ratnanoer
ratnanoer
Ratna Yuniati
30 posts
Be simple, informative and interesting 
Don't wanna be here? Send us removal request.
ratnanoer · 3 years ago
Text
Age is not just a matter of numbers, but how do you make it a reminder, how much longer we are given by Allah to live and worship Allah. As a moslem, my benchmark is only the age of the Prophet Muhammad. Is it enough for the provision of deeds when the time comes for Allah's call?
0 notes
ratnanoer · 4 years ago
Text
For me "weed" is just a terminology. Because when it comes to its flower, they are beautiful
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
ratnanoer · 5 years ago
Text
Expectation vs reality
It’s already mid-August and the temperatures are at their peaks.
The expectation: summer getaway, chilled out, visiting a chillier, cold-weather destination.
Reality
Leave the house, grab passport, go to the immigration office. 🤣🤣
In line with government protocol for the "new normal" era, the office is limiting the number of applicants to 50 percent of the usual quota. 
There is no “walk-in queue system”. You have to reserve your spot online. The applicant are required to get queue number from Online Passport Queue Registration App.  immigration office in accordance with the adjusted quota.
More comfortable, less crowded, and arrive home on time to attend online meeting
#newnormaloffice #publicservice #begoodcitizens #followtherules #checkyourpassport #letstravel #safetravels
Tumblr media
0 notes
ratnanoer · 5 years ago
Text
At the beginning of 2010 my husband and I applied for the Hajj. Hoping that we would leave at the soonest two years later.
We were both excited and surprised a month later we got notification that we could depart that year.
Happy because our intention was immediately answered by Allah.
Surprised and confused because in the middle of the year I will go to Japan because my application for the sandwich program was accepted.
Our preparations to fulfill the call to Baitullah were still minimal also.
Mental preparation especially.
We are discussing with the travel to include our names in the list of pilgrims in the next year. Alhamdulillah in 2011 Allah called us. If it were not for the call, if it were not for guidance and Allah's call, we would not be able to make the hajj.
It is the dream of every Muslim to visit Mecca and do the hajj. But the pandemic came with no warning and took away that dream.
Even if you think everything has been decided and nothing can be done.
Keep asking, even if you think it’s your destiny
We are incapable of understanding how Allah handles our matters.
May Allah relieve us of this burden.
#hajj #callforhajj #baitullah🕋 #holyjourney #holyplaces #masyaallahtabarakallaah #qadarullah #thepowerofprayers
Tumblr media
1 note · View note
ratnanoer · 5 years ago
Text
Then after April 21st we can start planting the seeds Ma'am?"
They are my students who were supposed to graduate this semester. They plan to start doing research in the middle of March.
But as the situation continues rapidly, faculty and department research laboratories are being asked to stop normal operations.
Students are asked not to return to campus and to meet academic requirements remotely until further notice.
But they plan, and Allah plans
And Allah is the best of Planners
[Qur'an : Al - Anfaal: 30]
#workfromhome #stayhome #staysafe #biologystudents #fieldwork #fieldresearch #learnremotely #teachremotely
Tumblr media
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Video
youtube
Berbagai Stres yang dihadapi Oleh Tumbuhan
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Cool but scary
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
👏👏👏
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Pengalamanku bersama askar
Di antara ribuan jama’ah perempuan di Masjid Nabawi yang juga banyak berbusana serba hitam, keberadaannya tetap sangat terlihat khas. Berjubah hitam, bercadar, berkaus tangan dan berkaus kaki, sehingga hanya meninggalkan sepasang mata yang awas, menyelidik, siap menyapu sekeliling masjid. Askar. Kucari artinya adalah tentara, pengawal. Memang untuk menertibkan ribuan jama’ah dari berbagai negara dengan macam-macam karakter, kebiasaan dan ‘kebandelan’, diperlukan petugas yang tegas, waspada kalau perlu cerewet, agar suasana dan kondisi sholat berjama’ah di masjid nan agung itu berlangsung khidmat, khusyu dan tertib.
Tugas utama askar adalah memastikan jama’ah masuk mesjid bersih (nanti kujelaskan maksudnya), dan mengatur supaya shaf rapi tidak bolong-bolong, karena keutamaan sholat berjama’ah adalah shaf yang rapat dan lurus. Imam masjid Nabawi dan Masjidil Haram selalu mengingatkan tepat sebelum melakukan Takbiratul ihram:
Sawuu sufuufakum fainna taswiyatu sfuufi min tamaami sholaah..
Perkataan di atas merupakan sebuah hadits yang artinya : “Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat.” (HR Ibnu Majah)
Jadi di dalam masjid bisa dilihat para askar berjalan hilir mudik di antara shaf-shaf jama’ah. Instruksinya dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, atau Melayu terdengar lantang dan galak. Aku kagum akan refleks mereka mengenali ras kami para jama’ah. Para askar itu akan langsung berbahasa melayu jika berhadapan dengan kami warga Indonesia atau Malaysia: “Ibu….ibu….ke sana…ke sana…!! Sambil telunjuknya menunjuk ke sisi masjid yang masih menyisakan banyak tempat kosong. Saat berhadapan dengan jama’ah dari Turki, Mesir, Mongolia, atau Uzbekistan mereka berbahasa Inggris.
Ketika waktu mulai shalat hampir mendekati (antara adzan dan qomat) makin banyak jama’ah yang berdatangan, kusebut mereka last minute man. Memang bukan hak kita untuk menghakimi mereka kenapa baru masuk masjid di saat yang mepet. Hampir pasti di pintu masuk mereka sudah dihalau oleh askar tidak boleh masuk, karena sudah tidak ada tempat lagi yang tersisa di dalam. Tapi seribu cara askar menghalau, seribu satu cara jama’ah bisa nemu jalan masuk. Bukan mau membanggakan jama’ah Indonesia, tapi dari pengamatanku, umumnya jama’ah dari Sudan, India kadang Turki yang langganan jadi pendatang mutakhir (bhs arab: muta akhir = terlambat), walaupun satu dua ada juga jama’ah Indonesia. Yang jadi bikin nggak nyaman adalah kalau tiba-tiba mereka nyelip, nyempil di antara aku dan teman di sebelahku. Yaaa mending kalau badannya kurus, kecil jadi shaf kami rapat…kejadiannya si shohib yang nyempil ini ukurannya agak besar jadi malah aku yang ‘tergusur’. Beberapa kali kualami hal ini, ada yang masih sopan permisi dulu dengan bahasanya, tapi ada juga yang langsung “brug” duduk ajah menggelar sajadahnya. Kalau sudah begitu tak ada lain yang bisa kulakukan selain beristighfar, berusaha ikhlas dan sabar. Kami sesama tamu Alloh, bertamu ke masjid Rasulullah SAW…kami punya hak yang sama.
Sebelum bisa masuk masjid, jamaah harus bersih, siapa saja tak akan lolos dari pemeriksaan sang askar. Mereka akan mengobok-obok tas, mengenali isinya dengan memegang, jika ada yang dicurigai sebagai ponsel maka serta merta sang jama’ah ditahan tidak boleh masuk; alternatifnya adalah sholat di pelataran luar masjid. Memang sudah menjadi peraturan dilarang membawa kamera dan ponsel yang berkamera, ponsel yang tidak berkamera boleh dibawa masuk.
Sebelum berangkat ke tanah suci, aku sempat bertemu dengan salah seorang teman yang sudah berangkat haji dan umroh. Dia memberikan aku tips tentang A-Z termasuk bagaimana bisa lolos membawa ponsel ke dalam masjid.
“Ngeri ah Mbak kalau kena razia gimana ? Mendingan gak usah bawa deh.”
