkan wajahnya ke arah penis Putra dan membuka mulutnya perlahan. Ya, Anjani memasukkan penisnya ke dalam mulutnya sambil sesekali memberikan elusan ke paha dari Putra. Putra pun terpejam menikmati emutan dari Anjani di penisnya. Sedikit remasan diberikan Putra di kepala Anjani, membuat Anjani semakin bernafsu memaju mundurkan kepalanya di batang yang mengeras tersebut, tangannya pun tidak tinggal diam dengan ikut meremas kantung biji dari Putra. Air liurnya pun sudah keluar dari mulut membuat penis Putra mengkilat karena liur Anjani.
"ahhh enak Jani"
" Anget mulut kamu"
Anjani tersenyum mendengarnya dan melanjutkannya. Putra pun mulai mendorong Anjani dan membuka celana wanita tersebut.
Anjani yang sudah melayang-layang pun sudah memasrahkan dirinya. Putra menarik lepas celana Anjani dan mulai menciumi kaki dari wanita tersebut, ciuman kecil diberikannya dari betis naik ke paha Anjani dan sampai ke pangkal paha dekat vagina Anjani. Putra pun melanjutkan ciumannya di area cd Anjani.
"ahhh hey its good, i like it!!"
"Ahh Put"
Putra lalu berinisiatif tanpa bertanya untuk membuka CD yang senada dengan bra hitam Anjani. Ketika terbuka, Putra langsung mendekatkan wajahnya dan memberikan ciuman Anjani dari paha hingga vaginanya. Jilatan pun diberikan putra dengan sesekali diiringi bunyi basah dari vaginanya Anjani.
"ahh"
"Puttttt enak, kamu jago, suhu anjing"
Anjani sudah tidak bisa menahan kata-katanya, tangannya pun menjambak rambut Putra dan menekan untuk lebih dekat dengan Vaginanya, Vagina Anjani semakin basah dengan jilatan Putra yang mulai cepat.
tiba-tiba…. "Ahh aku sampe Put.. ahhh stop"
Putra tidak menggubrisnya dan terus memberikan jilatan dan menyentuh itil dari Anjani. "ahhhh ahhhh keluarrrr aku sampe sayang" Anjani pun bergetar menikmati klimaks pertamanya tersebut. Putra kembali membersihkan cairan yang keluar dengan menghisap dan melumat bibir vagina dari Anjani. lalu, melanjutkan ciumannya naik ke perut dan ke dada Anjani.
Lumatan diberikan putra ke area puting Anjani dengan gigitan kecilnya yang membuat desahan Anjani tidak tertahankan "Ahhh put, enak.." Anjnani mulai meraih penis Putra lalu didekatkannya ke arah vaginanya. Putra yang paham maksud Anjani lalu mulai menggesekkan penisnya di bibir vagina Anjani. Anjani pun semakin terbakar nafsu karena gesekan tersebut. Putra mulai merasa hangat di area penisnya dengan masuknya kepala penisnya ke dalam vagina Anjani..
"ahhh sempit bgt memek kamu Jani"
"ahh kamu yang kegedean Put…truss"
Batang penis putra semakin lancar masuk karena basahnya penis dan vagina yang telah disepong dan dijilat oleh masing-masing.
Putra lalu mulai menggerakkan pinggulnya sambil memegang paha Anjani yang sebelah kanan. Anjani pun mulai merangkul pundak Putra sambil membuka mulutnya mengeluarkan desahan "ahhh Put oh shit, trus.." Terbata-bata.
Putra semakin bersemangat menggenjot vagina Anjani yang semakin basah. Keduanya bertukar liur untuk menambah momen panas tersebut. Anjani yang merasa Putra sudah lelah dengan berdiri di depannya pun berinisiatif untuk melepas penis Putra. Anjani menyuruh Putra duduk untuk berganti posisi lalu Anjani mulai menaiki badan Putra, sambil mengarahkan penisnya tepat di bawah vaginanya. Anjani merasa penis putra semakin besar lalu mulai mendorong penis tersebut masuk ke dalam.
"Ahhhh shittt, Put gede.."
"enak bgt memekku."
Putra pun demikian merasakan sempitnya vagina Anjani, lalu meremas bongkahan pantat wanita cantik tersebut. sambil Membantu Anjani memaju mundurkan pinggulnya dengan bertumpu tangan ke pundak Putra.
