rasadanaksara
rasadanaksara
AksaraRasa
76 posts
Mengeja rasa Meramu Aksara
Don't wanna be here? Send us removal request.
rasadanaksara · 28 days ago
Text
Allah, jika jalannya maka mudahkan
Do'a yang akhir-akhir ini sering di langitkan. Ada yang datang dengan tujuan tapi proses nya harus dengan banyak nya ujian.
Yaa Allah maka aku kembalikan segalanya kepada-Mu. Jika memang ia jalannya untuk berlomba dalam ta'at, jika memang ia partner ibadah terlamaku, jika memang ia yang telah Engkau garis kan sebagai pelengkap ku. Maka banyaknya rintang dalam proses ini akan Engkau singkirkan.
Entah seberapa ragu yang di hembuskan tapi Engkau selalu tanamkan yakin di penghujung nya.
Allah, titip yaa segala proses nya. Datangnya dengan kebaikan maka penghujung nya pun insyaallah menjadi kebaikan.
Cimahi, 28 Mei 2025
Merayu pemilik Dzulhijjah
1 note · View note
rasadanaksara · 1 month ago
Text
doa untukmu
jika ada, semoga Allah mengangkat semua rasa sedih, marah, kecewa, takut, curiga, dendam, dan khawatir dari dadamu. semoga Allah menggantinya dengan kelapangan dan kesabaran. semoga Allah menghapus dosa-dosamu dari datangnya perasaan-perasaan itu.
semoga Allah memberimu petunjuk hidup yang terang benderang. semoga hidayah selalu turun kepadamu. semoga kamu mendapatkan undangan dari Allah untuk senantiasa bertaubat.
semoga kamu bisa menerima kenyataan, memperoleh kemenangan. semoga kamu bisa memeluk dirimu sendiri dengan kejujuran---dan menjadi lebih kuat setiap harinya. semoga Allah menyembuhkan semua luka.
semoga kamu bisa memaafkan orang-orang yang menurutmu jahat, yang menurutmu telah merebut kebahagiaanmu. orang-orang yang melukaimu. orang-orang yang kamu tertawakan, kasihani, benci. tolong maafkan (kami) ya.
semoga kamu segera dipertemukan Allah dengan seseorang yang baik, yang menyayangi segalamu dengan segenap jiwa dan raganya, dengan ketaatan dan keimanan yang semestinya. yang menghargaimu dan selalu cenderung kepadamu, hanya kepadamu. yang janjinya selalu ditepati. yang membawamu ke tempat-tempat jauh itu.
semoga semua mimpimu terwujud satu per satu. semoga kamu mencapai semua garis finish. semoga kamu menaklukkan semua puncak. semoga yang kamu cintai tumbuh dan mekar dengan hebat.
semoga kamu menemukan ketenangan dan kebahagiaan. di dunia. di akhirat. selamanya.
707 notes · View notes
rasadanaksara · 4 months ago
Text
Berdesakan di Kepala
Setiap malam. Setiap. Malam.
Segala rupa urusan datang tanpa aba-aba, berjubel di kepala seperti penumpang Commuter Line di jam sibuk—berdesakan, tanpa ruang bernapas.
Gaji bulan ini? Menyusut lebih cepat dari niat menabung.
Makan besok? Bukan soal kenyang, tapi soal bertahan.
Lalu datanglah yang lebih berat: perkara keluarga yang lebih rumit dari benang kusut, pertanyaan soal jodoh yang lebih sering mampir daripada kepastian, bayangan rumah masa depan yang masih sebatas sketsa kabur, pekerjaan yang ingin kupilih tapi justru memilihku untuk ditolak.
Semuanya. Semuanya.
Menumpuk di kepala seperti utang yang kupikir sementara, tapi ternyata betah menetap.
Rasanya ingin kupecahkan saja—biar berhamburan di lantai, biar bisa kulihat satu-satu:
oh, ini luka lama yang kukira sudah sembuh, ini cita-cita yang terbengkalai, ini beban yang katanya cuma lewat tapi malah menginap.
Setiap malam. Setiap. Malam.
Pikiran-pikiran itu antre seperti orang rebutan sembako, berebut jatah perhatian.
“Aku lebih penting!” seru pekerjaan.
