Perempuan biasa yang sedang belajar untuk bisa memiliki hati yang luar biasa
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
Tanpa Judul #7
Cinta karena Allah.
Cinta yang ikhlas dan murni karena mengharap ridhaNya.
Mencintai seseorang yang juga mencintaiNya adalah keindahan surgawi yang dirindukan.
Cinta yang atas nama Allah akan jauh dari kekecewaan, didekatkan pada segala keberkahaan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, namun jauh di dalam hati tersimpan kekayaan yang sesungguhnya atas kenikmatan yang luas dari Sang Illahi.
Pantaskan aku untuknya jika benar ia yang kupilih juga pilihanMu.
Dekatkan hati kami dalam serambi keridhaanMu.
Dimana ketika kelak pernikahan itu telah menjadi garis waktu bagi kami, maka dengannya aku menjadi lebih dekat denganMu, lebih taat dalam mengingatMu dan ketika bersama dengannya maka semakin tumbuh pula rasa cintaku kepadaMu.
Cinta karena Allah adalah cinta yang tidak mengenal kata memaksa.
Keikhlasan yang penuh terhadap apapun yang terjadi, karena sesungguhnya aku tidak tahu sedang Allah Maha Tahu.
Bersabarlah diatas keimanan dan bertahanlah dengan ketaqwaan
Harus karena Allah jika kita saling mencintai dan berharap. Harus karena Allah jika kita saling memperjuangkan untuk bisa bersama hingga sesampainya di Jannah. Semuanya karena Allah dan untuk Allah.
Cinta dalam doa adalah cinta yang tak akan pernah dipahami siapapun kecuali oleh mereka yang benar yakin akan kekuatan doa.
Hanya kepada Allah aku berserah diri.
"Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu kecintaanMu dan kecintaan orang-orang yang mencintaiMu, dan memohon kecintaan terhadap amalan yang mendekatkan kepada kecintaanMu" (Misykātul Mashābíh 748)
1 note
·
View note
Text
Tanpa Judul #6
Satu tahun berlalu sejak harus berpindah dari yang sudah menjadi tempat bermuaranya kenangan 23 tahun hidupku.
Belajar lagi tentang makna keikhlasan dan diingatkan kembali bahwa tidak ada yang namanya hak milik. Sejatinya, semua adalah titipan dari Allah. Ketika waktu sudah tiba untuk titipan itu harus dikembalikan ke Sang Maha Memiliki, hanya rasa sabar dan ikhlas yang mengiringi. Satu lagi, hati yang terus yakin bahwa apa yang pergi akan diganti dengan yang jauh lebih baik dan terbaik menurutNya.
Kehilangan adalah asumsi semata. Tak pernah ada yang bisa mendefinisikan rasa kehilangan yang nyata, sebab kita tidak pernah benar-benar memiliki.
0 notes
Text
Tanpa Judul #5
Setiap peristiwa mempunyai rentang masa yang sudah ditetapkan. Tidak terlambat, pun tidak terlalu cepat. Tepat. Tidak dapat dilebihkan dan sebaliknya.
Pertemuan aku dan kamu dengan segala ruang yang Allah siapkan. Kehadiran yang mengisi kekosongan segelas kerinduan. Telah penuh dengan rasa syukur dan keindahan.
Langkah yang tak lagi meragu. Berdebur asa untuk tinggal dalam nirwana kebahagiaan. Rajutan ini hampir usai, membentuk wujud serupa gerik proses untuk menghasilkan lembaran kain utuh dengan warna-warna yang teduh.
Terima kasih untuk Sang Maha Cinta, dengan segala belaian kasih sayangNya dimampukan untuk ada di lorong waktu sekarang. :)
0 notes
Quote
Aku memandang ke arah luar jendela pesawat, jauh bebas disana warna biru langit dan putih awan menarikku untuk berpikir. Resolusi bukan hanya sekedar tulisan keinginan, namun itu adalah bentuk keyakinan bahwa Allah akan membantu saya untuk melangkah memenuhi itu semua. Aku bersyukur melewati setiap kejadian, amarah atas kekecewaan yang pernah memenuhi relung jiwaku membuat kini rasanya aku semakin mati rasa akan sebuah rasa sakit.
