nrhmn
nrhmn
surasa
7 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
nrhmn · 5 months ago
Text
Menutup diri/
Unpopular opinion; pendapat yang tidak populer. Pandangan yang berbeda dari kebanyakan orang dan seringkali dianggap bertentangan. "Kamu gak asik, sombong, sekarang lebih sering menutup diri?" Memangnya kenapa? Banyak orang menganggap aku lebih sering menutup diri karena jarang merespon pesan dengan cepat, mematikan centang biru, sering membagikan status tapi tidak diperlihatkan pada orang lain, lebih nyaman dengan sec-account yang tidak diketahui orang lain, atau kadang membiarkan pesan terakhir menggantung begitu saja. Aku sering dibilang aneh dan dianggap sombong. Dulu, aku adalah pribadi yang sangat ekstrovert. Aku suka bercerita, suka berkumpul dengan teman-teman, dan tidak pernah mau ketinggalan acara atau kegiatan di luar rumah. Keramaian bersama banyak orang adalah tempat di mana aku merasa hidup. Aku sangat menikmati kebersamaan, berbicara dengan banyak orang, dan terlibat dalam setiap percakapan. Namun, sekarang semua terbalik. Aku kini lebih menyukai kesendirian, lebih nyaman dalam kesunyian. Nyata maupun maya. Dulu dikenal sebagai pribadi yang ramah, kini bertemu dengan orang lain saja rasanya enggan. Mungkin bagi sebagian orang, ini tampak seperti penolakan atau penghindaran. Tak jarang banyak yang bertanya-tanya, "Kenapa sih, aku gak bisa ngobrol lagi kayak dulu?" atau "Kenapa kamu gak seceria dan terbuka dulu? Ada masalah apa?" Dan meskipun aku tahu mereka hanya ingin peduli, kadang aku merasa tidak punya energi untuk menjelaskan alasan yang terasa begitu rumit di dalam diriku. Ada kalanya aku hanya malas untuk berlama-lama membicarakan sesuatu. Berinteraksi dengan banyak orang kini terasa melelahkan. Ini mungkin terasa aneh, bahkan mengejutkan bagi mereka yang mengenal aku dulu, yang tahu betapa senangnya aku bergaul dan berbicara dengan siapa saja. Aku sadar bahwa dalam hidup, aku tidak bisa sepenuhnya menyendiri. Aku membutuhkan orang lain, aku membutuhkan dukungan, aku tidak bisa seenaknya terhadap mereka yang peduli padaku. Namun kini aku lebih menyukai tenggelam dalam pikiran dan perasaan sendiri tanpa harus berbagi dengan orang lain. Aku merasa bahwa hidup ini penuh dengan tuntutan. Seolah-olah hidup ini punya beban yang mengharuskan kita untuk selalu terhubung, responsif, selalu ada untuk orang lain. Dan itu ternyata melelahkan. Aku merasa bahwa pilihan untuk "menutup diri" adalah pilihan yang perlu dihargai. Ada kalanya aku merasa cukup dengan diriku sendiri. Bahwa tidak semua orang bisa selalu hadir untuk memenuhi harapan orang lain, atau terjebak dalam peran sosial yang tak ada habisnya. Aku rasa, ada saatnya aku harus membiarkan diri untuk hanya ada tanpa harus berusaha terus-menerus membuktikan keberadaannya kepada orang lain. Dianggap tidak ada sepertinya jauh lebih menenangkan ya? Kadang aku bertanya-tanya, apakah aku sudah terlalu jauh berubah? Mungkin aku terlalu fokus pada keheningan yang menenangkan, atau mungkin aku hanya ingin menyendiri untuk mengerti siapa diriku tanpa gangguan dari dunia luar. Tapi, satu hal yang aku tahu, perubahan ini bukan berarti aku menutup diri untuk selamanya.
0 notes
nrhmn · 6 months ago
Text
Jeda/
Boleh gak sih merasa lelah dengan hiruk pikuk dunia, meski semuanya terlihat baik-baik saja? Lelah berbicara dan berinteraksi dengan orang lain?
