radhiyahamid
radhiyahamid
Turning points of life
130 posts
Milestone 
Don't wanna be here? Send us removal request.
radhiyahamid · 6 years ago
Text
Studi di Luar Negeri (1) how to keep istiqomah?
Tidak sedikit orang-orang di sekitar saya yang masih bertanya-tanya saat saya membuat keputusan untuk lanjut kuliah S2 di luar negeri pula. Buat apa perempuan belajar tinggi-tinggi dan jauh-jauh? Yakin nanti di sana iman dan pergaulannya bisa terjaga? Atau tanggapan-tanggapan lainnya seperti “wah kuliah di luar negeri, pasti pergaulannya jadi bebas, pemikirannya jadi liberal, ngerikk.”
Well, hidup dan belajar di negeri minoritas muslim apalagi jauh dari keluarga memang banyak tantangannya, dari segi beribadah, makanan halal, culture dan pergaulan. Maka dari itu sebelum memutuskan studi di luar negeri, saya sudah mengobservasi negara dan kampus tujuan terlebih dahulu. Dan dari semua target negara dan kampus , Alhamdulillah Allah memberikan Wageningen University, Belanda untuk saya menempuh studi master yang memang merupakan keinginan saya.
Alasannya, Belanda adalah negara eropa yang terkenal “muslim friendly”, tiap kota insyaaAllah ada masjid dan supermarket/restoran halal juga toko asia termasuk di Wageningen. Di Wageningen sendiri, mahasiswa Indonesia lumayan banyak, jadilah komunitas muslim Indonesia di Wageningen ini sangat terasa. Ada pengajian bulanan, kajian 2 pekanan bahkan kajian pekanan, cukuplah untuk menjaga iman  yang sering naik turun ini.
Sebelum memutuskan berangkat, saya juga sudah menghubungi teman-teman yang sudah ada di Wageningen. Saya menanyakan beberapa hal, termasuk apakah berpakaian syar’I dianggap aneh di sana, apakah akan mengalami kesulitan atau diskriminasi dalam perkuliahan dan pergaulan, bagaimana dengan sholat?  Dan kesimpulan yang saya dapat, Wageningen, insyaaAllah bisa membuat saya tetap menjadi muslimah yang istiqomah. Semakin mantap lah hati saya melangkah.
Untuk jurusan dan spesialisasi master yang saya pilih adalah jurusan yang  cukup aman  bagi muslimah, dengan kata lain saya memilih spesialisasi studi dan course yang tidak mengharuskan saya studi lapangan atau excursion.  Kenapa saya bilang aman? Studi dilapangan mengharuskan kita berpakaian lapangan (seperti celana, kaos, boot) dan sangat memungkinkan untuk berhari-hari di lapangan bercampur baur laki-laki dan perempuan. Jadi untuk menghindari hal tersebut, saya  memilih course yang di laboratorium saja, cukup aman dengan berpakaian baju lab yang kelonggaran itu. Hehe…
Eits, ternyata di laboratorium pun banyak tantangannya. Saat praktikum, biasanya kita bekerja berpasangan-pasangan, dan pemilihan pasangannya random. Duh, somehow ini bikin deg-degan juga, tapi tenang guys, kekuatan doa itu nyata adanya! Doaku, Ya Allah semoga dapat pasangan kerja yang cewek, rajin, dan pintar. Haha, komplit kan. Dan Alhamdulillah selama satu tahun mengambil course, saya tidak pernah berpasangan dengan laki-laki. Bahkan grup proyek besarku (Academic consultancy training) adalah cewek semua. Hanya saja, qadarullah saya mendapat supervisor thesis seorang laki-laki paruh baya. Ya gak papa sih, lumayan untuk menghindari drama baper yang biasanya terjadi di antara wanita. hehe
Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah, doa ini juga makbul dalam proses kehamilan dan persalinan saya. Selama proses tersebut, saya sama sekali tidak pernah ditangani oleh laki-laki, mulai dari bidan, dokter, radiolog, suster, sampai petugas administrasi sekalipun. Kabar baiknya, di sini kita diperbolehkan memilih dokter laki-laki atau perempuan sebagai private general practionernya kita.
Bagaimana dengan sholat? Sholat bukan lagi hal yang asing di kampus Wageningen sendiri karena komunitas muslim yang cukup banyak. Ada ruangan khusus yang layak (seperti musholla) di salah satu gedung buat kita sholat berjamaah. Jika waktu mepet, saya biasa sholat di tangga darurat, silence room, atau kelas kosong. Lucu kadang kepergok sholat di tangaga darurat, tapi toh mereka tidak peduli. Wkwk. Untuk wudhu, amannya jika tidak ingin susah mengangkat-ngangkat kaki di wastafel toilet, jagalah wudhu dari rumah, kalaupun batal di kampus, bagian kaki bisa cukup di usap-usap saja (mengingat kaki juga adalah aurat wanita). Menjaga wudhu menurutku sangat penting, apalagi untuk cewek kadang makan waktu lama hanya untuk wudhu saja, belum kalau harus wudhu di wastafel (btw, di sini toilet kering ya) yang kadang bikin toilet jadi becek, alhasil harus ngeringin dulu kan.  Disamping itu, waktu break di tengah kuliah hanya 15 menit, kalau sudah ada wudhu, bisa langsung lari cari tempat buat sholat. Anyway, kalau kita minta izin buat sholat ke dosennya, mereka juga bakal ngerti kok, jadi jangan ragu buat minta izin keluar atau izin telat (mengingat kita juga harus menjaga adab terhadap guru, ye kan).
Makanan Halal? Tenang kita tidak akan mati kelaparan karena kesulitan mendapatkan sumber makanan halal di Belanda khususnya di Wageningen. Konsekuensinya kita memang harus lebih berhati-hati terutama ketika berbelanja di swalayan umum, cek ingredientnya, cek EU codesnya. Nah kalau di swalayan halal, insyaaAllah semua produknya aman. Daaann, demi murah dan halal, usahakan memasak sendiri guys! Pernah juga sih ditawarin makanan gitu sama teman-teman bule, jika ragu ya di tolak aja, mereka tidak akan tersinggung insyaaAllah. Atau ada kumpul-kumpul masak-masak gitu sama temen-temen, bisa diusahakan, kita menawarkan diri untuk berbelanja, jadi bisa memastikan kehalalan makanan kita.
