Tumgik
pankjr17 · 10 years
Text
10 Tips Agar Tegar Menghadapi Cobaan
1) Sadarlah bahwa Anda tidak sendirian, ada Allah bersama Anda. 2) Ingatlah bahwa di balik takdir Allah pasti ada hikmah yang indah. 3) Tidak ada yang dapat memberi kebaikan dan menyelamatkan dari keburukan kecuali Allah, maka janganlah menggantungkan harapan kecuali kepadaNya. 4) Apapun yang ditakdirkan menimpamu; ia tidak akan meleset darimu. Dan apapun yang ditakdirkan meleset darimu; ia tidak akan dapat menimpamu. 5) Ketahuilah hakekat dunia, maka jiwa Anda akan menjadi tenang. 6) Berbaik-sangkalah kepada Rabb Anda. 7) Pilihan Allah untuk Anda, itu lebih baik daripada pilihan Anda untuk diri Anda sendiri. 8) Cobaan yang semakin berat, menunjukkan pertolongan Allah semakin dekat. 9) Jangan pikirkan bagaimana datangnya pertolongan Allah, karena jika Allah berkehendak, Dia akan mengaturnya yang cara yang tidak terlintas di akal manusia. 10) Anda harus berdoa meminta kepada Allah, yang di tangan-Nya ada kunci-kunci kemenangan.
Kalau kita perhatikan, kebanyakan prinsip di atas mengaitkan kita dengan Allah ta’ala. Karena memang manusia itu makhluk lemah, dan dia tidak akan menjadi kuat kecuali jika mendapatkan suntikan kekuatan dari luar, dan tidak ada yang mampu memberikan kekuatan seperti Allah azza wajalla.
Dari sini, kita juga bisa memahami, mengapa semakin orang dekat dengan Allah, semakin kuat pula jiwanya.. dan mengapa semakin kuat akidah seseorang, semakin kuat pula kepribadiannya, wallohu a’lam.
— Penulis: Ust. Musyafa Ad Darini Artikel Muslim.or.id – Read on Path.
1 note · View note
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
You can do it!! #VR46 #motoGP #MalaysianGP – View on Path.
2 notes · View notes
pankjr17 · 10 years
Text
Doa Ketika Sakit
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa : اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِه وأَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا ( Allahumma rabbanasi adzhibil ba’sa wasy fihu. Wa antas Syaafi, laa syifaa-a illa syifaauka, syifaa-an laa yughadiru saqomaa ) “Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim). Bagi yang sakit, semoga diberi kesembuhan. Bagi keluarga pasien semoga diberi kesabaran dan ketabahan.
2 notes · View notes
pankjr17 · 10 years
Text
Cinta Dan Waktu
Alkisah disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta. Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.” Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cintapun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.”Kecantikan, bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta. “Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kapada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut. “Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku”, tanya Cinta heran. “Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.
0 notes
pankjr17 · 10 years
Text
Thought via Path
Kisah Khalifah Umar dan Rakyat Jelata Umar adalah sosok pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal ia sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana. Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat. Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu. Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil. Si ibu berkata kepada anak-anaknya, "Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya matang." Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya akan segera matang. Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia memasaknya. Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu itu, "Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah. "Mereka sangat lapar," jawab si ibu. "Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah. "Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si ibu. Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris. Kemudian Khalifah bertanya lagi, "Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari?" "Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara...," jawab si ibu. Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam. "Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya ia dapat meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal?" tanya sang khalifah lagi. "Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu. "Zalim....," kata sang khalifah dengan sedihnya. "Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan saya!" kata si ibu. Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiridan berkata, "Tunggulah sebenatar Bu ya. Saya akan segera kembali." Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak. Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata, "Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu." Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu. Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal. Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab. Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah. Semoga #Indonesia memiliki jiwa pemimpin seperti #Sahabat Umar bin Khattab #Amin #Islam – Read on Path.
1 note · View note
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
Sungguh kaum Yahudi itu berusaha menimbulkan kerusakan di muka bumi Al-Maidah (64) – View on Path.
