Text
Sebelum acara pelantikan ekskul paskib, semua dari anggota baru diminta mengenakan baju seragam khas paskib. Tak lupa untuk yang perempuan diminta untuk menggunakan make up. Aku yang saat itu belum pandai menggunakan make up menunggu giliran untuk dirias oleh mereka yang sudah pandai merias wajah.
Setelahnya, kami diminta kakak kelas untuk ke suatu ruang kelas. Seperti biasa, kami langsung menempati bangku secara teratur menyesuaikan ketinggian dengan format jika satu bangku bertiga dan ada satu lelaki maka yang lelaki ditempatkan dibagian tengah. Aku tidak menyangka, kamu berada persis di sampingku, sebelah kananku, diapit oleh aku dan satu teman kita lainnya.
Saat itu aku heran, ini pertama kali dalam satu ruangan forum ini, kamu berada di sebelahku persis. Mengingat tinggi badan kita cukup berbeda, sehingga membutku terheran namun aku berpikir barangkali aku terbantu lebih tinggi dari biasanya karena ada peci dan sepatu yg kupakai.
Kita saling diam, namun hatiku tak bisa terdiam.
0 notes
Text
Terdengar suara seseorang memanggilku,"Zaf!"
Aku menengok ke arah suara itu, rupanya kamu.
"Ajarin jadi pembaca teks doa buat upacara peringatan hari kemerdekaan dong, kek gerak-geraknya gitu mesti gimana gitu." Ucapmu.
"Loh kan kamu udah sering ikut lomba PBB, ga salah nih nanya sama aku?"
"Kan kamu pernah jd pembaca doa waktu upacara peringatan hari kartini." Jelasmu.
"Ayo buruan!" Kamu segera mengajakku ke bagian belakang ruang kelas.
Aku mulai memberikan contoh dan penjelasan detail pada setiap gerakan. Lalu memintamu untuk meniru gerakanku.
"Gini?" Kamu bertanya padaku untuk memastikan kebenarannya.
"Iya bener, itu tau."
Lalu aku meninggalkanmu sebab aku risih untuk kamu perhatikan.
0 notes
Text
Aku mengenalmu namun aku tak menyadari keberadaanmu di sekitarku saat aku tengah mengikuti ekskul paskibra hingga suatu hari baru aku menyadari kalau kamu pun ternyata masuk ke dalam ekskul ini. Saat dimana namaku, nama teman kita yang lain, dan namamu dipanggil oleh kakak kelas untuk keluar barisan untuk mengikuti tahap selanjutnya seleksi paduan suara. Kamu, ternyata sebelumnya sudah ada dibarisan ini. Sejak kapan? Mengapa aku baru tersadar saat sudah beberapa kali pertemuan?
0 notes
Text
Jam pelajaran KWU pun dimulai, kita semua diminta merangkai sebuah parcel yang akan dinilai nantinya. Kamu masih saja berada didekatku seolah aku tak dibebaskan untuk berada diluar jangkauanmu. Sementara kita berdua saling merangkai parcel, X justru bermain-main dengan teman dekatnya yang berada di kelompok lain.
Saat aku tengah sibuk melakukan tugasku, kamu tiba-tiba memintaku mengambilkan sebuah jarum pentul kepadamu.
"Jarum pentul sini, Zaf." Pintamu dengan tangan yang mengarah kepadaku yang siap menggenggam jarum itu.
Belum sampai jarum itu dalam genggamanmu, tiba-tiba guru mapel KWU meminta semua untuk memperhatikan beliau sebentar,"Anak-anak semuanya ayo sini perhatikan dulu." Sembari mengetuk papan tulis beberapa kali.
Kamu dengan sigap langsung mengambil jarum dari genggamanku kemudian fokus memperhatikan ke arah guru, namun mengapa jari kelingkingku juga kamu genggam? Aku berusaha melepaskan kelingkingku dari genggamanmu, aku pikir kamu tidak sengaja. Namun mengapa sulit untuk terlepas? Aku yang kurang kuat melepas genggamanmu atau kamu yang terlalu kuat menggenggamku?
Aku yang suka main ke kelas lain disaat jam istirahat tiba-tiba dikagetkan dengan kamu yang tengah sibuk mencari tahu keberadaanku. Salah satu dari temanku memanggilku, katanya ada yang mencariku dan rupanya itu kamu.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Bentar lagi mapel KWU, kelompok kita masih ada perlengkapan yang kurang."
"Ya udah tinggal beli, bisa kan beli sendiri?"
"Beli dimana?"