Oke sepertinya itu dulu yang bisa saya share dalam tulisan kali ini. Kuliah keluar negeri memang banyak godaannya, tapi sungguh saya menyaksikan sendiri bagaimana kuliah di luar negeri menjadi jalan sebagian mereka mendapatkan hidayah, berhijrah. Ada yang dulu di Indonesia, jarang ke majelis ilmu, sekarang bergitu bersemangatnya menuntut ilmu agama. Ada yang dulu belum berpakaiannya syar’I, sekarang sedikit demi sedikit mulai memakai rok, bahkan gamis hingga akhirnya jilbab menutupi dada. Alhamdulillah. Terkadang, menurut pengalaman saya pribadi juga, menjauh dari zona nyaman itu membuat kita lebih mengenal diri sendiri dan sang pencipta, lalu kemudian menyadari tidak ada yang dapat kita bergantung kepadanya  selain Allah.
Saran saya sebelum memutuskan untuk berkuliah di luar negeri bukan hanya mempertimbangkan rangking universitas atau keindahan keelokan negaranya, tapi yang paling penting adalah lingkungannnya yang kiranya akan sangat berpengaruh pada iman dan keistiqomahan kita.
Ini adalah kali kedua saya merantau, salah satu motivasi untuk terus menjadi baik selama di perantauan adalah kedua orang tua saya, terutama Aba saya (yang sebelum menikah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas saya) yang selalu mendukung penuh pendidikan saya baik moriil maupun materiil, yang menaruh penuh kepercayaannya kepada saya di saat yang lain menyangsikan keputusan saya untuk bersekolah ditempat yang saya inginkan. Dan mungkin, saya bisa bilang bahwa Aba adalah orang yang paling terdepan mendukung cita-cita saya untuk menuntut ilmu setinggi mungkin di tempat yang terbaik. Yang kedua tentunya setelah menikah (menempuh studi S2 ini), adalah suami saya, yang saya tau pengorbanannya melebihi siapapun, yang hak-haknya sebagai seorang suami sering terabaikan selama masa studi saya. Bayangkan saja, kalau kita tidak terus mencoba untuk menjadi baik dan malah menabung dosa selama di perantauan, akan sangat mungkin kita menyeret mereka ke neraka, tega kah? (Naudzubillah)…
Musim Semi Wageningen, 8 Juni 2019
7 notes · View notes
radhiyahamid · 6 years ago
Text
don’t ask unless you can help
What I am experiencing right now makes me realize, that it is true, we must not judge, guess, prejudice the others regardless of the reason. In the past I always looked disagreeable, living LDR with my partner, leaving my children with other people, including my own parents, until I had to face this choice. We never know how long someone has to fight with their feelings and then arrive at a decision that we think is not ideal, we don't know how many tears, sacrifices, maybe even insults that (S)he received. We never know, as (S)he tortured him/her with those decisions. I also learned a lot about how to maintain the feelings of others by not asking questions that they would not want to discuss unless I was sure I could help them. Yes, sometimes we just want to know other people's business
Wageningen, 21 May 2019 
1 note · View note
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Menyambut hadirmu (part 1)
Oke tulisan ini lanjutan dari 'Menanti hadirmu' Jadi setelah Zhafira meluncur, dengan sigap mbak bidannya nangkap. Bidan dan susternya bersorak pelan, Kak Akhyar masih setengah terisak sedangkan saya hanya diam, tidak menangis juga tidak tersenyum, ada perasaan aneh yang becampuk aduk yang menyusup kala itu. Saya kemudian berpindah ke tempat tidur, saat sudah berbaring kak Akhyar memotong ari-ari, Zhafira di letakkan di dada saya untuk mendapatkan kehangatan (skin to skin) dan inisiasi menyusu dini. Zhafira kecil menggeliat geliat di atas dada saya, sesekali ia tampak mulai belajar mengisap... Bidan kemudian memberikan suntikan di pangkal paha guna memicu kontraksi agar plasenta di dalam rahim keluar dengan bersih. Oo ternyata belum sampai di situ prosesnya. 10 menit setelah plasenta keluar, dan bidan serta suster baru yang telah berganti (karena yang satu shiftnya sudah habis) istirahat sejenak, pemeriksaan perinium dilakukan, ternyata lumayan besar juga robekan yang terjadi sebab saat di jalan lahir, kepala Zhafira agak miring jadilah robekan perineum ada di luar dan di dalam (saya juga bingung waktu bidan ngejelasin) Sebelum di jahit, bidan memberikan anastesi lokal. Dengan Zhafira masih di dada, proses penjahitan berlangsung kurang lebih 10 menit. Enggak sakit sih... Tapi ngeri aja lihatnya dan ternyata sakitnya pasca anastesinya hilang...hikss.. Zhafira masih berlumuran darah dan licin, tanpa dibersihkan (bayi baru lahir tidak dimandikan setelah 3 hari di sini), Ia diperiksa suhunya, anggota badan dan gerak refleksnya. Alhamdulillah semuanya normal. Zhafira langsung di kenakan baju dan Ia langsung tertidur karena kecapekan juga. Dan saya baru tau kalo bayi baru lahir memiliki simpanan cadangan makanan sehingga ia gak perlu menyusu selama 24 jam dan lagian ASI saya juga belum keluar. Setelah bayi tidur, saya lalu dimandikan oleh suster, saya memilih di lap lap aja, dibersihkan darahnya dibandingkan kudu ke kamar mandi buat shower... Rasanya lega banget habis berganti pakaian dan kamar dibersihkan... Saya merasa sangat lapar, Alhamdulillah punya cadangan kurma dan Lia sangat berbaik hati memasakkan bubur... Jam 8 bidan pulang, suster masih di rumah menjelaskan beberapa hal kepada saya dan pulang sekitar jam 9 malam. Usai pukul 10, tidurlah kami bertiga di kamar untuk kali pertamanya meskipun Zhafira bobok di baby box. Alhamdulillah ia tidak rewel jadinya saya (dan suami) bisa istirahat full, hanya sekali ia menangis karena BAB (untuk pertama kalinya) tapi sayangnya dia tidak pipis dalma waktu 24 jam kemudian.....'bersambung' Wageningen, 8 Oktober 2018. Ditulis saat Zhafira tidur dengan nyenyak di bawa sinar matahari.
