Text
Sampai Bertemu di Pelajaran Pentingnya
Mungkin, akan ada masanya kamu bingung dengan semua hal yang lagi terjadi saat ini. Sementara semua proses itu sedang terjadi dan kamu belum menemukan makna dan pembelajarannya, yang bisa kamu lakukan hanya terus menjalaninya.
Entah bagaimanapun rasanya, bagaimanapun keadaannya. Jalan satu-satunya adalah tetap berjalan ke depan. Meski semua pasang mata menganggapmu sebelah mata, mereka tidak benar-benar mengetahui keadaanmu dan semua pilihan yang kamu miliki.
Satu-satunya orang yang paling tahu ya dirimu sendiri. Semoga dengan berjalannya waktu, meski segalanya terasa jalan di tempat, kamu akan segera menemukan ujung jalannya. Saat kamu mengetahui bahwa segala sesuatu yang sedang kamu jalani saat ini ternyata adalah ujian-ujian penting yang mengembalikan dirimu lagi ke diri yang sebenarnya. Yang selama ini terlalu jauh dari dirimu sendiri. (c)kurniawangunadi
535 notes
·
View notes
Text
Awal tahun ini Khaula harus opname. Aku urus semua sendiri. Rasanya semua biasa saja, bisa saja. Aisha dititip ke kakak ipar, mertua di rumah sehat. Hari cerah, tidak hujan.
Aku kirim kabar ke suami, khaula panas sudah lebih dari tiga hari, hasil cek labnya kurang baik, disarankan opname. Sudah aku urus semua, masih ada waktu untuk pulang ke rumah, packing perlengkapan staycation beberapa hari ke depan.
Tiba-tiba ada wa, "Mas ajukan cuti, malam ini pulang."
Terus aku nangis. Nangis sampai hidung mampet dua-duanya.
Tapi ga tau nangis kenapa. Rasanya setelah itu gak bisa apa-apa, maunya diurusin semua. Hahaha
Oh rupanya kita kuat tu, terpaksa ya. Atau manja karena ada kesempatannya?
Ntahlah.
Yang pasti alhamdulillah setelah itu semua baik-baik saja. Sehat semua.
136 notes
·
View notes
Text
memutuskan
hari ini, saya, kakak ipar, serta adik saya (yang belum menikah) mengobrol tentang keputusan untuk tidak menikah. masing-masing dari kami punya setidaknya satu teman yang memutuskan untuk tidak menikah. kesimpulan kami, memutuskan untuk tidak menikah adalah keputusan yang sama beraninya dengan memutuskan untuk menikah. sama beraninya dengan keputusan untuk mengakhiri pernikahan. atau juga membatalkan pernikahan. bahkan, juga keputusan bertahan.
setiap orang pasti punya alasan, prinsip, dan kepercayaan tentang menikah dan pernikahan. itu semua mendorong munculnya sikap tertentu, keputusan tertentu. namun yang jelas, seseorang boleh disebut berani saat mengambil sebuah keputusan jika dan hanya jika keputusan itu diambil memang karena sebuah keberanian--bukan karena ketakutan.
misalnya... ada orang yang memutuskan untuk menikah karena ingin lari dari kehidupannya. itu keputusan seorang pengecut.
misalnya... ada orang yang memutuskan untuk tidak menikah karena tidak mau hatinya terluka sedikit saja--yang mana pasti ada dalam setiap pernikahan. itu juga bukan keputusan yang berani.
tapi, jangan salah juga. langkah yang berani tidak sama dengan langkah yang nekat. langkah yang berani adalah langkah yang disertai pertimbangan, persiapan, dan penerimaan konsekuensi. langkah yang berani adalah langkah yang tetap memenuhi kriteria aman, baik, dan benar.
dan jangan salah juga. langkah yang berani bukan berarti langkah yang tanpa kekhawatiran. langkah yang berani justru adalah langkah yang sudah khatam mengenal semua kekhawatiran sehingga bisa mengantisipasinya. langkah yang berani justru adalah langkah yang selalu tahu bahwa selalu ada pilihan berikutnya meskipun saat ini kita belum tahu pilihannya apa.
semoga setiap keputusan kita adalah keputusan yang berani.
169 notes
·
View notes
Text
One On One
Diskusi secara personal dengan orang lain di dua bulan terakhir sangat intens, banyak sekali hal-hal baru yang kutemukan, banyak sekali untold stories yang berkelindan. Hidup manusia ini benar-benar seperti perpustakaan hikmah, kita bisa belajar satu sama lain atas cerita hidup yang dilalui seseorang - tanpa harus melaluinya.
