Note
Is self admiration not good for muslims ?
Ibn Masud (may Allah be pleased with him) said, “Destruction lies in two things: self-admiration and despair.”
Allah, Glorified and Exalted be He, favored man when He created him and provided him with all the blessings he has. Therefore, no one should be self-admiring because of his actions, knowledge, beauty, or wealth, as these are bounties provided by Allah out of His Grace. Even man’s being favored with such bounties is another favor from Allah upon him! Moreover, even a person’s righteous deeds will not admit him to Paradise because it is Allah Who guides him and enables him to do them. It was reported on the authority of Abu Hurayrah that the Prophet (peace and blessings be upon him) once said, “The good deeds of any person will not make him enter Paradise.” They (the Prophet’s Companions) said, “Not even you, Messenger of Allah?” He said, “Not even myself, unless Allah bestows His favor and mercy on me.” (Reported by Al-Bukhari and Muslim)
29 notes
·
View notes
Text
Tranquility
Izinkan pikiranmu menjauh dari ingar bingar.
Biarkan ia berdialog, berduaan denganmu saja.
Lama kelamaan, kamu akan mendapatinya mempertanyakan ini dan itu.
Awalnya mungkin akan tidak terstruktur.
Atau mungkin akan menjelajahi hal remeh temeh.
Kamu pun akan tidak nyaman dan kebosanan.
Namun, cobalah tenang dan bersabar bersamanya.
Bukan dalam hitungan menit dan jam, melainkan dalam hari dan pekan.
Hingga pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting menyeruak: apa yang aku inginkan dalam hidup?
Bagaimana seharusnya aku mengisi hidup?
Di mana aku bisa menemukan tujuan hidup?
Apakah aku harus punya tujuan hidup?
Dan ribuan pertanyaan filosofis lainnya.
Selamat, kamu sudah memasuki alam pikiran baru.
Demi mencari konformitas, reaksi pertama kita biasanya ingin menutup pertanyaan-pertanyaan itu dengan apa yang telah diajarkan kepada kita sejak kecil.
Namun, tidak perlu buru-buru.
Tahan dulu. Biarkan saja semua pertanyaan itu menganga.
Karena, jangan-jangan, apa yang otomatis keluar sebagai jawaban bukanlah sesuatu yang benar-benar kita pahami.
Beri ruang bagi pikiran kita untuk berdialektika.
Apa yang aku inginkan dalam hidup? Aku ingin A.
Mengapa A? Apa lagi selain A? Apakah A adalah keinginan yang layak dipertahankan? Bagaimana kita tahu bahwa aku benar-benar menginginkan A? Apa yang sumber 1 bilang tentang hal ini? Bagaimana dengan sumber 2 dan 3? Dan seterusnya, dan sebagainya.
Bisa jadi kita sudah memiliki jawabannya, bisa jadi kita perlu belajar lebih lama lagi untuk menemukan jawabannya.
Ini adalah perjalanan untuk menjadi manusia yang merdeka.
Manusia yang punya prinsip dan filosofi hidup.
Yang punya fundamen atas semua pilihan hidup.
Yang tetap berpijak saat ujian menggoncang hidup.
Yang tidak silau dengan gemerlap kepalsuan.
Yang tidak reaktif atas apapun kejadian.
Ini adalah jalan menuju ketenteraman.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu menggunakan akalmu? (6:32)
331 notes
·
View notes
Text
Di antara kebaikan Tuhan padamu, saat kamu dijauhkannya dari hal-hal yang tidak layak untukmu. Maka apa yang tidak kamu dapatkan bukan berarti kamu sengsara, dan apa yang kamu dapatkan belum tentu baik untukmu, sebab bisa jadi ia datang sebagai ujian.
Sikapi saja bahwa ketetapan Allah itu selalu baik, kadang ia datang sebagai hadiah maka selayaknya kamu bersyukur, dan kadang pula ia singgah sebagai ujian maka seharusnya kamu bisa sadar dan lulus darinya.
Selamat menenangkan diri atas apa yang hilang dan apa yang datang.
@jndmmsyhd
617 notes
·
View notes
Text






Adapun hal demikian juga dialami oleh laki-laki, dikutip dari buku Dosa-Dosa yang Sering Tidak Disadari Kaum Wanita berkenaan dengan kesalahan dalam rumah tangga dan hubungan suami istri, di mana istri tidak taat kepada suami, membantah dengan kasar, mengangkat suara (berteriak) di hadapan suami, mengingkari kebaikannya dan selalu mengeluhkan suami baik dengan sebab atau tanpa sebab.