1 note · View note
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Menanti hadirmu (part 2)
Jam 5 sore saya sudah terbaring lemah di tempat tidur dengan sisa sisa kekuatan yang ada. Pembukaan telah lengkap, saatnya memasuki proses akhir dari persalinan, mengejan. Sebelumnya, saya bilang ke bidan bahwa saya ingin ke rumah sakit saja. "we don't have time, it is too late!"...kalo begitu beri saya painkiller, melasku. " no. You are not allowed, it is also too late. I believe you are strong, you will see your daughter soon"... Hiks saya kembali menangis tapi kali ini tanpa air mata. Yang bisa saya lakukan adalah terus berpikir positif dan mengatur nafas dengan baik. 
 Bidan Conny menjelaskan bagaimana cara mengejan, tiap kontraksi datang saya diharuskan mengejan sekuat tenaga. Selangkangan di buka lebar lebar, kaki diangkat, dirapatkan ke perut dengan tangan yang menahannya (sulit menjelaskannya dengan kata kata, hehe)... Saat kontraksi datang, kali ini tidak sakit sakit banget, tapi saya merasakan nyeri di miss V saya, ada dorongan yang amat kuat di sana, kata bidan, kepalanya sudah kelihatan!, Kasur sudah dipenuhi darah, beberapa kali alasnya di ganti. Tapi si baby girl belum juga keluar. Bidan dan suami terus memberi encouragement dan doa tentunya. Tiap saya mengejan, "push push push" bidan memberi arahan sembari membantu kepala bayi menemui jalan lahirnya dengan kedua tangannya sedangkan bu suster sesekali memberi handuk hangat untuk mengompres bagian selangkangan saya. Alhamdulillah bisa mengurangi nyeri yang saya rasa.
 Karena bayi tak kunjung keluar, bidan menyarankan untuk menggunakan birth chair, semacam kursi toilet gitu. Saya kemudian duduk di birth chair yang di letakkan di lantai samping tempat tidur. I thought it was easier, kayak mau buang air besar. Sekitar 5.30 saya mulai ngeden lagi, kak Akhyar di belakang saya terus beristighfar sambil terisak isak, sampe sampe bidannya nanya "are you okay?" ..haha.. Seterharu itu dan terus memohon kepada Allah agar dedek bayinya segera lahir. 
Dan di jam 18.09 saya ngeden sekuat tenaga hingga ada seperti air bercampur darah segar menyemprot keluar diikuti rasa seperti sesuatu yang licin berlendir meluncur yang ternyata adalah putri kecilku, bayi merah dengan berat 2.8 kg...alhamdulillah!
Wageningen, 23 Sept 2018. Ditulis sambil mengASIhi baby Zhafira
0 notes
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Menanti hadirmu (part 1)
Pagi hari tanggal 21 September 2018, dua hari setelah kepindahan kami ke apartemen baru yang cocok untuk family, bertepatan dengan hari raya idul adha di Belanda, saya melihat bercak darah berlendir di celana saya, saya pun setengah kaget. Apakah hari ini? Mengingat hpl saya tinggal empat hari lagi dan besoknya saya dijadwalkan untuk kontrol di klinik bidan. Saya pun tidak jadi mengikuti sholat ied pagi itu. Tidak lama kemudian saya mulai merasakan kontraksi yang tidak biasanya. Ya Allah, betapa deg deganya saya saat itu, banyak mendengar betapa sakitnya proses menanti buah hati terlahir ke dunia. Namun Alhamdulillah saya masih sempat makan pagi juga makan siang, cuci piring dan bersih bersih rumah. Menjelang jam 12, kontraksinya semakin intens kira kira sekali dalam 10 menit. Saya meminta suami memijit punggung saya sambil menangis. Saya coba untuk tidak terburu buru menelpon bidan. Tunggu sampai kontraksinya 5 menit sekali, kataku. Jam 2, saya sholat dhuhur setelah akhirnya menelpon bidan untuk datang ke rumah. Saya sholat sambil menahan sakit yang luar biasa, sampai saya sudah tidak bisa sujud dengan sempurna. Bidan muda bernama Conny dari de Bakermat Verloskunde datang sekitar pukul 3. Pemeriksaan pun dilakukan untuk mengecek pembukaan berapa. Dan Allahhuakbar, rasanya sakit sekali dan ternyata sudah pembukaan 7. "it will happen today, the delivery. We can do it at home." kata bidannya dengan semangat senyuman, sedangkan saya semakin meringis tak karuan. Menunggu pembukaan lengkap, saya coba untuk berjalan jalan di dalam rumah sambil terus dipapah suami, setelah capai juga rasanya mandi air hangat sekitar sejam di kamar mandi. Mandi air hangat, berjalan dan atur nafas cukup mengurangi nyeri yang saya rasakan. Sungguh sakitnya sempat buat saya kepikiran agar Allah cabut nyawa saya saat itu saking gak tahannya dengan kontraksi yang semakin kuat. Saya terus berzikir dalam hati, untuk mengeluarkan suara saya sudah tidak sanggup. Suami, bidan dan suster (kraamzorg) yang baru saja datang juga Lia menjadi saksi perjuangan saya kala itu, meringis menahan sakit, berganti ganti posisi, juga mencengkram tangan kak Akhyar. " sampai kapan sakitnya ini?" tanyaku ke bidan. "it might be until six oclock." padahal waktu itu baru setengah 5. Allahu... Jam 5 sore saya kembali ke kamar menuju tempat tidur yang sudah dilapisi plastik sedemikan rupa guna persiapan lahiran, bidan memutuskan memecah ketuban. Sakit yang saya rasakan tidak sesakit pertama kali bidan memasukkan tangannya saat mengecek pembukaan, mungkin karena tertutupi rasa kontraksi. Padahal saya sudah bergidik ngeri melihat bidan hendak memasukkan tangannya dengan sebuah plastik berbentuk jarum ke dalam mulut rahim saya. Sejurus kemudian saya merasakan air hangat merembes dan kontraksi semakin menjadi jadi... Bersambung... Wageningen 21 Sept 2018. Di tulis sambil memangku Zhafira yang genap berusia satu bulan.