Aku menikmati setiap proses dan fase dalam hidupku. Tapi ada saat-saat di mana aku hanya ingin diam. Tidak melakukan apa-apa, tidak kemana-mana, tidak bersama siapa-siapa, tidak ingin ditanya dan menjawab. Seolah ingin menghilang sejenak dari dunia luar. Mungkin, itulah yang sedang aku rasakan akhir-akhir ini, dikepulanganku yang ke-tiga ini. Aku butuh ruang dan jeda. Bukan karena ada luka, bukan karena marah, kecewa atau berhenti peduli. Tapi karena aku lelah. Aku ingin sejenak bersembunyi dari segala kebisingan di luar yang terlalui ramai bahkan untuk sekedar didengar. Aku ingin menemukan ketenangan di dalam sunyi.
Aku merasa cukup dengan kehangatan yang aku dapatkan di rumah, bersama keluarga. Meski banyak yang ingin aku temui. Banyak percakapan yang menunggu. Tapi aku ingin memberi ruang pada hati yang lelah. Memberi waktu pada diri untuk "bernapas". Dan aku rasa, itu tidak apa-apa.
Sometimes, silence is the best way to love yourself.
0 notes
nrhmn · 6 months ago
Text
Yang sempat tertunda/
Wishlist; daftar keinginan. Siapa sangka, apa yang sedang aku jalani saat ini adalah salah satu wishlist yang pernah kutulis sejak tahun 2022. Yaitu mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sebuah langkah menuju mimpi yang telah lama aku impikan.
Kesempatan itu datang di tahun 2022. Sebuah peluang besar terbuka lebar di hadapanku. Namun, ada satu alasan yang membuatku menunda langkah itu. Aku memutuskan mundur di tengah jalan pada tahap pendaftaran. Dengan berbagai pertimbangan, aku yakin bahwa keputusan tersebut adalah yang terbaik saat itu. Namun, siapa yang menyangka, keputusan menunda itu justru meninggalkan rasa sesal yang terus mengendap di hati.
Pada tahun berikutnya, di tahun 2023, kesempatan itu benar-benar hilang. Kemendikbud penyelenggara PPG mengeluarkan kebijakan baru yang menyatakan bahwa pendidik yang terdaftar di SIMPATIKA Kemenag tidak bisa mengikuti PPG. Padahal, kebijakan tersebut belum ada di tahun sebelumnya. Perasaan sesal semakin dalam, melihat kesempatan semakin menipis. Setiap kali melihat teman-teman yang berhasil melangkah lebih jauh, aku hanya bisa menatap dari kejauhan, dengan hati yang berbisik, "Andai saja saat itu aku tidak menunda, mungkin sekarang aku bisa berdiri satu baris dengan mereka...".
Namun, di balik setiap kekecewaan, aku percaya bahwa Allah selalu mempersiapkan hikmah yang lebih besar. Penundaan itu ternyata membuka jalan bagi pengalaman-pengalaman berharga yang mungkin tak akan pernah kudapatkan jika aku mengikuti PPG saat itu. Aku diberi kesempatan lebih lama untuk menikmati peran sebagai guru. Hari-hariku dipenuhi dengan canda tawa dan pelajaran berharga dari puluhan teman belajarku di kelas. Anak-anak yang tanpa sadar telah memberiku banyak sekali pengalaman hidup.
Selain itu, aku juga mendapatkan kesempatan luar biasa untuk mengeksplorasi dunia pramuka sebagai pembina putri. Aku mempersiapkan berbagai agenda kepramukaan dengan optimal, mulai dari Pramuka Garuda hingga perkemahan penggalang di sekolah. Namun, yang paling istimewa adalah ketika aku bisa membersamai pasukan barung siaga meraih kejuaraan, mulai dari tingkat kecamatan, kota, hingga akhirnya melejit meraih prestasi di tingkat provinsi. Pencapaian ini menjadi kebanggaan tersendiri bagiku. Pengalaman ini mengajarkanku banyak hal tentang ketekunan, kerja sama, dan cinta yang tulus. Aku selalu bangga dengan usaha optimal yang telah kulakukan hingga akhir dan hal-hal baik yang membuatku terus bertumbuh.