Diriwayatkan dari bibinya Hushain bin Muhshan, "Aku pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk beberapa kepentingan, lalu beliau bertanya, 'Ada apakah ini, apakah kamu memiliki suami?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau bertanya, 'Bagaimana (sikap) kamu kepadanya?' Dia menjawab, 'Aku tidak melalaikannya (aku memberikan haknya), kecuali apa yang tidak mampu aku penuhi.' Beliau bersabda, Di mana posisimu darinya (dekat dan penuh cinta atau jauh lagi ingkar)?' Karena suami itu adalah surga atau nerakamu'." (HR. An-Nasa'i dan disahihkan oleh al-Albani dalam Adab az-Zifaf, 213)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda, "Sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu sudah aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad, disahihkan oleh al-Albani)
Hal ini sebagai wujud penghargaan serta penghormatan atas haknya. Sebab tidak diperbolehkannya sujud kepada sesama manusia maka wajib bagi seorang istri untuk berterima kasih atas segala bimbingan dan kebaikan suaminya sehingga hendaknya dia menaatinya kecuali dalam perkara maksiat.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak berterima kasih kepada suaminya padahal dia selalu merasa butuh kepadanya." (HR. An-Nasa'i)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, "Ada tiga orang yang salat mereka tidak (terangkat kepada Allah) melebihi telinga mereka: (pertama), seorang sahaya yang melarikan diri dari tuannya hingga dia kembali. (Kedua), seorang perempuan yang tidur di malam hari sementara suaminya marah kepadanya. Dan (ketiga), seorang imam bagi suatu kaum sementara mereka tidak suka kepadanya." (HR. At-Tirmidzi, no. 360 dan dihasankan oleh al-Albani)
Sebaliknya, Allah Subhanahu Wata'ala telah menyiapkan balasan pahala yang besar bagi seorang perempuan yang berusaha sekuat tenaga agar dia tidur dalam keadaan suaminya rida kepadanya, hingga sekalipun dia dizalimi dan suaminya yang keliru dalam haknya.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, "Maukah aku kabarkan kepada kalian istri-istri kalian yang termasuk penghuni surga? Yaitu perempuan yang banyak anak, penuh cinta dan kembali (meminta maaf, apabila merasa bersalah) yang apabila melakukan suatu kezaliman atau dia yang dizalimi (oleh suaminya) dia berkata (kepada suaminya), 'Ini tanganku di tanganmu, aku tidak akan bisa tidur sekejap mata pun hingga engkau rida (kepadaku)'." (Dihasankan oleh al-Albani dalam sahih al-Jami', no. 2604)
Dan sungguh telah datang suri teladan bagi seorang suami, yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau adalah orang yang paling bagus dalam memperlakukan keluarganya, sebagaimana dalam sabdanya, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku orang yang paling baik kepada keluargaku." (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, sahih)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik terhadap wanita, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau paksakan untuk meluruskannya, maka engkau telah mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya, maka ia akan tetap bengkok. Maka saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik terhadap wanita." (HR. Al-Bukhari)
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda, "Janganlah seorang Mukmin membenci seorang Mukminah, sebab jika ia membenci salah satu perangainya, maka ia akan rela dengan perangainya yang lain." (HR. Muslim)
Hal ini merupakan bentuk kebaikan dalam hubungan suami istri, sebab sikap toleran terhadap sebagian kesalahan dan kekurangan yang dilakukan oleh istri dan mengingat kebaikannya akan menjamin langgengnya dalam kehidupan berumah tangga.
Sebagaimana dalam QS. An-Nisa': 19, "Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (maka bersabarlah), karena bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."
Dikutip pula dari buku Risalah Nikah bahwa Islam tidak rela salah satu dari suami dan istri bahagia di atas penderitaan atau kehinaan yang lain, karena kedua mempelai tidak menyambung tali pernikahan kecuali untuk saling membantu dalam membentuk kehidupan yang sukses.
Oleh sebab itu, hak dan kewajiban rumah tangga ditetapkan oleh Islam terhadap suami istri, ada hak-hak yang harus ditegakkan oleh suami dan hak-hak yang harus ditegakkan oleh istri lalu ada pula hak-hak yang harus ditegakkan secara bersama-sama.
Di antaranya: suami dan istri harus bekerja sama secara baik dalam rangka mewujudkan suasana tenang dan gembira serta berusaha semaksimal mungkin menjauhkan perkara-perkara yang mendatangkan keburukan dan kesedihan.