0 notes
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Bismillah..
Sudah dua tahun lebih lamanya ya..kita meninggalkan rumah hijau berlantai 3 itu. Masih lekat di ingatan saya, saat-saat terakhir kita melingkar di aula. Kita sharing langkah-langkah yang akan kita tempuh  paska mondok. Saat giliran saya ditanya oleh Ummi, mau akan kemana kaki ini beranjak, awalnya saya ragu untuk menceritakan mimpi saya, takut diketawai, takut diremehin, takut dibilang sok sokan lah dsb. Tapi rasanya kalo cerita di depan ukhtiy sholihah macam kalian, yang ada hanya doa tulus dari bibir dan hati kalian. Maka detik itu saya sampaikan dengan hati yakin namun cengengesan juga sih "saya mau ke Belanda Um" ..nampak beberapa dari kalian mungkin kaget atau mengira saya hanya bercanda...tapi itulah adanya, saya menjawab dengan sepede mungkin, entah bagaimana caranya saya mau itu terwujud, walau rasanya masih sangat jauh..kata orang, mimpi itu harus sering disebut~
Satu tahun berlalu, dengan izin Allah. Sampailah saya pada tahap akhir seleksi beasiswa. Seleksi akhir terdiri dari FGD, menulis essay dan wawancara. Di sana bertemulah saya dengan kandidat yang luar biasa. Ada lulusan luar negeri, juara internasional, ada yg bahasa inggrisnya sudah amat fasih, cumlauder, dan mereka meraka yg sudah bekerja. Sedangkan status saya saat itu adalah jobseeker alias pengangguran (hehe). 
Sambil menunggu giliran wawancara, saya berpikir keras, apa yg bisa saya tonjolkan dari diri saya nanti di hadapan interviewer ya? Saya tidak cumlaude, tidak  pernah menang lomba-lomba selama kuliah, gak pernah jadi ketua organisasi, bukan mapres, tidak punya pengalaman internasional apalagi pengalaman kerja yg wow, bahasa inggris masih terbata bata, I don't have such a great experience! Pengalaman hebat yang saya punya adalah menjadi santri di Rabingah Prawoto dan aktif di lembaga dakwah kampus. Kalau saya hanya ceritanya tentang itu, jujur ada rasa khawatir di cap radikal, atau mungkin fanatik lah bisa juga ekstrimis  dll..apalagi jamannya lagi sinis dengan hal yang seperti itu.
  Segerombolan pewawancara mulai berdatangan ke lokasi wawancara. Mata saya menangkap, seorang Ibu mengenakan jilbab lebar (satu-satunya) yang kemdian saya tau beliau adalah dosen UAD dan seorang bapak-bapak dengan kopiah. Spontan saja saya berdoa, Ya Allah semoga yg wawancarai saya adalah dua orng itu.. Dan...benar saja ..sesaat saya ditunjukkan meja wawancara saya..saya mendapati dua sosok itu plus satu bapak dosen Unpad bersiap mewawancarai saya. Ya Allah..engkau maha mendengar.. Terharu!..dari sana muncul lah kepedean saya untuk menceritakan hal hal yg saya lakukan selama di pondok, perjuangan saya, apa yang saya lakukan di LDK UGM.. That's all,.. Saya tidak menceritakan pengalaman mengabdi di pulau terpencil atau pengalaman saya di luar negeri ikut exchange (karena memang sy tidak punya)....
Maha besar Allah.. And, Here I am.. Caterpillar in the tree, How you wonder who'll you be                                      Can't go far, but you can always dream.                                                          Wish you may and wish you might,                                                                
Don't you worry, hold on tight. I promise you there will come a day.....Butterfly...fly away.
 Wageningen. 21.00 CET. 1 April 2018
0 notes
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Menyederhanakan Bahagia
Pagi itu seperti biasa, setelah memarkirkan sepeda di rak sepeda samping halte, saya berdiri menunggu bus 84 dengan kaki dan tangan terus bergerak-gerak untuk menjaga agar saya tetap hangat. Udara musim dingin memang membuat mood saya naik turun.  Ya Allah kapan winter yang buat kuping terasa sakit, hidung berdarah, sakit kepala, kulit gatel-gatel karena kering , segera berakhir, padahal udah tengah Maret? Melasku dalam hati.
Beberapa orang berdatangan menunggu bus di halte, ingin kusapa namun rahang saja susah digerakkan buat senyum.  Bus 84 datang. Saya naik dengan muka kaku, ngetap kartu di mesin, dan tak kusangka drivernya menyapa saya dengan senyum “Assalamualaykum”,  spontan saya senyum dulu lalu kemudian membalas salamnya. Dan sepanjang perjalanan menuju kampus, hati saya sebahagia itu.
Salah satu alasan saya selalu ingin merantau adalah karena merantau membuat bahagia menjadi begitu sederhana, membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa#1…
Sekarang saya bahkan bisa seneng banget lihat di weather forecaster, kalau besok suhunya bakal 8 derajat. Yeay Alhamdulillah hangaaatttt… sejak kapan coba 8 derajat celcius itu hangat? “))
Wageningen|19 March 2018| Radhiyah Hamid
2 notes · View notes
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Sebulan di Wageningen
Yeay, tulisan pertama di Belanda. Akhirnya nulis juga setelah banyak yang penasaran, hehe…
Hidup sebulan di kota Wageningen ini cukup memberikan gambaran kehidupan dan kebiasaan orang-orang Eropa. So far, saya menyukainya, cuma kurang suara azan aja nih, dan suara langkah-langkah orang-orang ke masjid.
