rameramebaca
rameramebaca
Glimpse of Life
798 posts
An avonturir
Don't wanna be here? Send us removal request.
rameramebaca · 2 days ago
Text
Melepas
Pagi tadi aku ingin berangkat ke lahan penelitian untuk mendampingi mahasiswa penelitian. Namun aku terburu-buru untuk berangkat, sehingga aku tancap gigi 4 dan melaju kencang dengan motor bebekku. Tak lama setelahnya, rantai motorku lepas dan pada akhirnya membelit di gearnya, tersangkut, dan tidak bisa jalan.
Aku mendatangi orang bengkel, beliau memperbaiki tapi nyatanya selama 2 jam aku menunggu, tidak juga berhasil terselesaikan masalahnya. Akhirnya, aku perlu ganti satu set rantai dan gearnya. Beberapa ratus ribu aku keluarkan untuk memperbaikinya.
Awalnya aku tidak rela dan merasa denial, "yah harus ngeluarin uang deh, coba aja kemarin aku sempetin ke bengkel sepulang kerja". Namun akhirnya aku menerima, karena memang sudah semestinya, sudah seharusnya, dan sudah waktunya. My gut feeling always bring me further than my thought does. Tapi aku sering mengabaikannya, terlalu sering. Seperti halnya kejadian rantai itu. Berkali-kali aku abaikan, "besok kayaknya bisa deh", "masih ngga apa-apa lah ini", "ah pelan-pelan aja bawa motornya", dan pikiran-pikiran sejenisnya. Pada akhirnya tiba juga waktunya, hingga tidak ada besok lagi yang menunggu, tidak ada lagi penyangkalan dan alasan lain yang mengiyakan.
Menyadari apa yang dirasa Melepaskan apa yang seharusnya Membiarkan mengalir apa yang tertahan
Akan menjadi kalimat magis berikutnya, yang aku tanam di diri ini. Ketidak mampuanku untuk menyadari dan melepaskan menjadikannya berat. Karenanya, aku perlu membiarkannya lepas, mengalir, tak tertahan... (melepas rantaiku, menggantinya yang baru, membiarkan uangku mengalir)
Hari itu, aku ingin melepas semua perasaan-perasaan yang mengganjal dengan seluruh penuh
22 Juni 2025
0 notes
rameramebaca · 1 month ago
Text
Tumblr media
Mengilhami Keikhlasan dan Mengamini setiap Takdir
“Allah akan iya, ketika engkau sudah ikhlas pada semua yang tidak” - Cak Nun
Ketika engkau tidak lagi menggenggam dengan cemas, melainkan melepaskan dengan ridha. Saat itulah, langit mendekat dan bumi menjadi teduh.
Cak Nun mengingatkan kita bahwa kadang “iya”-Nya Allah tak muncul saat kita sedang ngotot, tapi saat kita tunduk dan berkata: “Jika bukan ini yang terbaik, aku pun siap dituntun ke yang lebih hakiki.”
Dalam penolakan, dalam kehilangan, dalam kegagalan—di situlah Allah sedang mengasah ruh kita untuk mengenal makna cinta yang sejati: cinta tanpa syarat, pasrah yang tidak pasif, tapi penuh iman.
Barangkali yang sekarang tertutup bukanlah pintu, melainkan mata hati kita. Dan ikhlas itu bukan menyerah, melainkan mempercayakan kendali pada Dia yang lebih tahu arah. Sebab jalan Tuhan seringkali terlihat sunyi, tapi justru di sanalah damai abadi bersembunyi.
Ketika ikhlas sudah sepenuhnya hadir pada semua yang “tidak”, di situlah semesta mulai mengamini doamu yang diam-diam dipeluk langit. Satu per satu, "iya" akan datang—bukan karena kau memaksa, tapi karena ikhlasmu mengetuk pintu-pintu arasy-Nya.
Sebab Allah tak pernah menjauh, hanya menunggu kau benar-benar pulang. Dan dalam pulang itu, tak ada yang lebih suci dari hati yang mengilhami keikhlasan dan mengamini setiap takdir,
Maka sekali lagi, biarlah nasehat Cak Nun ini meneduhkan langkahmu: “Allah akan iya, ketika engkau sudah ikhlas pada semua yang tidak.” Dan itu cukup, lebih dari cukup, untuk terus berjalan.