Januari, 2021
0 notes
Text
Tanpa Judul #4
Kalau sekarang belum dipertemukan dengan seorang lelaki yang membuat hatimu mantap, itu artinya bahwa memang dirimu belum sepenuhnya membutuhkan kehadirannya. Karena Allah akan memberikan apa yang menjadi kebutuhan hambaNya, bukan sekedar keinginan.
Allah yakin dirimu masih kuat untuk menjadi seorang wanita yang mandiri dan bertanggungjawab atas setiap langkah yang telah kamu pilih. Tenang saja, kalaupun ada air mata di proses menjalaninya, itu bukan berarti kamu lemah kok. Air mata justru bisa jadi benteng kekuatan bagi seorang perempuan. Tetap semangat untuk terus tumbuh dan berkembang. Ada banyak hal indah di depan sana yang menunggumu agar bisa lekas sampai.
Tidak masalah jika sesekali ingin merasa menyerah, tapi jangan biarkan itu mengalahkan keinginan untuk diri terus melangkah. Allah memberikan ujian sudah pada porsinya masing-masing, selalu tepat dan bersamaan dengan kemudahan. Hanya saja, kemudahan itu akan semakin terasa dihargai jika dirimu telah tau bagaimana rasanya sulit.
Pelan-pelan, toh tidak ada yang memaksa agar terburu-buru. Menikmati setiap prosesnya, merasakan selalu ada nilai kebaikan dibalik apa yang terjadi. Percaya bahwa kamu mampu dan kamu kuat. Mintalah ke Allah apapun yang kamu mau, merintihlah kepadaNya, ceritakan semua yang membuat dada terasa sesak. Jangan malu dan ragu untuk mengembalikan semuanya kepada Allah. Okay.
Pemahaman memang terkadang butuh waktu yang lebih lama. Tidak apa-apa. Setiap peristiwa memiliki durasi yang tidak sama. Jangan mudah membandingkan satu dengan yang lain. Lebih baik fokus pada apa yang telah menjadi niat baik. Insya Allah, selalu ada jalan baik pula yang akan Allah bukakan. Perlahan tapi pasti.
Aamiin
0 notes
Quote
Merindukanmu adalah salah satu hal yang ingin terus aku jaga baik-baik. Karena itu membuat diriku lebih khusyuk dalam memohon kepadaNya- agar suatu saat nanti aku dan kamu menemukan akhir penantian yang sama dalam ibadah paling panjang dan atas ridha dariNya
aku untuk kamu yang namanya masih jadi rahasiaNya
0 notes
Quote
Tidak ada orang yang baik-baik saja pasca ditinggalkan, namun hebatnya kamu telah berusaha untuk memilih tidak memperlihatkannya
Aku yang sedang belajar
0 notes
Text
Harap
Karena hati ini mudah goyah, kerap dipenuhi rasa ragu, dan selalu banyak mau. Maka padaMu, yang memberi, merawat, dan juga telah mengisinya dengan sedemikian rupa …
Jauhkan HambaMu ini dari jatuh hati yang lalai dan keliru..
598 notes
·
View notes
Text
Tanpa Judul #3
Al-Qur’an adalah salah satu perwujudan cinta dan nikmat yang sempurna dari Allah kepada kita sebagai hambaNya. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayah kepada kita umat Islam, hingga kita dimampukan untuk mengenal lalu menjadi jatuh cinta terhadap keindahan haqiqi dari setiap makna yang terkandung di dalam Al-Qur’anul Karim.
الْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
“Segala puji bagi Allah dengan Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan mencakup tambahannya.”
Semua apa yang kita cari sudah Allah siapkan melalui Al-Qur’an. Ketika kita membutuhkan tempat beristirahat, Allah adalah sebaik-baiknya tempat untuk pulang karena hanya Dia yang tidak akan pernah meninggalkan kita barang sedetikpun. Allah adalah dekat. Tidak perlu malu apalagi ragu, bahkan ketika harus air mata terus deras menetes.