“Tidak! Aku harus duluan!” bentak urusan rumah.
“Puan dan Tuan! Aku sudah lama kau lupakan!” jerit angan-angan yang dulu kususun rapi, kini berdebu di pojok kepala.
Aku ingin bilang: “Satu-satu, dong!”
Tapi mereka tak peduli.
Dan sialnya, besok pagi aku tetap harus bangun,
pura-pura baik-baik saja, pura-pura masih waras.
Di depan kaca, aku menatap wajah yang sama—mata yang menyimpan kantung beban, bibir yang lebih sering tersenyum dari yang seharusnya, pundak yang semakin lelah tapi tak pernah absen memikul segalanya.
“Kamu baik-baik saja?” tanyaku pada bayangan sendiri.
“Iya.” jawabnya, terlalu cepat untuk bisa dipercaya.
Lalu aku menyeduh kopi, menatap layar ponsel, membuka pesan yang belum sempat kubalas.
Di grup Whatsapp keluarga: “Jangan lupa transfer, ya.“
Di chat teman: “Bro, kapan kita ketemu?”
Di reminder: “Deadline hari ini!”
Aku menghela napas.
Sungguh, hidup ini terasa seperti cicilan—tak pernah lunas, selalu ada yang harus dibayar.
Tapi, seperti pagi-pagi sebelumnya, aku tetap berangkat.
Menyeret langkah, menata ulang topeng, mengikat lagi harapan yang mulai kendur.
Karena begitulah caranya: bertahan, bukan karena kuat, tapi karena tak ada pilihan lain.
Dan begitulah, roda berputar—bukan karena aku menginginkannya, tapi karena dunia tak peduli apakah aku siap atau tidak.
Di perjalanan, aku melihat orang-orang dengan wajah serupa:
mata lelah yang dipaksakan segar, raut lesu yang disamarkan ambisi, pundak yang tertunduk tapi tetap berjalan.
Entah mereka juga pura-pura, atau benar-benar sudah kebal.
Di kantor, laptop menyala, tugas menumpuk, bos menuntut.
Di rumah, tagihan datang tepat waktu, tidak pernah lupa alamat.
Di kepala, ribuan skenario bertabrakan:
“Bagaimana kalau aku gagal?”
“Bagaimana kalau aku berhenti?”
“Bagaimana kalau...?”
Ah, terlalu banyak bagaimana, tapi realitas hanya memberi satu jawaban: jalan terus.
Lalu malam tiba lagi. Setiap. Malam.
Dan siklus itu kembali dari awal.
Kadang aku bertanya, kapan ada jeda?
Tapi mungkin, jedanya bukan istirahat.
Mungkin jedanya adalah aku, yang akhirnya tumbang.
Lalu mulailah bagian terburuknya: kepalaku tak pernah benar-benar diam.
Setelah segala tuntutan hari ini, aku masih harus menghadapi satu lawan terakhir—diriku sendiri.
Di ranjang, di bawah lampu kamar yang temaram, di tengah keheningan yang seharusnya menenangkan, pikiranku justru makin gaduh.
Aku scroll media sosial—kesalahan fatal.
Di sana, orang-orang seumuranku sudah melangkah jauh:
Ada yang menikah, ada yang kerja di perusahaan besar, ada yang liburan ke luar negeri, ada yang beli rumah.
Sementara aku? Masih sibuk bertanya-tanya kenapa aku tertinggal.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.
“Tidak apa-apa, hidup bukan lomba,” kataku. Tapi rasanya tetap sesak.
Lalu aku berpikir lebih jauh:
Apa yang sebenarnya salah?
Apa aku kurang pintar?
Kurang kerja keras?
Sial. Aku terlalu lelah untuk menjawabnya.
Dan yang lebih sial lagi, besok pagi aku tetap harus bangun.
Tetap harus menjalani hari seolah-olah semua ini baik-baik saja.
Aku menarik napas, dalam-dalam.
Di dada, segala sesak mengendap seperti udara di ruangan tanpa jendela.
Aku ingin menyerah, tapi kepada siapa?
Aku ingin mengeluh, tapi apa gunanya?
Lalu, di tengah kebisingan yang hanya ada di kepalaku sendiri, aku mendengar suara lirih di hati:
“Bukankah selama ini kau tetap bertahan?”