"Di toko ATK dekat sekolah itu, masa ga tau? Tau kan?"
"Aku ga tau, anterin yuk."
"Terus si X mana? Kok dia ga kamu ajak juga?" Tanyaku.
"Dia ga mau."
"Kenapa ga kamu paksa aja kayak sekarang kamu paksa aku buat nemenin kamu?"
"Ayolah pliss banget, buat kelompok kita. Aku ga tau tempatnya."
Kamu memohon dengan sangat kepadaku hingga aku merasa iba kepadamu.
Kita berjalan keluar dari pagar sekolah, sedari awal hingga sampai di toko tersebut kamu berjalan tepat di belakangku dan tak ada yang bersuara diantara kita.
"Ini tokonya."
Kamu langsung masuk dan menanyakan barang yang dibutuhkan.
"Menurutmu lebih bagus yang mana? Yang ini atau itu?" Tanyamu padaku.
"Mmm ini cocok deh keknya." Jawabku.
Tetapi kamu malah memilih yang itu, warna yang menurutku terbilang melankolis untuk dipilih oleh laki-laki yang ternyata itu kamu.
"Kalo gitu ngapain nanya?" Gumamku dalam hati.
Keluarnya kita dari toko tersebut, kamu justru malah memiliki ide untuk balik ke sekolah lewat jalan lain, iya jalan tikus.
"Yuk lewat sini aja!" Ajakmu dengan antusias seperti biasanya.
Aku hanya membuntuti di belakangmu dan kamu sesekali menengok ke arahku memastikan aku masih berada di belakangmu.
"Katanya ga tau tempatnya, tapi ini malah ngide lewat jalan yang aku aja bahkan baru tau ada jalan ini." Gumam dalam hatiku.
Entah aku yang mudah percaya dan kasihan kepadamu atau kamu yang cukup jenius menebak adanya jalan lain.
1 note
·
View note
Text
Di lapangan yang sangat besar itu, semua tenda terpasang rapi berjejer mengitari lapangan. Semua siswa kelas 10 wajib mengikuti kegiatan kemah ini, aku yang belum pernah berkemah justru sangat senang dengan kegiatan ini. Dalam keanggotaan kelompok berkemah kali ini, aku menjadi bagian dari sie kebersihan bersama teman sebangkuku. Kami bergantian satu sama lain untuk membersihkan tenda dan membuang sampah kelompok yang berada di luar lapangan.
Ada sebuah aturan dari panitia (kakak kelas) bahwa setiap melewati garis pembatas sehingga kita sudah memasuki area tengah lapangan, kita diwajibkan untuk berlari. Alunan musik pop indonesia silih berganti, dan kini pula giliranku membuang sampah. Dengan lantunan lagu JKT 48 aku berlari melewati lapangan. Semangat dalam diri tiba-tiba menyala, aku bersemangat membuang sampah.
Dari kemarin aku tak melihatmu, aku juga tak mengetahui kabarmu. Siang ini permainan dimulai, aku tidak ikut, aku lebih senang menikmati kesunyian di dalam tenda. Dari arah luar teman-temanku mulai datang yang salah satunya sangat excited menceritakan bagaimana ia dan kamu bertemu dalam permainan tadi.
"Hahaa akhirnya aku mendengar tentangmu. Setidak mau kalahkah kamu sampai tak rela jika teman satu kelompokku menang?" Ungkapku dalam hati.
Sepertinya semua pandangan kaum hawa mulai tertuju kepadamu, sehingga aku tak perlu berharap lebih padamu.
0 notes
Text
Jam pelajaran berganti, kini saatnya jam olahraga. Setelah semua sudah siap dengan baju olahraga, lapangan pun menjadi tujuan kami semua. Kali ini materinya baseball, setelah diberitahu teorinya, kami siap untuk mempraktikannya di lapangan. Satu persatu bergantian memukul bola yang dilempar. Saat itu kamu yang bertugas melempar bolanya, lalu aku yang bertugas untuk menerima lemparan bolamu yang mesti aku pukul dengan kencang.
Kamu terlihat antusias seperti biasa, kamu berusaha menyemangatiku,"Yuk, Zaf, bisa!"
Lemparan pertama tak berhasil kulambungkan, lalu kembali kamu menyemangatiku,"Fokus, Zaf, ya. Yuk fokus!"
Kali ini aku berhasil melambungkan bola lemparanmu, lalu aku berlari ke base selanjutnya sebelum kamu berhasil mendapatkan bolanya.