Kota Wageningen adalah salah satu kota kecil di provinsi Gelderland, yang bisa dikelilingi seharian dengan bersepeda. Kotanya mirip-mirip desa gitu, tapi kekotaan karena fasilitas dan apa-apa juga lengkap di sini (kecuali stasiun kereta api), biaya hidup lebih murah. Ada banyak tanah lapang, hutan, gak ada mall, danau, gak macet, sepi dan damai. Sejauh ini gak ada masalah dengan kondisi seperti ini but somehow, kangen juga dengan keramaian Jogja dan Makassar.
Minggu-minggu ini adalah minggu terdingin selama saya tinggal disini (berkisar minus  1-10, feels like minus 16). Kukira winter bakal segara berakhir setelah melihat bunga-bunga pada bermekaran, ternyata tadi pagi saya lihat, bunganya kembali layu. Ini yang paling saya gak tahan sebenarnya, dinginnya membuat kulit saya gatal-gatal, luka, dan merah-merah. Kering dan perih. Hidung juga jadi kering, bleeding dan sulit rasanya bernafas dengan normal, kepala pusing. Winter ini semakin menidaknyamankan karena angin Belanda yang super kenceng, membuat saya oleng. Biasanya kalo dingin-dingin begini, saya akan kebayang bakso, soto, atau indomie kuah lah, tapi itu hanya khayalan belaka, realitanya tiap hari saya makan roti, telur dan keju.
Saya tinggal di daerah Haarweg, jarak 3 Km lebih dari kampus. Housing saya ini mirip container, perkamar gitu, jadi gak ada koridornya. Di dalamnya udah lengkap kamar mandi, kulkas, kompor, dapur dll. Agak mewah memang, ini sebulan harga sewanya 415e (all includes), setara 7jtan (mahal banget kan). Saya lebih memilih kamar dengan private facilities ketimbang shared, soalnya housing disini kan campur cewek cowok, agak risih juga kalo harus shared, jadilah saya dapat kosan yang agak jauh dan mahal.
Jarak tempuh ke kampus Wagenigen Univesity and Research dengan sepeda 12 menit untuk dutch yang dari kecil naik sepeda, sedangkan untuk saya yang terbiasa kemana-mana motoran, bisa jadi 20 menit lebih. Karena kondisi lagi berbadan dua, saya kadang hanya naik sepeda sampe halte 5 menit, atau jalan kaki 10 menit.. trus naik bus (ini juga mahal, sekali jalan 1.3e), saya gak kuat dingin sama anginnya. Naik sepeda dua menit ngos-ngosan. Jadi ingat jaman semester 1 waktu masih pake trans jogja yang haltenya jauh dari kosan, atau jaman SMA yang turun dari angkot harus jalan kaki baru nyampe rumah, atau jaman SD yang pulang balik jalan kaki. Untunglah saya cukup kuat kalo hanya sekedar berjalan kaki di tanah datar, Alhamdulillah.
Naik  bus lumayan enak, hangat, cepet, tapi ya itu harus estimasi waktu nunggu bus di halte juga, jadi kadang saya start dari kamar, satu setengah jam sebelum masuk kuliah. Sampe di kampus, saya cari mesin minum untuk menghangatkan diri, saya beli coklat atau teh (harga 0.4-0.6e). Untuk lunch, karena saya gak sempat masak, saya biasa pesen catering sama istri mahasiswa PhD yang usaha catering gitu, atau beli di karadaq, satu-satunya resto turki di lingkungan kampus dan halal. Saya mengeluarkan uang untuk lunch 3.5-4e, lumayan, ini saya bagi dua sekalian untuk dinner. Untuk minum, tinggal bawa botol minun aja, cukup diisi pake air kran. Sebenarnya saya ngerasa ini agak boros, tapi ya mau gimana lagi daripada sakit dan gak nyaman.  
Haarweg ini begitu sepi, sesama tetangga, kita gak saling temu karena toilet dan dapur sudah punya masing-masing di kamar. Keluar kamar, langsung liat langit. Sebenarnya saya gak terbiasa hidup dilingkungan seperti ini, biasanya dulu waktu S1, hidupnya penuh kebisingan di kontrakan atau di asrama, yang apa-apa yang saya lakukan pasti ketahuan sama orang lain, ada yang ngerecokin dan lain-lain. Tapi gak papa, hidup kan berputar. Namanya juga perantau perjuangan.
Saya sukanya di sini, semuanya serba mandiri dan mengandalkan kejujuran. Apa-apa self-service, foto kopi, isi bensin, bayar parkir, pas photo, tap kartu kereta/bus, belanja di supermarket, mompa sepeda, menabung di bank, membersihkan meja makan di resto, ya semuanya akan kamu lakukan sendiri dengan bantuan teknologi. Pertama kali datang, saya juga banyak katroknya. Haha...ya ampuun, negeriku begitu jauhkah kita tertinggal?
Enaknya disini, udah pake bilingual, jadi gak bingung masalah bahasa, dan orang-orang pada ramah, suka menolong, dan cuek aja gitu ngelihat muslimah-muslimah berjilbab lebar atau baju kita aneh dan gak match. Malah kadang  yang di indo, ada yang sampe lihatin dari atas sampe bawah, di sini mah orang cuek-cuek aja.
Udah dulu ya, kapan-kapan mungkin saya akan nulis tentang perkuliahan di WUR atau system kesehatan di Belanda khususnya pengalaman hamil di Belanda. Semoga ada kesempatan, InsyaAllah, btw, dua minggu lagi exam week soalnya.
2 March 2018|Haarweg 333-Wageningen|RM Hamid
4 notes · View notes
radhiyahamid · 7 years ago
Text
Saat Kamu Menggenap
May you always have plenty Your glass never empty And know in your belly You’re never alone   May your tears come from laughing You find best friend worth having With every year passing He means more than gold   May you win but stay humble Smile more than grumble And know when you stumble You’re never alone
 27 Januari 2018, aku duduk terdiam melihatmu yang sehari-hari acuh terhadap penampilan kini berdandan cantik dalam balutan kebaya putih, menggenggam tangan Ibumu sembari mendengar syahdu, perjanjian suci oleh dia yang kala itu menjabat erat tangan bapakmu. Suasana di ruang tamu mendadak haru, barisan sahabatmu berkaca-kaca (mungkin juga baper, merindukan sebuah pernikahan hehe). Perasaanku mungkin persis saat dirimu juga menjadi saksi hari besarku dua bulan lalu. Hadirmu membawa keyakinan bahwa dialah insyaAllah yang terbaik untuk membimbingku di dunia hingga ke syurga.