Sebagaimana yang dikatakan Abu ad-Darda radhiyallahu 'anhu ketika berkata kepada istrinya, "Jika kamu sedang melihatku dalam keadaan marah, maka carilah sesuatu yang bisa menyenangkanku, dan jika aku melihatmu sedang marah, maka aku akan mencari sesuatu yang bisa menyenangkanmu, dan bila tidak seperti itu, maka kita tidak usah berkumpul saja."
Hal demikian dilakukan demi memberi ruang bagi satu sama lain untuk meredakan emosi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti berkata kasar atau hingga memukul.
Untuk itu keduanya harus bekerja sama dalam mewujudkan suasana yang kondusif dan damai agar tercipta kehidupan bahagia bersama.
Demikian perlu diketahui bahwa,
"Akhlak vital dalam berumah tangga adalah kelemah lembutan." - Ust. Aris M hafidzahullah
Semoga dimampukan dalam menjalaninya :)
399 notes
·
View notes
Text
Jika bercerita adalah cara terbaik untuk menyembuhkan luka, pastikan Allah yang pertama kali mendengarnya.
Sedalam apapun luka ia pasti akan sembuh, seperih apapun sakit ia pasti akan terobati. Hanya saja, ada obat yang hanya bisa menyembuhkan sementara, dan sebaik-baik obat untuk menyembuhkan sakit hati dan pikiran itu adalah mengembalikannya pada Allah. Ia pemilik luka dan obatnya.
Menyembuhkan luka.
@jndmmsyhd
1K notes
·
View notes
Photo

Salah satu perjalanan yang paling menguras pikiran dan mental namun amat bermakna adalah perjalanan menemukan teman hidup. Ikhtiar yang nggak mudah tapi dengan rahmat Allah, alhamdulillah bisa terus menapaki jalannya. Padahal bisa aja bilang “ udahan deh”, “ah gak cocok” dst..dst. Jika nggak karena pertolonganNya, nggak mungkin bisa bertahan.
“PASRAH”, ujar seorang teman didefinisikan sebagai puncak dari segala daya dan upaya, puncak dari doa.
Perjalanan mengenalnya diawali dari perasaan pasrah, “nothing to lose”. Nggak ada perasaan apa-apa sama sekali, apalagi kami bukan berada pada circle yang sama.
***
Seorang teman liqo tetiba mengirim chat :
“Teh, ada ikhwan yang mau berproses..”
Deg, gimana ini, padahal sejujurnya lagi pengen istirahat dulu karena kalo nggak salah waktu itu habis berproses juga tapi via website taaruf online gt (iya pernah ikutan taaruf via online sampai akhirnya seorang kakak bilang “kamu sampe sebegitu desperatenya ya rul hingga akhirnya ikutan taaruf online gitu?”. Wkwk. But, jujurly i dont recommend you to find someone from it sih, IMHO).
Balik lagi ke temen liqo yang nawarin, setelah dipikir lagi ya kenapa enggak dicoba aja kan, siapa tahu cocok. Alhamdulillah-nya, dia ngaji di payung yang sama. Setidaknya, mudah-mudahan nggak begitu sulit menjalani adaptasi karena dibesarkan di “rahim” pergerakan yang sama. Oke bismillah dicoba.
Berlembar biodata akhirnya sampai via chat whatsapp dan ternyata kami terpaut usia yang cukup jauh. 9 tahun. Wow.
Pertanyaan yang muncul :
“Duuuh, Bapack-bapack banget nggak ya?”
“Duuuh bakal nyambung nggak ya kalo ngobrol? Jauh banget usianya”.
Tapi, ketika lihat isi proposal, karakter, pengalaman, masyaAllah.. all of my life leader criteria were there. Kan bingung ya. Tapi meski demikian, nggak ada sama sekali rasa terpecik. Yang ada malah pengen bilang “Ya Allah, sekalinya ada yang cocok, tapi kok usianya jauh banget. Mana nggak kenal lagi, beda circle. Hiks”. Dasar manusia ya, nggak bersyukur banget.
Maka, awalan proses ini dimulai dari pasrah. Menyerahkan sepenuhnya proses ini pada Allah yang Maha Tahu apa yang Ghaib, yang Maha Bijaksana, yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang Maha Tahu apa yang Terbaik.