-Kaderiyen || Yogyakarta, April 2025
497 notes · View notes
rameramebaca · 1 month ago
Text
Cerpen : Jatuh Cinta di Umur Matang
Lebih rasional.
Langsung menganalisa, apa tujuan dari jatuh cinta ini. Kalau hanya sekedar bermain rasa, lebih baik bekerja aja mencari uang buat membeli kesenangan. Karena jika jatuh cinta hanya untuk menerka-nerka mau ke mana ujungnya, lebih baik beli tiket kereta dan pergi berkelana sendirian, lebih minim risiko daripada jatuh cinta. Langsung mengkonfirmasi, apa aja yang kamu miliki dan aku miliki serta apa yang tidak. Untuk hal-hal yang tidak kamu miliki, bagaimana kamu mengupayakannya? Apakah kamu termasuk orang yang tidak peduli dengan harta halal dan haram selama bisa mendapatkannya atau orang yang hati-hati? Sebab aku sangat hati-hati. Untuk hal yang sudah kamu miliki, apakah kamu bersedia untuk berbagi? Langsung menyaksikan, bagaimana tabiatmu yang terbentuk selama puluhan tahun. Karena aku tidak bersedia jika aku menjadi alasanmu untuk berubah menjadi lebih baik, apalagi jika kamu berharap aku bisa menjadikanmu lebih baik. Bagiku sejak awal sangat realistis, aku ingin jatuh cinta pada orang yang baik. Karena tidak ada jaminan aku bisa mengubahmu yang telah hidup dengan caramu selama puluhan tahun dalam sehari semalam apalagi beberapa hari saja. Aku memang tidak cukup sabar untuk menemanimu berubah, silakan berubah dulu menjadi baik kalau kamu memang berniat. Langsung pada intinya, tidak perlu terlalu banyak seremoni yang uangnya bisa kita pakai untuk pergi umroh atau membeli rumah. Daripada harus lelah menyiapkan banyak ritual, bagaimana kalau kita beramal saja, misal berbagi kebahagiaan dengan mengundang keluarga dan juga berbagi ke orang-orang fakir dan miskin. Biar doa-doanya buat kita, tidak ada penghalang untuk sampai kepadaNya.
Tidak perlu banyak basa basi, kalau kamu memang berniat untuk jatuh cinta. Jelaskanlah tujuanmu hingga sejauh mana, kalau kamu tidak ada tujuan, lebih baik hilang.
Karena aku tidak punya banyak waktu untuk mengulang-ulang kesedihan yang serupa. Karena aku pun sekarang lebih rasional, bukan lagi rupa menawan yang membuatku terpesona dan berkata "iya". (c)kurniawangunadi
641 notes · View notes
rameramebaca · 1 month ago
Text
Menyambut dunia 30an
Banyak hal yang bisa aku tuliskan untuk merayakan masa 20an ku yang telah aku lewati, ini sebagian kecilnya saja ya hehehe
Ternyata di 30-ku aku merasa lebih tenang, dibanding fase 20an ku yang rasanya riuh sekali, bolak balik, gelisah, penuh keraguan. Aku sudah bisa let them and let be, dan ini sangat menenangkan
Fokus dengan pencapaian sendiri. Ga masalah terlambat, kita cuma mulai di start yang berbeda
Bergeraklah diam-diam
Memahami inner child dan bisa meng-adress trauma adalah hal yang powerfull. Terkadang ada hal-hal yang kita anggap biasa hanya karena kita anggap habit, tapi sebenarnya itu tumpukan luka-luka masa lalu yang masih menganga, belum disembuh. Dalam kasusku adalah perfectionism dan procrastinate, aku bertindak demikian karena takut akan penolakan
Kalau merasa tertinggal, list sebanyak-banyaknya pencapaian dan keputusan-keputusan penting yang udah kamu ambil di sepanjang tahun
Banyakin melamun (instead of scrolling). Jalan kaki/berlari sendirian atau sama temen juga boleh. Merefleksi kehidupan dan belajar kehidupan langsung di jalan, bukan lewat konten
Punya temen sedikit ga apa-apa, quality matters. Trust me!
