Text
How to Break a Habit
1. Make up your mind to do things differently. Make the decision to turn this thing around. You have all the power you need, and you can make this work for you.
2. Decide to only work on one habit at a time. That focuses your mind, and your will to succeed.
3. Design a plan that is attractive and rewarding. If the pain exceeds the gain then you may not persevere. There must be something that’s enticing to make it seem worthwhile.
4. Nuke your negative thinking. You know that things will be tough and you’ll be tempted to give up – but plan in advance so you can push through trying times. For example, imagine how you’ll feel when you are living differently, and you’ve broken with the habit, and are basking in success.
5. Know the worst times of day, and the times you struggle most. Then come up with a plan so you cope better with those. But … make sure your ideas work, and are attractive enough, as it’s hard to keep on going when we’re low on energy.
6. Keep it simple. A harsh or complex plan can be too hard to implement. But making simple changes feels much more doable. (Also, remind yourself “it’s easy – and it’s not that hard to do.”)
7. Notice your successes. And reward yourself with that. Your effort’s paying off – and you are closer to your goal.
641 notes
·
View notes
Text
Tips for Improving Your life
1. Listen to what you want to do, not what others want you to do.
2. Listen to who you want to be, not who others want you to be.
3. Stop hiding your true thoughts and feelings; start being true to who you really are.
4. Stop criticizing and putting yourself down; start appreciating and loving who you are.
5. Stop saying yes when you’d much rather say no.
6. Start dreaming more, and trying different things.
7. Forget about the past and enjoy what’s happening now.
8. Appreciate the good things and the beauty, and life’s joys.
1K notes
·
View notes
Text
“Stop worrying about someone that isn’t worried about you.”
— Unknown
353 notes
·
View notes
Text
“May your choices reflect your hopes, not your fears.”
— Nelson Mandela
1K notes
·
View notes
Text
“Never go in search of love. Go in search of life and life will find you the love you seek.”
— atticus
2K notes
·
View notes
Text
Cinta itu unik, bukan?
Bahas soal cinta membutuhkan berpuluh ribu liter tinta pena, namun yang kan kubahas kali ini hanyalah secuil topik dari cinta itu sendiri, Keunikan Cinta
Cinta itu unik, benar begitu?
Kadang kita mencintai orang yang sudah menyakiti kita berkali kali
Atau sebaliknya
Kita menghindari orang yang sangat mencintai kita
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang sebelumnya kita benci
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang belum pernah kita temui
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang saat ini milik sahabat kita sendiri
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang saat ini telah memiliki pasangan hidup
Unik bukan?
Kita mencintai seseorang yang tidak memiliki agama yang sama dengan kita
Unik bukan?
Ya, cinta itu unik. Tapi dari keunikan itulah kita mengerti betapa menjadi berwarnanya kehidupan yang kita miliki saat ini.
64 notes
·
View notes
Text
“Hiding your hurt only intensifies it. Problems grow in the dark and only become bigger and bigger. But when exposed to the light of truth, they shrink. You are only as sick as your secrets. So take off your mask, stop pretending you’re perfect and walk into freedom.”
— Rick Warren
2K notes
·
View notes
Text
“Well, the rain had stopped but the pain was still there.”
— Charles Bukowski // Pulp
1K notes
·
View notes
Text
“Difficult relationships come into our lives for a reason. No one would choose them, certainly. But if we let them, they can teach us how to be flexible with others and more forgiving.”
— Joan Bauer
611 notes
·
View notes
Text
“You only have so much emotional energy each day. Don’t fight battles that don’t matter.”
— Unknown
2K notes
·
View notes
Text
Heal Yourself #26: Tunggu, Aku Butuh Waktu!
