qwertyeye
qwertyeye
sense at a glance
6 posts
旅途中的生活 
Don't wanna be here? Send us removal request.
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么? Part #1
Written on Winter Break,
Thursday, 21 January 2021 at 11:45PM Taiwan Time
Semester Pertama saya sebagai Master Degree Student di National Cheng Kung University sudah berakhir tepat dua minggu yang lalu, 8 January 2021. Hanya ingin berbagi sedikit cerita, apa yang telah di dapat selama satu semester belakangan ini, mulai dari diterima sebagai international student scholarship awardee, proses keberangkatan sampai proses belajar yang agak sedikit berbeda dengan mahasiswa pada umumnya.
Is there anything that I can “take away” from the last few months?
Every word you speak is a prayer (1st Takeaway)
Thursday, 21 May 2020 4.40PM Malaysia Time during my working from home since we are highly encouraged to stay at home due to Global outbreak restriction movement, I have been decided as an awardee of International Student Scholarship in the top three universities in Taiwan, National Cheng Kung University which is in according to https://www.usnews.com/education/best-global-universities/taiwan
At the beginning, I was trying to focus on my career in Malaysia, no more desire to pursue master degree since I have raised up a white flag for scholarship and all of things about study. Sampai pada akhirnya, saya ikut menghadiri farewell dinner teruntuk salah satu officemate saya yang akan melanjutkan pendidikannya di Taiwan, disaat itu saya sedikit bergumam kecil didalam hati,
Tumblr media
yaa wlopun awalnya merasa tidak akan mungkin, tapi hati ini lantang berucap,
“One day, saya pasti akan menempati posisi dia, bakalan resign dari kantor, dibikinin farewell karna mau lanjut kuliah lagi”
Entah gatau kapan, entah statement itu hanya sebuah kata-kata penggenjot motivasi yang dikala itu semakin hari semakin terkikis dan memudar untuk bekerja. Setelah diingatkan berkali-kali untuk hand in an application di kampus yg sama, awalnya saya ogah ogahan yaa dikarenakan, tidak setelaten dulu dalam membuat motivation letter, ditambah lagi di saat itu I was on night shift yang notabene tidak mempunyai cukup konsentrasi dalam mempersiapkan semua persyaratannya.
continued...
0 notes
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么? Part #2
Singkat cerita, berkas pendaftaran itu saya submit juga wlopun cuma seadanya, sedikit memperbaiki motivation letter yang saya pakai untuk mendaftar ke beberapa universities dan scholarship foundation lima tahun yang lalu, yaa it was merely for my defensive response when my friend asked me about “have you handed in your application?” every time. Alhamdulillah, Meanwhile, ditengah kebulatan hati untuk tetap stay di kantor lama as a full time employee, kabar baik itu datang. Dinyatakan lulus untuk pertama kali nya, ya pertama kalinya membaca email yang ada ucapan “congratulation”-nya,
Tumblr media
pertama kali merasakan yang namanya “lulus beasiswa” setelah ratusan kali penolakan (unacceptable for scholarship) wlopun alhamdulillah sempat menerima LOA Unconditional dari University Malaya, Curtin University, QUT, RMIT, Adelaide University, Maastricht School of Management and Hanze University of Applied Sciences, tapi itu semua tidak bisa saya lanjut kan karena tuition fee dan living allowance yang sangat mahal. Semenjak itu saya mengubur semua harapan itu dalam dalam. Anyways, dan iya, gumaman beberapa bulan yang lalu itu berasa nyata, “dibikinin farewell” sama teman kantor untuk lanjut kuliah. Honestly, itu semua terjadi coincidentally dan tiba-tiba.
“dan rahasiakanlah perkataanmu, atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui isi Hati” QS. Al-Mulk:13
-----Being home is always final destination (2nd Takeaway)
Setinggi tinggi apapun pangkat mu, sebanyak apapun dollar you earned dan sejauh mana pun kamu berada, going back home and being next to your family are always be the kindest objectives. Going back to Indonesia for good is not easy, karna sudah merasa punya keluarga sendiri di KL. Indeed, saya telah terperangkap di zona yang sangat teramat nyaman sampai sampai untuk disuruh balik pulang, I always have thousand reasons to dispute.