“Eh Na, masjid Nabawi itu pintu masuk perempuan dan laki terpisah jauh. Kalau nggak bawa ponsel gimana kamu janjian ketemu suamimu pas pulang? Udah nih dengerin kata gue, bawa kantung kain bekas kalo beli sepatu tuh yang hitam, nah masukin sandal dan ponsel ke situ, dijamin aman. Askar paling meriksa tas sama ngeraba-raba badan doang”.
Nah, di sholat pertamaku di masjid Nabawi aku belum berani bawa ponsel. Aku akan lihat situasi dulu. Aku bersama 5 orang teman satu kelompok, antri memasuki masjid, aku berdiri paling belakang. Ternyata, plastik tempat sandal justru yang pertama kali diperiksa, setelah itu baru tas, lalu badan. Yaaahhh…mesti cari cara lain nih. Selesai sholat isya dan mengaji, kulihat salah seorang temanku sedang asyik memegang dan mengetik di BB nya.
“Eh kok bisa lolos Teh ?”
“Kumasukin ke dalam kaos kaki”
Sejak itu kupraktekkan cara si Teteh Riska itu, dan Alhamdulillah aman. Waktu kuceritakan caraku itu ke suamiku dia malah terheran-heran. “Sampe segitu amat. Saya bawa BB dan kamera lolos-lolos aja tuh, malah sempat motret di Raudhah”.
Ternyata memang begitu, askar perempuan lebih saklek dibanding askar laki-laki. Fakta lainnya adalah, dibanding askar di masjid Nabawi, askar di masjidil Haram lebih loose. Di Masjidil Haram, dua kali tasku diperiksa, tapi sepertinya hanya formalitas saja. Tangan si askar hanya sekadar masuk ke tas tapi beberapa detik kemudian aku sudah disuruhnya masuk. Mungkin yang membuat berbeda adalah, pintu masuk khusus wanita di masjidil Haram hanya beberapa. Sisanya pintu masuk tidak bertanda, jadi sepasang suami istri bisa masuk dari pintu yang sama. Mungkin karena itu askar wanita hanya berjaga di pintu tertentu, itupun tidak tepat di mulut pintu. Sepertinya mereka memeriksa secara random.
Ada satu lagi pengalamanku saat aku dan suamiku selesai melaksanakan thawaf wada’ – yaitu thawaf perpisahan yang harus dilakukan jamaah sebelum meninggalkan Masjidil Haram – disunnahkan untuk sholat sunnah 2 rakaat. Pada thawaf-tahawaf sebelumnya, kami selalu tidak mendapat tempat di pelataran di depan Ka’bah, biasanya selalu dapat tempat di areal masjid yang beratap. Sekali itu aku bersyukur mendapat tempat tak jauh dari Ka’bah. Sebelum sampai di tempat yang sudah kami incar dari jauh dan baru akan menghamparkan sajadah, ada seorang jama’ah pria sepertinya dari Turki berbicara dalam bahasanya yang tidak kumenegrti, tapi aku tau pasti dia berbicara padaku. Karena aku tidak mengerti, aku cuek saja sambil introspeksi dan berpikir apa ada yang salah ya dengan tindakanku, cara berpakaian atau …ah.. waktu sangat berharga saat bisa sangat dekat dengan Ka’bah. Kami pun sholat sunnah thawaf, lalu dilanjutkan dengan sholat tahajjud, karena saat itu jam setengah 4 dini hari. Mungkin sebegitu khusyunya aku sholat (Subhanallaah….aura Ka’bah memang bisa membuat siapa saja yang sholat di dekatnya khusyu), dan baru setelah salam menoleh ke kanan, ke kiri, lalu baru melihat ke depan… tiba-tiba saja di depanku sudah ada sesosok tubuh bergamis putih, baru saja aku akan menengadahkan muka untuk melihat siapa dia, ku dengar suara: “hajjah…ke belakang…ke belakang….” Saat itu lah aku baru melihat pemilik suara yang rupanya askar laki-laki yang bergamis putih dan berkafiyeh merah putih. Suamiku dengan cepat menggamitku sambil berbisik, ayo kita masuk ke dalam. Ooh tahulah aku yang dimaksud bapak-bapak Turki tadi bahwa barisan itu adalah barisan khusus untuk jama’ah pria. Tapi saat aku berjalan ke belakang sempat kulihat shaf persis di belakangku duduk 4 ibu-ibu berkulit hitam, tetap bisa duduk di situ tanpa diusir. Sangka baikku…hmm mungkin aku duduk di border, jadi mulai shaf di belakangku bisa ditempati jama’ah perempuan. Bagaimana pun aku masih bersyukur, meskipun aku diusir dari tempat yang bukan hakku, dan itu karena kesalahan kami, askar pria itu melakukannya dengan sopan. Yang sering kulihat juga, askar-askar wanita agak lunak jika menghadapi jama’ah melayu mungkin karena kami warga Indonesia dan Malaysia patuh dan tidak bandel. Kalau disuruh keluar ya keluar, disuruh pindah ya pindah. Lain halnya jika berhadapan dengan jama’ah Asia dan Afrika, bahkan yang berasal dari jazirah Arab askar-askar itu sangat galak dan keras. Karena sang jama’ah sering ngeyel malah bebantah-bantahan. Di larang masuk karena sudah tak ada tempat, malah ngotot sholat di jalan tempat lalu lalang.
Pengalaman cukup mengesankan adalah saat aku di masjid Nabawi. Waktu itu qomat sudah dikumandangkan, jama’ah sudah berdiri. Dari arah depan seorang askar berjalan lurus ke arahku, padahal aku mendapat tempat di tengah-tengah. Dia berjalan menyelip-nyelip di antara jamaah di depanku, entah kenapa aku merasa dia mau mendatangiku. Aku sempat ndredeg…apakah ada yang salah denganku ? Belum sempat berpikir lebih jauh, imam sudah bertakbiratul ihram. Ternyata, sang askar hanya ingin sholat berjama’ah juga, dan dia melihat di sebelahku ada tersisa space yang tidak terlalu lebar tapi tidak juga rapat. Aku hanya cukup bergeser ke kiri sedikit, dan kami pun sholat. Sepanjang sholat tercium aroma parfum sang askar, dan aku sukaaa sekali baunya. Alhamdulillah…
December 14, 2011
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Menjaga hati di tanah suci
Semenjak manasik di tanah air, ustadz pembimbing haji kami dalam setiap tausyiahnya selalu menekankan bahwa selama di tanah suci, terlebih saat sedang mengenakan pakaian ihram kita harus selalu menjaga ucapan. Maka benarlah jika ada pepatah menyebutkan: “Mulutmu harimaumu”. Secara khusus di surat Al Baqarah 197 disebutkan siapa saja yang sedang berhaji janganlah berkata jorok (rafats), contohnya candaan yang mengarah pada hal yang berbau porno, fusuq: perbuatan fasik yaitu perbuatan maksiat kepada Allah, dan jidal yaitu bertengkar atau berbantah-bantahan.
Tiga larangan itu sangat mudah terjadi pada kebanyakan kita. Contohnya seperti rafats, hampir semua bahan lawakan di televisi bahkan di BB Group kiriman member grup mengarah pada sesuatu berunsur porno, meskipun dalam kadar yang bervariasi. Semakin vulgar, semakin lucu dan memancing tawa. Hal lain adalah berbantah-bantahan. Di televisi sering kulihat forum debat atau diskusi yang mempertontonkan perdebatan antara dua pihak yang memang sudah diatur membawa aspirasi yang berbeda. Belum lagi sinetron yang banyak sekali mempertontonkan adegan perseteruan antara dua orang dengan mimik muka penuh kebencian. Sesuatu yang terus-menerus menstimulus indera kita, terutama mata dan telinga hampir pasti akan masuk ke dalam pikiran.