0 notes
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
Good job Argentina, kita tunjukkan penjajah Bye 👋 Nederland – View on Path.
0 notes
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
Saatnya menimba #ilmu #ramadhan #Islam with Muhammad at PT.Adira Dinamika Multi Finance – View on Path.
0 notes
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
Ini yang di bilang pak ustadz tadi waktu shalat dzuhur... Shalat dimana aja bisa, ga mesti di masjid atau mushola #ilmu #Islam with Febri, ari, Cahya, Hardi , Muhammad, and Doni 👿 – View on Path.
0 notes
pankjr17 · 10 years
Text
KISAH NYATA ANAK YATIM DAN LUKISAN IBUNYA
KISAH NYATA ANAK YATIM DAN LUKISAN IBUNYA Bismillahir-Rahmaanir-Rahim .. Gambar yang menyayat hati ini diambil dari salah sebuah rumah anak yatim piatu di Palestina, yang menunjukkan seorang anak yatim melukis gambar ibunya di atas lantai dan tidur dipangkuannya, dalam usaha untuk mendapatkan kasih sayang dan belas kasihan seorang ibu. – nourislam.com Tak bisa terbayangkan, berapa banyak tetesan air mata anak ini tumpah untuk sekedar melukis gambar ibunya ini di lantai sebelum ia tidur. Hanya gambaran ibunya dalam benaknya saja, sebab foto pun tak sempat ia simpan dan miliki, entah kemana tersebab perang. Tergambar wajah ibunya yang sedang tersenyum, sambil tertulis di samping gambarnya tulisan yang berbunyi, mama Kisah seorang anak kecil yang melukis Ibunya pada sebuah lantai ini menggambarkan kepedihan seorang anak yang begitu merindukan kasih sayang seorang Ibu, Ibu anak ini meninggal dalam sebuah peperangan dinegeri para Nabi palestin Sang anak tinggal disebuah rumah yatim piatu di palestina yang mungkin dirumah yatim ini banyak anak-anak yang menjadi korban ditinggal orangtuanya akibat perang yang tiada berkesudahan antara palestina dan israel Mereka adalah anak-anak korban kebiadaban israel, mereka anak-anak yang tiada tahu menahu apa yang membuat mereka jadi korban perang yang begitu kejam itu, mereka hanya ingin hidup damai layaknya anak-anak yang lain Bagi anak-anak yang masih memiliki kedua orang tua syukurilah dengan sebenar-benarnya, jangan sia-siakan pengorbanan dan kasih sayang mereka, berbaktilah dengan sepenuh jiwa raga kita, baik dengan doa untuk kebaikan kedua orang tua maupun dengan pembuktian pemelihaaraan kita sebagai anak dihari tua kedua orang tua, Ibu Bapak kita, jangan sia-siakan. Berbaktilah pada orang tua kita, datangilah mereka untuk mintakan keridhaan dan pintu maafnya selama nafas mereka masih ada, ukirlah senyum di wajah mereka, kemudian berlaku lemah lembutlah kepada anak-anak yatim dan dhu’afà, santunilah mereka, karena hampir-hampir saja syurga berada di sekitar mereka sebagaimana sabda Nabi kita tercinta. Ingatlah bantu mereka anak-anak korban perang Palestina, Suriah dan lainnya dengan cara sisihkan sebagaian harta kita buat mereka, mereka perlu hidup layaknya anak anak yang memiliki Ibu Bapak. Mereka juga mempunyai perasaan yang sama seperti kita, hanya saja mereka tak punya tempat untuk berlindung dan berteduh dalam sebuah kasih sayang, dan jika kita diberi kemampuan oleh Allàh Ta’àlà mari menjadi Ibu dan Bapak bagi mereka, kalau bukan kita siapa lagi. Rabbighfirli wa liwàlidayya warhumà kamà rabbayànà shaghìrà, allàhumma a’izzal Islàm wal muslimìn wanshuril ikhwànanàl mustadh’afìna wal mujàhidìna fì kulli makàn Yà ‘Azìz Yà Qahhàr Yà Rabbal ‘àlamìn .… Subhanallah.. #cerita   #ceritamotivasi   #ceritaislami   #motivasi   #motivasidiri   #motivasihidup   #motivasiislam   #kehidupan  Support by : www.fiberslim.web.id
http://goo.gl/A4tzW2
Tumblr media
0 notes
pankjr17 · 10 years
Photo
Tumblr media
Kisah inspirasi http://goo.gl/i0HQs3 semoga bisa memberi ilmu. Amin – View on Path.