Hal yang paling banyak menjadi topik diskusi adalah soal tujuan hidup dan bagaimana caranya bisa menjalani hidup ini dengan bahagia, sebenarnya memang definisi bahagia itu sendiri sangat personal. Tapi, semua sepakat bahwa perasaan bahagia itu adalah perasaan yang bisa dirasakan tidak hanya oleh diri sendiri tapi juga orang lain.
Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang menghalangi mimpi, apalagi di usia 30. Mau 30 atau 30 awal. Saat pekerjaan pertama sudah berjalan sekian tahun, mulai masuk ke fase berkeluarga, mulai banyak peran dan tanggungjawab, dan mulai merasa jenuh dengan kehidupan yang berputar.
Sungguh, tidak semua orang memiliki privilige di umur 30an untuk membuat keputusan-keputusan yang extrem, apalagi saat sudah memiliki keluarga. Saat keputusannya akan berdampak pada pasangan dan anak. Tidak semudah itu resign pekerjaan dan kemudian melakukan perjalanan keliling dunia. Tidak semudah itu mau ganti bidang pekerjaan. Tidak semudah itu menemukan pasangan dan ke pernikahan. Tapi, tidak semudah itu juga menjalani keadaan yang seadanya sekarang.
Dalam beberapa kesempatan, sebenarnya diri pun tahu apa yang seharusnya dilakukan, tapi tidak ada keberanian itu. Semahal itu keberanian di umur 30an ternyata. Tidak semua keluarga memahami bahwa hidup itu mungkin tidak linier jalannya. Tidak semua pasangan itu memahami bahwa pasangannya juga butuh dikuatkan untuk mencoba hal-hal baru dalam hidupnya yang mungkin saat percobaan itu dilakukan, kamu harus ikut menanggung ketakutan atas risikonya. Tidak semua memiliki support system yang kuat untuk membuat diri percaya bahwa hidup ini tidak selayaknya berjalan seperti badan tanpa ruh. Kehilangan kebahagiaan dan tujuan.
Mungkin kita semua akan sampai ke titik itu, titik yang membuat kita mempertanyakan jalan hidup kita sendiri. Apakah yang sebenarnya aku tuju? Apa aku bahagia dengan yang aku jalani sekarang?
244 notes
·
View notes
Text
Jangan jadikan uang sebagai orientasi/tujuan. Nasihat yang dulu kujawab dengan bebal ini berangsur bisa kupahami. Seiring waktu berjalan, dari yang dulu single dan sekarang berkeluarga. Kalau dihitung sekali jalan perlu 4 tiket jika pakai pesawat / kereta. Sekali menginap langsung booking 2 kamar. Rasanya kalau kekhawatiran soal uang dan materi apalagi jadi tujuan / orientasi. Aku akan diselimuti kegelisahan sepanjang waktu karena takut kekurangan, berpikir bahwa uang/materi adalah satu-satunya pembebas biar leluasa ke sana kemari dan ngapa2in. Lupa bahwa rezeki itu sudah diatur, sudah dialokasikan sama Yang Maha Pengasih. Apalagi setelah berkeluarga, saat kebutuhan tak lagi soal diri tapi sudah merambat ke biaya pendidikan, properti, dsb. Pasti ada jalannya, ada rezekinya, yang penting terus berikhtiar sebaik mungkin.
Belajar lebih tawakal. Stres di tahun 2023 dipikir-pikir karena ingin sekali mengendalikan banyak hal. Ingin semua hal bisa berjalan dengan baik, tapi ternyata tidak. Ada hal yang akhirnya eror, tidak berjalan sesuai rencana, tidak bisa kukendalikan. Akhirnya stress. Belajar utk lebih berserah pada hasil setelah berusaha. Ada Allah yang mengatur segalanya, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan semuanya. Apalagi terus berharap bahwa apa yang kita usahakan, selalu berhasil sesuai yang direncana. Nanti jadi mudah kecewa.
Komunikasi adalah kunci dari kelanggengan relasi. Baik itu dalam pertemanan, pernikahan, pekerjaan, dsb. Belajar untuk lebih komunikatif, lebih banyak mendengar, dan juga belajar untuk berkata yang baik-baik. Berhati-hati dengan lidah yang tak bertulang, yang berpotensi menyakiti orang lain - fitnah - dan berbagai hal yang bisa jadi keluar darinya karena tak mampu dikendalikan. Yang berakhir pada hilangnya kepercayaan, kesempatan, bahkan hubungan.