Punya kemampuan kamuflase itu bener-bener superpower. Aku sangat-sangat iri dengan orang-orang yang bisa ketawa karir hahaha. Man, we need it in our society! Dengan tetap memegang value mu ya tentunya!
Invest di kesehatan.
Dalam proses pencarian si doi, jangan lupa buat bebenah diri juga. Quality meets quality aku meyakini. Kalau dalam istilah kimianya, like dissolves like. Investlah kepada orang yang mau invest juga untuk kita. If not? Tidak perlu investasi bodong
Semua orang pasti melakukan kesalahan, and that's very very normal. Be cringe! pasti setelah melakukan kesalahan dan teringat kembali akan kesalahan itu kita jadi merasa cringe, ya tapi gapapa, normalisasi itu. Orang-orang yang punya kemampuan mengizinkan dirinya untuk salah, memaafkan dirinya, mengevaluasi kesalahannya dan move on adalah orang-orang dengan super power. Kebanyakan dari kita terjebak oleh masa lalu, sehingga takut untuk bertindak dan pada akhirnya jalan kaki ditempat, tidak berpindah. Pindahlah dengan membawa semua kenangan tentang kesalahanmu, tanpa ketakutan berlebih
Planning karirmu, sedini mungkin. Ini susah susah gampang.  Secara, aku pribadi baru memulai karir yang baru di akhir 20an, tentu ini akan memakan waktu untuk membangunnya. Meskipun tidak ada jaminan juga setelah merencanakan karir akan stay and stick di pilihan karir tersebut saja, karena dalam keadaan tertentu pada akhirnya seseorang bisa saja memutuskan untuk shifting career. Karir/pekerjaan ibarat sarana atau kendaraan saja menuju ultimate goal. Kalau dari awal sudah tau rute dan naik kendaraan apa, good for you, kemungkinan sampai ke tujuan akan lebih cepat. Tapi kalau engga? Ya gapapa juga mulai dengan ngecer kendaraan.
Tumblr media
Zen - Amati saja, lihat, observasi, tidak perlu dinamakan, tidak perlu dinilai. Terima saja ketidakpastian sebagai bagian dari hidup
Tumblr media
Biarkan sesuatu/pikiran datang, karena nantinya dia akan pergi juga. Yang ada didepan tidak perlu dikhawatirkan, yang ada dibelakang biarkan lewat, duduk bersama apa yang ada sekarang.
3 notes · View notes
rameramebaca · 1 month ago
Text
Hilang
Beberapa bulan terakhir ini aku merasa seperti hilang, tidak dapat mendefinisikan siapa aku (tanpa status, tanpa pekerjaan, tanpa gelar apapun). Aku merasa hilang, dalam pikiran dan tujuan. Namun, alih-alih hilang aku juga menemukan pelajaran kembali bagaimana rasanya menjadi manusia.
Pada akhirnya, aku, sebagai manusia, tidak selalu berada dalam kondisi yang waras (sane) dan sadar (mindful). Seperti halnya keimanan yang naik turun, menurutku kewarasan dan kesadaranpun demikian. Tugas ku sebagai manusia adalah untuk mempertahankannya paling tidak ada di batas ambang, melalui upaya-upaya yang ku lakukan.
Untuk waras dan sadar pun perlu upaya, bahkan sekedar mempertahankannya saja.
Jika merasa hilang, berhentilah sebentar, evaluasi, temukan jalanmu, dan berjalanlah kembali. move forward, slowly, but never backwards.
2 notes · View notes
rameramebaca · 6 months ago
Text
youtube
Aku baru saja menyelesaikan menonton drama Korea berjudul True Beauty, yang salah satu pemainnya adalah Cha Eun Woo, seorang idol dari boyband Astro. Seperti penonton KDrama pada umumnya, biasanya sembari atau setelah menonton drama tersebut, aku mencari berita atau video-video yang berseliweran di youtube. Sampailah aku pada satu video, variety show korea, yang saat itu mendatangi pasangan suami istri dan menceritakan dinamika berpasangan, espektasi dan realita didalam pernikahan. Cha Eun Woo, sebagai salah satu member di variety show tersebut, banyak mendengarkan dan mengobservasi.