0 notes
pankjr17 · 11 years
Text
Air Wudhu dan Sakit Mata Junaid Al Baghdadi
Suatu hari, Junaid Al-Baghdadi sakit mata. Dia pun segera berobat kepada seorang tabib terkenal di Kota Bagdad. Karena dia tahu betul bahwa menjaga kesehatan tubuh adalah sunnah Rasulullah, dan mengobati penyakit adalah kewajiban agar seorang muslim bisa menyempurnakan ibadahnya.
Saat tabib mendengar bahwa Junaid akan berobat kepadanya, dia langsung mendatangi rumah Junaid. Ketika bertemu Junaid, tabib itu segera memeriksa kedua mata Junaid. Kemudian sang tabib memberi tahu jika Junaid ingin cepat sembuh dari sakit matanya, dia harus menjaga matanya jangan sampai terkena air.
Ketika tabib itu pergi, terdengarlah suara azan. Saatnya Junaid untuk sholat. Diapun segera pergi ketempat wudhu. Rupanya dia sedikit bimbang. Kalau dia mengambil air wudhu, tentu matanya akan terkena air, sakit matanya akan bertambah parah seperti kata tabib. Tetapi akhirnya Junaid tetap berwudhu membasuh mukanya untuk sholat. Dia meyakini bahwa Allah sajalah yang akan menyembuhkannya.
Setelah sholat, Junaid pun tertidur. Anehnya, sakit matanya hilang. Sesaat sebelum Junaid terjaga dari tidurnya, dia mendengar suara, “Junaid sembuh karena ia lebih ridha kepada-Ku. Seandainya ahli neraka minta pada-Ku dengan semangat Junaid, niscaya Aku luluskan permintaannya.”
Berita kesembuhan Junaid Al-Baghdadi terdengar oleh tabib. Dia pun kembali mendatangi Junaid dan memeriksa mata Junaid yang telah sembuh. Dia benar-benar keheranan. “Apa yang telah engkau lakukan wahai Junaid?” tanya sang tabib.
“Aku telah membasuh muka dan mataku saat berwudhu untuk menunaikan sholat,” jawab Junaid. Tabib itu adalah seorang nasrani, mendengar dan melihat peristiwa itu, sang tabib menyatakan diri sebagai muslim.
“Itu adalah obat dari Tuhan yang telah menciptakan sakit mata. Dialah yang menciptakan obatnya. Sebenarnya aku juga sedang sakit mata hatiku. Dan Junaidlah tabibnya!” Tabib itu pun bersyahadat didepan Junaid Al-Baghdadi.
[sumber : Buku 100 Kisah Islami]
2 notes · View notes
pankjr17 · 11 years
Text
Riya, Penghapus Catatan Amal Kebaikan
Pada waktu sahur, seorang Abid (orang yang sedang beribadah) membaca surat ‘Thaa Haa’ di biliknya yang berdekatan dengan jalan raya. Selesai membaca, dia merasa sangat mengantuk. Lalu ia putuskan untuk tidur.
Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat seorang laki-laki turun dari langit dan menbawa Alquran. Lelaki itu datang menemuinya dan segera membuka kitab suci itu di depannya. Dijelaskannya surat ‘Thaa Haa’, dan diperlihatkannya halaman demi halaman agar terlihat jelas oleh Abid.
Abid melihat setiap kalimat surat itu dicatat sepuluh amal kebajikan sebagai pahala bacaannya, kecuali satu kalimat saja yang catatannya dihapus. Lalu Abid bertanya, “Demi Allah, sesungguhnya aku telah membaca seluruh surat ini tanpa meninggalkan satu kalimat pun. Tetapi mengapa catatan pahala untuk kalimat ini dihapus?”