However, mungkin dengan saya diluluskan Allah untuk sekolah lagi-lah yang bisa memaksa saya untuk yakin meninggalkan “semua kemudahan” yang ada di Kuala Lumpur. To be honest, its hard, really. Yet, lagi-lagi Allah is the best planner ever, he always opts the sweetest solution. Allah menyuruh saya agar tidak terlalu give a high priority for friendship but “Ye, udah waktu nya kamu balik dan nemenin kakak mu di Jakarta untuk beberapa bulan aja” (Ya, saya tiga bersaudara dan kami memiliki masing-masing pulau untuk tempat domisili, begitupun dengan Ayah dan Ibu) It seems like, God begs and says to me.
Alhamdulillah saya di suruh Allah untuk menghabiskan waktu 3 bulan Bersama kakak. Sebulan pertama, masih terngiang ngiang kantor, scroll up and down galeri HP dan ngeliat foto foto selama di KL dan selalu membandingkan apapun antara KL dan Jakarta;
…“dulu pas di KL, urusannya ga seribet dan selama ini, jaman nya di KL, kalau ngirim email ke salah satu Customer Service perusahaan provider ternama, respon nya cepet dan dalam hitungan jam udah ada balesan along with it’s a great solution. Di Jakarta, udah disamperin ke kantor nya pun masih disuruh nunggu”
Let gets the ball rolling…
Seiring berjalannya waktu, saya mulai berdamai dengan diri sendiri and realized,
…“Ye, skrg kamu di Jakarta, no more KL please.. try to enjoy what you have NOW while it lasts including your precious time with your sister” (3rd Takeaway)
continued...
0 notes
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么? Part #3
Selama kurang lebih 3 bulan saya di Jakarta, mengurus semua keperluan keberangkatan seperti visa dan legalisir beberapa dokumen yang bisa dikatakan tidak terlalu mulus dikarenakan terkait bilateral regulation antar Indonesia-Taiwan, apalagi kasus COVID-19 yang semakin memburuk dan tak kunjung menemui titik terang kala itu. Bolak balik kantor notaris, KEMENKUMHAM, KEMLU dan TETO dengan penuh kewaspadaan dan rasa teramat takut, saya menghabiskan waktu bersama kakak kedua saya yang tidak akan mungkin terjadi jikalau saya tidak memutuskan untuk resign dan balik ke Indonesia.
In brief, tibalah di hari keberangkatan saya, 23 September 2020. Awalnya, saya berencana untuk balik ke Padang beberapa hari setelah semua urusan selesai dan balik lagi ke Jakarta sebelum flight ke Taiwan. It was due to movement control order or PSBB ketat di Jakarta, I decided to do not go back to Padang dengan berbagai macam pertimbangan, seperti, kalau seandainya saya tetap ke Padang dan setibanya di Padang semua penerbangan ditutup dan saya tidak bisa kembali ke Jakarta yang akan berdampak pada pembatalan keberangkatan saya ke Taiwan.
“tidak bisa pamit secara langsung di depan ayah dan ibu” iyaa itu yang saya rasakan pada tanggal 23 September itu. Perjalanan ke airport, saya di antar kakak kedua saya dan seuntai kata pamit melalui jaringan video call dengan Ayah dan Ibu, dan tibalah saya harus masuk untuk pengecekan imigrasi siang itu. Iyaa, lagi lagi saya tidak bisa deal with farewell tapi yaa the show must go on.
Tumblr media
While on boarding, it was more or less five hours, tiba lah saya di tanah Formosa ini, negeri dimana F4 dan Bobba Milk Tea di perkenalkan.
Setelah beberapa serentetan prosedur security checks, saya langsung bertemu student from NCKU yang telah menunggu di exit gate yang akan mengantarkan saya ke epidemic-prevention taxi karena siapapun yang datang dari International Flights are encouraged to take it that kind of transportation and directly go to quarantine dormitory. Pemerintah Taiwan juga provide “a free access of LINE TV” biar karantina tidak membosankan.
Selama 14 hari karantina di asrama yang telah terlebih dahulu arranged by NCKU, diantar makanan three times a day, 2x sehari pengecekan suhu badan secara mandiri dan filling in to the special form (fyi, ada medical personnel yang bertugas menelfon kondisi saya dan mengingatkan agar tidak lupa mengecek suhu tubuh) ya mereka se-serius itu menanganin Global Outbreak ini.