Sebagai latar belakang, dia merupakan idol dengan visual yang luar biasa flawless, tampan, baik hati, hangat, menyenangkan. Saking sempurnanya, aku sampai pada kesimpulan “tidak bisa ngefans”, susah menjelaskannya, tapi itu yang bisa merangkum perasaanku saat itu. Seorang idol biasanya (tidak selalu) sudah mendapat 'pesanan' dari agensinya untuk tidak memiliki hubungan asmara, karena tentu hal tersebut akan berpengaruh pada fans ataupun pamor individu tersebut. Seorang idol juga menjalani masa trainee, yang biasanya dimulai bahkan saat mereka masih dibangku sekolah hingga akhirnya mereka debut sebagai idol. 
Dari berbagai macam percakapan, masing-masing anggota saling mengomentari ataupun berpendapat mengenai hubungan romantis sebagai pasangan suami istri, kemudian sampai pada Eun Woo. Dia sempat ragu untuk berkata-kata, bahkan speechless. Namun, pada akhirnya dia bersuara. Kemudian,
Dia terdiam,
Sekuat tenaga menahan tangis,
Namun akhirnya pecah juga.
Sebagai orang yang sulit untuk bercerita, aku cukup bisa memahami bagaimana campur aduknya perasaan itu. Sulit untuk mengungkapkannya, tetapi disatu sisi ingin mengungkapkannya. Dengan orang yang tepat. Teman, keluarga, sahabat, atau pasangan. Aku merasakan kesepian yang menyelinap dari perkataannya. Bukan kesepian per se, tetapi lebih kepada ingin memiliki hubungan berarti. Dimana, dengannya, kita bisa menjadi manusia seutuh-utuhnya yang juga punya sisi jeleknya, baik dari sifat, kelakuan, atau bahkan rupanya. Manusia yang juga memiliki titik lemah, dan ingin menunjukannya. Karena sesungguhnya berbagi kelemahan/vurnerability hanya bisa dilakukan kepada orang yang benar-benar kita percaya. Once we did it, it feels like we bond tightly to that person. Setidaknya itu pengalamanku, 
Menjadi idol selalu dituntut untuk sempurna, tidak bercela, memenuhi standar ‘pasar’. Namun, idol juga manusia, yang memiliki spektrum emosi yang sama luasnya seperti manusia lain. Merasakan apa yang dirasakan pedagang dipasar sana, merasakan apa yang dirasakan seorang kasir supermarket, merasakan apa yang dirasakan presiden, merasakan apa yang dirasakan dirinya sendiri. Perasaan yang kesemuanya valid. Perasaan insecure, perasaan khawatir, takut, menginginkan ini, menginginkan itu. Pada akhirnya kita sama manusia,
Yang senang
Yang sedih
Yang gembira
Yang berduka
Yang berani
Yang takut
Yang percaya diri
Yang malu
Yang kesal
Yang memaafkan
Yang mencintai
Yang dicintai
Yang berharap
Yang memiliki harapan
Kereta Api, 7 Desember 2024
Perjalanan menuju Yogyakarta
Aku yang (juga) sedang merasa kosong.
1 note · View note
rameramebaca · 11 months ago
Text
"If you value your lives, be somewhere else" Terkadang, tempat dimana saat ini kita berada tidak sejalan dengan apa yang kita yakini. Dan dulu, kita memilih tempat ini bukan karena tidak tahu, tapi memang dulu kita belum memiliki valuenya.
Seiring bertambahnya usia, belajar ke sana-sini, pemahaman yang tumbuh, kita memiliki nilai-nilai baru dalam hidup yang sudah tidak lagi relevan dengan tempat kita berada sekarang. Mungkin di tempat kerja, di lingkungan, di pertemanan, dan lain-lain.
Dan kita dihadapkan pada pilihan apakah tetap berada di sini karena perasaan sungkan dan tidak enak, atau memilih untuk pergi dengan segala risikonya. Kadang, pilihan ini tidak sesederhana itu. Karena mungkin dari tempat ini kita mendapatkan uang untuk bertahan hidup, kita mendapatkan beberapa hal yang kita perlukan.
