Video
youtube
[Verse 1] Aku kehabisan cara tuk jelaskan padamu Mengapa sulit tuk lupakanmu Aku kehabisan cara tuk gambarkan padamu Kau di mata dan di pandanganku [Chorus] (Coba sehari saja) Coba satu hari saja kau jadi diriku (Kau akan mengerti) Kau akan mengerti bagaimana kumelihatmu [Post-Chorus] Mengagumimu Menyayangimu Dari sudut pandangku Dari sudut pandangku [Verse 2] Aku kehabisan cara tuk gambarkan padamu Kau di mata dan di pandanganku Seandainya satu hari bertukar jiwa Kau akan mengerti dan berhenti bertanya-tanya [Chorus] (Coba sehari saja) Coba satu hari saja kau jadi diriku (Kau akan mengerti) Kau akan mengerti bagaimana kumelihatmu (Coba sehari saja) Coba satu hari saja kau jadi diriku (Kau akan mengerti) Kau akan mengerti bagaimana kumelihatmu [Post-Chorus] Mengagumimu Menyayangimu Dari sudut pandangku Dari sudut pandangku Dari sudut pandangku Dari sudut pandangku
0 notes
Text
#9 | Titel dokter (dr.)
dokter/dok·ter/ n lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya.
Welcome back.
Kali ini gue mau bahas bagaimana gue sebagai seorang dokter menilai bagaimana pandangan masyarakat terhadap seorang dokter. Sebenernya semua yang akan gue tuliskan disini hanya spekulasi gue semata. Karena sesungguhnya gue nggak ngadain wawancara terhadap masyarakat langsung gimana pendapat mreka tentang seorang dokter yang kemudian gue nilai. Yaa pokoknya begitulah.. singkat cerita langsung aja gue mau ceritain salah satu pengalaman jaga malam gue di sebuah RSUD di bumi Indonesia tercinta.
Jadi di suatu malam yang dingin karena hujan badai, gue yang sedang kebagian jaga malem ruangan lagi asik konsul konsul di salah satu ruang perawatan inap di sebuah RSUD. Gak lama konsulan di ruangan tersebut akhirnya beres tinggal tunggu advis dari konsulen yang sedang dikonsulkan pada saat itu. Perasaan lega meruak di batin gue, kayanya hari ini bakalan aman dan udah ga ada panggilan dari ruangan lagi. Baru gue selesai membayangkan betapa senangnya bisa kembali ke IGD untuk istirahat tiba tiba telepon ruang perawatan inap berdering dan seketika perasaan lega di hati gue sirna. Ternyata sesuai dugaan gue, ada anak di PICU yang mau dikonsulin karena DSS (Dengue Shock Syndrome) nya. Pikiran gue sudah melayang kemana-mana. Jangan jangan anaknya syok berat, bleeding dimana mana, orang tuanya lagi nangis menjerit meratapi kondisi anaknya dan gue yang harus informed concent ke keluarganya. Gue kayaknya gak sanggup kalau harus (lagi) memberitakan kabar buruk buat keluarga, karena menurut gue setiap kabar buruk yang gue beritakan kepada keluarga pasien adalah kabar buruk bagi gue juga yang adalah seorang dokter. BUT, fyuh~ ternyata dugaan gue salah besar, gue dipanggil ke PICU memang untuk konsul ulang pasien dengan DSS tapi... dengan post shock. Puji Tuhan, anak ini udah lewat dari masa shock dan udah mulai masuk terapi pacsa-syok, dan gue hanya konsul ulang doang.