Ucapan tak lain tak bukan adalah hasil keluaran dari pikiran dan hati. Sudah merupakan sunnatullah apa yang terbetik di hati dan pikiran pasti akan terucap.
Ibu mertuaku berpesan, Mbak Ratna, di sana nanti wis pokok e kalau melihat yang macem-macem jangan ngomong apa-apa, istighfar aja ya, kalau perlu ya mlengos nggak usah dilihat lagi. Aku tersenyum-senyum mendengar nasehat ibu tapi dalam hati aku berjanji akan berusaha menaatinya. Benarlah apa yang dipesankan teman-teman, ibu, dan pak ustadz, betapa sulit mempraktekkan nasehat Ibu.
Sesampai di Madinah kami mulai berinteraksi dengan jamaah lain dari berbagai negara yang tentunya mempunyai penampilan fisik serta karakter yang berbeda dengan kita. Dari fisik sudah jelas ukuran tubuh rata-rata jamaah dari negara-negara di jazirah Arab seperti Sudan, Ghana, Ethiopia, Turki dan Arab lebih besar dari jamaah asal Asia dan Asia tenggara seperti Indonesia, Malaysia, India, Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan. Ukuran tubuh jelas sangat berpengaruh dalam semua aktivitas ibadah haji yang 99% merupakan ibadah fisik. Bayangkan jika dengan mereka-mereka, kita harus berdesakan.
Ibadah terberat baik dalam ujian fisik maupun mental adalah tawaf yaitu berjalan berputar mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali. Meskipun sedang berada sangaaaat dekat dengan Ka’bah yang mulia, yang memiliki aura dan energi yang sangat luar biasa, tetapi manusia yang juga selalu dalam godaan setan, dalam kondisi lelah, berdesakan, dengan ribuan manusia yang punya bermacam karakter, jika tidak meluruskan niat dan membersihkan serta menjaga hati, pastilah akan mengeluh, menggerutu dan marah yang akan menodai dan merusak pahala tawaf itu sendiri. Belum lagi godaan setan sehingga kita menjadi lupa dengan jumlah putaran yang sudah kita jalani; atau lalai tidak membaca doa. Itu semua terjadi padaku !
Di tawaf pertamaku yaitu tawaf dalam rangkaian Umrah, aku memang sudah menyiapkan diri bahwa kondisinya berdesakan. Yang belum terpikir olehku adalah sering kali ada sekelompok kecil jamaah yang dengan seenaknya dan tampak sengaja berjalan memotong arus barisan tawaf. Mereka itu sudah menyelesaikan 7 putaran tetapi karena berada di lingkaran dalam sementara mereka sudah harus keluar sebelum batas akhir tawaf supaya tidak melebihi 7, maka jadilah mereka terburu-buru ‘memotong’ atau ‘menyebrangi’ barisan sedemikian banyak orang. Pengalaman pertamaku itu sempat membuat pikiran logisku berdebat..”kenapa siih kok nggak sejak putaran ke 5 atau ke 6 sedikit-sedikit keluar dari barisan ?” Mungkin ‘setan merah bertanduk’ di hatiku yang berbisik seperti itu. Lalu ‘malaikat’ putih di sisi lain hatiku berbisik “Yaa mungkin mereka berusaha mendekat Ka’bah untuk memegang dindingnya, mau mencium Hajar aswad, mau sholat di Hijr ismail, atau memegang Maqom Ibrahim. Kalau mereka hanya bergerak di lingkaran luar manalah bisa sampai melakukan itu semua”. Akhirnya aku hanya bisa memaafkan mereka-mereka yang ‘hobby’ motong jalan seperti itu sambil mulutku tak berhenti melafadz kan istighfar.
Sabar. Itu kata kuncinya. Jikalau ribuan jamaah yang sedang tawaf itu semua sabar, betapa nyamannya. Tapi kadar kesabaran setiap orang berbedalah pasti. Aku sabar, tetapi kalau teman sekelompokku tidak sabar, maka barisan yang dipimpin oleh Mutawif (pemimpin tawaf yang membacakan doa dengan suara keras) bisa terpisah dan terpencar-pencar karena ada yang ingin lebih cepat sampai. Yang lebih sering terjadi adalah adanya jama’ah yang berjalan sendiri-sendiri (tidak berkelompok) tapi berusaha mendahului dengan cara menyelip, menyelusup di antara jama’ah yang berjalan berkelompok. Sampai pernah aku berpikir, apakah ini benar manusia atau sebenarnya setan atau malaikat yang berwujud manusia yang tujuannya ingin menguji kesabaran dan kekhusyu’an tawaf kami ? Wallahu ‘alam bishowab…astaghfirullah.
Yang juga mengganggu adalah maaf, bau keringat dari bermacam orang yang berdesak-desakan di sekeliling kita. Di tawaf pertamaku, juga aku sempat membatin, lalu entah sugesti entah hukuman yang kudapat, sepanjang sisa tawaf sepertinya bau yang terhirup olehku semakin parah. Saat tersadar aku segera beristighfar sebanyak-banyaknya. Di kesempatan tawaf berikutnya, karena aku sudah mencoba membersihkan pikiranku, meskipun aku berhimpitan dengan jamaah yang basah kuyup sekalipun, sama sekali tak ada bau keringat yang tercium olehku…Subhaanallaah…kekuatan doa memang benar-benar bisa menjaga hati. Doa pula yang bisa membolak-balikkan hati bukan ?
Godaan lain yang juga mudah sekali datang adalah bergosip. Saat di Madinah dan Mekkah waktu kami nyaris habis digunakan untuk sholat berjama’ah di masjid. Siapalah yang tidak tergiur dengan pahala yang 1000x untuk sholat di Nabawi dan 100.000x di masjidil Haram. Kami benar-benar memanen sebanyak-banyak pahala. Diantara waktu sholat kami manfaatkan untuk istirahat atau kegiatan sekunder : B-E-L-A-N-J-A (kegiatan primer ibadah kan ?). Saat jeda setelah kegiatan di Madinah selesai, tetapi belum saatnya wukuf, kami tinggal di rumah singgah, yaitu penginapan yang letaknya di Mekkah berjarak 5 km dari masjidil Haram. Rumah singgah itu terletak di kawasan perumahan yang tidak bercampur dengan kawasan perniagaan, jadi meskipun waktu yang tersisa di luar kegiatan ibadah cukup banyak, kami tidak bisa ngapa-ngapain selain tidur, makan, ngobrol, karena tidak mungkin kami belanja. Mau belanja ke mana ? Ngga ada Indomart atau Alfamart seperti di Indonesia yang bisa kita jumpai di setiap 1 km. Di sinilah setan mulai menggoda ibu-ibu.
Di dalam kamar yang rata-rata dihuni oleh 6 orang, sambil membereskan baju, membereskan koper terjadilah obrolan. Karena kami sudah saling akrab sejak 9 hari di Madinah, percakapan tentang keluarga masing-masing sudah basi. Yang tidak basi secara tidak sengaja atau tidak, membicarakan teman yang ada di kamar lain. Astaghfirullah. Sebenarnya 5 teman sekamarku tidak terlalu suka ngobrol. Tetapi pemicu ngobrol adalah seorang teman dari kamar lain yang merasa tidak betah dengan teman sekamarnya, alasannya tidak cocok. Ketidakcocokan itu bisa bersumber dari hal-hal sepele, masalah AC, yang satu maunya dingin, yang lain tidak tahan dingin, ada yang tidur selalu mendengkur, belum lagi masalah antri kamar mandi. Semua itu menjadi bahan omongan di kamarku. Aku pernah mengingatkan agar jangan ngomongin orang tentunya dengan gaya bercanda, tapi tak bertahan lama, sebentar kemudian malah ngomongin artis A, artis B….walaaah… Meskipun aku tidak ikutan ngomong, tapi kalau aku tetap di situ, di dalam kamar, aku akan terpaksa mendengarkan, tetap kecipratan dosa.