Time is flying. Rasanya gak nyangka ya mbak, dari dulu kita berdua bermimpi untuk bisa nikah dekatan waktu, dan aku ingat kamu adalah orang yang kali pertama nangis, tau aku mau nikah. Mungkin sedih karena bentar lagi duniaku akan beda, sudah jadi milik orang lain. Namun justru aku malah senang, karena aku yakin kamu juga bakal segera menggenap. Dan ternyata benar, gak nyampe dua bulan, kamu kemudian menggenap dan jujur sedih juga kamu sekarang udah jadi milik orang lain (hiks-untung aku udah nikah duluan. Hahaha)
Bagi yang sedang membaca tulisan ini, semoga bisa semakin percaya akan kekuatan doa dan betapa maha adilnya Allah. Kalau ingat kisah kami berdua, rasanya air mata pengen meleleh terus, betapa besar nikmat Allah pada kami. Mulai dari kita berjuang bersama di Pare. Pada mulanya Mbak Arih yang  ingin segera  menikah, malah dapat kesempatan S2 duluan dengan beasiswa pada September 2017 kemudian menikah pada liburan semester pertama, Januari 2018. Sedangkan aku yang tahun itu menargetkan S2 dulu baru menikah, Allah takdirkan bertemu dengan si dia dan menggenap pada bulan November 2017 dan menyusul kemudian S2 dengan beasiswa pada bulan Februari 2018. See, Allah is the greatest and the best planner.
Untuk Saudariku Arih Afra Inayah, selamat melipatgandakan kebaikan bersama Mas Hendrik.
…barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khoir…
 “By Allah, may He strengthen the sakinah wa rahmah we have for each other for the efforts to love and make our spouse happy and feel loved. I pray that we will be granted happiness by making them happy. And may jannah be the resting place, for us, with our soulmate 🌷 insyaAllah.”
 6 Februari 2018. Salamku untuk langit Jogja.
miljoen knuffels en kusjes uit Wageningen!
8 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Text
How Lucky I am to be owned by you You are the proof of how beautiful look and heart can be You are the harmony of the song I sing About the light and darkness of my life You are the most beautiful form thats show how good God is to me Time can not define your beauty You're the greatest woman for me Should I say " happy mother day"?
3 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Text
Kamu, tak tergantikan. Juaraku!
Untukmu yang hari ini menggenapkan separuh dien nya Untukmu yang hari ini bersiap menjemput sakinah, ma waddah wa rahmahNya Untukmu yang hari ini bersiap melepas masa berbakti pada kedua orangtua Masih teringat jelas mimpi mimpi kita yang pernah kita utarakan, Masih teringat jelas coretan doa mimpi dan target kita di dinding kos jalan Magelang, Masih teringat jelas obrolan obrolan bermanfaat kita tentang impian di masa depan dan Masih teringat jelas bau khas Jogja, Bandung dan Pare sehabis hujan ketika kita sering memutuskan berkelana membeli makan. Sungguh keterhijaban kita akan masa depan memang membuat kita hanya menggantungkan diri padaNya dan hari ini , hari ini Allah buka salah satu hijab itu, hari ini aku menjadi saksi salah satu mimpimu itu tercoret dari daftar doa doa yang kita langitkan, aku menjadi saksi bahwa mimpi dan doa memang harus senantiasa dipanjatkan dan aku menjadi saksi bahwa kasih sayang Allah kepada hambaNya yang beriman mengucur deras tercurahkan. Terimakasih karena telah kau izinkan aku menjadi saksi perjuanganmu, menjadi salah satu pendengar setia mimpi mimpimu yang kata banyak orang di luar nalar, menjadi orang pertama yang mendengar keluh tangis duka jua bangga dan sukamu, cukuplah kamar 18 pondok Rabingah Prawoto, bandara Adisucipto, stasiun Lempuyangan, stasiun Tugu, stasiun Jombang, Stasiun Kiara Condong, Stasiun Kediri, Trans Jakarta Plumpang, Sidoarjo, jalanan kota Bandung, Bogor, Jakarta, Surabaya, Makassar, Solo, Cilacap, Purbalingga, Pare, Yogyakarta dan masjid masjid indah yang pernah kita singgahi berdua menjadi saksi persahabatan kita, menjadi saksi bahwa Allah karuniakan persahabatan karena iman. Dan kini, kau siap untuk melanjutkan hidupmu dengan dia, ya beliau yang akupun sangat mempercayai tanggungjawabnya, insyaallah. Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama'a bainakuma fi khoir sahabatku, patner syurgaku Radhiyah Mardhiyah Hamid.@radhiyahhamid #titip sahabatku ya mas Akh,, #semoga mimpi umroh kita ber4, dan menjadi tetangga di Jogja kelak, Allah ijabah Makassar, 18 November 2017
3 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Text
InsyaAllah ♡
yang mahal
setiap hari mbak yuna bertumbuh besar, datang pertanyaan-pertanyaan baru untuk diri saya (dan mas yunus) dari diri kami sendiri. di antaranya adalah tentang bagaimana dan di mana mbak yuna nanti akan bersekolah. bertanya ke sana ke sini, berdiskusi dengan banyak ibu, saya memahami bahwa pada akhirnya semua sekolah itu baik–hanya saja, setiap sekolah memberikan pendidikan yang berbeda-beda. pendidikan apa yang ingin kita kenalkan kepada anak-anak? begitulah kemudian sekolah dipilih.