Tapi bukan berarti gak berusaha dan dibiarin aja gitu prosesnya kayak air mengalir. Taaruf atau berkenalan dengan seseorang, apalagi yang belum pernah kita kenal sebelumnya ternyata sudah dibahas oleh para ulama bagaimana tuntunanya. Dari mulai ngecek CV, nanya sana-sini, nazhor atau ketemu langsung tapi ga berdua yes; malah waktu itu kayanya mayan banyakan sih wk, bertanya hal-hal yang prinsipil, bertanya ttg latar belakang keluarga, meminta testimoni dari teman-temannya dan tentunya semua teriring istikharah serta doa orangtua. Sampai saking baiknya temen liqo sy yang jadi perantara (may Allah bless your kindness Buu), dia sampe menanyakan bagaimana karakter paksu ke mahasiswa yang pernah berinteraksi dgnya.
“Apakah bapak ini cunihin alias genit?” wkwkwk
alhamdulillah dari semua jawaban testimoninya, nggak ada satupun yang negatif. Okay, i didnt have any reason to refuse him, but still, i didnt have any feel yet to you kakanda at that time, lol. Dan sampe pernah berharap, semoga ikhwannya tetiba mundur aja deh hahaha. ya Allah, emang godaan syaithan banyak banget. Lagi2, kalo enggak karena pertolongan Allah, nggak akan bisa melanjutkan proses ini sampe ke akad.
dan akhirnya kami memutuskan untuk lanjut ke tahapan khitbah, meski saat itu belum ada feeling. Tapi seorang teman baik dari Tsukuba menyakinkan bahwa ketika logika berbenturan dengan perasaan, maka kedepankan logika karena adalakanya syaithan main di perasaan. Dengan berbekal bismillah, oke kita maju ya kanda.
*to be continued
7 notes
·
View notes
Text
Things that can Destroy your Motivation
1. Not having goals. You can’t reach your goals if you don’t know what they are.
2. Choosing goals that don’t inspire you. You won’t be able to keep on going if the prize at the end doesn’t really matter to you.
3. Expecting immediate results. Anything worthwhile is a battle and a struggle. It takes times and effort to bring about a change.
4. Lack of support. We all need someone to believe in us and to be our cheerleader when we start to feel discouraged.
5. Not believing in yourself. As Henry Ford so wisely said: “Whether you think you can, or you think you can’t, you’re right.”
6. Feeling bored. Most success involves a lot of humdrum work, and repeatedly doing the same kind of stuff. But each day brings you closer to achieving what you want.
7. Inaction and laziness. You have to work the plan before the plan will work … and dreams are only dream till you turn your thoughts to actions. Also, it’s crucially important that you manage your time well, and you don’t get distracted or procrastinate.
8. Being around negative people. There are plenty of people who only see the flaws, and whose eyes are on the problems, and the absence of solutions. If you hang out with them, you will lose your zest and passion, and your positive outlook will soon be undermined.
9. Comparing yourself to others. We each are individuals, and we start from different places; we all face our challenges, and work at different rates. Remember “it’s your journey”. Be patient with yourself.
10. Encountering setbacks. No matter how great your plans, or your level of commitment, you’re bound to face some setbacks and encounter obstacles. That’s a normal part of growth – just keep going when life’s tough.
325 notes
·
View notes
Quote
Semoga Allah mudahkan kita memiliki niat baik untuk membantu dan memudahkan urusan orang lain, karena sesiapa yang membantu dan memudahkan urusan orang lain, Allah juga akan membantu dan memudahkan urusan orang tersebut
Doa sore (via kayyishwr)
265 notes
·
View notes
Text
MALAMMU BUKAN UNTUK ITU
Beberapa waktu lalu, saya mendengarkan sebuah kajian dari ust. Budi Ashari tentang bagaimana hidup Rasulullah SAW.
“Rasulullah itu tidur sehari 3 kali”
“Pertama, setelah isya. Lalu setelah itu beliau terbangun di tengah malam”
“Kedua, saat adzan pertama subuh, lalu setelah itu bangun saat adzan subuh”
“Ketika, sebelum adzan dzuhur, mungkin sekitar 30 menitan, lalu terbangun saat adzan dzuhur”
“Rasulullah tak pernah begadang, tak pernah ia terbangun setelah isya”
Dalam hati saya, saya berpikir keras. Bagaimana mungkin di zaman sekarang, kita langsung tidur setelah Isya? Bukankah banyak hal yang harus kita lakukan setelah isya? Meeting, mengerjakan proyek, menulis, atau bahkan hal-hal lainnya. Bagaimanaa bisa? Sedangkan siang, saya kesulitan mencari waktunya.