Escape-ku yang paling jitu, aku keluar kamar dan mencuci baju atau jalan-jalan di depan rumah dengan suamiku. Aku tak ingin ibadah yang sudah kutabung sejak di Madinah termakan ‘korosi’, ‘karat’ akibat dosa karena berghibah, bergosip. Masya Allah…sungguh sulit menjaga hati, tapi tak kalah sulitnya menjaga lidah dan pendengaran terlebih di tempat yang suci.
December 17, 2011
1 note · View note
ratnanoer · 6 years ago
Text
Sebenar-benar tamu Allah
Adalah benar, seseorang hanya bisa menjadi tamu jika sudah diizinkan oleh tuan rumah. Menjadi sangat benar, seorang jama’ah haji yang menginjakkan kaki di tanah suci dikatakan sebagai tamu Allah. Dan Alloh punya hak penuh dalam memilih tamu yang diizinkan berkunjung ke Baitullah, ke rumahNYA yang agung; Allah tidak mendasarkan pemilihan atas pangkat, kecantikan/ketampanan, ataupun harta milik hambaNYA. Kita manusia termasuk aku, sejujurnya tidak juga tau kriteria apa yang Allah tetapkan untuk memanggil hambaNYA ke tanah suci.
“Nanti panggil saya ya dari Mekkah, supaya saya bisa berangkat haji juga”. Itu adalah pesan yang biasa terdengar sebagai titipan doa untuk teman atau kerabat yang akan berangkat menunaikan ibadah haji. Ada yang dengan sungguh-sungguh menitipkan doa tersebut karena memang yang bersangkutan sudah mendaftar tetapi belum ada kepastian kapan akan berangkat. Ada juga yang minta didoakan sesuai hajatnya.
Bagi seorang muslim, menunaikan ibadah haji adalah impian, cita-cita, panggilan, dan kewajiban (bagi yang mampu). Seperti ibadah-ibadah lainnya haji juga diawali dengan niat. Niat seseorang untuk mengawali sesuatu tentu bermacam-macam, pun dalam melaksanakan ibadah haji. Saat manasik haji, ustadz pembimbing haji kami selalu mengingatkan agar meluruskan niat. “Apakah di antara bapak-ibu ada yang naik haji demi mendapat sapaan “Pak Haji”, “Bu Haji” ? Atau ada yang supaya memuluskan jalan untuk pencalonan diri sebagai lurah, camat, atau walikota ? Atau supaya menaikkan gengsi di depan calon besan ?” pertanyaan pak Ustadz persis seperti pertanyaan guru TK kepada murid-muridnya.
Niat sudah ada, biaya tidak (belum) ada, belum tentu tidak bisa berangkat. Pasti sudah Allah catat niat itu, dan jika Allah menghendaki, lewat jalan apapun pasti akan sampai di Mekkah. Sebaliknya, biaya sudah ada, tetapi niat baru sekadar ucapan di bibir, bukan dari hati, mendaftarpun belum, yaaa kapan-kapan deh berangkatnya.
Di sekelilingku, aku bisa melihat, baik teman, saudara, ataupun tetangga yang sudah sangat mampu dari segi harta, tetapi mereka belum juga tergerak untuk berhaji; alasan yang sering terungkap belum siap karena sholatnya masih belum khusyu, karena belum tega meninggalkan anak, karena masih sibuk dengan pekerjaan dan banyak karena karena lainnya. Jujur semua itu pernah menjadi alasanku. Tetapi saat niat sudah terikrar dengan kuat (niat kuat = azzam), disertai banyak berdoa, berbaik sangka (ber-khusnuzon) kepada Allah, Insya Allah proses menuju keberangkatan lancar.
Dulu, sewaktu bapak dan ibuku berangkat haji tahun 1987 semua terlihat mudah. Daftar, ikut manasik, membeli perlengkapan haji, lalu berangkat. Belum lagi jika membandingkan ongkosnya. Kalau dalam USD mungkin tahun 1987 dengan 2011 tidak berbeda jauh. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2011/1432 Hijriah ditetapkan USD 3.533 (Rp 30.737.100). Sementara sebelum krismon tahun 1998, ada yang ingat nggak, 1 USD = Rp 2500. Nah kalau 3.533 x 2500 = Rp 8.832.500; aku masih ingat dulu ONH (Ongkos Naik Haji) bapak-ibuku sekitar Rp 7 juta. Masya Allah, betapa tak berharganya rupiah kita dibanding dengan dollar.
Dulu istilah kuota mungkin belum biasa terdengar, apalagi istilah waiting list. Mendaftar tahun itu, berangkat pun di tahun yang sama. Sekarang ? Subhanallaah..mengutip di salah satu media online: Menteri Agama menyatakan masih ada lebih dari 1 juta orang yang menunggu giliran berangkat ke tanah suci. Untuk tahun 2011, kuota yang tersedia bagi jamaah asal Indonesia adalah 211 ribu jamaah. Sebanyak 194 ribu kursi untuk jamaah haji reguler dan 17 ribu kursi untuk haji khusus. Akibat belum adanya kuota tambahan haji, maka jatah haji hingga 2019 mendatang telah penuh. Alhasil bagi umat muslim asal Indonesia yang hendak haji harus bersabar hingga 4-5 tahun mendatang.
Masuk dalam waiting list apalagi yang masih berjarak 4-5 tahun lagi dari saat pendaftaran, mungkin adalah ujian pertama mata pelajaran yang berjudul SABAR. Masih banyak ujian keSABARan berikutnya baik saat persiapan, pelaksanaan hingga kepulangan seorang jama’ah haji.
Proses dan masa penantian yang dirasakan oleh masing-masing calon haji tidaklah sama. “Tergantung amal ibadah” begitu lah pembenaran yang sering kudengar. Wallaahu alam bishowab, mungkin bagi Allah SWT memang begitulah kriteria Allah menentukan prioritas siapa yang bakal menjadi tamuNYA.
Beberapa tahun yang lalu guru senamku (wahaha ketahuan deh udah lama gak pernah senam) benar-benar diuji kesabarannya. Keberangkatannya sudah 99% pasti. Koper sudah tinggal angkat. Sudah juga mengadakan Walimatussafar yaitu selamatan meminta doa restu dari teman dan kerabat sebelum berangkat haji. Beliau juga sudah pamit untuk meliburkan kami para ibu-ibu untuk berhenti senam selama beliau di tanah suci. Yang terjadi kemudian ? Tiga hari sebelum tanggal berangkat beliau mendapat kabar dari travel tempat beliau bergabung bahwa kemungkinan keberangkatan diundur sampai waktu yang belum jelas. Seminggu sudah lewat dari tanggal semula tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa malam itu juga harus berangkat. Jangankan beliau yang mengalami, kami saja yang mendengar, ikutan mules.
Cerita seperti itu banyak sudah kudengar dengan bermacam variasi. Tetapi umumnya yang mengalami adalah jamaah yang berangkat dengan jalur khusus melalui jasa tour & travel. Ada yang sudah sampai di bandara (masih di Indonesia) tetapi batal berangkat. Bahkan yang paling tragis, ada yang sudah sampai di Jeddah, dipulangkan (dideportasi) oleh pihak imigrasi Kerajaan Saudi. Musibah ini juga menimpa Tanteku. Rencananya beliau berangkat 5 hari setelah keberangkatanku. Dua hari sebelum aku berangkat aku sengaja menelponnya untuk pamitan. Sampai saat itu beliau yakin akan berangkat, bahkan kami sama-sama berdoa mudah-mudahan bisa bertemu di tanah suci. Tapi kabar sangat mengagetkan kuterima dari adikku saat aku sudah di Madinah, bahwa Tanteku itu tidak jadi berangkat !! Inna lillaahi wa inna ilaihi rojiun.