Tapi, apakah benar tidak ada tempat lain - yang sevalue - yang menghargai value kita - dan juga tetap mencukupi apa yang kita butuhkan? Pasti ada. Pasti. Hanya rasa takut kita mungkin mengalahkan keberanian kita untuk membuat keputusan.
(c)kurniawangunadi
354 notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
youtube
Sambil mendengarkan lagu ini, terlintas hal ini di pikiranku.
Jika kilas balik ke awal tahun lalu, rasanya semua kekhawatiranku memang benar-benar terjadi. Entah mengapa intuisiku sedemikian kuat saat itu sehingga aku berusaha mati-matian untuk membendung hal ini untuk tidak terjadi. Tetapi, apa yang sudah digariskan tetap akan terjadi. Meskipun kekhawatiranku menjadi kenyataan, tetapi aku baik-baik saja. Demikian aku pada akhirnya menyimpulkan. Kekhawatiran ini masih terasa menyeramkan, tetapi aku sudah belajar bagaimana untuk bisa tetap tenang, mengolah dan menerima satu per satu pikiran ini. Dan hampir selalu berhasil.
Rasanya, aku ingin mengatakan hal yang kurang lebih sama kepada diriku di awal 20-an, bahwa "You'll gonna be all right, lihat kan sekarang baik-baik aja, dan good job! well done! sudah bertahan sejauh ini"
Setelah bejalan berpuluh tahun dalam kondisi survival mode, aku merasakan keanehan saat menjalani ke-slow-livingan ini pada awalnya. Namun, waktu terus mengajarkan untuk menikmati momennya, kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun, dengan siapapun saat ini.
1 Juli 2024
0 notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Di kimia, ada istilah "Like dissolve like", bahwa sesuatu itu akan terlarut pada sesuatu yg sama. Itulah kenapa air dan minyak tidak pernah bercampur, karena mereka beda jenis kepolaran nya.
Kalau dalam konteks manusia, seseorang pernah menyampaikan ttg "Value attract value", bahwa apa yg kita jadikan nilai pada diri kita itulah yg akan mendekatkan kita pada orang² yg serupa.
Karena"kamu akan menemukan apa yang kamu cari, maka carilah sesuatu yang baik diantara banyaknya hal yang bisa dicari"~~~
1K notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Arah
Tumblr media
Menentukan arah dan tujuan bukan perkara mudah, setidaknya untukku. Aku membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai pada akhirnya memutuskan kemana aku akan berlayar menuju pelabuhanku. Satu hal yang juga aku sadari sedari awal bahwa arah ini bisa berubah, terhempas angin, diterpa badai, terbawa ombak, namun satu yang aku tanamkan, tujuanku masih sama. Kedepan mungkin saja aku akan berpindah kendaraan, atau transit, atau ada hal-hal yang harus aku atasi dalam perjalananku.
Dalam sebuah obrolan random khas dengan seorang teman mengenai tujuan dan sarana, terefleksi bahwa fulfilment (hampir) setiap orang adalah menjadi bermanfaat. Cliche, tapi itu adanya. Aku pernah berada diwaktu dimana aku 'tersiksa' pada keadaan saat aku mendapatkan sesuatu dari ~tidak ada~ sedikit hal yang aku lakukan. Bagi sebagian orang itu menyenangkan, put less effort get great earn. Ribuan kali aku bertanya kedalam, am I doing right?
Saat ini aku sudah memilih. Seperti metodologi penelitian pada umumnya, tentukan tujuan, rumuskan hipotesis, buat rangkaian kegiatan penelitian/assessment, diskusikan hasilnya, tarik kesimpulan, evaluasi.
At the end, dihidup yang hanya sekali dan sebentar, hanya diri ini yang bisa memberi arti. And let the life flow
1 note · View note
rameramebaca · 1 year ago
Text
Tumblr media
Sungguh dalam 4 bulan terakhir ini, menjentikkan jari adalah hal yang selalu akulakukan minimal seminggu sekali. Dari situ, aku berusaha sadar bahwa aku hidup dimasa kini, bukan kemarin bukan esok hari.