Ketika dirimu merasa sedang terpontang-panting oleh perasaan sulit atas apa yang terjadi, bukankah Allah sudah menjanjikan bersama kesulitan ada kemudahan? Bahkan disebutkanNya dua kali berturut-turut.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً
“Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6)
Peristiwa suka dan duka, senang dan susah tentu akan datang silih berganti. Tetapi bagaimanapun kita harus selalu mengingat, bahwa lebih banyak nikmat berupa kemudahan yang diberikan Allah Sang Maha Baik daripada kesulitan. Ujian bukan berarti Allah membenci. Justru ini cara Allah untuk mengajak diri kita kembali kepadaNya. Allah merindukanmu. Allah rindu mendengar segala keluh kesah, cerita panjangmu dan rintihanmu untuk memohon kepadaNya.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS Ad-Duha: 3)
Seringkali ketika aku bersujud dalam tangis isakku, aku memejamkan mata sembari seperti merasakan Allah sedang mengusap lembut kepalaku dan mengatakan “Tenang wahai hambaKu, hidupmu ada ditanganKu, genggamlah dalam hatimu bahwa Aku selalu ada untukmu”
Mungkin beberapa manusia membuatku sakit, tapi dengan begitu aku semakin yakin bahwa hanya Allah yang selalu ada untuk mengajariku bagaimana proses bangkit. Mungkin beberapa manusia telah memberikan luka, namun aku selalu percaya dan menantikan Allah akan menghadiahkan bahagia.
Dan, teruntuk kamu yang mungkin sedang merasa jatuh sedalam-dalamnya dengan segala macam masalah. Maukah kamu berjanji padaku dan pada dirimu sendiri? Janji untuk tidak pernah menyerah atas apapun kondisinya nanti and you’ll keep going, okay?
Mari kita bersama-sama belajar, belajar untuk menyederhanakan hati agar menjadi lebih ringan, maka yang lain akan menjadi lebih mudah.
1 note
·
View note
Text
“In Jannah there is no sadness, no sickness, no suffering, no problems. Just peace and happiness forever. May Allah grant us all Jannah.”
—
128 notes
·
View notes
Text
Bagaimana Cara Berinteraksi dengan Masa Lalu Kita?
@edgarhamas | disampaikan dalam Kajian Online Cendekia Membumi
"Dulu, kami hanyalah penggembala domba
Lalu datang Al Qur'an, kemudian kami menjadi pemimpin bangsa-bangsa
Lalu kami menjauh dari Al Qur'an
Dan jadilah kami kaum yang digembala bangsa-bangsa"
Syair itu pernah saya baca dalam sebuah thread yang disampaikan seorang pakar sejarah Dr Ali Muhammad Al Audah. Ia singkat, tapi merangkum kisah sebuah umat yang berumur 1400 tahun lamanya dengan ringkas. Ia sekaligus juga menjadi kaidah yang memberikan kita pelajaran, bahwa kita jadi hebat dengan Al Qur'an, kemudian lemah jika menjauh darinya.
Saya jadi ingat apa yang disampaikan Khalifah Umar bin Khattab suatu hari kepada para panglimanya ketika membebaskan wilayah Syam yang mahal harganya, "kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam. Jika kita mencari kemuliaan selain darinya, maka Allah akan menghinakan kita."
Ibarat sebuah serial, sejarah kita adalah rangkaian episode berisi gelombang naik dan turun. Ada klimaks, ada antiklimaks, ada episode kebangkitan, ada episode kejatuhan. Ada masa-masa dimana pemimpin shalih dan rakyatnya yang baik, ada juga masa dimana pemimpinnya lemah dan rakyatnya tercerai berai. Semua itu ada dalam sejarah Kaum Muslimin.