Tumblr media
After 14 quarantined days, I was still under control for a week, tapi sudah diperkenankan menghadiri kuliah in class dengan syarat selalu memakai mask wherever I go walaupun sebelumnya selama14 hari karantina, I was conducting online class.
Value nya adalah, pemerintah Taiwan sebegitu concern dan serius nya dengan Covid-19 wlopun kasus di Taiwan pada saat itu hampir bisa dikatakan tidak ada.
My new chapter begins…
Sedari dulu sudah sangat ingin melanjutkan Pendidikan S2 dengan tujuan untuk tidak hanya meng-S2 kan otak saja, tetapi juga me-master-kan kelapangan hati dan kedewasaan ego. To illustrate, pengurusan dokumen or even departure or the possibility of study cancellation menjadi awal dari Pendidikan Master saya. Ada kabar kalau student who are enrolled in Fall 2020 will study online or be deferred to Spring next year yang mana beasiswanya bakalan hangus dan ulang dari awal lagi dengan kemungkinan lolosnya juga masih abu abu. Sempat kepikiran juga…
continued...
0 notes
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么? Part #4
“Apakah keputusan untuk resign itu adalah keputusan yg gegabah dan terkesan tergesa-gesa?”
Tapi alhamdulillah, semua bisa terlalui, 12 October 2020 was my first day to attend an offline class, Financial Management and Mandarin Class.
It is not easy to be chameleon to adapt a truly new ambience (4th Takeaway) that was how I felt. Selama lebih kurang melaksanakan kuliah online dan sekarang harus menghadiri kelas in person dimana segala bentuk tugas udah ongoing, ya masih planga plongo, ngamatin gimana teman-teman di kelas yang most of them are being actively participating, have a good critical thinking jadi yaa kalo komentar di kelas itu ga asal nyablak, memahami karakter masing-masing professor dan itu berlangsung mungkin selama sebulan. Lama sekali memang, saya dikala itu agak sedikit terseok-seok untuk bisa beradaptasi. Ibaratnya “orang-orang udah mau sampe di garis finish, saya baru mau memulai”. 
Tumblr media Tumblr media
Berlari adalah cara yang tepat untuk mengejar ketertinggalan (5th Takeaway)
Ngos-ngosan? Pasti! Budaya belajar disini sangat competitive dan sangat teramat merasa “MALU” jikalau tidak membaca further chapter ato review journal yg mau dibahas.
Yes, shame on me! Karna berdiam diri dan memilih mengatupkan lidah dan mulut selama perkuliahan berlangsung yg situasi nya macam General Assembly-nya United Nation, adalah sebuah pilihan yang merugi (6th Takeaway).
Fyi, di Institute of International Business sendiri requires 42 credits untuk bisa thesis defend sebelum graduation. As the result, I had thousands of assignments, hundreds of journals should be reviewed, forget about excursion or even pernah tidak membuka aplikasi Instagram seminggu lamanya. I realized (again),
Tumblr media
“Begini ya kuliah di Top University di negara maju”
Tumblr media
…dan mungkin ini menjadi salah satu alasan kenapa 5 tahun yang lalu (dikala saya lagi gencar-gencar nya ingin kuliah S2 di Jerman) saya selalu failed, iyaa Allah nyuruh saya di negara maju di Asia dulu, dia worried Hamba-Nya yang keras kepala ini shocked dan gabisa survive di Jerman in terms of competition. Dan ini menjadi salah satu point pertama shocking culture saya. In addition, setelah sekian lama tidak belajar di bangku perkuliahan, saya menemukan perbedaan antara kuliah S1 dan S2. Iyaa, di S2 lebih dalam membahas current issue dan when it comes to calculation, bagaimana mencari sejumlah angka dari spesifik formula menjadi hal yang tidak terlalu penting karena yang lebih ditekankan adalah “apa makna dari sejumlah angka itu dan bagaimana implikasinya”. On the other hand, semua civitas akademika nya sangat membantu dan care terhadap saya, seperti, ada beberapa professor yang mengirimkan email kepada saya hanya untuk menanyakan “how was your quarantines? If there is something you need to ask, don’t hesitate to contact me through this email”. Mereka juga sangat welcome atas semua perbedaan, termasuk masalah agama, fyi, dikelas cuma saya international student dari Indonesia yang memakai hijab. Mungkin ada banyak pertanyaan, “emang ga ada anak indo satu kelas sama kamu?” jawabannya, Ada, total ada paling banyak 4 orang student Indonesia termasuk saya dan mereka berasal dari etnis tionghoa Surabaya dan Jakarta. In fact, most of Indonesian yang ada di Taiwan itu berasal dari suku Jawa dan tidak seperti saya di KL dulu, suku Minang menjadi majority pendatang Indonesia.