“Bukankah sudah sejauh ini kau berjalan?”
“Bukankah ada yang menggenggammu, meski kau sering lupa?”
Aku terdiam.
Mungkin aku terlalu sibuk meratap sampai lupa bahwa langit tidak pernah benar-benar kosong.
Mungkin aku terlalu sibuk menghitung kekurangan sampai lupa bahwa rezeki, napas, dan langkah hari ini pun adalah hadiah yang tak pernah kutebus dengan apapun.
Aku menutup mata, membiarkan kepala yang berisik itu mereda sejenak.
Lalu kubisikkan doa, pelan—tanpa banyak kata, tanpa permintaan muluk.
“Ya Rabb, kuatkan aku. Jika bebanku tak bisa berkurang, maka tambahkanlah pundakku agar mampu menanggungnya.”
Aku tidak tahu apa besok akan lebih baik.
Tapi untuk saat ini, aku cukup percaya bahwa aku tidak berjalan sendirian.
Aku menarik napas sekali lagi. Kali ini lebih pelan, lebih dalam. Entah kenapa rasanya sedikit lebih ringan, atau mungkin aku hanya terbiasa menipu diri sendiri. Kulayangkan pandangan ke langit-langit kamar—kosong, seperti otakku yang kini lelah berpikir.
Besok pagi, aku akan bangun lagi. Akan mengulang rutinitas yang sama, berpura-pura baik-baik saja, tersenyum kepada dunia yang tak peduli apakah senyum itu tulus atau hanya kamuflase.
Tapi kali ini, aku tidak akan terlalu keras pada diri sendiri. Tidak akan lagi membandingkan langkahku dengan mereka yang berlari lebih dulu. Tidak akan lagi merasa rendah hanya karena hidupku belum sesuai ekspektasi.
Aku sadar, aku memang belum sampai. Tapi aku juga belum menyerah. Maka untuk malam ini, aku akan tidur, tanpa terlalu banyak cemas.
Dan besok, entah bagaimana caranya, aku akan bangun dan mencoba lagi.
6 notes · View notes
rasadanaksara · 4 months ago
Text
Kita itu harus selalu siap
Siap ketika senang, siap ketika sedih, siap ketika kecewa, siap ketika bahagia dan siap untuk setiap rasa yang Allah pergilirkan.
Kalo hari ini lagi sedih yaa terima dulu aja sedih nya inget banyak banget Allah kasih kesenangan sebelumnya.
Kalo hari ini lagi di kasih nikmat seneng jugaa inget, kesenangan yang Allah kasih gak lama pasti akan ada pergiliran rasa.
Jadi, rasa apapun yang hari ini lagi hinggap sadari yaa ini gak akan lama. Semuanya pasti bergilir.
🌷Untuk ku sebelum Kamu 🌷
0 notes
rasadanaksara · 10 months ago
Text
Jeruk Bali dan Hikmah hari ini
Jadi, selama beberapa hari ke belakang setiap pagi sering banget pergi ke warung. Dan di setiap pagi itu juga sering banget merhatiin pohon jeruk Bali punya tetangga.
Sampai tadi pagi, pohon itu lekat lekat di perhatiin. Pohon nya kecil ranting nya juga gak sebesar pohon-pohon lain nya tapi ranting dan pohon itu mampu menopang 3-4 buah jeruk Bali yang besar dan berat pastinya.
Dan ternyata pas hari Jum'at kemarin mamah dikirim satu jeruk Bali yg besar sama tetangga yang punya pohon itu. Karena ada sepupu yang lagi ngidam jeruk Bali yg langsung petik dari pohon nya akhirnya si jeruk yg tadi dikasih jadi dikasihin ke sepupu itu.
Teruss hikmah nya apa? Jadi, tadi pagi tuh abis dari warung jadi ngerunung gitu. "Kalo bukan Allah yang kasih kemampuan buat si pohon dan ranting kecil itu buat memikul buah-buah jeruk Bali yang besar lantas siapa?"
Begitupun dengan manusia. Mungkin, hari ini ada manusia-manusia yang kepalanya berisik dan beban di pundak nya cukup banyak. Yang kadang gak jarang buat dia tertatih ngelangkah atau gak jarang juga sesekali dia menepi karena banyak nya beban yang terpikul di pundak nya.