Jangan ragu untuk memutus pertemanan yang tidak sehat. Belajar untuk lebih dekat dengan lingkaran-lingkaran kebaikan, yang mengajak pada hal-hal baik, yang mengingatkan pada hal-hal baik, yang semakin dewasa ini sangat dibutuhkan banyak sekali nasihat ketimbang haha-hihi. Apalagi lingkaran-lingkaran salih yang membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Lebih banyak menerima feedback. Meski terdengar tidak nyaman, tapi kita sangat memerlukan kritik dari orang lain. Alih-alih denial, coba resapi bahwa bisa jadi ketidakpekaan kita selama inilah yang menghambat diri untuk berkembang. Karena diri menolak untuk dinilai dan dikritik. Tidak mendapatkan evaluasi, tidak mendapatkan saran untuk hal-hal yang perlu dibenahi, bersembunyi dibalik kata-kata mutiara "Aku memang seperti ini, kalau gak suka ya gak apa-apa, aku mau jadi diri sendiri." Apakah benar menjadi diri sendiri itu artinya tidak mau berubah lebih baik lagi atas sifat-sifat buruk yang dimiliki?
POV Orang Tua, anak-anak di masa kecilnya hanya akan terjadi sekali. Jangan sampai lalai dengan urusan pekerjaan dsb yang menyita waktu hingga tidak ada waktu untuk menjadi orang tua yang utuh, yang hadir, yang dengan segala keadaan yang nanti terjadi, tetaplah hadir sebagai orang tua bagi anak-anak.
Jangan memelihara rasa benci. Jangan memelihara pikiran yang picik. Jangan terus menerus berpikir buruk tentang orang lain dan juga diri sendiri. Apalagi memiliki sekeciiilll apapun buruk sangka kepada Allah - jangan sampai terjadi.
565 notes
·
View notes
Text
Berpikir Positif pada Hidup Sendiri
Dulu aku sempat bertanya-tanya pada guruku,"Mengapa kita membuat rencana sedemikian rupa buat masa depan, padahal ujung-ujungnya kalau takdirnya berkata lain - ya bubar semua."
Aku pernah berpikir buruk tentang masa depanku sendiri. Sewaktu kuliah dan bingung harus ke mana setelah itu, aku masih tidak yakin bahwa masa depanku akan bisa mencapai hal-hal yang pernah kutulis dalam rencanaku.
Guruku mengajarkan untuk tidak pernah putus harapan kepada Tuhan. "Jika saat ini kamu memiliki bibit tanaman ditanganmu, tetaplah tanam sekalipun kamu tahu besok pagi akan kiamat." Aku belajar untuk berpikir positif dengan hidupku sendiri.
Karena dari hidup yang telah berjalan, aku diajarkan oleh mereka jika orang pertama yang "hijack" hidupku adalah diriku sendiri.
Diriku sendiri yang mematahkan mimpi.
Diriku sendiri yang tidak yakin sama diri sendiri. Diriku sendiri yang menghalangi untuk mengambil kesempatan karena terus menerus memelihara rasa takut.
Diriku sendiri yang tidak pernah memberi penghargaan yang layak untuk apa-apa yang sudah dilakukan.
Diriku sendiri yang mengerdilkan apa-apa yang aku lakukan.
Diriku sendiri yang menghalangiku mendapatkan pelajaran karena terus menerus merasa benar dan keras kepala, tidak bisa menerima nasihat.
Diriku sendiri yang menghalangiku dari orang-orang baik karena aku berdiam diri, mengurung diriku, tak mau mulai berkenalan dengan orang dan membuka diri.
Diriku sendiri, yang selama ini melakukan semua itu. Dan aku tidak bisa menerima kenyataan itu, melempar kesalahan-kesalahan diri sendiri ke orang lain. Orang lain yang jahat, orang lain yang begini dan begitu. Seolah-olah hidupku paling menderita dan tidak bisa melihat orang lain yang kubenci juga bahagia. Hidupku penuh dengan rasa benci.
Dulu.
Kini aku merasa telah melewati semua itu. Banyaknya orang yang silih berganti dalam hidup. Ada yang membawa kebaikan, ada yang membawa pelajaran. Yang penting bisa terus melihat dari sisi positif, melihat ke dalam diri dan banyak refleksi.