Inti ceritanya sebenernya bukan soal gue kosulin pasien atau ke ruang PICU. Tapi, ada hal yang menarik saat gue sedang berjalan dari ruangan sebelumnya menuju ke ruang PICU. Gue melewati sebuah lorong dan di salah satu sisi tersebut gue melihat ada 2 orang om om (sekitar 60an dan 50an) sedang melantai makan nasi uduk dengan tangan. Plis, gue yang punya personaliti inFp (feeling) kaya gini ga tahan kalau dikasi liat kaya ginian. Tiba-tiba ada rasa iba dalam hati gue, kenapa 2 orang om om ini nggak makan di tempat yang lebih baik. Nggak berhenti sampai di situ, pada saat gue ngelewatin om om itu gue yang gak tega an ini memberikan seulas senyum sama kedua om om yang lagi makan itu, dan om om itu membalas senyuman gue. Dan yang terlebih mengejutkan nya bagi gue adalah saat mereka tersenyum ke arah gue salah satu om yang keliatannya lebih tua bilang, “aduh maaf ya dokter, kami makan seperti ini, jadi nggak enak sama dokter...” sembari membungkuk beberapa kali. Hmm. Gue merasa awkward sesaat dan gue cuma bilang “iya pak nggak apa-apa silakan dilanjutkan makan nya.” Sebenernya cerita ini hal yang sederhana, tapi menurut gue, sungguh luar biasa karena seorang dokter yang lewat, seseorang akan sangat menghargai orang tersebut sampai membungkuk-bungkuk, padahal berdasarkan usia jauh jauh lebih muda si dokternya. Gue berpikir apa kalau yang lewat selain dokter perlakuan yang sama akan muncul dari om om itu?
Sejak saat itu gue belajar bahwa titel dokter yang gue punya sekarang harus gue jaga dengan baik, bukan mempergunakan nya untuk kejumawa-an tapi semakin orang melihat titel gue tinggi semakin gue harus merendah hati dengan orang-orang sekitar gue karena sebenernya dengan kita merendah hati mereka bisa lebih terbuka dengan diri kita.
0 notes
Text
#8 | Puskesmas Life VS RSUD Life part 1
Nah, sekarang gue mau sharing tentang setengah perjalanan isip gue di Kabupaten Bekasi. Ceritanya gue udah memasuki bulan ke 7 dari 12 bulan gue isip disini. Cerita singkat dulu ya.. Jadi, sistem isip di tempat gue adalah dibuat pembagian kelompok kecil yang terdiri dari sekitar 6-7 orang. Total anak isip gue ada 20 orang. Alhasil terbentuklah kelompok yang terdiri dari 7-7-6 orang. Puji Tuhan, gue masuk ke kelompok kedua yang isinya 7 orang. Setelah pembagian kelompok selesai, dibagi pula lah rolling-an kerja masing-masing kelompok. Puji Tuhan lagi, gue masuk kelompok dengan urutan rolling RSUD-Puskesmas-RSUD. Gue seneng waktu dapet rolling-an ini karena gue punya down time selama 4 bulan dulu antara 8 bulan di RSUD (yang kita tau bahwa RSUD -RSUD manapun- itu jauh dari kata sepi dan dekat dengan kata ramai). Bener banget apa kata pepatah ‘Kalau Jodoh Rejeki Gak Akan Lari Kemana’ karena lagi-lagi isi kelompok gue si 7 orang ini (setelah gue kenal dekat saat di puskesmas) nggak ada yang patologis :)))
Mareee gue mulai cerita 4 bulan awal per-isip-an gue di RSUD Kabupaten Bekasi a.k.a RSUD Cibitung.
Gue bukan satu-satunya alumnus marnat yang isip di Kabupaten Bekasi. Perkenalkan, Sri, Jesseline, Indah, Puspa, Cathy, dan Devina yang juga satu almamater dengan gue yang barengan isip disini. Jadi, pertama kali gue menginjakkan kaki di RSUD Cibitung adalah bareng dengan mareka-mereka ini. Satu Temen gue -Cathy- adalah koordinator provinsi Jabar, jadi nggak heran kalau temen-temen isip diluar marnat udah kenal dengan dia. Tapi ini jadi jalan Tuhan yang baik buat gue dan temen-temen gue. Karena dengan terkenalnya temen gue ini, kita gue -yang introvert ini- punya kesempatan untuk bisa ngobrol dengan yang lainnya.
Dua hari awal kita semua bareng-bareng ikut orientasi di RSUD Cibitung sebagai orang baru. Dan seinget gue sih terlewati dengan cukup baik. Cerita orinetasi nya di skip aja dan langsung masuk ke shift kerja di RSUD. Dua kelompok anak baru yang kebagian dinas di RS dibagi tugas, ada yang jaga IGD, jaga ranap, dan jaga poliklinik. Gue jelasin satu-satu ya apa aja jobdesk dari ketiga tugas mulia itu.