Setelah kami sampai di tanah air barulah kami tahu penyebabnya: visa haji belum berhasil diperoleh !! Tetapi pihak travel begitu yakin dan beraninya menetapkan tanggal keberangkatan. Banyaknya jamaah haji yang gagal berangkat, salah satunya ternyata disebabkan adanya travel haji yang nakal. Biasanya travel-travel kecil, travel baru yang mungkin belum berpengalaman, belum terakreditasi oleh Kementrian Agama, sehingga mendapat kuota sedikit tetapi berharap menangguk keuntungan dari jamaah sehingga berani merekrut banyak calon jamaah. Sudah meminta setoran dana penuh dan menjanjikan pasti berangkat. Belum lagi masalah kelengkapan dokumen lain terutama visa. Masalah visa mutlak wewenang Kerajaan Saudi, mereka berhak mendeportasi jamaah haji tanpa visa yang bisa dikategorikan sebagai jamaah haji ilegal.
Pada akhirnya jika dikembalikan lagi kepada Allah, maka kita pasti setuju bahwa itulah yang dinamakan takdir Allah, ketentuan Allah. Tidak ada satu kejadian pun di dunia ini yang terjadi tanpa rencana Allah. Yang sudah pasti akan berangkat bisa saja “ditukar” dengan yang lain yang tadinya baru akan berangkat tahun depan, karena ada tambahan kuota bisa berangkat tahun ini. Allah benar-benar selektif memilih calon tamuNYA.
Berikut adalah link yang Insya Allah bermanfaat http://cara-muhammad.com/tag/azzam/
December 15, 2011
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Bonenkai, Satu Party Lagi, dari Jepang
Tahun baru masehi selalu identik dengan perayaan yang bersifat keriaan, hura-hura, dan terkesan menghambur-hamburkan uang. Penghamburan uang jelas terlihat dari kembang api dan petasan yang dibakar. Tradisi lainnya adalah meniup terompet. Jadi di pekan terakhir Desember di tepi-tepi jalan bisa kita temukan penjaja terompet, dan di tanggal 31 mulai siang hari mulai tampak penjual jagung, kadang ayam utuh lengkap dengan arang, kipas dan perangkat panggangan sederhana dari besi. Memang di suasana tahun baru yang selalu identik dengan hujan, paling enak makan yang hangat-hangat, seperti jagung bakar atau panggang ayam, istilah kerennya barbeque. Itu tradisi di Jakarta dan sekitarnya sepertinya.
Ada tradisi yang universal berkaitan dengan New Year's Eve, tapi ada juga tradisi tertentu di negara atau daerah tertentu. Aku teringat pengalamanku 2 tahun berturut-turut (2009 dan 2010) 'terpaksa' menjalani bulan Desember di Jepang. Di dua kesempatan itu aku tinggal di Jepang untuk melakukan riset sebagai bahan disertasi doktorku masing-masing selama 7 dan 4 bulan. Dan jadwal kepulanganku adalah di pekan ketiga bulan Desember.
Orang Jepang menurutku sangat suka pesta, party. Saat aku datang, kawan-kawan satu lab bahkan Sensei (guru, Profesor) supervisorku membuat welcoming party untuk menyambutku. Setiap awal semester dan ada mahasiswa baru yang akan mulai riset di lab tempatku bekerja pun dibuatkan welcoming party. Tidak harus dengan hidangan yang lengkap, kadang hanya dengan kue sejenis mochi, cake atau aneka chips serta minuman, mereka sudah dapat meng-arrange party. Sebelum acara menyantap panganan dimulai biasanya ada sedikit speech, bisa dari Sensei atau Senpai (seseorang yang sudah senior), lalu ada acara toss atau bersulang dengan mengangkat gelas minuman ke atas sambil berkata: "kampaaaiiii". Setelah itu gelas yang dipegang disentuhkan ke gelas teman kita.
Kalau ada welcoming party pasti ada farewel party. Dua kali juga aku dibuatkan farewel party oleh teman-teman di lab Yokota Sensei tempat aku riset. Tetapi karena kepulanganku sekitar tanggal 20 an maka farewel party-ku digabungkan dengan party khusus orang Jepang setiap akhir tahun yang mereka beri namaBōnenkai (忘年会 ). Arti harfiah bonenkai adalah kumpul-kumpul untuk melupakan peristiwa setahun kemarin. ("forget the year gathering") biasanya pesta minum-minum yang diadakan oleh sekelompok teman, bisa teman main, atau rekan kerja satu kantor.
Pesta bonenkai yang kuikuti diadakan oleh mahasiswa tingkat Master dan Doktor di sebuah perguruan tinggi di Nara Perfecture. Tahun 2009 aku hanya tahu farewel party ku digabung dengan Year end party labku. Jadi kupikir Year end party itu hanya tradisi lab ku saja. Tetapi di party tahun 2010, baru aku tahu dari sesama teman Indonesia bahwa Year end party di Jepang itu dilakukan hampir semua komunitas dan bertujuan melupakan semua kesukaran dan kerja keras pada tahun itu, sehingga kadang disebut Forget Year Party.
Asal mula tradisi bōnenkai tidak diketahui secara jelas, namun diperkirakan berasal dari berbagai jenis acara kumpul-kumpul yang dilakukan pada akhir tahun oleh berbagai kelompok dan kalangan. Menurut Wikipedia, pada zaman Edo, pesta akhir tahun dikenal oleh kalangan samurai yang mengadakannya untuk melupakan kepenatan pada tahun itu. Dan sejak zaman Meiji, bōnenkai berubah menjadi layaknya sebuah matsuri (festival). Dalam acara bōnenkai juga dikenal istilah bureikō (無礼講). Bila atasan memerintahkan bureikō, maka karyawan yang sehari-harinya harus hormat atasan diizinkan untuk santai dan bertingkah laku semaunya. Salah satu temanku yang lulusan Jepang pernah bercerita, orang Jepang entah laki, perempuan, muda atau tua sangat suka minum-minuman beralkohol seperti bir atau sake. Dan biasanya pada party-party yang sering mereka lakukan mereka bisa minum sampai mabuk. Dan si pemabuk seringkali meneracau berbicara apa saja bahkan aib atau rahasia yang selama ini tersimpan sepertinya dikeluarkan semua. Orang yang sehari-harinya pendiam pun saat mabuk bisa jadi banyak omong. Bisa jadi bos tidak jaim (jaga image) lagi kalau sedang mabuk. Sensei yang sedang mabuk pun mungkin tak tampak angker lagi di mata mahasiswanya.  Aku memang tidak melihat kondisi yang seperti itu di bonenkai yang aku ikuti. Alhamdulillah sama sekali tak kulihat teman-temanku itu mabuk.  Belakangan kutahu dari seorang teknisi lab keesokan harinya, bahwa setelah bubaran di restoran itu ada sesi lanjutan ke kafe atau karaoke untuk mabuk-mabukan. ....oalaaah pantes...
Dalam memilih restoran pun mereka menghormatiku karena mereka tahu aku tidak bisa makan sembarang makanan. Mereka memilihkan restoran yang menyediakan menu seafood dan minuman non alkohol. Kalau untuk welcoming party, siapa yang dipestakan tidak diminta iuran. Party juga biasanya hanya dilakukan di refresh room gedung kampus yang tidak jauh dari lab. Tetapi untuk bonenkai siapa yang mau ikut ya harus bayar. Biasanya ada satu mahasiswa yang ditugaskan untuk mengumpulkan uang. Aku ingat aku harus membayar 4000 ¥ (sekitar Rp 400 ribu).