Dunia ini terus berjalan dengan beragam situasi. Ada kondisi baik, ada kondisi yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Tetaplah membuat rencana buat hidup sendiri. Hal-hal baik di masa yang akan datang yang ingin diraih, yang ingin diperjuangkan. Percaya terus kepada Tuhan yang memiliki hidup, Dia tidak mungkin membuat takdir yang buruk. Semua takdir itu baik, kita sajalah yang sering salah memahami maksudNya. Mungkin karena keterbatasan ilmu kita, atau mungkin karena bebalnya diri kita, kerasnya hati kita untuk menerima nasihat dan kebenaran.
Semoga diri ini terus dimudahkan untuk bisa memahami hal-hal tersirat dalam hidup. Semoga hati ini dilembutkan sehingga mudah menerima kebenaran. Semoga lisan dan tangan ini juga mudah dikendalikan, agar tidak keluar kata-kata buruk yang menyakiti orang lain. Dan juga, menyakiti diri sendiri.
526 notes
·
View notes
Text
Apakah menikah itu menyenangkan?
-menenangkan. separuh gelisah, khawatir, was-was tak menentu bergantikan dengan hati yang tenang. Allah.
0 notes
Text
Hulu
Perjalanan kita yang sejauh ini, teman yang kita miliki, pasangan yang kita temukan, dan sebanyak itu kebaikan yang mungkin sedang kita genggam sekarang. Tuhan mengalirkan hal-hal itu melali beragam perantara. Perantara yang menjadi hulu dari semua hilir yang sedang kita lewati saat ini. Jangan pernah lupa darimana itu berasal dan bagaimana itu terjadi. Agar kita lebih banyak mensyukuri hidup ini, sebab barangkali ada kejadian-kejadian yang mungkin tak menyenangkan di masa lalu ternyata membuat kita berada pada hal-hal baik saat ini.
Dengan itu pula, kita tidak buru-buru berburuk sangka dan dipenuhi oleh pikiran negatif. Sebab kita tidak lupa, semua ini, dulu berasal dari mana? Apa yang membuatnya bisa terjadi? Tidak lagi berusaha untuk menegasikan bahwa semua ini tidak ada keterlibatan siapapun.
Beberapa hari yang lalu, waktu melihat temanku yang sedang membangun asrama untuk mahasiswa. Dia bercerita bagaimana salah satu mahasiswa yang tinggal di sana adalah salah satu anak didik dari temannya yang ikut program mengajar di wilayah terpencil negeri ini. Itu kejadian 9 atau 10 tahun yang lalu.
Beberapa hari terakhir juga, aku sedang menjadi penengah dari perkenalan dua orang yang ku kenal. Keduanya dulu asing, tapi sedang ikut program yang serupa. Lalu aku menengahi mereka untuk memastikan bahwa arah dan tujuannya tepat, memastikan apapun yang terjadi di hasilnya tidak menciptakan hal-hal yang kurang baik. Dan aku ingat, bagaimana bisa keduanya ini bisa ketemu, bisa saling tertarik. Meskipun kalau menjadi cerita, rasanya sangat fiksi jalan ceritanya.
Aku juga teringat, bagaimana aku bertemu dengan istriku. Aku ingat siapa saja orang yang terlibat, bahkan yang secara tidak langsung menciptakan sebuah acara di Jakarta sehingga kami bisa bertemu. Aku akan selalu ingat, hulu dari setiap kejadian baik di hidupku ini, ada siapa di sana. Apa yang telah orang lain lakukan pada saat itu, yang ternyata menjadi perantaraku bertemu dengan pasangan hidup, teman-teman baik, dan segala hal yang saat ini sedang ku pertahankan. Jangan sampai kita menjadi seseorang yang tidak tahu berterima kasih.
(c)kurniawangunadi
259 notes
·
View notes
Text
Aku pernah diremehkan, aku pernah difitnah, dan yang menyelamatkanku, yang membuatku bangkit kembali bukan manusia, tapi Allah.
Sungguh, bila mengejar dunia, maka hanya sakit hati dan kecewa yang akan kau dapat.
Merasa dikucilkan, diremehkan, direndahkan, bahkan tak dianggap, adalah tanda bahwa kau sedang berharap pada manusia dan mengejar dunua.
Andaikan kau berharap kepada Allah, mengejar akhirat, apakah mungkin kau akan merasakan semua itu?
197 notes
·
View notes
Text
Setelah menikah aku merasa disayangin banget. Sama suamiku.