Begitupun dg pohon dan ranting jeruk Bali tadi. Secara dzohir mungkin ranting dan pohon itu terlihat kecil tapi Allah udah menciptakan nya begitu kuat hingga ia mampu memikul buah-buah yang besar dan berat itu. Hingga sampai saat nya tiba buah nya matang dan manfaat nya pun terasa oleh semua yang menikmati nya.
Kunci nya adalah sabar dan jalani setiap proses nya. Seberapa banyak beban yang hinggap di pundak, seberapa banyak rasa lelah yang terasa semoga buah di penghujung nya dapat terasa begitu lezat dan manfaatnya bisa bertebaran ke banyak tempat.
Kaya si pohon jeruk Bali tadi. Gimana caranya jeruk Bali yang suka diliat tiap pagi bisa sampai kerumah padahal jarak antara rumah dan tetangga yang punya pohon lintas RW tapi Allah sampaikan juga. Yaa begitulah manfaat kalo ia bisa bertebaran tebaran nya bisa terbang ke tempat yang gak pernah di sangka kan.
Jadi, yukk lebih kuat lagi lebih sabar lagi menjalani proses nyaa semoga buah dari proses itu bisa jadi manfaat yang meluas 🤗 Terus lapangkan hati agar hikmah-hikmah yang bertebaran bisa termaknai dg hati dan hikmah nya mampu memberi kekuatan untuk melalui proses proses yang telah Allah siapkan untuk kita 🌿
Cimahi, 05 September 2024
Menyelami Hikmah
0 notes
rasadanaksara · 11 months ago
Text
"Cepatlah Ikhlas supaya kamu naik kelas"
Kayanya bakal jadi salah satu kalimat yg di hembuskan saat kaki mulai terasa berat untuk melangkah.
Heyyy, kita semangattt lagii yaa 🩶🩶
Hari ini sebuah kutipan pendek menolongku.
"Cepatlah ikhlas, supaya kamu cepat naik kelas."
Kutipan itu aku baca dari akun instagram (at)rasakebenaran yang merupakan 'akun dakwah' Kristen. Terus gimana ceritanya kutipan itu menolongku?
Tumblr media
Beberapa hari lalu, aku bertemu temanku (dia mungkin membaca ini).
"Aku ngerasa harus nangis deh. Ada sesuatu dalam diriku yang harus di-release tapi bahkan aku nggak ada 'pintu' kesedihan untuk mengakses emosi-emosi ini."
Untuk ukuran orang yang perasa sepertiku, nggak nangis di saat seharusnya nangis tuh bikin hatiku ngerasa nggak fungsional. Ada alarm yang harusnya menyala, kan? Kemudian aku pikir, "apa yang bikin alarmnya mati?"
Menurut pengalamanku, diam adalah respons terakhir ketika semuanya gagal, atau ketika kita merasa kegagalan itu akan terjadi. Ini bersesuaian dengan realita yang aku hadapi di depan. Aku tahu aku akan menyerah dan aku sudah mempersiapkan hati untuk kegagalan (atau penundaan) ini. Katanya, otak kita memang memutuskan semua respons diam/freezing ini secara otomatis yang bertujuan untuk melindungi diri dari rasa kewalahan.
Freezing juga dapat didefinisikan “berpura-pura mati”. Tapi mengaktifkan mode ini setiap hari, secara konsisten dalam jangka waktu yang lama, membuatku menutup diri, atau “mati di dalam”. Hampir mustahil rasanya untuk keluar dari kondisi membeku kecuali/sampai kita merasa aman dalam tubuh kita. Dan akhirnya baru sadar, "lack of support" itulah yang bikin aku ngerasa nggak aman pada siapapun.
Di samping itu, aku juga menghadapi gagal demi gagalku sendirian tanpa punya back up plan selain pasrah. Yang sangat aku butuhkan saat itu adalah seseorang yang ada untuk aku tapi kemudian aku menyadari bahwa cuma aku yang peduli diriku sendiri. Tapi yang kaya gini-gini tuh pasti setiap orang pernah ngerasain (bisa jadi orang lain lebih parah). Cuma belakangan ini, rasanya jadi hampa ketika kehilangan "sense of fight" itu. Mungkin pada dasarnya manusia memang diciptakan untuk berjuang dan bersusah payah, makanya saat aku nggak tau lagi apa yang mau aku perjuangkan, rasanya hampa.