Tumblr media
Back again, minority mengajarkan saya agar tidak menjadi katak dalam tempurung (7th Takeaway)
continued...
0 notes
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么? Part #5
…and Ofc, it offers wide range of opportunities, chance mengenal lebih banyak dari sebelumnya. What is more, bagaimana dengan aktifitas keagamaan? Recently, Taiwan sedang menggiatkan kota ramah muslim dan terbukti di beberapa public space seperti difasilitasinya musholla di beberapa MRT main stations. Bagaimana di kampus? NCKU memang belum menyediakan ruang khusus untuk beribadah bagi moslem student tapi setidaknya ada beberapa ruangan khusus serbaguna yang bisa digunakan untuk beribadah baik untuk muslim ato penganut agama lainnya. Alhamdulillah, personally, kalau saya sholat selalu ada waktu untuk kembali pulang ke rumah dan sholat dikamar, tetapi jika tidak, saya numpang ke department IMBA (International Management Business Administration) yang berlokasi tepat di belakang department saya.
In fact, I have been disallowed to pray when I was studying in library because it will disturb others or even I asked for having the specific edge to pray. Besides, indeed,
when I had excursion or vacation, I have to be willing to carry my prayer attributes along the holiday and I have to use a proper public space to do so, believe me, you also can definitely be whole-hearted during praying and I would love to do that.
Hence, another thing that I can “take away” from this case is, respectfulness. Menghormati aturan yang berlaku sambil mencari tempat lain untuk beribadah atau bahkan pulang ke rumah adalah win-win solution yang saya dapat lakukan tanpa perlu menyalahkan situasi dan sebuah keharusan (eg. Gimana si! Mereka harusnya aware dong banyak International Student termasuk muslim disini dan sebagainya) (8th Takeaway)
Therefore, menjadi minoritas mengajarkan saya nikmatnya menjadi seorang muslim dan toleransi beragama (9th Takeaway) karena bukankah Allah berfirman agar setiap Muslim berperilaku baik kepada umat beragama lain selama tidak ada sangkut pautnya dalam agama (QS. Al- Mumtahanan: 8-9).
On the other hand, how about meals? I always cook everyday dan sengaja nyari kos-kosan yang ada dapur nya biar bisa masak sendiri. Karena, menurut https://id.rti.org.tw/news/view/id/29293 mayoritas penduduk di Taiwan maupun Tainan khususnya, menganut agama Buddha dan Taoisme dan oleh karena itu, jangan heran mereka menjual berbagai olahan dan makanan yang berbasis non-halal ingredients even though there are still various vegetarian’s food stalls or restaurants yang sesekali menjadi alternatif saya untuk membeli makanan apabila berada diluar rumah. Selama karantina, saya disuguhkan dengan makanan vegetarian dengan cita rasa Taiwanese yang sangat kental, Yup!
“ I would say, its full of “gingery”, no salty, no msg, no sweet, no spicy, a lil bit sour” yup, its plain and its far from tasteful, in my opinion, because basically, I have a strong “Indonesian” appetite. Unfortunately, I really enjoy it because if you don’t try a local cuisine, YOU WON’T TRULY BE HERE. Furthermore, my (10th takeaways) is enjoy ur meal eventhough the taste is not suitable for you”
Whereas, in terms of weather condition, Indeed, Taiwan doesn’t have snow (its only on a few parts of it) that we can feel in every district. It is sub-tropical countries which consists of four seasons. Even though it has no snow, the lowest temperatures reaches 7 degree centigrade and the highest will be 14 (pada saat winter). Iya, dried and redness skin, kuku membiru, menggigil setiap kali wudhu, pake air dingin menggigil pake air panas kulitnya ngelupas, moisturized-skin care needed, sering break-out due to unpredictable temperature yang menyebabkan jerawat berkembangbiak lebih banyak dari biasanya dan kalo mau goreng kerupuk susah matengnya. However, tinggal di negara 4 musim mengajarkan saya banyak hal,
salah satu nya mengajarkan saya betapa senang dan bersyukurnya ketemu sinar dan panasnya matahari,
dan malah selalu curious dan merutinkan pengecekan ramalan cuaca.