Setelah melahirkan aku merasa diperjuangin banget, meskipun kalo dipikir pikir aku ga pernah ga diperjuangin gaksi? Sebelum menikah, ada orang tua yang terus merjuangin aku, tapi baru kerasa diperjuangin pas setelah menikah, oleh suamiku. Mungkin karena komunikasi aku sm orang tuaku tidak terlalu bagus, makanya perjuangin mereka sering aku lupa karena ketutup sama ngomeeel melulu wkwk.
Setelah sekarang jadi ibu dan punya anak yang udah bisa diajak ngobrol, aku jadi merasa kalo ternyata keberadaanku itu berarti ya?:’) rasanya kaya selalu seru setiap hari, karena aku merasa banyak gataunya, merasa harus belajar belajar belajar terus buat jadi ibu & istri yang baik, jadi tiap hari selalu menemukan momen “oh ternyata hari ini begini, besok harus lebih baik lagi��.
Anakku jadi cerminanku. Alarmku.
Ketika ada sesuatu hal dari anakku yang menurutku “harusnya ga gini deh”, disitu akan jadi titik dimana aku melihat lagi diriku. Anak aku masih dibawah 7 tahun usianya, ketika ada sesuatu sikapnya yg ga sesuai berarti yang harus diperbaiki adalah aku, ibunya. Introspeksi lagi, apa ya yg salah, gimana ya caranya supaya lebih baik, baca baca lagi, ikutan kelas lagi, belajar lagi, seru deh pokoknya.
Terima kasih ya anakku buat semua pelajarannya, buat selalu maafin ibu & ayah setiap hari, buat selalu kasih kesempatan ibu & ayah buat belajar lagi, belajar terus sama sama ya nak. Semoga ibu & ayah bisa terus membersamai kamu sampai dewasa. Sayang selamanyaa <3
147 notes
·
View notes
Text
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan.
Menikah bukan hanya menyoal menyatukan persepsi. Atau membangun komunikasi.
Bukan pula menyoal maklum-memaklumi. Atau menerima segalanya dengan besar hati.
Menikah adalah perihal nafkah lahir dan batin yang diberikan oleh suami kepada istri. Juga perihal pengabdian dan ketaatan dari istri untuk suami.
Menikah adalah tentang mengubah kebiasaan, mengatur waktu, merencanakan masa depan, mengolah finansial, pun mengambil peran dalam pengasuhan.
Jika segala urusan rumah diberikan sepenuhnya kepada istri, maka bukan penampakan baru lagi. Jika di kemudian hari kita mendapatkan para istri yang hidupnya penuh dengan tekanan, penuh dengan derai air mata, penuh pembangkangan dan penolakan.
Sebab mentalnya rusak, fisiknya lemah akibat dari pekerjaan rumah yang dianggap - oleh hampir keseluruhan manusia - adalah tanggung jawabnya.
Padahal rumah adalah tentang bersama. Pekerjaan yang melingkupi di dalamnya adalah tanggung jawab anggota keluarga.
Pun sama ketika seorang suami hanya memposisikan diri sebagai tulang punggung keluarga, sebagai sumber dana, sebagai pencari nafkah. Sehingga mindset yang tertata hanyalah menyoal uang. Untuk kemudian lahirlah sifat dan sikap yang menggurat luka di dalam diri sang istri.
Tidak ingin berperan dalam urusan rumah dan mendidik anak. Tidak ingin meringankan beban istri, tidak ingin berusaha lebih untuk menyenangkan hati istri.
Karena tidak selalu perihal uang yang membuat seorang istri bahagia.
Adakalanya pelukan hangat, bantuan mengurus rumah dan menjaga anak, waktu-waktu yang dihabiskan berdua, janji-janji yang ditunaikan, perasaan-perasaan yang dihargai; adalah bentuk bahagia yang lain.
Karena menikah adalah upaya mengubah kebiasaan. Mengubah semua hal-hal yang pernah dilakukan seorang diri, menjadi kebiasaan yang harus dilakukan berdua bersama pasangan.
Karena menikah adalah upaya memberikan lebih banyak waktu kepada keluarga. Menomorsatukan mereka, menjadi peka terhadap perasaannya.
Karena menikah adalah perihal saling; saling meringankan beban pekerjaan rumah; saling menghargai dalam setiap keputusan; saling menghormati dalam berbagai keadaan.
Karena menikah adalah tentang mengubah kebiasaan. Menjadi tahu dan paham bahwa begitu banyak kebiasaan yang mesti diubah jika telah hidup berkeluarga.