Namun tiba-tiba, Ust. Budi Ashari menambahkan
“Rasulullah tak pernah terbangun setelah isya. KECUALI, jika ada urusan penting untuk umat dan untuk islam”
Di situ, diri saya mempertanyakan hal lain yang lebih penting
“Apakah yang saya lakukan selama ini, terbangun dan bahkan begadang sampai malam, adalah untuk urusan umat? Apakah untuk urusan islam? Ah, jangan terlalu jauh. Apakah yang saya lakukan, ini untuk kebaikan dan bermanfaat buat orang? Atau hanya sekedar untuk pribadi saja?”
Sebuah tamparan, apalagi bagi kita yang sering beraktivitas di malam hari.
Untuk apa dan untuk siapakah kita terbangun di malam hari?
=====
MALAMMU BUKAN UNTUK ITU Bandung, 17 Desember 2021 @choqi-isyraqi
243 notes
·
View notes
Text
The Quran 93:04 (Surah ad-Dhuha)
Surely the Hereafter is much better for you than the present life.
45 notes
·
View notes
Text
Benar, Allah tidak pernah menjamin hidupmu akan selalu enak dan mudah. Tapi Allah berjanji setiap kesulitan pasti akan Allah beri kemudahan. Sabar, jika hari ini ujianmu semakin berat, pertanda kemudahan akan segera tiba. Seperti tanah yang semakin kering, pertanda hujan akan segera turun.
@jndmmsyhd
545 notes
·
View notes
Text
Betapa banyak orang yang mengubah dirinya menjadi lebih baik karena ingin dipuji manusia, mengharapkan simpatik dari manusia. Ketika alasan itu hilang, sudah pasti mereka akan kembali seperti dulu lagi. Sebab, apapun yang dibangun bukan karena Allah, akan bersifat sementara
Hidup di dunia tidaklah kekal, sayang sekali kalau kita berubah menjadi lebih baik hanya karena hal-hal fana. Namun apabila niat kita benar karena Pencipta, insyaAllah akan bertahan, meski kita tak luput dari kesalahan.
Sekarang berkacalah pada diri, kita ini berubah karena siapa?
Pena Imaji
115 notes
·
View notes
Text
"The believer is like a pearl; wherever he is, his beautiful (qualities) are with him."
Imam Malik Bin Anas (rahimahullah) [Hilyatul Al-Awliyaa 2/377]
209 notes
·
View notes
Text
memaafkan, berkompromi, memaklumi kesalahan adalah bentuk konkrit dari menghargai proses perjalanan perbaikan diri sendiri dan/atau orang lain
71 notes
·
View notes
Text
“Terimalah dengan setulus hati untuk dia yang kelak menjadi teman hidupmu. Dan untuk yang saat ini belum terlihat kejelasannya, maka cintailah sewajarnya, karena yang hadir belum tentu menjadi takdir.”
—
Menerima dengan tulus hati itu pada apa yang kurang darinya, masa lalunya yang rumit dan semua kekurangan yang akan nampak di masa depan. Bukan berarti membiarkan atau menghukuminya, tapi menerima dengan ikhlas dan membersamai untuk mengubah yang salah.
Terkadang kamu akan dibutakan oleh ekspektasi, dan akan dikagetkan oleh realita. Ibadah yang panjang sudah berarti ujiannya juga akan datang silih berganti, tidak mengenal sudah berapa tahun ia menjalani, tidak mengenal usia, ujian akan tetap ada.
Siapkan saja ilmu soal sabar dan mengalahkan ego, ilmu mengolah amarah dan berbicara yang baik, dan yang tidak kalah pentingnya yaitu ilmu mengubah prioritas yang menjadikanmu harus mengutamakan keluarga.
Jangan terlalu risau kapan ia yang dijanjikan Allah akan datang, risaukan saja ilmu kehidupan yang sampai hari ini belum banyak kamu dapatkan.
Semangat memperbaiki dan menjadi baik, dariku yang juga masih belajar sampai akhir hayat.
@jndmmsyhd
742 notes
·
View notes
Text
“Overthinking can be dangerous as it tends to create problems that aren’t really there.”
— Unknown
558 notes
·
View notes
Text
Messenger of Allaah [��] said: that Allaah [عز و جل] said:
«من علم أني ذو قدرة على مغفرة الذنوب غفرت له و لا أبالي ما لم يشرك بي شيئا.»
❝Whoever knows that I have the capability to forgive sins, then I will forgive him and not care, as long as he did not associate anything with Me.❞
[ Saheeh Al-Jamia, (No. 4330)]
688 notes
·
View notes