Semakin panas adegan sex keduanya, Putra yang tubuhnya mulai basah karena keringat pun kembali melancarkan ciuman ke dada Anjani sambil Anjani menggoyangkan tubuhnya di atas penis Putra. Anjani semakin bersemangat menikmati sentuhan penis Putra di area itilnya yang bergesek-gesek. Anjani pun sudah ikut basah tubuhnya oleh keringatnya.
"ahhh gede bgt kontolmu"
"Put.. ahh"
"Ah kamu juga enak?
Putra mengangguk dan terus mencium tubuh serta bibir Anjani.
Putra lalu menggendong Anjani dan bertanya kamarnya di mana. Anjani tersenyum dan mengarahkan Putra ke pintu kamarnya. Sampai di depan kasur, Putra menurunkan Anjani, ketika Anjani masih menungging… Putra melancarkan ciuman di punggung Anjani sambil sesekali mencium keringat Anjani yang membuatnya semakin terangsang. Anjani pun tentunya semakin bergairah karena ciuman tersebut.
Putra lalu meremas pantat Anjani dan mendekatkan wajahnya ke bokong Anjani lalu memberikan ciuman dan jilatan kembali di vagina Anjani. Anjani semakin tidak tahan lalu mengatakan "masukin Puttt cepet gak kuatttt"
Putra pun langsung memasukkan penisnyaa dari belakang ke vagina Anjani secara perlahan, meski sudah sangat basah, Putra tetap tidak ingin Anjani merasa kesakitan. Putra pun mulai memaju mundurkan pinggulnya lalu memeluk Anjani dari belakang.
Makin lama makin cepat genjotan di vagina Anjani, Anjani pun mulai mengikuti irama goyangan penis Putra dengan.
"Ahhh shit, kamu suka Jan?"
"Iyahhh terus Put, aku suka.."
"ajhhhh aku enakkkl" Anjani berteriak menikmati sensasi genjotan penis Putra.
"Ohhh shitt, terusss kenceng"
Putra lalu menghentak pinggulnya secara spontan hingga mentok di rahim Anjjani sambil meremas kedua bongkah pantatnya.
Anjani yang tidak tahan lagi langsung berteriak
"Ahhhh anjing,enak sayanggggg… ahhh"
"ahh terus dikit lg sampe aku"
Putra membalasnya "aku jugaaa Jan"
Keduanya semakin bersemangat memompa nafsu mereka hingga mencapai klimaksnya
"Ahhh akukeluar lagi Puttttt.."
"ahh enakk"
Putra mendiamkan penisnya agar Anjani bisa menikmati puncak klimaksnya. Putra lalu mengeluarkan penisnya.
ANjani yang merasa Putra juga ingin keluar pun langsung membalikkan badannya dan mengulum penis Putra.. Lumatan bibir Anjani membuat penis Putra sudah ingin mencapai ujungnya. Putra pun menjambak rambut dan meremas kepala Anjani.
"terusss ah enak bgt bibir kamu"
"ahhh"
"Aku mau sampai Janiiii"
Anjani pun membalas "Keluarkan sayang, di sini aja"
Sambil mengarahkan dadanya dan sedikit meremas payudaranya untuk menambah kesan seksi
Putra pun tidak tahan lagi menahan klimaksnya lalu mengeluarkan penis dari mulut Anjani dan mengocoknya ke atas payudara Anjani.
Anjani yang menggenggam kedua payudaranya pun memejamkan matanya, lalu
crottt
"Ahhh"
"ahh aku keluar Jan,"
Sperma putih Putra menyiram payudara seksi dari Anjani dan membuat payudara tersebut mengkilat licin
Anjani pun tersenyum dan mulai membuka matanya menatap pria tampan yang baru saja menyiramkan sperma ke tubuhnya.
Putra tersenyum lalu mencium bibir Anjanji dan mengajaknya untuk menikmati malam tersebut di atas kasur yang besar. Anjani tidak kalah romantis dengan membalas ciuman Putra. Keringat keduanya sudah menyatu, elusan di tubuh sudah tidak bisa dihindarkan. Putra mengatakan "Are u happy?" Anjani membalas "Sure! Thank You!" keduanya melanjutkan pelukan dan ciuman hingga terlelap di bawah selimut malam itu.
1 note
·
View note