1. Jaga IGD
Tugas ini dibagi lagi jadi 3 shift. 6 jam shift pagi, 7 jam shift sore, dan 11 jam shift malam DIE. Jadi biasanya sebagai seorang dokter isip yang bertugas jaga di IGD diwajibkan untuk pegang pasien (pegang dalam artian meng-anamnesa, melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, memberi terapi awal, memutuskan untuk rawat atau pulang. Bukan ‘pegang’ yang lain yaa) dari sejak pasien melewati garis pintu masuk IGD, tidur-tidur cantik di bed IGD, hingga keluar lagi dari ruangan IGD. Tapiiiii, awal-awal pertama jaga di IGD sebagai seorang dokter isip memang nggak langsung ‘dilepas’ kok, masih ada pendampingan dari dokter-dokter senior yang udah lama makan asam-garam di IGD RSUD. Hal ini untuk meminimalisir hal-hal yang tidak di inginkan baik oleh pasien, pihak RS, dan tentunya isip itu sendiri.
Di IGD, kita dipaksa untuk bisa menalar suatu penyakit dengan cepat dan memberikan terapi awal yang tepat (obat, dosis, cara pemberian, dll). Sebenernya sih kerja di bagian IGD cukup menyenangkan sekaligus menegangkan. Karena gak boleh ada yang salah. Salah terapi bisa-bisa kacau ke terapi selanjutnya belom lagi dimarahin sama konsulen. Tapi bekerja di IGD akan menjadi hal yang paling menyeramkan dan menyedihkan kalau pas lagi jam kerja pasien berdatangan terus bak ibu-ibu antri beli barang-barang sale akkhir tahun. Pasien yang semula di layani dengan muka chibi-chibi dan ucapan selamat datang yang sangat hangat dan ramah akan berubah, pasien akan heran melihat kenapa ada dokter yang muka nya tampak seperti makibao (karakter kartun yang sampa saat ini gue sendiri bingung apakah sapi, kuda, atau babi) dan ucapan selamat datang yang sekenanya bahkan dilirik pun nggak (saking sibuknya layanin keluarga pasien-pasien sebelumnya). Apalagi kalau dapet rujukan lepas di saat shift kerja lo, rasanya HELL banget. Pasien jelek (kondisi ya bukan fisiknya) dan kita gak tau terapi apa aja yang udah masuk ke pasiennya. Itu baru dari segi pasien. Tambah lagi kalau partner jaga IGD lo adalah org yang agak lasut. Ada pasien baru partner lo tiba-tiba hilang entah kemana dan muncul lagi pas mau pertukaran shift. Gue suka heran sama orang-orang kayak gini mungkin dia punya ilmu menghilang dan muncul. Tambah anehnya lagi muncul-muncul gak ada excuse apa-apa kemana dia ngilang tapi cuma nyegir-nyengir kuda. Kan nge-bete-in!
2. Jaga Ruang Ranap
Kalau kebagian tugas sebagai dokter isip jaga ranap kita bakalan dipasang-pasangin sama dokter BLUD atau dokter senior yang bertugas jaga pada saat jam dinas. Untung-untungan juga nih jaga ruang ranap. Kalau pas lagi hoki, selama jaga ruang ranap gue bisa aja selama satu shift dimana gue jaga itu sama sekali gak ada panggilan, bisa tidur pules di ruang jaga, bisa tiba-tiba dapet traktiran makan dari kakak perawat (pengalaman pernah dapet nasi box aqiqah-an) atau dokter senior yang jadi partner jaga lagi baik hati jajanin kita pecel ayam. Bahkan kalo partner kita ‘gila’nya satu frekuensi bisa mabur barengan ke McD atau Solaria deket-deket RS.
Tapi lain lagi ceritanya kalo jaga ruang ranap saat ke-hoki-an tersebut tidak sedang berpihak pada kita. Baru juga sampe IGD buat absensi dan operan shift udah ada aja panggilan dari ruang ICU, PICU, ruang jantung. Iya kalo diipanggil buat ditawarin makanan atau apa kek yang enak, eeh malah yang ada lo dikasih pasien yang jelek, napas satu-satu, keluarga histeris, bayi distress pernapasan tanpa keluarga and so on semuma yang serba jelek. Gak cukup sampe disitu, udah dapet operan jelek, eh partner jaga lo telat dateng bahkan ga masuk! Super ngerselin deh klo udah kaya gitu, suka kalangkabut kalau tiba-tiba ada struktural yang nanyain. Antara mau nge-back up-in tapi males juga karena udah kesel duluan. Kalau kondisi nya udah apes kaya gini sih udah terbang jauh-jauh deh acara tidur cantik atau acara makan enak. Rasanya goal pertama adalah smua pasien stabil dulu jangan sampe ada yang plus aneh-aneh. Minimal sampe shift berikutnya aja deh.