(Nama hanyalah fiktif belaka)
0 notes
Text
Hampir tiap pagi ketika baru sampai di kelas, kamu juga 2 temanku yang lain dan tak lupa juga aku, selalu mengerjakan PR bersama di kelas. Aku yang saat itu tak ada ponsel, pun kamu, hanya bisa bergantung pada kedua teman sebangku kita masing-masing untuk melihat soal² PR yang dibagikan di WA secara bebas oleh guru mapel kapanpun beliau mau.
Setiap pagi aku selalu dikagetkan dengan pertanyaan teman sebangkuku,"Udah ngerjain PR?"
"Eh PR? Yang mana mba?"
"Itu PR nya dibagi semalem di grup WA."
"Eh mana? Liat soalnya dong. Mba udah belum?"
"Aku lagi ngerjain, tadi baru minta soalnya sm yg lain."
Disaat aku dan teman sebangku mengerjakan PR, kamu yang baru sampai di kelas langsung menghampiri bangku kami yang disusul oleh teman sebangkumu.
"Ada PR ya? Ajarin dong."
"Iya ada." Jawabku.
Tak sempat aku untuk mengajari sebab aku pun belum amat mengerti, aku justru sibuk mendiskusikan jawabannya dengan teman sebangkuku. Namun kamu dan teman sebangkumu justru sibuk melihat jawabanku.
0 notes
Text
Kamu suka dengan hal-hal yang menantang, sepertinya. Aku ingat saat pelajaran bahasa indonesia yang kita semua dibagi kelompok untuk belajar debat, kamu terlalu excited dengan caramu menjawab lawan, mungkin karena kamu merasa tertantang untuk menjawab sampai kamu melakukan euphoria merayakan kemenanganmu dengan mengajak semua anggotamu untuk tos namun saat hampir tos denganku justru aku menutup tangan karena masih ada wudhlu, tiba-tiba kamu mengganti tos mu dengan menelungkupkan tangan ke semuanya.
Maaf ya, bukan maksudku tak mau ikut merayakan kebahagiaanmu, hanya saja saat itu aku tengah belajar untuk membatasi diri dari bersentuhan dengan laki-laki.
0 notes
Text
Kita sudah tahu nama satu sama lain, kita pun sudah cukup sering bertemu karena kita satu kelas. Pagi itu aku berangkat menggunakan sepeda, tak kusangka kamu sudah duduk di sana, di mushola yang dekat dengan area parkir sepeda. Kamu melihat ke arahku dan menyapaku terlebih dahulu. Sementara aku masih mencerna siapa kamu, bukan karena aku lupa, melainkan karena aku tak pakai kacamata. Lantas aku menyipitkan mata dan saat tersadar bahwa itu kamu, aku merasa senang hingga tersenyum lebar ke arahmu. Lalu kamu justru meniru caraku menyipitkan mata, menjadikan itu sebagai bahan leluconmu.
"Kamu kalo liat orang begini nih." Ucapmu sambil menyipitkan mata.
Lantas aku menanggapimu dengan tertawa.
0 notes
Text
Awalnya perjumpaan kita sebenernya aku belum tahu namamu. Aku pun tak tahu apakah kamu sudah tahu namaku atau belum. Yang aku tahu, kamu teman laki-laki pertama yang mengajakku berinteraksi di tempat tersebut. Sehingga saat bel pulang sudah berbunyi, kemudian di lorong sekolah aku melihatmu duduk disepedamu sambil menyandarkan tangan di tembok, aku hanya berusaha membalas perlakuanmu dengan cara menyapamu.
"Eh, duluan ya!" Sapaku sambil melihat ke arahmu.
Kamu diam sejenak tak langsung menangapiku. Baru setelah sekian detik, kamu baru menanggapiku.
"Eh iya!" Responmu dengan ekspresi seolah kaget dan heran.
0 notes
Text
Aku terduduk diam sendiri disebuah bangku panjang khas laboratorium. Aku tengah sibuk dengan isi kepalaku, aku tengah berusaha menikmati waktu dengan diriku sendiri ditengah banyaknya orang yang berada di dalam laboratorium. Suara seorang laki-laki yang tiba-tiba ada cukup dekat denganku sungguh membuatku kaget sehingga membuatku spontan menolah.
"Ada film terbaru ga?" Tanyamu tiba-tiba.
"Ga ada."
"Masa sih?"
"Iya, ga ada." Yakinku.
"Yang bener?"
"Beneran, ga percaya." Jawabku.
"Beneran ga ada yg baru filmnya, yang terbaru aja 2 tahun yang lalu. Tuh cek aja sendiri kalo ga percaya." Sambungku.