Dalam ingatakanku di bulan Januari kemarin, rasanya pikiraku benar-benar penuh ketakutan akan ketidak pastian. Tidak sanggup aku membayangkannya, aku selalu ingin bisa mengendalikan sesuatu, karena dalam banyak hal (planning, strategizing, dll) pada dasarnya kitalah sebagai manusia yang bisa mengendalikannya, aku mencoba meminimalisir kemungkinan untuk 'sakit'. Namun, nyatanya, dalam kehidupan terlalu banyak variabel yang tidak bisa kita kendalikan. Setidaknya itu yang pertama aku sadari ketika aku menjauh, melepas dari lingkungan yang sempat tinggali.
Setelah menjalani hari-hari yang aku takutkan sebelumnya, rasa takut ini tidak hilang begitu saja. Tapi setelah aku jalani, "not bad, not bad as I think before". Rasa takutnya masih ada, tapi aku tahu bagaimana caranya untuk sadar bahwa aku hidup di hari ini, tidak menyesali masa lalu, tidak mengkhawatirkan masa depan. Dengan menjentikkan jari, aku berusaha menangkap jentikan itu, bahwa aku mendengar, bahwa aku melihat, bahwa aku hidup dan ada di hari ini.
Ini bulan ke tiga aku menjadi jobless, menunggu ketidakpastian akan sesuatu, meninggalkan pertemanan, meninggalkan probability memiliki penghasilan, melepaskan status, melepaskan dan meletakkan apa yang sudah aku genggam sebelumnya. Masih terasa mengerikan, namun aku tahu aku hidup di hari ini, saat ini, dengan diriku, dengan apa yang aku punya. Tidak sempurna, karena memang tidak perlu.
Having control to myself and my thoughts is such a blessing.
Di akhir tulisan ini tepat lagu dari Hara dengan judul Sebuah Lagu untuk Teman terputar di playlist ku. Melengkapi, memenuhi hatiku dan pikiranku, tepat seperti beberapa bulan lalu.
"Riuh lembayung mengembang... riuh lembayung mengembang... riuh lembayung mengembang... riuh lembayung mengembang..."
Dan sempurna ditutup dengan
"Saatnya pulang, layar terkembang, sudah selesai, sudah selesai"
0 notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Melepaskan
Dalam perjalananku melepaskan ikatan kemelekatan, ada satu kalimat yang sering aku ulang-ulang di dalam pikiranku dan aku lafalkan, "nikmati, jangan melekat" terlihat biasa saja, tetapi menjadi mantra magis untukku.
Melepaskan kemelekatan terhadap sesuatu selalu aku ibaratkan dengan meletakan figura dimeja/didinding. Aku letakkan, tidak menempel, tidak melekat, sehingga aku bisa melihatnya, menikmatinya. Karena ketika figura tersebut dilekatkan ke tubuh kita, yang ada kita tak bisa menikmatinya. Parahnya malah menjadi beban, muncul perasaan takut rusak/hilang, sehingga menjadi berat, alih alih ingin menikmati.
Menikmati sesuatu namun tidak berespektasi apapun terhadapnya. Nyatanya cinta bisa dinikmati tanpa berespektasi, itu adalah cinta yang sebenarnya, selfless. Meleburkan dan meniadakan aku dan egoku. "I need you to be happy and if that doesn't include me then thats OK"
Nothing lasts forever. Attachments cause suffering. Everything is subject to change. - Buddha
3 notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
“The entire earth has been made a place of prayer, except for graveyards and washrooms.” (Sunan al-Tirmidhī 317)
5K notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Bercerita
Dua hari lalu aku bersama teman-teman SD/SMP ku bertemu. Seperti tradisi dibulan ramadhan pada umumnya, kami buka puasa bersama. Kali pertama setelah hampir lebih dari 7 tahun tidak buka puasa bersama (utamanya aku yang sering absen). Sesuatu yang spesial kali ini adalah kehadiran keluarga baru, ada yang membawa suami dan anak, ada juga yang membawa kekasihnya (yang juga teman SD/SMP kami, sempit sekali pertemanan ini), dan tentu ada yang hanya membawa dirinya sendiri.