“Benar seperti katamu, engkau memang tidak meninggalkan satu kalimat pun dalam bacaanmu tadi, dan untuk kalimat itu sudah dicatatkan pahalanya, tetapi tiba-tiba kami mendengar perintah dari arah Arasy, ‘Hapuskan catatan itu dan gugurkan pahala untuk kalimat itu!’ karena itulah kami segera menghapusnya,” jawab lelaki itu
Dalam mimpinya Abid menangis dan berkata, “Kenapa tindakan itu dilakukan?”
“Semua ini karena engkau sendiri, ketika membaca surat Thaa Haa tadi, seorang hamba Allah melewati jalan dekat rumahmu, engkau sadar akan hal itu, lalu engkau meninggikan suara bacaanmu agar terdengar oleh hamba Allah tersebut. Kalimat yang tiada catatan pahala itulah yang telah engkau baca dengan suara tinggi.” jelas si lelaki.
Si ABid terjaga dalam tidurnya, “Astagfirullahal’adzim! sungguh licin virus riya menyusup ke dalam hatiku, dan sungguh besar bahayanya. Dalam sekejap mata, ibadahku dimusnahkan,” tuturnya.
1 note · View note
pankjr17 · 11 years
Text
Kesederhanaan Istri Umar bin Abdul Aziz
Fatimah sangat terkejut ketika mendengar berita bahwa telah diangkat khalifah baru, Umar bin Abdul Azis yang tak lain adalah suaminya sendiri. Namun ia lebih terkejut ketika tahu kalau Sang Raja baru dikabarkan menolak segala fasilitas istana.
Umar bin Abdul Aziz memilih menunggang keledai untuk kendaraan sehari-hari, membatalkan acara pelantikan dirinya sebagai khalifah yang akan diadakan besar-besaran dan penuh kemewahan.
Sungguh Fatimah heran dan tidak percaya mendengar berita tersebut karena ia sangat mengenal siapa suaminya. Sosok yang sangat identik dengan kemewahan hidup mengapa secara tiba-tiba ia hendak berpaling dari kemewahan, padahal tampuk kekuasaan kaum muslimin baru saja di anugerahkan kepadanya?
Keterkejutannya semakin bertambah tatkala melihat suaminya pulang dari dari kota Damaskus, tempat ia dilantik sebagai khalifah umat islam. Suaminya terlihat lebih tua tiga tahun dibandungkan tiga hari yang lalu tatkala ia berangkat ke kota Damaskus. Wajahnya terlihat sangat letih, tubuhnya gemetaran dan layu karena menanggung beban yang teramat berat.
Dengan suara lirih Umar bin Abdul Aziz berkata dengan lembut dan penuh kasih-sayang kepada sang isteri tercinta, “Fatimah, isteriku…! Bukankah engkau telah tahu apa yang menimpaku? Beban yang teramat dipikulkan kepundakku, menjadi nakhoda bahtera yang dipenuhi, ditumpangi oleh umat Muhammad SAW. Tugas ini benar-benar menyita waktuku hingga hakku  terhadapmu akan terabaikan. Aku khawatir kelak engkau akan meninggalkanku apabila aku akan menjalani hidupku yang baru, padahal aku tidak ingin berpisah denganmu hingga ajal menjemputku.”
“Lalu, apa yang akan engkau lakukan sekarang?” tanya Fatimah.
“Fatimah…! engkau tahu bukan, bahwa semua harta, fasilitas yang ada ditangan kita berasal dari umat Islam, aku ingin mengembalikan harta tersebut ke baitul mal, tanpa tersisa sedikitpun kecuali sebidang tanah yang kubeli dari hasil gajiku sebagai pegawai, disebidang tanah itu kelak akan kita bangun tempat berteduh kita dan aku hidup dari sebidang tanah tersebut. Maka jika engkau tidak sanggup dan tidak sabar terhadap rencana perjalanan hidupku yang akan penuh kekurangan dan penderitaan maka berterus-teranglah, dan sebaiknya engkau kembali ke orang tuamu!” jawab Umar bin Abdul Aziz.