"Kalau saya bisa untuk makan seminggu Bu " begitu kata salah satu teman Indonesiaku yang tidak pernah ikut satu kali pun sejak 2 tahun lalu dia studi di Jepang.
Hmm kalau judulnya bukan dengan embel-embel farewell party for Ratna san, sebenarnya aku pun malas ikut, karena sudah bayar mahal tapi jenis makanan yang bisa kumakan terbatas. Aku cuma bisa ngiler melihat menu ayam, sapi, yang diolah dengan berbagai resep...yang pasti tidak disembelih dengan menyebut nama Tuhanku. Di akhir party aku mendapat puresento (mungkin kata serapan dari present = hadiah kenang-kenangan) berupa boneka Micky Mouse putih yang sudah ditanda tangani seluruh warga lab, termasuk dua orang Sensei ku. Very cute.
Sungguh berkesan, meskipun bonenkai tidak punya makna religius sedikitpun, tetapi memberi pesan moral dan pelajaran buatku, bahwa kesalahan atau kegagalan di tahun yang sudah lewat dilupakan saja, cukup dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi. Jika berkaitan dengan kesalahan teman, atau rekan kerja, dengan bonenkai, semua akan hilang tak menjadi dendam.
"Akemashite Omedetou Gozaimasu", Selamat tahun baru !!
25 Juni 2015
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Kejahatan yang Berevolusi
Tumbuhan berevolusi, hewan berevolusi. Penjahat (orang-orang yang mencari rejeki dengan berbuat jahat, curang dan memanfaatkan kelemahan atau kelengahan orang lain) pun ternyata berevolusi. 
Mungkin yang lebih tepat bukan pelakunya yang berevolusi, tapi varian kejahatan, bahasa kerennya modus operandi nya yang berevolusi, berkembang. Biasa lah ...susu, donat, brownies mula-mula dikenal yang original, lama-lama muncul rasa coklat, vanilla, strawberry, blueberry... 
Nah ! Kemarin aku kebagian dikerjain orang. Kunilai cukup kreatif (kreatif kok dalam hal ngerjain orang). Timing-nya pun menunjang, jam 11.52; aku sedang di depan laminar cabinet menunggu waktu inkubasi kultur bakteri. Ada sms masuk, langsung kubuka. Seandainya sedang sibuk sekali pasti sms yang masuk kucuekin dulu. 
Bunyi sms nya begini:
Ass, Sy Prof. Anis (PR I UI) Yth, Ibu Dra. Ratna Yuniati, MSi. Di minta hubungi skrng Bpk Prof. Dr. Gumilar R Somantri. 08176917549. Ada seminar tgl 20-21 April dari Dikti akan disampaikan, 
Wassalam. 
Widih...beneran gitu ? Emang siapa sih aku kok bisa-bisanya pejabat tinggi UI kirim sms, lalu aku disuruh nelpon Pak Rektor yang super sibuk
Memangnya Pak Rektor nggak ada kerjaan sampai ngurusin salah satu stafnya yang masih kroco supaya ikut seminar. Buru-buru kukirim BBM ke sohibku yang memang dekat dengan kalangan pejabat UI. Sementara menunggu balasan, kubaca 2-3 kali sms itu. Ada suara di pikiranku yang berbisik kalau ini penipuan, tapi ada suara lain juga yang menggelitik ...coba aja telpon, iseng. Akhirnya karena penasaran (kalau bisa kukerjain sekalian), kutelpon lah itu "Pak Rektor". 
Agak lama baru diangkat. Suara di seberang sana terdengar berat. Dari caranya berbicara ya lumayan meyakinkan. Katanya aku termasuk salah satu dari 200 peserta seminar yang diundang ke Bali, nanti tanggal 20 dan 21 April, berkaitan dengan proyek dari Ditnaga. Setelah ini aku diminta menelpon seseorang di Ditnaga untuk urusan administrasi, tiket dan biaya yang akan ditransfer lewat rekening bank. Di akhir telpon "beliau" menegaskan: segera ya Bu ditelpon karena Pak Supriadi akan rapat. 
Tak berapa setelah itu masuk sms dari si Sop asistenku di rumah: Ibu tadi ada yang telpon kerumah tanya nomer HP NYA ibu, ku kasih tapi aku tanya jayab sih tapi telpon nya kersek jadi engga jelas orang nya telpon ibu apa engga. 
Puyeng. 
Tapi aku makin yakin ini benar penipuan, dan ketahuan dari mana "Pak Anis" sang Pembantu Rektor UI bisa dapat nomerku. Setelah itu masuk BBM dari temanku: "Yup penipuan gaya baru...konyol" 
Berhubung timerku berbunyi aku melanjutkan pekerjaanku. Lalu ada sms masuk lagi: 
Untk Proses Pendaftaran Peserta, Dihubungi Skrng Bpk Prof.DR.H.Supriadi Rustad, Direktur Ketenagaan Dikti, 08561571478.Laporkan No.Rekening dan No. Pesertanya:200/Dikti/19985798/2011 
Hmm sudah kuduga ujung-ujungnya pasti minta nomer rekening....basi dah. Baru mulai kerja lagi ada telpon, kupikir siapa. Pas kuangkat ternyata si "Pak Rektor" gadungan itu. Dia tanya sudah menghubungi Pak Supriadi belum. "Segera ya Bu karena mau rapat". 
Bah ! Mana ada rapat mulai pas jam makan siang. Lalu kucoba juga telpon temanku yang lain, dan jawabnya: "Cuekin aja Na, Pak Anis belum Prof...itu penipuan...jangan diladenin ya." 
Ooops...udah terlanjur kutelpon. Dan itu kesalahanku. Karena nggak lama setelah itu, ada telpon dari nomer yang tadi, tapi kudiemin aja. 
Sooo...dari alur ceritanya, ya mirip-mirip deh dengan penipuan-penipuan lewat sms atau telpon yang sudah banyak terjadi dan banyak memakan korban juga. Bergidik juga, penipu ini tau aku kerja di mana, tau nomer telpon rumahku. Lalu keliatannya penipu ini tergolong berpengetahuan, karena dia sedikit riset nama-nama pejabat di UI, tau kalau salah satu Direktorat di Dikti bernama Direktorat Ketenagaan (Ditnaga) yang punya banyak program beasiswa, workshop, seminar ini itu yang biasa ditujukan untuk kalangan dosen dan guru. Wah two thumbs down buat si penipu ulung ini. 
Aku juga sering dapat sms tipuan klasik model-model begini: 
Plgn Yth. Slmt anda mdptkan hadiah Rp 75 jt dr SIM Freedom diundi td mlm di ANTV pkl. 23.30. untk info HUB: 082110715777, Drs. Mulyadi. Pengirim: +222. 
Umumnya mengaku dari salah satu provider seluler, yang paling banyak dicatut namanya adalah T*****sel, padahal jelas-jelas di layar hp yang nongol nomer telpon penipunya. 
Model lain, berupa telpon yang mengabarkan kalau suami/istri/anak kita kecelakaan dan butuh biaya untuk RS karena kondisi genting bila tidak segera maka nyawa tidak akan tertolong. Lalu korban diminta mentransfer sejumlah uang ke rekening si penelpon. Umumnya sang korban panik, tidak dapat berpikir jernih dan menganggap itu beneran karena alur cerita dibuat sangat masuk akal
Yang sms versi penipuan kecil-kecilan juga ada tuh: 
Ini Mama lg pinjam hp org,tolong beliin pulsa 50rb kenmr baru Mama = 0812-84688538 mama lg ada masalah dikntr polisi,jgn dulu sms/telp,nanti mama yang telpn,penting.(Pengirim 0818-647945) 
Aku juga pernah dapat tuh yang model begitu dan bikin ngakak aja. Lha yang jadi Mama tuh aku, kok disuruh transfer pulsa ke Mama...aku nggak punya Mama....aku punyanya Ibu. Dan ibuku nggak pernah kecentilan nyebut dirinya Mama...trus pake minta-minta pulsa. Karena pulsa yang dibelikan anak-anaknya aja sering hangus nggak sempat terpakai...hahaha...duh...penipu-penipu itu pinter-pinter tapi juga bodo... 