Kita pasti pernah menjalani hari-hari yang melelahkan. Bukan hanya melelahkan secara fisik, tapi juga perasaan. Sayangnya, ketika hal itu terjadi, kita tidak cukup memahami tentang bagaimana caranya mengelola emosi. Di tengah lelah yang memuncak dan bertambah-tambah, seringkali yang terjadi adalah kita tidak piawai menguasai diri. Alhasil, kita jadi seperti anak kecil yang cranky, tantrum, mudah marah, dan mudah menaikkan nada bicara meski hanya karena pertanyaan-pertanyaan sederhana hingga tanpa sadar kita terdiam sambil bertanya-tanya pada diri, “Eh? Siapa tadi yang berubah menjadi seperti monster itu? Aku? Kenapa bisa begitu?”, tanya yang tak jarang kita pun tak punya jawabannya.
Belum selesai mengelola diri dan emosi sendiri, di waktu-waktu seperti ini tak jarang kita juga dihadapkan pada kebutuhan-kebutuhan orang lain atas diri kita: anak yang menangis, suami yang meminta sesuatu, tugas-tugas domestik atau publik yang menumpuk, orangtua yang meminta ditemani, dan seterusnya. Bagi para tenaga kesehatan (mental) atau orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan menangani orang lain, hal ini tentu menimbulkan tantangan tersendiri, seperti misalnya ketika klien atau pasien “mengetuk pintu” dan meminta kita untuk menunjukkan sikap-sikap profesional, padahal bagi kita waktunya sedang sangat tidak tepat.
Duh, kalau sedang begini, apa yang perlu kita lakukan? Seperti arahan pramugari saat pesawat yang kita naiki akan lepas landas, kita perlu menolong diri sendiri terlebih dahulu untuk kemudian bisa menolong orang lain dengan baik. Iya, kita butuh waktu untuk menyelesaikan urusan dengan emosi yang sedang dihadapi. Tapi, bagaimana caranya? Apakah semua orang bisa mempelajari dan melakukannya? Tentu saja!
Tahukah kamu, emosi pada dasarnya adalah sesuatu yang baik, ia memberikan informasi kepada kita tentang situasi yang sedang kita hadapi, yang kemudian mendorong kita untuk dapat mengatur dan mengasosiasikannya dengan tindakan yang tepat. Hanya saja, yang menjadi masalah adalah bagaimana kita memberikan respon terhadap emosi-emosi tersebut; apakah tepat atau tidak, apakah efektif atau tidak. Istilah kerennya adalah regulasi emosi. Kita tidak terlahir dengan membawa langsung kemampuan regulasi ini namun kita tentu bisa mempelajari dan mengetahui strategi-strateginya.
Sebelumnya, apakah regulasi emosi itu?
“Emotion regulation is the ability of an individual to modulate an emotion or set of emotions.” – American Psychological Association (APA)
Ya, sederhananya regulasi emosi adalah kemampuan kita untuk mengelola dengan tepat emosi yang kita miliki. Regulasi emosi ini terlebih dahulu diawali dengan mengenali emosi apa yang sedang kita rasakan dan mengidentifikasi apa yang menjadi sebabnya. Untuk itu, kita perlu tahu apa dan bagaimana diri kita saat sedang marah, sedih, bahagia, kecewa, dan juga saat menghadapi emosi-emosi lainnya. Hal ini dilakukan agar kita punya gambaran tentang apa yang perlu dilakukan saat sedang berhadapa dengan emosi-emosi tertentu.
Ada hal-hal yang dapat membantu kita untuk meningkatkan skill regulasi emosi ini, yaitu:
Biasakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi emosi apa yang sedang dirasakan oleh diri. Jangan sampai terlalu sering berada di dalam sebuah situasi dimana kita merasakan perasaan yang tidak enak tapi kita kebingungan untuk bisa menamai emosi apa yang sebenarnya sedang kita rasakan. FYI, hal ini juga bisa dibiasakan oleh para orang dewasa untuk mengajari anak kecil mengenali emosinya. Misal, kalau anak sedang marah, kita sampaikan, “Adek lagi marah, ya? Adek kesal?”
Kenali juga emosi apa yang sedang dirasakan oleh orang lain dengan memerhatikan sikap atau perilaku atau juga gestur mereka.