Ritual kami tetap sama, update kehidupan masing-masing. Semua memiliki cerita menarik, pengalaman unik, up and down nya kehidupan, sangat manusiawi. Bertemu dan bercerita dengan teman lama memang memiliki sensasi tersendiri, pasalnya mereka ada bersama kita dan melihat langsung proses kita-temannya gugur dan bertumbuh, dari sekolah dasar hingga saat ini.
Dari semua postingan mereka yang aku lihat di media sosial, aku mengetahui behind the scenenya malam itu. Bagaimana mereka berjuang untuk tetap mampu berdiri, berjalan melanjutkan kehidupan yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Mekapun melihat hal yang sama dari diriku. Menceritakan vulnerability kita memang hanya bisa pada orang-orang tertentu saja.
Setahun belakangan aku rajin berkontamplasi, memikirkan bagaimana bercerita menjadi skill yang mungkin tidak dimiliki semua orang. Bercerita menjadi media untuk merenggangkan tension yang ada ditubuh manusia, mengurai kerumitan pikiran dan isi hati menjadi rangkaian kata (dalam media verbal atau tulisan). Aku bukan seseorang yang gifted diberikan kemampuan untuk bercerita. Aku belajar, setiap hari. Dan saat ini aku sudah ditahap implemented (kepada orang-orang tertentu, tentunya). Blessed you untuk orang-orang baik yang sudah mendengarkan cerita, meredakan ketegangan, dan mengurai pikiranku. Baik teman SD, SMP, SMK, kuliah, dan teman kerja tentunya!
25 Maret 2024. Pagi ini mendung.
0 notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Memahami Kedukaan
Tumblr media
Untukku yang belum pernah benar-benar mengalami kehilangan orang terdekat (orang tua, adik/kakak) memahami kedukaan menjadi sebuah tantangan tersendiri. Kehilangan paling berat yang aku rasakan yaitu kehilangan nenek dan hewan kesayangan.
Sudah dua tiga tahun ini partner mengajarku dulu mengalami sakit. Dengan istrinya aku cukup sering mengobrol sembari menunggu sholat lepas mengajar. Dengan anaknya aku adalah gurunnya. Minggu ini adalah minggu terberat untuk keluarganya, untuk kami kerabatnya. Pasalnya segala daya upaya medis sudah dilakukan, hingga beliau mencapai vegetative state. Keluarga hanya bisa berdoa yang terbaik dan berserah penuh kepadanya.
Hari itu, aku kebetulan ada janji temu dengan temanku di bandara. Entah mengapa terbersit keinginan dibenakku untuk mampir ke rumah sakit ketika pulang dari bandara. Aku bukan orang yang mudah untuk berinteraksi dengan nyaman dan santai kepada orang/dalam kondisi yang cukup canggung. Tapi dorongan untuk bisa menjenguk begitu kuat dan aku berakhir untuk menjenguk juga.
Sesampainya, aku pikir suasana ruang tunggu ICU saat itu sedih, tegang, atau mengharu biru. Namun ternyata lebih tenang dan relaks daripada bayanganku. Ada pertanyaan (entah sopan atau tidak) yang spontan aku tanyakan, "mengapa bisa setenang ini mbak?", istrinya menjawab "semua sudah diusahakan selama ini" (begitu singkatnya). Aku menarik dan menghela napas panjang, entah merasakan lega. Ternyata menghadapi kedukaan tidak selamanya menyeramkan dan menyakitkan bagi semua orang. Sebagian orang mengalami dan memahami duka sebagai suatu kebahagiaan yang bisa dirasakan orang lain (dalam hal ini suami/ayah/anak dari sebuah keluarga). Orang tuanya pun demikian, memilih DNR (do not resucitate) jika terjadi code blue lagi terhadap anaknya.
Mengendurkan dan melepaskan ikatan kemelekatan ternyata begitu melegakan. Namun, mungkin untuk bisa sampai pada tahap penerimaan (acceptance) mereka sudah melewati 2-3 tahun untuk melewati fase penolakan, marah, tawar menawar dan depresi, yang mana cukup panjang.