Maka masa lalu kita sebenarnya tidak selalunya dikaitkan dengan masa-masa kejayaan. Ternyata umat kita ini hidup dalam gelombang; tidak selalunya di atas, dan tidak selalunya di bawah. Tapi, bagi orang-orang yang mempelajari sejarah, mereka akan tahu bahwa ada setiap di atas syaratnya apa, dan setiap jatuh sebabnya apa.
Itulah yang dalam Al Qur'an disebut sebagai sunnatullah. "Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah)" (QS Ali Imran 137) bahwa kemenangan dan kekalahan itu dipergilirkan. Umat Islam pernah menang, tapi juga pernah kalah.
Nah, di situlah cara kita berinteraksi dengan masa lalu kita;
untuk mencari apa syarat-syarat kalau umat ini mau menang, dan mempelajari apa sebab-sebab yang membuat pendahulu umat ini terjatuh. Semua itu hanya bisa didapatkan dari mempelajari sejarah.
Benarlah kemudian hikmah ini berkata, "siapa yang tidak belajar dari sejarah, maka sejarahlah yang akan mengajarkannya."
Syarat-syarat Kemenangan
Apa yang membuat kita menang?
Mari kita belajar dari sejarah. Dalam rentang perjalanan Umat Islam, tercatat kita sering sekali memenangkan kemenangan besar dengan spektakuler. Kemenangan yang nampaknya hari ini kita bergeleng kepala karena cukup kaget ternyata kita pernah sehebat itu.
Ada kemenangan Kaum Muslimin di Badar, ada kemenangan Khaibar, kemenangan Khandaq, kemenangan Fathu Makkah, kemenangan Tabuk, kemenangan pembebasan Persia dan Syam, terbebasnya Andalusia, terbukanya India dan Asia Tengah, sampai kemudian pembebasan Konstantinopel. Banyak sekali. Dan inilah yang selalu diangkat oleh banyak sekali sejarawan.
Tapi pertanyaannya; apa persamaan kemenangan-kemenangan tersebut? Apakah keadaan Umat Islam saat mereka mendapatkan kemenangan itu?
Dalam setiap kemenangan yang Allah berikan pada Kaum Muslimin, kemenangan itu pertama-tama adalah kemenangan iman terlebih dahulu sebelum kemenangan fisik. Kondisi spiritual Kaum Muslimin sedang dalam puncak-puncaknya, sehingga akidah mereka mantap, iman mereka kuat, ibadah mereka berkualitas, dan dzikir mereka sangat banyak.
Hal ini sangat kentara dalam kemenangan di Badar. Saat itu jumlah Kaum Muslimin sedikit, perlengkapan perang mereka sama sekali tak sepadan dengan musuh, sementara kala itu pasukan Quraisy ada dalam keadaan angkuh, logistik yang mantap dan segala keperluan yang tersedia. Tapi iman menjadi poin penting yang membuat Kaum Muslimin dimenangkan.
Tak hanya kualitas iman saja, Rasulullah pun melakukan segala persiapan manusiawi dan manajemen yang maksimal. Pemilihan tempat yang strategis, bahkan sampai memikirkan arah sinar matahari. Penyusunan komposisi pasukan yang rapi, dan segala ikhtiar manusiawi yang bisa dilakukan.
Bersatunya iman yang total dan ikhtiar yang mantap menjadikan 17 Ramadhan 2 Hijriah itu sebagai kemenangan Badar yang besar dan paripurna. "tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS Al Anfal 42)
Pola seperti itu berulang dalam segala ekspedisi yang diberangkatkan Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Berkali-kali Kaum Muslimin memenangkan sebuah pertempuran yang sulit dilogikakan 'kok bisa menang' seperti Yarmuk —36 ribu Muslimin menang atas 250 ribu Romawi—, lalu Qadisiyah —30 ribu Muslimin menang atas 200 ribu tentara Persia— dan banyak lagi terjadi di masa-masa setelahnya seperti kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi di Pertempuran Hittin —13 ribu Muslimin menang atas 60 ribu pasukan Salib— dan Pertempuran Manzikert —20 ribu Muslimin menang atas 200 ribu pasukan Eropa.