Kayanya aku jadi sadar. Sadar bahwa berkorban itu bukan hanya berjuang mengerahkan sesuatu melainkan ada jenis berkorban dalam konteks berhenti memperjuangkan sesuatu (menyerah berserah).
Benar bahwa sebelum ini aku sudah janji, kalau aku gagal aku nggak akan marah ke Allah. Tapi kayanya sepekan ke belakang, aku jadi marah ke diri sendiri karena nggak bisa berbuat apa-apa ketika semuanya berjalan nggak sesuai rencana. Aku marah ke diri sendiri dan berandai-andai jika saja aku seperti orang lain yang punya sumber daya tertentu untuk menghamba lebih gacor.
Tapi aku salah. Penghambaan terbaik haruslah dimulai dari keridhaan kita terhadap takdir. Jadi baik berhasil atau gagal, selama aku ridha Allah Maha Bijaksana atas setiap percepatan dan penundaannya, itu sudah cukup.
Jadi sekarang nggak mau di mode freezing lama-lama. Aku mau (dan bisa kok) cepat ikhlas, soalnya aku mau naik kelas. Hanya tinggal menunggu waktu untuk aku bisa mencair kembali sepenuhnya dan menyesuaikan bentukku dengan "wadah" yang menampungku (re: Islam), begitu kan sifat benda cair?
Akhir kata, aku menemukan satu doa yang bagus sekali. Rasulullah mengajarkan kita ada baiknya membaca doa berikut ini yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar.
“Dengan nama Allah yang menguasai diri, harta, dan dinku. Tuhanku, ridhakan aku (kondisikan aku untuk ridha) terhadap ketentuan-Mu (qadha). Berkahilah aku (tambahkan kebaikan) pada semua yang ditakdirkan (qadar) untukku sehingga aku enggan menyegerakan apa yang Kau tunda dan enggan menunda apa yang Kau segerakan.”
— Giza, mudah-mudahan semakin dewasa dalam menyikapi qadha dan qadar Allah dan menerima diperjalankan di sabil apapun selama itu lillah.
32 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Memaksimalkan Bakti
Seorang teman pernah berkata, "kalo yg dicari surga, ada surga yg paling dekat jika kedua nya masih membersamai. "
"Apa itu ?", tanyaku.
"Orang tua, bapa sama mamah teteh masih ada kan? Itu jalan pintu surga terdekat teteh sok maksimalin bakti nya mempeng masih ada".
Seolah ter reminder lagi potongan obrolan satu tahun lalu seusai diskusi program.
Kadang tanpa sadar kita lupa, pintu surga masih Allah dekatkan dg hadirnya mereka. Lelah nya hari ini dalam mengurusi kedua nya tak akan pernah bisa membayar lelah nya mereka walau hanya satu tetesan keringat.
1 note · View note
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Tumblr media
Kalaupun sekarang jalan nya udah masing-masing, di tempat yang lain dengan tugas dan amanah yang mungkin gak sama lagi. Tapi, kita sama-sama pastikan kalau tujuan nya masih sama, hanya saja media pengangkut nya yg berbeda.
Kita sama-sama pastikan, gerak dan langkah nya masih pada jalan-Nya hati nya masih saling bertaut dalam balutan do'a yang lirih melangit agar kita tetap saling terjaga di jalan-Nya.
Hari ini medan juang nya mungkin berbeda, tempaan untuk bertumbuh nya pun mungkin tak sama. Tapi, semoga semua nya bermuara pada-Nya.
Mari saling memastikan bertebaran nya bukan untuk menjauh atau bahkan berbalik arah melainkan bertebaran nya saling menjadi jembatan-jembatan kebaikan yang lain.
Selamat bertumbuh dimanapun hari ini kaki berpijak teman-teman.
2 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Mengenalmu Lewat Tulisan
Aku mengenalmu lewat tulisan. Lebih tepatnya, mengenal apa isi pikiranmu dan apa isi hatimu. Tulisanmu bagiku adalah profil diri yang sebenarnya, tentang apa yang kamu temui, apa yang kamu baca, apa yang kamu lihat, dan apa yang kamu maknai dari beragam hal yang dilewati.