merenung tentang pendidikan apa yang paling mahal, saya akan selalu menjawab kesederhanaan yang berakhlak. bagi saya dan mas yunus, kesederhanaan itu penting sekali. seorang anak yang terbiasa hidup sederhana, menurut kami, akan lebih luwes menjalani kehidupannya sendiri di masa yang akan datang. seorang anak yang terbiasa hidup sederhana, menurut kami, akan lebih piawai menghargai orang lain, menghargai rezeki dan karunia. kesederhanaan dekat dengan sifat senang bersyukur. sifat senang bersyukur dekat dengan kebahagiaan.
kami melihat bahwa di dunia ini, kebanyakan orang yang menjadi besar adalah mereka yang dididik dengan kesederhanaan, bahkan keterbatasan.
seorang anak yang tidak pernah dibelikan mainan oleh orang tuanya, misalnya, tumbuh menjadi anak yang mudah gembira karena apa saja, kreatif untuk membuat dirinya sendiri terhibur, mau berkarya, dan lebih menghargai karyanya sendiri.
seorang anak yang mengalami kesulitan-kesulitan yang dialami oleh orang tuanya, misalnya, tumbuh menjadi anak yang suka menolong. seorang anak yang melihat dan mengalami betapa negeri kita butuh bangkit agar berdaya, misalnya, tumbuh menjadi anak yang mau berbuat.
hampir semua orang-orang yang berhasil di dunia ini, mendapat pendidikan dengan pola yang sama: mereka mengalami dan merasakan masalah di masyarakat. namun, sebelum mereka mengalami dan merasakannya, mereka mendapatkan pendidikan yang kuat terlebih dahulu di keluarga. mereka dididik bukan untuk menjadi anak penurut, melainkan menjadi anak yang punya prinsip–dan berempati.
mas yunus dan saya menyimpulkan bahwa pendidikan untuk anak itu sendiri, harus sederhana. tidak harus anak disekolahkan terlalu dini–malah sebaiknya jangan. tidak harus anak dijejali dengan pengetahuan yang belum saatnya diberikan. sebelum menjadi keren, anak perlu diajarkan untuk menjadi baik. tidak harus anak diberikan semua yang terbaik–ajarkan mereka untuk mendapatkan yang terbaik itu dengan usahanya sendiri.
memang, akan perlu usaha dan tenaga. tapi inilah cita-cita kami berdua. semoga anak-anak kami mengenang masa kecilnya sebagai waktu yang menyenangkan karena membuat berbagai mainan bersama orang tua, alih-alih menyenangkan karena bisa menonton banyak sekali video di youtube.
semoga anak-anak kami mengenang masa kecilnya sebagai petualangan yang seru karena diajak melihat dunia yang sebenarnya: pasar, jalanan, museum, bertemu dengan semua jenis manusia, alih-alih petualangan yang seru karena menjelajahi semua mall, hotel, atau taman bermain saja.
semoga anak-anak kami adalah anak-anak yang senang menghargai karya, gemar mencari ilmu dari buku dan alam semesta, melihat bahwa semua pekerjaan bisa menjadi pekerjaan yang mulia, dan memahami bahwa kelas sosial di dunia sama fananya dengan dunia itu sendiri.
semoga, anak-anak kita semua nanti menjadi orang-orang yang senang bersyukur. bukan bersyukur yang merasa lebih beruntung, melainkan bersyukur yang penuh empati. bukan bersyukur, “alhamdulillah aku bisa makan enak saat banyak orang lain tidak.” melainkan bersyukur, “alhamdulillah aku bisa makan enak. bagaimana caranya agar semua orang bisa menikmati makanan yang sama enaknya?”
791 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Text
Sudahkah kamu bertelur hari ini? :D #PK115 #LPDP #pemudabertelur
*WAHAI PEMUDA MANA TELURMU?* oleh Sutardji Calzoum Bachri
Apa gunanya merdeka Kalau tak bertelur Apa guna bebas Kalau tak menetas?
Wahai bangsaku Wahai pemuda Mana telurmu?
Kepompong menetaskan kupukupu Kuntum mengantar bunga Putik memanggil buah Buah menyimpan biji Biji menyimpan mimpi menyimpan pohon dan bungabunga
Uap terbang menetas awan mimpi jadi sungai pun jadi menetas jadi hakekat lautan
Setelah kupikir pikir manusia itu ternyata burung berpikir
Setelah kurenung renung manusia ternyata burung merenung
Setelah bertafakur Tahulah aku Manusia harus bertelur
Burung membuahkan telur Telur menjadikan burung Ayah menciptakan anak Anak melahirkan ayah
Wahai para pemuda Menetaslah kalian Lahirkan lagi Bapak bagi bangsa ini!
Ayo Garuda Mana telurmu? Menetaslah
Seperti dulu Para pemuda bertelur emas Menetaskan kau
Dalam sumpah mereka (7 Agustus 2010)
1 note · View note
radhiyahamid · 8 years ago
Text
*WAHAI PEMUDA MANA TELURMU?* oleh Sutardji Calzoum Bachri Apa gunanya merdeka Kalau tak bertelur Apa guna bebas Kalau tak menetas? Wahai bangsaku Wahai pemuda Mana telurmu? Kepompong menetaskan kupukupu Kuntum mengantar bunga Putik memanggil buah Buah menyimpan biji Biji menyimpan mimpi menyimpan pohon dan bungabunga Uap terbang menetas awan mimpi jadi sungai pun jadi menetas jadi hakekat lautan Setelah kupikir pikir manusia itu ternyata burung berpikir Setelah kurenung renung manusia ternyata burung merenung Setelah bertafakur Tahulah aku Manusia harus bertelur Burung membuahkan telur Telur menjadikan burung Ayah menciptakan anak Anak melahirkan ayah Wahai para pemuda Menetaslah kalian Lahirkan lagi Bapak bagi bangsa ini! Ayo Garuda Mana telurmu? Menetaslah Seperti dulu Para pemuda bertelur emas Menetaskan kau Dalam sumpah mereka (7 Agustus 2010)
1 note · View note
radhiyahamid · 8 years ago
Photo
Me too ~~~~
Tumblr media
Ada yang rindu sunyinya dunia dari arus informasi? Permasalahan manusia seolah timbul dari masalah yang berulang. Dulu masalah kita adalah kecepatan, sulit berkirim informasi dg cepat. Kini masalah kita juga kecepatan, saat informasi begitu cepat sampai tidak bisa kita tahan lajunya. Laju informasi yang tidak berfaedah, hoax, info ghibah, bahkan banyak yg dengan rela membagi informasi ttg dirinya untuk tujuan-tujuan popularitas. Ada yang rindu sunyinya dunia? Saat distraksi masih minim, saat kita tidak tercederai secara visual, saat kita tidak merasa (seolah2) dituntut untuk menjadi seperti yang disajikan oleh informasi yang kita terima. Ingin rasanya hilang, mencari tempat sunyi. Mendengar nyanyian hati kecil tentang apa yang sebenarnya diri ini ingin katakan. Hidup yang amat sementara ini dilelahkan oleh hawa nafsu. Hidup yang amat sementara ini dilelahkan oleh keinginan-keinginan yang menyita iman dan rasa malu. [Image source : invitetoislam.org]
683 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Selamat Hari ‘Mujahid’
@edgarhamas
Bangunan di Kota Tua Jakarta ini menyiratkan kepada kita sebuah makna. Ia mengangkat sebuah memori pilu tentang betapa kuatnya cengkeraman imperialisme protestan belanda ketika menjajah negeri kita tercinta selama 350 tahun lamanya. Walaupun suku Aceh tidak menerima angka selama itu, sebab mereka lebih kokoh bertahan dan lama tak tersentuh belanda, bersatu di bawah bendera Ulama ‘Amilin yang legendaris.