“kapan ya panas lagi?” (yang dulu di Indo sering ngeluh, ga mau keluar karna panas, takut tanned dan harus payungan).
continued...
0 notes
qwertyeye · 4 years ago
Text
Can I take away?  你们要外带什么?#last
...Hal menarik lainnya yang saya temukan di Taiwan, khususnya di Tainan, adalah well-managed rubbish which consists of three categories based on disposal container such as Organic (wet garbage), General (plastics, paper etc) and Recycled (glass bottles, cups, lunch paper boxes, straws. One thing for sure, prior to throw it away, it should be cleaned) waste. (11th takeaways),
Harusnya Indonesia juga bisa punya “Waste Management” seperti ini. Hal ini menyebabkan saya “Always having a second thoughts when making a purchase for meal or drink” (12th takeaways). “Kalo bungkus, ntar buang sampah nya dimana ya?”
Setelah beberapa minggu tinggal disini, pertanyaan yang selalu timbul sebelum membeli sebuah makanan ato minuman yang dibungkus adalah “ntar buang sampahnya dimana ya?” fyi tong sampah umum sangat jarang ditemukan disini dan jalan satu satu nya memang harus dibawa pulang dan menunggu truck sampah yang datang di hari yang telah dijadwalkan. Di tempat saya ada truck sampah yang mempunyai 2 containers untuk masing-masing jenis sampah dan truck ini akan berkeliling untuk mengumpulkan sampah 3 kali dalam seminggu. 
Hal menarik lainnya adalah Taiwan Receipt Lottery, sebuah undian legal yang dikelola langsung oleh Ministry of Finance di Taiwan dan bekerja sama dengan convenient stores, sistemnya seperti lucky draw, diundi setiap dua bulan sekali dan bisa di-claim di convenient store terdekat.  Iya, menariknya karena semua orang termotivasi untuk keep their own receipt after making any purchases (mau seberapa pun jumlah belanjaannya, dan belanja dari toko kelontongan pun bisa diperhitungkan), jadi ga ada alasan untuk membuang receipt setelah berbelanja.
Tumblr media
In according to aceh.tribunews.com (2014), tujuannya adalah agar pembeli berlomba-lomba berbelanja di dalam negeri dan doyan mengumpulkan bukti pembayaran saat berbelanja agar jumlah pedagang yang menghindari pajak dapat dikurangi dan penerimaan dari sektor pajak meningkat. Hal ini terbukti dari meroketnya penerimaan pajak hingga 75% di tahun 1951 saat program ini pertama kali diluncurkan.
Berbeda sedikit dari Indonesia, agak mirip, ada beberapa dari penggiat usaha yang menerapkan system points tapi mungkin kelemahannya, system point ini tidak ada fixed date nya, kapan bakalan diundi yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak mengindahkan penawaran semacam ini. Saya sangat berharap, Indonesia punya kebijakan yang lebih baik dan lebih sesuai mengenai hal ini.
In summary, (sejujurnya ga tau mau mengakhiri dari mana, tapi ya sudah)
Mimpi itu butuh proses dan mimpi itu harus menunggu…
That is the all of my 12-takeaways, I strongly believe that, there is nothing wrong for those who have a dream although some people argued that, don’t put your dream too high if you don’t wanna feel how hurts the fallen it is.
Cheers~~
Notes:
Maafkan tulisan saya yang ide nya ngeloncat-loncat dan jauh dari sebuah koherenitas. Saya disini hanya ingin berbagi dan tidak ada maksud lain dibalik itu, semoga dapat mengambil pelajaran dan perspective lain dari cerita saya diatas. Karena, jujur, sebelum saya berangkat ke Taiwan, saya sangat membutuhkan tulisan dan cerita orang. Harapan saya, secarik tulisan ini dapat membantu teman-teman yg ingin melanjutkan studi nya di Taiwan. Gluck!
1 note · View note