Aku menyalakan komputer jinjingku yang sedari tadi menganggur di atas meja. Kemudian kuperlihatkan daftar film yang ada didalamnya.
"Tuh kan, ga percaya sih." Ucapku.
Kamu hanya diam mengamati daftar film yang ada, lantas kamu memutar salah satu film yang berjudul Refrain. Kamu langsung memposisikan diri duduk di sampingku sembari menonton film tersebut. Sedangkan aku lagi-lagi hanya diam, aku sudah bosan menonton film yang ada di sana, di dalam laptopku. Sesekali kulihat ke arahmu, kamu tampak serius menonton, padahal itu hanya film bergenre drama romance.
Saat kamu serius menonton, salah satu teman menjahili kita berdua. Dia ngeceng-cengin kita berdua, aku yang takut kamu risih langsung saja menanggapi kejahilannya. Sementara kamu terlihat tak peduli dengan kejahilan yang cukup mengganggu itu. Kamu baru menanggapinya setelah berkali-kali aku berusaha membuatnya diam.
"Diem bisa ga sih? Jangan gitu dong." Kamu menanggapinya.
Dia perlahan mulai pergi tak mengganggu kita, sementara kamu masih saja menatap layar itu seperti sejak awal film itu kamu putar.
Seseorang yang duduk di bangku depanku tetiba berbalik badan ke arahku sembari memintaku,"Pinjam rautan, boleh?"
Langsung kudekatkan rautan yang ada dimejaku menggunakan tangan kananku. Dengan heran dan agak mematung aku bertanya dalam hati,"Sejak kapan dia lihat kalau ada rautan di mejaku? Mengapa dia tak meminjam rautan diorang lain saja? Mengapa aku? Apakah dia sedari awal sudah memperhatikanku?"
"Ah pemikiran macam apa itu? Dia melihat rautan di mejaku karena dia punya mata, bukan karena tertambat hatinya kepadaku."
Semudah itu aku terbawa perasaan hanya karena aku teringat dengan seseorang yang dulu pernah dekat. Seseorang yang berinisiatif mendekatiku terlebih dahulu, pura-pura bertanya adakah film terbaru atau tidak di pc jinjingku. Meski sudah kujawab tidak ada, tetap saja ia tak percaya lalu kubiarkan dia mengecek langsung dan ternyata dia justru menge-klik sebuah film remaja yang sudah rilis sejak 2 tahun sebelumnya, Refrain, itu judulnya.
Hahaa hanya dengan mengajakku berinteraksi, aku justru jadi selalu mengingat tentangnya acap kali ada orang lain yang melakukan hal serupa, iya mengajakku berinteraksi pertama kali di tempat yang pertama kali aku tapaki. Entah sampai kapan ingatan tentang seseorang itu akan menetap didalam kepalaku, aku tidak tahu.
1 note
·
View note
Text
Aku yang suka main ke kelas lain disaat jam istirahat tiba-tiba dikagetkan dengan kamu yang tengah sibuk mencari tahu keberadaanku. Salah satu dari temanku memanggilku, katanya ada yang mencariku dan rupanya itu kamu.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Bentar lagi mapel KWU, kelompok kita masih ada perlengkapan yang kurang."
"Ya udah tinggal beli, bisa kan beli sendiri?"
"Beli dimana?"
"Di toko ATK dekat sekolah itu, masa ga tau? Tau kan?"
"Aku ga tau, anterin yuk."
"Terus si X mana? Kok dia ga kamu ajak juga?" Tanyaku.
"Dia ga mau."
"Kenapa ga kamu paksa aja kayak sekarang kamu paksa aku buat nemenin kamu?"
"Ayolah pliss banget, buat kelompok kita. Aku ga tau tempatnya."
Kamu memohon dengan sangat kepadaku hingga aku merasa iba kepadamu.
Kita berjalan keluar dari pagar sekolah, sedari awal hingga sampai di toko tersebut kamu berjalan tepat di belakangku dan tak ada yang bersuara diantara kita.
"Ini tokonya."
Kamu langsung masuk dan menanyakan barang yang dibutuhkan.
"Menurutmu lebih bagus yang mana? Yang ini atau itu?" Tanyamu padaku.
"Mmm ini cocok deh keknya." Jawabku.
Tetapi kamu malah memilih yang itu, warna yang menurutku terbilang melankolis untuk dipilih oleh laki-laki yang ternyata itu kamu.
"Kalo gitu ngapain nanya?" Gumamku dalam hati.