Belanda datang -seperti kawan baca di buku sejarah- membawa misi besar; Gosspel, Glory dan Gold. Mereka dengan beringas berusaha meruntuhkan entitas Islam di bumi Nusantara karena trauma, Nusantara ini kelak akan sehebat karir muslimin 8 abad lamanya di Andalusia (711-1492 M) yang cerah ketika Eropa gelap, yang superpower ketika Eropa berdiripun tak kuasa.
Sebab 'benteng sosial’ yang mereka hadapi adalah para Ulama yang negarawan, sedang 'benteng politik’ yang mereka risaukan adalah para Sultan besar yang menjalin komunikasi dengan Kekhilafahan Ottoman di Islambul sana. Adapun 'benteng militer’ yang belanda hadapi, di hadapan mereka berdiri satuan-satuan santri yang sekilas pengkaji kitab di mushalla-mushalla, namun jika seruan juang sudah ditinggikan, bambu runcing mereka bisa menghancurkan Tank Perang Dunia II.
Para mujahid telah lahir silih berganti memenuhi lembar sejarah bangsa kita yang gagah. Syiarnya adalah jihad, visi beningnya adalah menyelamatkan manusia dari kekufuran menuju persatuan madani.
Namun sejarah dibenamkan pihak tertentu, sehingga kibaran surban para mujahid seperti dihapus dan dikebumikan.
Di hari pahlawan ini, mesti ada resolusi yang harus ditekadkan para anak bangsa. Apa itu? Benang-benang sejarah yang putus hendaklah disulam kembali dan dipintal sebagaimana mestinya. “Sebab yang tidak memiliki sejarahnya, ia takkan memenangkan hari ini. Yang tidak memenangkan hari ini, akan sulit berjaya di hari esok.”
Caranya adalah, mulailah untuk tidak bercukup diri dengan referensi sejarah yang disajikan justru dari pustaka-pustaka Leiden Belanda. Berekspansilah dalam sudut pandang objektif yang dikupas tuntas oleh para sejarawan muslim berkompeten.
Kelak kita akan berkata 'eureka’ karena ternyata sejarah bangsa kita begitu berharmoni dengan ruh islami.
Kalimat Tuan Erdogan mengakhiri tulisan ini, “jika sebuah bangsa melupakan agamanya, bersiaplah ia dipermainkan bangsa-bangsa lain. Jika sebuah bangsa lupa dengan peradaban yang jadi sebab asal muasalnya, bersiaplah mereka jadi tawanan peradaban lain.”
62 notes · View notes
radhiyahamid · 8 years ago
Text
Namanya Ibu Wawien, dosen muda favoritku semasa S1 dulu. Beliau ngajar fisiologi tumbuhan dkk. Sebagai dosen muda dan mantan aktivis kampus, Ibu ini ngerti banget keadaan mahasiswanya, alhasil beliau sering jadi tempat curhat para mahasiswa, mulai dari masalah akademik, organisasi hingga asmara. Ibunya ramah banget, njowo asli,makanya kita-kita nih santai aja sama beliau, gak segan, apalagi takut untuk hanya sekedar berkunjung ke ruangan beliau buat curhat, beliau juga aktif banget di sosmed, WA jadi cukup mudah untuk mencari keberadaan beliau. Pertama kali kenal dan dekat sama Ibu, sewaktu beliau menjadi pembimbing Kerja Praktek, pokoknya Ibunya bener-bener ngebimbing, bukan hanya sekedar tandatangan,sesibuk apapun beliau. Sewaktu ketika, saya dan temen berkunjung kerumah beliau, waktu bulan puasa, dan emang dasar mental mahasiswa kere, kami datengnya mepet buka puasa (dgn harap dapet ta'jil gratis) dan alhamdulillah Ibunya emang udah nyiapin kita makanan rumah masakan beliau sendiri, juga kami disuguhin es krim (btw, suami beliau kerja di campina). Yang niat awalnya cuma pengen minta ttd, di rumah beliau kami banyak dapet cerita. Bagaimana ketika beliau jadi ketua BEM dulunya, kemudian kerja di Jakarta dalam keadaan hamil, dan akhirnya menjadi dosen di UGM..keren banget lah pokoknya.. ibunya ngasih nasihat untuk selalu menjaga ibadah, bahkan kami dapat bonus gimana caranya cari pasangan yang baik, jadi istri dan ibu yang baik (secara Ibu ini udah punya anak dua ganteng dan cantik gemezz, namanya Oryza dan Orchid, saking sukanya sama Padi dan bunga anggrek)... Duhh jadi kangen Bu,,,
2 notes · View notes