Malam hari saat ada berada di forum mengaji, kami dikabarkan bahwa beliau sudah benar-benar pergi. Aku merasa intuisiku yang membawaku ke rumah sakit sore itu. Setelah semua keluarganya pulang malam itu juga, aku masih melihat ketenangan yang sama seperti yang aku lihat ketika dirumah sakit pada raut wajah istrinya, anaknya dan ayahnya, ketika beberapa orang lainnya terlihat menangis sesenggukan.
Memahami kedukaan tidak pernah sederhana, yang orang lain tahu hanya hasilnya saja. Kekuatan untuk mampu melepaskan, meletakkan segalanya dengan penuh memang akan sangat melegakan. Setidaknya itu yang aku observasi, pelajari, dan implementasi.
9 Maret 2024 (Sabtu pagi ini hujan)
2 notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Tumblr media
10K notes · View notes
rameramebaca · 1 year ago
Text
Survival Mode
Beberapa hari ini aku mengamati di beberapa WAG sudah mulai mengarrange jadwal buka bersama. Satu yang menarik perhatianku, salah satu (retirement) Dept Head di kantorku dulu sedang ada di kantor untuk beberapa waktu.
Semasa aku disana, selalu ada acara setiap dua minggu sekali untuk kami anak muda berkumpul dirumah beliau, karaoke, memasak, makan bersama. Lagu yang dibawakan bisa bermacam-macam, lagu barat, lagu HITS Indonesia, namun seringnya koplo. Which is definitely not me hahaha. Disamping itu kami juga terbiasa berjoget, menari, disetiap lagu koplo tersebut diputarkan. Most of the time aku bisa mengikutinya, mengikuti kemana perjalanan berkumpul hari itu akan berjalan. Namun terkadang ada waktu-waktu yang banyak aku habiskan di dapur untuk mencuci piring, atau membersihkan meja makan, aku merasa tidak memiliki energi untuk melakukannya. Bukan karena tidak mau, simply karena aku tidak mempersiapkan energi untuk itu.
Such a rare moment, beliau ke kantor lagi dań bisa kumpul bersama lagi. Singkatnya, puasa hari kedua lalu anak-anak muda, beliau, dan beberapa staff lainnya buka puasa bersama. Tidak berapa lama kemudian foto dan video sudah terupload di WAG. Aku melihatnya, menontonnya, dan mengamatinya. Awalnya aku ingin bernostalgia, tetapi tak tama setelahnya aku merefleksi. Selama dikantor kemarin aku ternyata berada di survival mode, bertransformasi menjadi seseorang lain. Aku membubuhkan identitas baru pada diriku yang itu, jika diibaratkan warna lampu, maka warna lampu itu akan sama seperti warna lampu pada umumnya white/warm. Rasanya terlalu epic untuk menyebutnya adaptasi, aku lebih merasakan itu sebagai survival mode. Melakukan konformasi pada lingkungan sekitar.
Aku rasa banyak orang yang memilih untuk konform pada lingkungan sekitarnya, daripada mempertahankan identitasnya. Aku termasuk yang demikian. Karena beberapa dari kita banyak yang merasa tidak nyaman untuk menjadi berbeda. Aku termasuk yang demikian. Pada akhirnya aku melihat itu sebagai sebuah social skill. Tentunya dengan catatan, sampai batas mana kita sebagai manusia bisa memegang nilai-nilai yang dimiliki tanpa berubah lewat proses konformasi terhadap lingkungan.
Namun setelah aku melepas semua identitas itu (dititik ini), aku merasa pulang ke tubuhku sendiri, ke pikiranku sendiri, ke batinku sendiri. Ada perasaan lega dan lepas yang sulit diungkapkan lewat kata. Jika diibaratkan, mungkin lebih seperti tombol switch on/switch off. Mode survivalku sedang tidak aktif, aku mematikannya, switch off. Seumpama aku bertemu lagi dengan momen seperti itu, aku akan bagaimana? Tentu aku akan menswitch on kan lagi, bukan dengan warna lampu white/warm seperti pada umumnya, lampuku kali ini berwarwa seperti diriku.
0 notes