Andai saja Allah langsung mengabulkan keinginanku untuk mengikuti PPG di tahun 2022, mungkin semua pengalaman berharga ini tak akan pernah aku rasakan. Aku tak akan memiliki cerita perjalanan penuh makna yang membentukku menjadi pribadi yang lebih baik.
Qadarullah, di tahun 2024, Allah akhirnya menjawab doaku. Semua usaha, doa, dan harapan yang pernah kutitipkan pada langit akhirnya terjawab. Mungkin bukan di waktu yang aku inginkan, tetapi di waktu yang Allah tentukan. Dan waktu-Nya selalu tepat.
Wishlist yang sempat tertunda itu akhirnya bisa kucentang. Dari perjalanan ini, aku belajar bahwa tidak ada yang sia-sia dari sebuah penundaan. Tidak apa-apa tidak satu baris dengan yang lain, yang terpenting jangan berhenti berjalan. Penyesalan boleh datang, tetapi jangan biarkan ia merampas harapan. Di balik setiap kekecewaan, Allah selalu menyimpan kejutan indah yang akan datang di waktu yang tepat.
Setiap perjalanan memiliki waktunya sendiri. Aku mungkin terlambat dibanding yang lain. Aku mungkin tak bisa berdiri satu baris dengan mereka yang telah lebih dulu melangkah. Tapi aku menikmati setiap fase dalam hidupku. Setiap langkah yang aku tempuh memiliki cerita dan makna tersendiri, dan aku percaya bahwa setiap perjalanan punya jalannya masing-masing. Pada akhirnya, bukan soal seberapa cepat aku sampai, tetapi bagaimana aku menikmati proses untuk sampai di sana.
0 notes
nrhmn · 6 months ago
Text
Hiduplah seperti cangkir. Ia menerima segala rasa tanpa memilih. Pahit, manis, hambar. Meskipun suatu hari ia mungkin retak atau pecah, ingatan akan kehangatan yang pernah dibagikan tak akan pernah hilang.
0 notes
nrhmn · 6 months ago
Text
Suara di Kepala/
Ada suara yang tak pernah diam dalam kepalaku. Seperti angin yang berbisik di sela pepohonan, ia mengulang-ulang pertanyaan yang tak pernah kutemukan jawabannya: Apakah aku sudah cukup? Cukup berhasil, cukup berarti, cukup bisa diandalkan?
Seorang gadis berusia 26 tahun, anak pertama yang memikul harapan tak kasat mata. Di pundakku, ada doa-doa orang tua yang ingin kulipat jadi kenyataan. Di hatiku, ada pula cinta yang tak berbatas untuk adik-adikku. Aku ingin mereka tahu dunia ini luas, penuh warna, penuh kemungkinan. Tapi saat ini, jalanku sendiri masih kabur. Aku berlari dan mencari arti di setiap langkah yang kadang hanya menuntunku pada persimpangan tanpa petunjuk.
Ada hari-hari di mana aku merasa seperti layang-layang yang putus benangnya, terombang-ambing di langit luas tanpa arah. Aku ingin terbang tinggi, menembus banyak mimpi. Tapi angin kehidupan kerap kali menggulungku ke bawah, membuatku bertanya-tanya, apakah aku mampu mengukir senyum di wajah mereka yang kucintai.
Aku memikirkan senyum dan tawa mereka, wajah-wajah yang selalu menyambutku dengan kehangatan. Mereka adalah rumahku. Dan meskipun aku belum menemukan jawabannya, aku tahu satu hal yang pasti. Bahwa aku akan terus berjalan, bahkan jika jalanku berliku dan harus tersandung, aku akan bangkit ribuan kali.
Aku sadar, hingga detik ini aku belum bisa memberikan apa-apa. Belum bisa menjadi penopang layaknya anak pertama yang lain. Belum memenuhi banyak harapan yang pernah terucap dalam doa mereka. Tapi aku yakin, doa dan pelukan mereka selalu setia menantiku pulang, memberikan hangat yang tak pernah pudar. Keluargaku bagai kompas yang selalu menunjuk ke arah pulang.