Aku mengenalmu lewat tulisan. Dari sajak-sajak indah tentang rindu yang tak kunjung bertamu, tentang harapan orang tuamu, tentang semangat dalam menurut ilmu, atau tentang doa dan mimpimu yang melangit.
Semoga siapapun yang akan bertamu denganmu, akan membantumu mewujudkan mimpi yang telah kamu tulis. Mimpi besarmu, yang bukan hanya tentang dunia, tapi juga mimpi tentang bersama hingga surga.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-baik
288 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Aku memilihmu
Dari sekian milyaran manusia di muka bumi ini. Allah pilih hamba-hamba Nya dengan ragam ujian nya masing-masing. Bukan, bukan Allah menghukum mu melainkan kamu orang yang terpilih untuk meresapi salah satu bentuk cinta-Nya.
Kamu orang yang Allah pilih untuk menuai hikmah di penghujung nya.
Semoga Allah lapangkan hati kita semua dalam memandang ujian sebagai salah satu bentuk cinta-Nya pada hamba-Nya.
2 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Perempuan Milik Orang Tuanya
Perempuan itu harus manut sama orang tua. Orang yang membesarkan, merawat, menjaga, memastikan Ia tumbuh dengan baik. Walau terkadang ada batasan atas apa yang kamu inginkan, tapi mereka memberikan apa yang kamu butuhkan.
Anak perempuan itu milik orang tuanya. Segala apapun tanpa restu darinya kemungkinan akan jadi bahaya. Apalagi tentang pendamping hidup. Maka meminta pendapatnya sangat penting, dengan cara yang baik.
Anak perempuan milik orang tuanya. Memindahkan tanggung jawab penjagaan orang tua kepada 'orang asing' itu sangat berat. Tidak mudah, tidak boleh salah, khawatir 'orang asing' itu hanya baik penampilannya, tapi tidak baik sebenarnya.
Jadi, siapapun yang akan meminangnya pastikan beri penawaran terbaik. Penawaran itu bukan tentang harta benda, tapi tentang karakter yang telah dilatih, kata-kata yang tidak menyakiti, pikiran yang matang, hati yang lapang, wawasan yang luas, dan ilmu agama yang lebih dari cukup.
Anak perempuan milik orang tuanya. Bila kamu ingin datang, maka persiapkan sebaik-baiknya.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-baik
Bogor, 9 Maret 2024
263 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Mempertanyakan Takdir
Saat dirasa badai yang datang terlampau besar lagi deras dan kita pun terseok akan terjangan nya dan di tengah henti dalam diam yang lama "Yaa Allah kenapa aku?, Yaa Allah sampai kapan?" Dan Yaa Allah Yaa Allah yang lainnya. Jika dirasa badai nya terlalu deras, semoga darinya pelangi bisa bersinar di penghujung nya. Takdir Allah itu selalu baik, semoga Allah lapangkan hati untuk bisa menerima hikmah-hikmah di sebalik ujian yang datang, semoga Allah kuatkan langkah dan kokoh kan iman.
Terimakasih sudah mau berjuang sejauh ini wahai diri, walaupun masih banyak sekali kurang kita terjang bersama ujian Allah semoga Allah mampukan dan menjaga lisan ini dari mempertanyakan takdir-Nya
🖇 Untukusebelumkamu
0 notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Tumblr media
FENOMENA AKHIR ZAMAN
Banyak rumah semakin besar, tapi keluarganya semakin kecil.
Gelar semakin tinggi, akal sehat semakin rendah.
Pengobatan semakin canggih, kesehatan semakin buruk.
Travelling keliling dunia, tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.
Penghasilan semakin meningkat, ketenteraman jiwa semakin berkurang.
Kualitas Ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah.
Jumlah Manusia semakin banyak, rasa kemanusiaan semakin menipis.
Pengetahuan semakin bagus, kearifan semakin berkurang.
Perselingkuhan semakin marak, kesetiaan semakin punah.
Semakin banyak teman di dunia maya, semakin sedikit sahabat yang sejati.
Minuman semakin banyak jenisnya, air bersih semakin berkurang jumlahnya.
Pakai jam tangan mahal, tapi tak pernah tepat waktu.