Bukan malah berlaku seenaknya hanya karena dia adalah kepala rumah tangga. Dan bukan pula bertingkah semaunya hanya karena dia adalah seorang wanita yang mesti dimuliakan oleh suaminya.
Karena sungguh, menikah adalan tentang kesadaran untuk mengubah kebiasaan.
Kesadaran untuk mau memahami bahwa sebaik-baik waktu yang dihabiskan seorang laki-laki adalah bersama keluarga dan istri.
Kesadaran untuk mau mengerti bahwa sebaik-baik ketaatan yang mesti dilakukan oleh seorang perempuan adalah ketaatan kepada suami.
06.13 a.m || 13 Juni 2023
1K notes
·
View notes
Text
Kenali Energimu
Frekuensi energimu dan persepsimu akan menarik orang-orang yang setipe denganmu, jadi coba kenali dengan baik - bagaimana diri kita saat ini. Saat kita berada dalam fase frekuensi yang buruk - meliputi pemikiran, pemahanan, konsep-konsep hidup, cara pandang, dimana mungkin fungsi kognitif dan juga fungsi-fungsi indra kita lagi lemah-lemahnya, jangan sekali-kali membangun kelekatan sama orang-orang yang tidak dikenal.
Apalagi membangun hubungan baru dengan tujuan untuk berumah tangga, wah hati-hati.
Entah kenapa, selalu menyaksikan yang demikian. Energi negatif seseorang itu bisa sangat terasa, mungkin kamu pernah merasakannya dari orang lain? Tapi, apakah kamu juga bisa merasakan saat energi itu berasal dari diri sendiri? Nah, saat sadar itu berasal dari diri sendiri, coba tarik diri, kurangi hal-hal yang keluar dari mulut kita karena berpotensi menyakiti orang lain, kurangi akses media sosial karena kita bisa menuliskan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditulis. Memahami diri, memahami energi, memahami frekuensi kita saat ini. Menjadi salah satu seni yang menarik untuk kita pelajari di usia dewasa.
379 notes
·
View notes
Text
Menjadi Pusat Dunia
Pembelajaran berikutnya saat semakin dewasa adalah belajar untuk tidak merasa diri sebagai pusat dunia. Seolah segala sesuatu di luar diri kitalah yang harus mengerti dan memahami kita. Merasa pusat kebenaran adalah diri sendiri. Merasa semua hal yang berbeda dari cara pandang dan cara berpikir diri adalah sesuatu yang tidak layak untuk ada di dalam kehidupan. Saat segala sesuatu yang kita pikirkan adalah diri sendiri, di saat yang sama mungkin kita lupa untuk melihat lagi ke dalam diri, menginsyafi hal-hal yang keliru, meminta maaf, kemudian memperbaikinya. Alih-alih terus menerus mencari pembenaran dalam pikiran sendiri bahwa apa yang kita pikirkan adalah hal yang paling benar.
Karena memang tidak mudah, saat kita tumbuh dengan seluruh emosi dan keinginan. Kemudian berhadap-hadapan dengan realita yang berbeda. Dan kenyataan inilah yang sebenarnya selama ini kita hindari.
Apakah semua perlawanan tersebut bentuk dari upaya menutup rasa insecure kita terhadap diri sendiri? Perasaan-perasaan dan beragam hal yang membuat diri kita yang sebenarnya memang lemah, tampak lebih kuat. Padahal tidak ada salahnya mengakui diri, lemah. Atau karena banyak sekali rentetan kejadian yang pernah dialami menjadi akumulasi perasaan negatif yang menyeruak menjadi perilaku-perilaku yang ternyata menyakiti orang lain di sekitar kita.
Dan kita gagal belajar, bahwa kita bukanlah pusat dunia. Bukan kita yang paling benar - dan berani meminta maaf untuk kesalahan sendiri. Orang lain tak harus memahami kita - dan kita belajar untuk bisa memahami orang lain. Dan belajar mengendalikan pikiran-pikiran negatif yang selama ini kita berikan ruang dan pemakluman, agar bisa melihat dunia ini lebih bijak lagi.
265 notes
·
View notes
Text
Kadang sadar, kadang gak, kadang-kadang disengajakan.
1 note
·
View note
Text
Kenak batunya
Apakah hatinya tidak merasa takut? Atau merasa deg2an gitu, atau merasa sangat was-was.
1 note
·
View note