Keluarnya kita dari toko tersebut, kamu justru malah memiliki ide untuk balik ke sekolah lewat jalan lain, iya jalan tikus.
"Yuk lewat sini aja!" Ajakmu dengan antusias seperti biasanya.
Aku hanya membuntuti di belakangmu dan kamu sesekali menengok ke arahku memastikan aku masih berada di belakangmu.
"Katanya ga tau tempatnya, tapi ini malah ngide lewat jalan yang aku aja bahkan baru tau ada jalan ini." Gumam dalam hatiku.
Entah aku yang mudah percaya dan kasihan kepadamu atau kamu yang cukup jenius menebak adanya jalan lain.
1 note
·
View note
Text
Di depan ruang Staff TU bersama kedua temanku, kami berdiri sembari berbincang setelah selesai membayar SPP. Mataku yang bosan melihat ke satu arah, kemudian spontan bergerak ke arah lain. Tak kusangka kedua mataku menangkap keberadaanmu dan kamu pun sama menangkap keberadaanku. Kupalingkan mataku dari arah keberadaanmu, seolah aku takut ketahuan telah menangkap keberadaanmu dengan kedua mataku.
Kamu yang tengah berjalan di pinggir lapangan sekolah, berjalan ke arah tangga yang berada di samping ruang Staff TU yang berjarak beberapa langkah dari keberadaan kami. Rupanya dugaanku benar, kamu hendak menuju ke lantai dua. Kamu melewati kami begitu saja, namun tunggu dulu, mengapa kamu mendadak berjalan mundur dari tangga yang baru kau naiki lalu bergerak maju ke arah kami?
"Kamu sombong ya sekarang." Ucapmu dengan ekspresi datar namun sorot matamu seperti menujukan kalimat itu kepadaku.
Aku tak bergumam sedikitpun, sementara kedua temanku langsung menanggapi pernyataanmu sebab tak terima mereka dibilang sombong. Sayangnya tanggapan dari mereka tak ada yang kamu gubris. Kamu langsung berbalik arah dan langsung berjalan ke arah tangga yang tadi sebelumnya kamu naiki.
Kamu tahu? Saat kamu mengatakan hal itu, tatapanku kepadamu hanyalah tatapan tanpa ada makna apapun. Tatapan terperangah heran karena masih tak percaya ada orang yang melakukan hal demikian yang menurutku cukup berlebihan.
0 notes
Text
Seseorang yang duduk di bangku depanku tetiba berbalik badan ke arahku sembari memintaku,"Pinjam rautan, boleh?"
Langsung kudekatkan rautan yang ada dimejaku menggunakan tangan kananku. Dengan heran dan agak mematung aku bertanya dalam hati,"Sejak kapan dia lihat kalau ada rautan di mejaku? Mengapa dia tak meminjam rautan diorang lain saja? Mengapa aku? Apakah dia sedari awal sudah memperhatikanku?"
"Ah pemikiran macam apa itu? Dia melihat rautan di mejaku karena dia punya mata, bukan karena tertambat hatinya kepadaku."
Semudah itu aku terbawa perasaan hanya karena aku teringat dengan seseorang yang dulu pernah dekat. Seseorang yang berinisiatif mendekatiku terlebih dahulu, pura-pura bertanya adakah film terbaru atau tidak di pc jinjingku. Meski sudah kujawab tidak ada, tetap saja ia tak percaya lalu kubiarkan dia mengecek langsung dan ternyata dia justru menge-klik sebuah film remaja yang sudah rilis sejak 2 tahun sebelumnya, Refrain, itu judulnya.
Hahaa hanya dengan mengajakku berinteraksi, aku justru jadi selalu mengingat tentangnya acap kali ada orang lain yang melakukan hal serupa, iya mengajakku berinteraksi pertama kali di tempat yang pertama kali aku tapaki. Entah sampai kapan ingatan tentang seseorang itu akan menetap didalam kepalaku, aku tidak tahu.
1 note
·
View note
Text
Hey, kemana perginya kamu yang selalu berusaha memperbaiki menutup aurat? Kemana perginya kamu yang setiap hari berinteraksi dengan quran? Kemana perginya kamu yang lama dalam berdoa setelah melaksanakan sholat? Kemana perginya kamu yang selalu berupaya memperbaiki sholatmu? Kemana perginya kamu yang selalu memperbaiki niatmu? Kemana perginya kamu yang bodo amat dengan trend dan segala hal yang bisa mengganggu fokusmu? Kemana perginya kalian semua? Aku rindu.
0 notes