Undian-undian berhadiah resmi dari produsen produk-produk terkenal juga sempat ngetrend jadi tunggangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menangguk di air keruh dalam hal penipuan lewat SMS. Mereka tahu nomor undian, no HP sehingga banyak orang yang terkecoh dengan jaringan penipuan ini, apalagi nomor HP yang digunakan adalah pra bayar, walaupun di daftarkan, tapi bisa pakai nama samaran, no KTP palsu dan alamat palsu. 
Ini pun aku pernah dapat. Jadi ceritanya suatu sore di tahun 2008 datanglah ke rumah sebuah amplop coklat tebal bertuliskan namaku. Isinya membuatku berdebar dan sempat GR setengah mati. Aku memenangkan undian dengan hadiah utama 1 unit sedan Honda Jazz. Penyelenggara undian adalah sebuah lembaga pendidikan bahasa Inggris yang terkenal tempat anakku les. Memang sayembara itu benar-benar ada. Aku ingat setelah siswa melunasi biaya kursus maka akan mendapatkan kupon yang harus diisi dan dimasukkan ke dalam box di tempat kursus untuk diundi. Dan dalam amplop coklat itu selain ada dokumen dari kantor notaris, dari kepolisian, juga ada voucher yang ada tulisan tanganku. Berarti "ceritanya" aku memenangkan undian. 
Sumpah !! semua dokumen nyaris seperti asli. Tapi yang membuat aku sedikit heran, logo di kop surat kok bukan logo lembaga kursus yang sesungguhnya. Hmm...mau nipu aja salah...kenapa juga nggak searching di web seperti apa logonya ... Lalu masih dengan rasa excited (belum yakin kalau ditipu) aku langsung telpon suamiku, ylangsung bilang " Ah itu penipuan...udah cuekin aja, coba kamu telpon tempat kursus Akmal". 
Langsung kutelpon, dan benar ternyata sudah banyak yang melapor. "wah itu sayembara kan udah lama lewat Bu. Dan hadiah utama kami kan jalan-jalan ke Singapore Bu, bukan mobil.." hahaha...yaaa namanya juga lagi GR...akal sehatnya agak mandeg Terakhir kucoba telpon nomer kontak yang ada di salah satu dokumen. Karena "katanya" pemenang harus menyetorkan pajak mobil sebesar 25% dari harga mobil, sekitar 30 juta ke orang yang namanya tertera di situ. Suara yang terdengar cuma tulalit. 
Sebulan setelah kejadian itu, datang lagi ke rumah sebuah amplop coklat tipis, tidak ada logo apapun, hanya namaku sebagai penerima surat. Isinya menyatakan bahwa aku menjadi pemenang undian yang diadakan salah satu bank tempat aku menjadi nasabahnya. Hadiahnya sepeda motor. Perasaanku waktu itu biasa aja, malah aku beranggapan ini penipuan lagi. Entah karena udah pernah kena "tipu", entah karena hadiahnya cuma motor...jadi efeknya nggak semenggelegar kalau mobil hahaha...dasar matre.. 
Tapi kucermati lagi isi surat, tanda tangan pejabat yang ada di situ, stempel...aku mulai berdebar...lalu kutelpon lagi suamiku. Heeee tumben dia malah bilang coba kamu telpon, feeling saya kok beneran nih. Wah piye to kok gak kumpak...pas aku gak percaya dirimu malah percaya. Lalu buru-buru kutelpon. 
Ternyata ....Alhamdulillah....itu bukan penipuan, bukan mimpi...aku memang memenangkan program REJEKI DURIAN RUNTUH. Dan keesokan harinya aku diminta datang ke bank untuk mengurusnya. Aku harus membayar pajaknya. Dua minggu setelahnya barulah pihak bank menyerahkan motornya. 
Dan sekarang si motor setia menemani anakku ke sekolah setiap hari. Mama hoki nih....gitu kata anakku. Lalu kunasehati dia, hari gini, jangan mudah percaya sama yang serba instan, nggak ada uang segepok jatuh dari langit ke pangkuan kita. Nggak ada orang kaya mendadak tanpa usaha. Kalaupun ada, hanya 1 di antara sejuta kasus, itupun yang sudah dipilih dan menjadi takdir Sang Khalik. Caranya macam-macam...Ponari dengan batu ajaibnya, yang sedang gres: Briptu Norman dengan tariannya. Untuk mendapatkan rejeki yang halal kita harus ikhtiar, bekerja. Bedanya, ada yang harus bekerja dengan keras sampai berkeringat baru dapat rejeki, tapi ada juga yang tanpa berpeluh, pundi-pundinya cepat penuh...karena kerjanya di ruangan ber AC. 
1 note · View note
ratnanoer · 6 years ago
Text
One Evidence That Plants Are Smarter Than You Think
We tend to treat plants like passive objects that can ornament a home or yard, although perhaps requiring a bit more care than, say, a vase. But plants are in fact complex organisms that can interact with their environment, sense smells and sounds, communicate with each other and with insects, and even process information.
Plants may not be thinking in a way that we’d recognize, but they are certainly doing a lot more than sitting around splitting water molecules. Here is one thing plants do that look pretty damn smart — even to those of us over here in the Kingdom Animalia.
Plants make their own food out of inorganic compounds through a process called photosynthesis that takes place in the leaves. The ingredients necessary for photosynthesis are light, water and carbon dioxide.
 
Among terrestrial and aquatic autotrophs, there are three photosynthetic pathways. Three photosynthetic pathways exist among terrestrial plants: C3, C4, and crassulacean acid metabolism (CAM) photosynthesis.
In C3 photosynthesis, the compound to which CO2 is integrated first is a 3-carbon compound. The “enzyme” necessary for this process is known as RuBisCO. C3 photosynthesis is more efficient than C4 or CAM photosynthesis when the environment is cool and moist and when light is plentiful. However, since C3 uses more water than the other two types of photosynthesis, it is not as useful to organisms living in hot, arid environments.
C3 photosynthesis is the typical photosynthesis that most plants use. C4 and CAM photosynthesis are both adaptations to arid conditions because they result in better water use efficiency. In addition, CAM plants can “idle,” saving precious energy and water during harsh times, and C4 plants can photosynthesize faster under the desert’s high heat and light conditions than C3 plants because they use an extra biochemical pathway and special anatomy to reduce photorespiration.
C3 photosynthesis is the ancestral pathway for carbon fixation and occurs in all taxonomic plant groups. The term C3 photosynthesis is based on the observation that the first product of photosynthesis is a 3-carbon molecule. In C4 photosynthesis, the initial photosynthetic product is a 4-carbon molecule. C4 photosynthesis occurs in the more advanced plant taxa and is especially common among monocots, such as grasses and sedges, but not very common among dicots (most trees and shrubs).
CAM photosynthesis, in honor of the plant family in which this pathway was first documented, occurs in many epiphytes and succulents from very arid regions.
Below are the details.
C3 Photosynthesis : C3 plants.
Called C3 because the CO2 is first incorporated into a 3-carbon compound.
Stomata are open during the day.
RUBISCO, the enzyme involved in photosynthesis, is also the enzyme involved in the uptake of CO2.