Fatimah kembali bertanya,”Ya suamiku…apa yang sebenarnya membuat engkau berubah sedemikian rupa?”
“Aku memiliki jiwa yang tidak pernah puas, setiap yang kuinginkan selalu dapat kucapai, tetapi aku menginginkan sesuatu yang lebih baik lagi yang tidak ternilai dengan apapun juga yakni surga, surga adalah impian terakhirku,” jawab Umar bin Abdul Aziz lagi.
Aneh. Fatimah yang notabene merupakan wanita yang terbiasa hidup mewah, dengan fasilitas yang disediakan dan pelayanan yang super maksimal, tidak kecewa mendengar keputusan suaminya ia. Ia tidak menunjukan kekesalan dan keputus asaan. Justeru dengan suara yang tegar, mantap ia menegaskan, “Suamiku…! Lakukanlah yang menjadi keinginanmu dan aku akan setia disisimu baik dikala susah atau senang hinga maut memisahkan kita.”
Fatimah merupakan satu-satunya anak perempuan dari lima bersaudara putra khalifah daulah Abbasyiah yang bernama Abdul Malik bin Marwan. Layaknya putri raja, fatimah pun mendapatkan kehormatan dan segala fasilitas yang mewah, hidup dengan penuh kasih sayang dan dimanja oleh kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Kebahagiannya menjadi sempurna dengan dipersunting oleh seorang lelaki yang terbaik pada zamannya, dari keluarga yang terhormat yang bernama Umar bin Abdul Aziz, yang hidup penuh dengan keglamoran dan kemewahan meskipun demikian ia merupakan sosok yang relegius dan sangat amanah.
Fatimah yang agung itu menjadi pendukung pertama gerakan perubahan yang akan dilakukan oleh suaminya yakni gerakan kesederhanan para pemimpin dalam kehidupan, demi bakti dan keridaan sang suami yang tercinta. Ia rela meninggalkan kemewahan hidup yang selama ini dinikmatinya, semuanya dilakukan dengan penuh kesadaran, keikhlasan atas pondasi keimanan yang kuat.
Di rumahnya yang baru, Fatimah hidup dengan penuh kesederhanaan. Pakaian yang dikenakan, makanan yang disantap tanpa ada kemewahan dan kelezatan semuanya tidak jauh dengan rakyat biasa padahal status yang mereka sandang adalah raja dan ratu seluruh umat Islam masa itu.
Begitu sederhananya konsep kehidupan yang mereka terapkan, orang yang belum mengenal tidak menyangka bahwa mereka adalah pasangan penguasa umat islam kala itu. Diceritakan, suatu hari datanglah wanita Mesir untuk menemui khalifah di rumahnya. Sesampai di rumah yang ditunjukkan, ia melihat seorang wanita yang cantik dengan pakaian yang sederhana sedang memperhatikan seseorang yang sedang memperbaiki pagar rumah yang  dalam kondisi rusak.
Setelah berkenalan si wanita Mesir baru sadar bahwa wanita tersebut adalah Fatimah, isteri sang Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Tamu itu pun menanyakan sesuatu hal, “Ya Sayyidati…, mengapa engkau tidak menutup auratmu dari orang yang sedang memperbaiki pagar rumah engkau?” Seraya tersenyum Fatimah menjawab, “Dia adalah amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz yang sedang engkau cari.
1 note · View note
pankjr17 · 11 years
Text
Tangisan Imam Hanafi Berjumpa Anak Kecil
Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.
”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir,” sang imam menasehati.
Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.
”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.
”Nu’man.”
”Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?”
”Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku.”
“Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”
Ulama kaliber yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.
2 notes · View notes
pankjr17 · 11 years
Link
I just signed up in support of #FirefoxOS. Learn why and join me!
0 notes
pankjr17 · 11 years
Photo
Tumblr media
Wah Zhafif udah bisa jalan walaupun masih dipegangin 1 tangan #nephew – View on Path.
0 notes