3. Jaga Poliklinik
Naaah..., ini yang biasanya paling disukain kalo lagi di RS. Jaga Poliklinik. Karena di posisi inilah biasanya para doksip bisa bangun lebih siang, pergi lebih siang, sampai di RS lebih siang, mabur lebih pagi, bahkan libur lebih dini. Apalagi kalo dapet poliklinik yang dokternya sering cuti. Waaah enak banget deh itu bisa-bisa seminggu cuman masuk 2 hari dan sisanya libur. Cukup berbekal prior knowledge (jangan ditiru yah) dan kepedean tingkat tinggi, biasanya poli bisa lewat dengan mulus (menurut gue yah.., gak tau kalau ternyata mungkin konsulennya ngeliat kita doksip nya ditanya ini itu cuma planga plongo). Di poliklinik energi kita gak akan banyak terkuras abis karena perawat nya yang bakal lebih banyak ambil bagian dalam kegiatan poliklinik sehari-hari. Kita sebagai doksip paling-paling cuma ngekorin konsulen meriksa dan menterapi pasien. Tapi kalau pas lagi dapet poli yang ada kegiatan masuk OK (kamar operasi), bisa pulang lebih sore dibandingkan dengan yang masuk IGD shift pagi.
Nah udah selesai gue jelasin sebagian besar dari ke tiga tugas mulia yang diemban doksip kalau lagi dinas di RS. Yang ingin gue tekan kan adalah kehidupan gue selama 4 bulan di RS di awal per isip-an gue menurut gue cukup melelahkan. Memang sih di awal-awal per isip-an gue semangat banget rasanya karena setelah libur panjang dari perkoasan akhirnya gue punya kegiatan lagi terkait profesi gue sebagai seorang dokter. Tapi lama-kelamaan bosen dan lelah juga dengan kehidupan RS. Sangat kontras kalau dibandingkan dengan kehidupan isip gue selama di puskesmas.
Keep reading guys. Gue lanjut cerita kehidupan puskesmas gue di chapter #9 ya :))))
udah jam 22.00 bobok dulu lanjut lagi besok-besok.
0 notes
Text
#7 | “Perempuan”
Awalnya gue ga tau mau mulai tulis apa di tumblr gue setelah sekian lama dianggurin. Tapi tiba-tiba keinget satu kata, Perempuan. Ya. Kalau denger atau inget sama satu kata ini apa sih yang bakal lo pikirkan? Begitu banyak rasanya hal yang bisa kita gue dapatkan dari satu kata penuh makna ini. Pribadi yang kita kenal sebagai seorang Ibu maupun Istri juga seorang perempuan. Tapi nampaknya (tanpa mengesampingkan peran seorang laki-laki) perempuan lebih dari sekedar manusia yang punya tugas soal dapur dan soal ranjang. Ups. Lebih dari itu, nampaknya perempuan punya banyak peran penting.
Wanita karir contohnya. Gue pernah liat salah satu konsulen gue (spesialis anak) punya dua anak cewe kembar. Konsulen gue ini terkenal datang super in time (visite subuh-subuh) sampai-sampai waktu jaman gue koas kalau beliau udah visite dan rekam medis pasien baru beliau belom ke isi bisa-bisa pas ketemu ditanyain kenapa rekam medis masih kosong aja kayak otak koas. Gue sempet kepikiran kok bisa ya dia sebagai seorang ibu, istri, dan juga dokter spesialis dengan jam praktek super ketat masih bisa mengurus keluarganya dengan baik. Pernah sekali waktu gue mikir apa anak-anaknya diurus sama nanny di rumah sehingga jam kerja nya gak keganggu. Ternyata satu hari gue tau kalau semalam-malamnya konsulen gue ini pulang dari rumah sakit abis shift jaga sore, dia balik ke rumah, masak buat suami dan anak-anaknya, lanjut visite ke rumah sakit (jam 05.00 - 06.00) pulang lagi, lanjut antar anak sekolah sekaligus kembali ke rumah sakit untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang dokter.