Photosynthesis takes place throughout the leaf.
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
"Nilai" sebuah pernikahan
Jangan terlalu berpikir yang berat-berat setelah membaca judul tulisan ini. Tulisan ini hanya berisi pikiranku yang ringan-ringan saja, yang muncul saat aku menerima undangan pernikahan sepasang anak manusia yang kebetulan pernah menjadi mahasiswaku. Begitu membaca nama calon pengantin: Femy dan Rama, aku langsung tersenyum sambil berkata dalam hati…wow ini pasangan biologiwan-biologiwati alumni Biologi UI ke berapa ya  yang meresmikan hubungannya menjadi pasangan suami istri ?
Aku juga langsung senyam senyum ingat anekdot yang kudapat dari suamiku. Si Mas pernah menceritakan candaan yang sudah beredar di kalangan teman-temannya selepas lulus kuliah. Katanya, kalau ada teman yang menikah dengan teman satu jurusan maka nilainya D. Kalau dengan teman satu fakultas tetapi lain jurusan, nilainya C. Kalau menikah dengan teman lain fakultas dalam universitas yang sama, maka nilainya B.
Naaah yang nilainya paling tinggi adalah kalau menikah dengan teman lain universitas…nilainya A.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Qur’an surat Al Hujurat  ayat 13).
Sehingga memang menjadi salah satu tugas kita untuk saling mengenal dan bersilaturahim dengan siapapun yang tinggal di bumi ini, entah dia dari Afrika, dari Jawa, Kalimantan. Maka………menyebarlah teman-temanku…anak-anakku…ke seluruh penjuru dunia ini…..
Menikahlah dengan mereka-mereka yang jauh dari tempat tinggalmu……..
Mudah-mudahan kalian dapat merasakan….betapa Maha Besar Dzat yang telah menciptakan beragam manusia.
Namun begitu, kalau toh kita, teman-teman kita, anak-anak kita, akhirnya bertemu jodoh tanpa perlu menjelajah jauh-jauh di bumi Allah yang luas ….itu suatu anugrah yang besar bukan ?
Jadi, buat Femy dan Rama Barokallahu…semoga menjadi pasangan yang dapat membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Saya salut kalian berdua bisa awet sejak kuliah sampai sekarang…..tapi sayang, nilai kalian hanya E saja Nak. Karena kalian bukan saja satu jurusan, tapi juga satu angkatan….hehe….piiiisssss…..cuma becandaaaa....jangan dimasukin hati yaaa.... Kalian ngga sendiri kok, ada banyak pasangan yang dapet nilai E juga
December 4, 2012
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Ketika janji luput lagi
PING !!
** : Aswb...aku tadi sdh arah rumah janji sama Alya mau nonton film...
      Mendadak putar haluan ke arah bandara... ada pasien mau OP aku harus terbang ke sana malam ini.........
      Janjiku luput lagi sama Alya....
RY : Terbang kemana ? Itu pasien yang km ceritain kemarin ?
** : Yep
RY : Untung aku bukan anakmu. Bisa ngambek mulu kali.
** : Makanya اللّهُ ga menakdirkan km jd anakku Na.
RY : Yak betuuul...alhamdulillaah aku cm terlahir jd temanmu aja.
      Tp pusing jg siy ngeliat km muter terus kaya kitiran
       Pasti Alya udah terbiasa dgn kondisi kaya gini ya
** : Iya. Dan gak pengen ngajuin resign sbg anakku..wakakak...
RY: Dasar...papa rempong
** : Apaan tu rempong
RY : Makanya jgn di ruang bedah muluuu gaul dong. Tanya sm Alya tu artinya apaan
** : Ok Na 10 menit lagi aku boarding
RY : Sip. Pulang nanti km hrs bayar lunas hutangmu pd Alya
** : Iya Nana cerewet..
RY : She is too sweet to be disappointed
       Gak lama lg km mgkn akan cemburu sm suami Alya. So...jgn smp kesempatanmu hilang sblm masa itu datang.
** : Wuduuuh Alya msh SMP Nana
RY : Iya tau....tp Alya akan tumbuh tanpa nunggu km punya wkt luang.
** : Wah ya...benar kamu Na!!!
RY : Skrg dia sepenuhnya msh milikmu. Bentar lg dia diambil orang..
** : Bener km Na. Aku kadang tersadar, masih berapa lama lg dia bs sama aku.......
      Ok..last call...aku boarding. Salam buat Zack Na.
RY : Sip.
** : Wswb
RY : Wa'alaikum salam
Pasti tak ada niat untuk mengingkari janji. Maka manakala itu harus terjadi, setidaknya ada rasa sesal yang diikuti dengan tekad memenuhinya.
April 12, 2012
0 notes
ratnanoer · 6 years ago
Text
Bakteri tak pernah bohong
Kemarin lusa aku melakukan pekerjaan triparental mating , yang secara harfiah adalah melakukan proses pemindahan materi genetik (DNA) antar sel yang melibatkan tiga (tri) sel sebagai tetua (parent). Kalau dianalogikan, proses ini seperti seorang “Mak Comblang” yang membantu mempertemukan dua orang - laki dan perempuan yang semula sendiri-sendiri hingga menjadi satu (duh kalimatnya kok aneh pisan). Yang umum terjadi di alam adalah peristiwa konjugasi yaitu proses transfer DNA antarsel dengan memanfaatkan kontak antarsel berupa pilus yang akan menghubungkan sel donor dan sel resipien. Proses ini umumnya hanya melibatkan dua tetua (diparental mating) yaitu sel donor dan sel resipien. Pada proses triparental mating, sel donor dan sel resipien dibantu oleh sel helper. Sel donor yaitu E. coli yang membawa plasmid biner berisi gen spesifik yang akan dipindahkan ke sel resipien yaitu Agrobacterium tumefaciens. Plasmid biner tidak dapat begitu saja berpindah ke Agrobacterium, sehingga memerlukan plasmid helper.  
Nah, karena sel donor, sel resipien dan Mak Comblangnya semua berupa sel bakteri yang renik, aku sebagai “petugas KUA” tak bisa bertanya pada mereka apakah proses perkawinan (mating) itu berhasil atau tidak. Maka aku menggunakan antibiotik sebagai agen pelapor. Ketiga sel itu membawa agen pelapor berupa resistensi terhadap antibiotik yang berbeda-beda. Sel donor resisten terhadap antibiotik spectinomycin, sel resipien resisten terhadap streptomycin, dan sel helper resisten terhadap kanamycin.
Proses mengawinkan beserta persiapannya hanya butuh waktu sekitar ½  jam. Tetapi untuk melihat hasilnya butuh waktu 2x24 jam. Pagi ini aku melihat hasil di cawan petriku….sama sekali tak ada pertumbuhan di permukaan media LB padat yang kuberi antibiotik streptomycin, spectinomycin dan kanamycin…. Permukaan media bersih persis seperti 2 hari lalu kutinggalkan di lab. Setelah merenung-renung… barulah kuingat, yang seharusnya tumbuh di media itu adalah sel resipien yang sudah membawa plasmid biner yang resisten terhadap spectinomycin; sementara sel resipien yaitu Agrobacterium resisten terhadap streptomycin. Aku lupa kalau si Mak Comblang tidak ikut masuk ke sel Agrobacterium, dia bunuh diri (suicide) setelah melakukan tugas mulianya...sehingga jika di media akhir kutambahkan antibiotik kanamycin, maka matilah sel resipien karena dia tidak resisten terhadap kanamycin.
Satu pelajaran yang kudapat hari ini : alam selalu  jujur, bakteri...adalah bagian dari alam yang jujur tak pernah bohong.....tak bisa disuap, tak bisa dibujuk supaya hidup.
March 9, 2012
0 notes