Berlatihlah untuk mengkomunikasikan emosi yang dirasakan kepada orang lain, misalnya dengan mengatakan, “Aku sedang sangat lelah, aku ingin istirahat dulu sebentar. Tunggu aku 15 menit, ya!” atau “Aku sedang marah, boleh kamu meninggalkan aku sendiri dulu?” atau “Aku sedang sedih, saat ini aku ingin menyelesaikannya sendiri dulu. Jangan khwatir, aku akan kembali 1 jam lagi.” dan seterusnya.
Pastikan kita peduli dan menjaga diri sendiri dengan tidur yang cukup, pola makan yang sehat, tetap aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan menyenangkan.
Latih kesadaran diri, biasakan untuk being present in the moment, peka terhadap diri sendiri, dan berpikir positif.
Mungkin ini tidak mudah dan pasti butuh waktu agar kita bisa menjadi terbiasa. Tapi, untuk skill penting yang perlu kita miliki ini, rasanya kita rela untuk berupaya, bukan? Sebab, seperti yang dikatakan oleh pakar emotional intelligence,
“If your emotional abilities aren’t in hand, if you don’t have self-awareness, if you are not able to manage your distressing emotions, if you can’t have empathy and have effective relationships, then no matter how smart you are, you are not going to get very far.” – Daniel Goleman
Kembali ke hubungannya dengan kebutuhan orang lain atas diri kita saat kita sedang merasakan emosi-emosi tertentu, salah satu bentuk regulasi emosi yang paling umum dilakukan adalah time-out. Kamu pernah dengar kisah tentang Rasulullah dan para sahabatnya yang selalu berhenti dulu di suatu tempat untuk membersihkan diri selepas berperang sebelum menjumpai keluarganya di rumah? Kisah ini sangat menarik bagi saya, sebab, dalam pandangan saya yang awam ini, ini adalah bentuk time-out yang baik agar kemudian siap untuk berinteraksi dengan anak, isteri dan keluarga di saat kondisi diri dan emosi sudah relatif stabil selepas beristirahat dan membersihkan diri. Time-out ini juga bisa kita lakukan, seperti misalnya dengan merawat diri sesaat setelah tiba di rumah selepas beraktivitas, menyendiri sambil minum teh atau kopi, mandi, makan, merebah, me-time dan melakukan hal-hal lain untuk menenangkan diri. Tidak perlu lama-lama, yang penting waktunya cukup.
So, dalam kondisi-kondisi yang sangat tidak stabil dan tidak optimal, senjata kita adalah regulasi emosi. Jika di saat-saat itu kita perlu berhubungan dengan orang lain, kita boleh lho meminta mereka untuk menunggu dulu sebentar. Asal, benar sebentar ya, jangan terlalu lama. Hal ini penting. Sebab, saat kita lebih cepat selesai dan berdamai dengan diri sendiri, kita juga akan lebih cepat untuk bisa menolong dan menangani orang lain.
Selamat meregulasi emosi!
___
Sumber ide:
What is Emotional Regulation, oleh Rachel Lustbader dalam Better Help
The Science of Emotional Regulation, dalam Parenting for Brain
What are DBT Emotion Regulation Skills, dalam Sunrise Residential Treatment Centre
How to Improve Your Emotion Regulation Skills for Better Health, oleh Kristalyn Salters dalam Very Well Mind
10 Essentials Emotion Regulation Skills for Adults, oleh Alice Boyes dalam Psychology Today
136 notes
·
View notes
Photo
This is so true
I’m about to lose my mind… X___X
11K notes
·
View notes
Quote
I love you—I do—but I am afraid of making that love too important. Because you’re always going to leave me. We can’t deny it. You’re always going to leave.
David Levithan, Every Day
@thequotejournals
(via thelovejournals)
6K notes
·
View notes
Quote
If you can love the wrong one so much, just imagine how much you can love the right one.
Brandon Stanton, Humans of New York (via thelovejournals)
16K notes
·
View notes