“Mereka mencintaimu bukan karena hasil, tetapi karena kamu adalah bagian dari mereka.“
1 note · View note
nrhmn · 6 months ago
Text
Kala itu, hari pertama merantau.
Ada masa dalam hidup ketika seseorang harus mengambil keputusan besar, dan bagiku, itu adalah merantau. Sebagai seorang gadis yang sejak kecil selalu berada di dekat naungan rumah dan hangatnya keluarga, memutuskan untuk pergi ke kota perantauan adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Memulai perjalanan merantau pertama kalinya di usia 26 tahun adalah hal yang luar biasa bagiku. Ada dorongan kuat dari dalam diri untuk tumbuh, belajar, dan menjelajahi dunia yang lebih luas. Pergi meninggalkan rumah adalah momen paling berat. Rasanya seperti melepaskan pegangan yang telah menopangku dalam hidup. Namun aku tahu, perjalanan ini bukan hanya tentang jarak, tetapi tentang menemukan keberanian dalam diriku yang mungkin selama ini tersembunyi. Hari pertama merantau adalah hari yang penuh dengan campuran emosi. Meninggalkan banyak hati disertai air mata. Koper tas tas besar yang telah diisi dengan pakaian dan barang-barang penting berdiri siap, seakan menjadi saksi momen perpisahan. Perjalanan pertamaku di tanah rantau ditemani oleh dua manusia baik yang selalu ada dalam moment-moment pentingku, mama dan adik laki-lakiku. Mereka memastikan aku memulai perjalanan ini dengan dukungan penuh kasih sayang.
Kini, aku tahu bahwa keputusan ini adalah hadiah untuk diriku sendiri. Sebuah awal baru, perjalanan menuju mimpi, dan kesempatan untuk menjadi seseorang yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih bersyukur. Aku tidak hanya melangkahkan kaki ke kota perantauan, tetapi juga ke dalam versi terbaik dari diriku.
Tumblr media
0 notes
nrhmn · 6 months ago
Text
Perjalanan Baru/
Memulai sebuah perjalanan pasti diawali dengan persiapan. Entah perjalanan panjang atau pendek, jauh atau dekat, pasti ada hal yang perlu disiapkan sebelumnya. Bahkan sekedar membeli kopi di warung sebelah-pun pasti tetap ada yang perlu disiapkan bukan? Sesederhana uangnya cukup atau tidak, sandalnya tadi taruh dimana ya, lebih pentingnya memastikan warungnya buka sih.
Kali ini tentang tahun baru, 2025. Yang baru saja ku injak ini. Beberapa hal perlu disiapkan untuk memulai menapaki setiap pergantian tahun. Perjalanan hebat dengan banyak pelajaran hidup yang ditemukan di tahun sebelumnya, memberikan pengalaman bahwa aku sudah jalan sejauh ini. Bersyukur lagi, bersyukur terus. Ada beberapa keputusan hidup dengan banyak pertimbangan yang sampai detik ini aku pun masih belum percaya telah mengambil pilihan tersebut. Hebat, Nana. Memulai 2025 yang bertepatan dengan awal bulan Rajab ini dengan penuh doa dan harapan baik, bertemu perjalanan baru dan melanjutkan perjalanan kemarin untuk sampai di garis akhir.
Seperti halnya melakukan perjalanan ke luar kota, semoga kita sudah memastikan kendaraan yang akan kita naiki aman beserta dengan surat-suratnya, fisik kita sehat untuk memulai perjalanan, memilih rute perjalanan yang mudah dilalui, memastikan cuaca mendukung, tidak ada barang yang tertinggal, ongkosnya cukup dan diakhiri dengan selamat sampai tujuan dengan baik. Bagaimana persiapanmu? Selamat 1 Januari 2025, dari aku yang memulai halaman baru tahun ini dengan menulis di sini, sambil bernafas di teras rumah, ditemani penjual tape keliling dengan pengeras suara " tapeeeee, rasane mak cleng ....".
0 notes