Kalau dipikir-pikir kenapa juga ya masih mau repot-repot ber-multi-peran, ibu-istri-dokter. Padahal sebenernya konsulen gue sebagai seorang istri perwira polisi yang sudah berpangkat cukup tinggi harusnya nggak susah-susah lagi mikirin ekonomi, cukuplah dari suami. Ternyata mandiri adalah ‘motor’nya. Konsulen gue berusaha untuk menjadi contoh wanita mandiri bagi anak-anaknya dan ternyata bagi koasnya. Menurut beliau wanita yang kuat haruslah wanita yang bisa bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. Keputusan menjadi seorang istri, keputusan menjadi seorang ibu, keputusan menjadi seorang dokter spesialis. Tidak mudah. Ya! Dan itu konsekuensi yang harus diambil.
Walaupun memang perempuan haruslah diilndungi bukanlah berarti mereka lemah dan nggak punya kekuatan apa-apa kan. Menjadi seorang perempuan menurut gue pribadi bukan perkara yang mudah yang bisa dilakukan semua orang. Banyak tanggung jawab yang menanti dalam masa-masa kehidupan. Harus mampu melayani keluarga dan mengesampingkan ke-ego-an nya sendiri. Harus mampu menjadi tulang punggung kedua bagi keluarganya. Harus mampu menjadi sandaran keluh kesah di keluarganya. Harus mampu menjadi bendahara yang bijaksana bagi keluarganya kelak.
Satu kata banyak makna. Dan cara memaknai nya pun mungkin akan berbeda antara cara gue memaknainya atau cara lo memaknainya. Tapi over all seorang perempuan bukanlah pribadi yang ringkih yang gampang hancur, lebih dari itu banyak hal yang bisa kita pelajari dari sosok seorang perempuan. :)
0 notes
Quote
If you want to move forward, don't look back or you'll slipped
putrision
0 notes
Photo


CURE SOMETIMES, TREAT OFTEN, COMFORT ALWAYS.
-hippocrates
0 notes
Photo

Hello again!
Gak kerasa kehidupan preklinik dan kehidupan koasisten gue lewat juga. Dan setelah gue nganggur selama kurang lebih 5 bulan, sekarang gue masuk ke tahap kehidupan kedokteran gue berikutnya. INTERNSHIP. Yes. Selama satu tahun ke depan gue akan habiskan kehidupan gue sebagai dokter umum di Kota Bekasi bareng temen-temen baru gue.
Maranatha, UNPAD, UNSYIAH, TRISAKTI, UNSWAGATI, YARSI. Mereka sejawat gue yang bakal kerja bareng selama 1 tahun kedepan.
Good luck guys. We can do this!
#bukber2016
0 notes
Quote
Mencari pasangan hidup itu bukan hanya sebatas jadi suami atau istri aja, tapi juga mencari kakak/adik untuk sodara kandung kita pula mencari anak perempuan/laki-laki yg juga menyayangi ayah ibu kita kelak.
Pras|Putri|Aldi
0 notes
Text
#6| “Sempurna Hidup Gue“
121215
Ceritanya abis lunch christmas bareng sama temen temen SMA gue. Biasanya abis makan cantik kita upload foto. Temen gue Selfa namanya dia upload foto sambil nge-caption gini "All i want for crhistmas is you" Karena menggelitik buat dikomen akhirnya gue komen di bawah Pathnya dia
Putri: Jadi kita aja cukup? Ga mau punya pacar?
Secara temen gue ini cantik sih tapi sayangnya jomblo dari lahir. Gue juga ga ngerti kurang apalagi selain pacar. Gak lama komen Path gue dibales sama dia.
Selfa: Bareng kalian aja gw udah sebahagia ini, palagi punya pacar, sempurna hidup gw :”
Gue ngakak baca balesan komen gue di Path. Udah manis manis bilang All i want for christmas is you tapi sebenernya hati kecil sobat gue ini masih belum lengkap tanpa pacar. Yhahahahaa.
Sel, doa gue natal ini buat lu; Semoga hidup lu cepet sempurna yah. Amin :)
0 notes
Quote
On your good days, run hard. On your bad days, run as long as you need.
unknown
0 notes
Quote
Forgive others, not because they deserve forgiveness, but because you deserve peace.
Jonathan Lockwood Huie
2 notes
·
View notes
Photo

Everymorning in my life.
2 notes
·
View notes