Ilmu semakin tersebar, adab dan akhlak semakin lenyap.
Belajar semakin mudah, guru semakin tidak dihargai.
Teknologi Informasi semakin canggih, fitnah dan aib semakin tersebar.
Orang yang rendah ilmu banyak bicara, orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.
Tontonan semakin banyak, tuntunan semakin berkurang.
اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ ﴿الأنبياء : ۱﴾
Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).
(QS. Al-Anbiya': 1)
440 notes · View notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Gapapa pelan-pelan aja, bisa jadi sentilan-sentilan keresahan kemarin warning dari Allah kalo kamu udah keluar jalur-Nya.
Sadar atau tidak ada masanya kita akan di uji dengan sesuatu yang kita senangi. Selalu minta hati yang lapang dan gak berhenti minta petunjuk-Nya karena terkadang kita suka gak sadar kalo udah kesasar karena terlalaikan akan hal-hal yang kita senangi.
🖇Untuk ku sebelum kamu
0 notes
rasadanaksara · 1 year ago
Text
Mengapresiasi Diri
Saat diluar sana terdengar banyak sekali perbandingan, cemoohan dan hal-hal lain yang dirasa tak membuat nyaman cukup ingat, bahwa kamu itu berharga! Karena Allah telah mencipta dengan bentuk sebaik-baiknya.
Mengambil jeda untuk memulai langkah rasanya perlu dilakukan saat dada kian sempit menghimpit membuat laju yang harusnya cepat jadi melambat. Tak apa, jika bukan hari ini esok jika bukan esok mungkin lusa.
Kita tak harus jadi orang lain dan orang lain pun tak harus jadi kita. Mereka hanya melihat hasil namun proses hanya kita yang merasakan.
Sesekali coba renungi sudah sejauh mana kamu berlari dan berproses sampai ada di titik ini? Pernahkan sejenak menepi dan berucap "Terimakasih yaaa sudah berjuang"
Sahabat terbaik adalah diri kita sendiri, ia tak pernah pergi dalam berbagai kondisi. Tantangan, halangan dan rintangan kian diterjang agar bisa sampai di titik ini.
Terimakasih sudah mau belajar dari masa lalu, terimakasih sudah mau terus mengupayakan yang terbaik setiap saat nya, terimakasih untuk hal-hal hebat yang telah di tempuh, terimakasih wahai sahabat terbaik.
Cimahi, 08 Januari 2024
0 notes
rasadanaksara · 2 years ago
Text
Pentingnya kita untuk kenal siapa diri kita, agar dapat mendefinisikan arti bahagia dan kata cukup pada tiap-tiap capaian diri.
Manusia itu seringkali merasa bahwa dirinya tertinggal akan capaian milik orang lain. Padahal hidup bukan soal seberapa cepat dan siapa yang duluan sampai.
Melainkan hidup adalah perjalanan yang setiap orang lalui, akan tetapi yang membedakannya adalah nilai apa yang telah ia tanam, ia rawat dan kemudian ia tuai.
Maka dalam hal ini tidak ada kata terlambat, apalagi tertinggal. Ini hanya berbicara tentang pemaknaan hidup, pada tiap-tiap kesempatan, nilai apa yang kita beri dan kita tinggalkan nanti, yang berujung pada kebahagiaan hakiki.
Jadi tidak apa, jika kamu meyakini dan memiliki nilai yang saat ini kamu upayakan, meskipun secara dzahir mungkin terlihat tidak sementereng milik orang lain, tidak apa, pertahankan, bersabar dan selesaikan.
236 notes · View notes
rasadanaksara · 2 years ago
Text
Tumblr media
Yang sudah ya sudah.
Jangan terbebani dengan apa yang sudah terjadi, yang sudah ya sudah jangan berhenti kemudian berbalik dan sibuk dengan yang sudah dilalui.
Anggap saja yang kemarin menjadi sebuah pembelajaran untuk esok yang lebih baik lagi. Ada perkataan yg selalu terngiang "Kamu hidup untuk masa depan bukan untuk masa lalu".
Jadi, yuk bisa berbenah untuk esok yg lebih baik lagi. Jangan nyerah yaa apalagi berputus asa dari Rahmat-Nya.
1 note · View note