Sebab-sebab Kejatuhan
Namun ternyata sejarah kita tak selalunya berisi kemenangan. Ada masa-masa dimana iman Kaum Muslimin lemah. Ada masanya Kaum Muslimin bangga dengan jumlah dan terlalu cinta pada dunia, dan itulah sebab-sebab yang menjadikan kekalahan dalam banyak episode Kaum Muslimin.
Seperti kisah Uhud, meskipun tak sepenuhnya kalah, tapi di situ ada sebuah kesalahan besar para pemanah yang buru-buru ingin mengambil harta rampasan perang. Lalu perang Hunain, ketika jumlah Kaum Muslimin ada di puncak-puncaknya, 13 ribu orang, tapi sempat mengalami kekalahan di ronde-ronde pertama pertempuran.
Lalu ada kekalahan Kaum Muslimin di Battle of Tours, ketika Kaum Muslimin sibuk menjaga harta mereka dan saling membenci saudara mereka sendiri. Kemudian kekalahan Lepanto, ketika Kaum Muslimin lengah dengan kehebatannya, menggampangkan musuh dan tidak berikhtiar sekuat tenaga. Semua kekalahan itu bermula dari lemahnya iman, hati yang terkena penyakit Al Wahn (cinta dunia dan takut mati) dan menggampangkan tanpa berikhtiar.
Semua itu belum seberapa dibandingkan dengan catatan sejarah lainnya. Ada 4 bencana besar Kaum Muslimin yang disebabkan jauhnya Umat Islam dari Al Qur'an, dari Ulama, dan dari Islam itu sendiri. Empat bencana itu adalah terjajahnya Palestina tahun 1096 dan sekarang, lalu hancurnya Baghdad tahun 1258, berakhirnya Islam di Andalusia tahun 1492, dan runtuhnya Negara Utsmaniyah tahun 1924.
Penyebabnya ternyata ya itu-itu saja; jauhnya Umat dari ulama, cinta dunia dan takut mati, tertutupnya pintu ijtihad, perpecahan internal di kalangan Umat, hilangnya semangat jihad dan acuhnya generasi muda pada permasalahan keumatan. Ya, seperti sekarang-sekarang ini. Persis.
Maka untuk berinteraksi dengan masa lalu, itulah caranya; mempelajari syarat kebangkitan dan berusaha membentangkannya hari ini, lalu mempelajari sebab-sebab Kejatuhan dan mawas diri jangan sampai ia ada di tengah-tengah kita sekarang. Sebab Rasulullah ﷺ bersabda, "seorang mukmin tidak akan terjungkal dua kali di lubang yang sama."
609 notes
·
View notes
Text
Tidak Pernah Menyesal
Untuk kamu yang pernah singgah dalam hati dan hariku, ketahuilah bahwa aku tidak pernah menyesal atas apa yang sudah terjadi diantara kita. Mulai dari pertemuan hingga akhirnya memilih arah masing-masing, sama sekali aku tidak pernah menyesali itu semua.
Mungkin memang kamu diciptakan Allah menjadi salah satu tempat aku belajar bahwa jangan berani mencintai hambaNya sebelum benar-benar bisa mencintai Sang Pencipta.
Tapi, apa kamu ingin tau sesuatu? Jika aku diam-diam masih berharap kepada Allah, untuk kita bisa menemukan jalan menuju tujuan akhir yang sama.
Kamu tidak pernah benar-benar pergi, setidaknya itu yang aku bisa rasakan sekarang. Mungkin kita hanya sedang istirahat sejenak untuk saling memperjuangkan karena waktu itu memang masih terlalu jauh jika kita ada di jalan yang sama bukan?
Terima kasih kau pernah dengan sangat bijaksana menjagaku dengan caramu yang sederhana. Sampai akhirnya kita sadar, kalau memang itu bukan yang Allah mau. Lalu, perlahan kita saling menjauh. Menjalani cerita yang tidak lagi ada kata kita di dalamnya. Namun, aku justru lega dengan keputusan kita waktu itu untuk berpisah, karena Allah memang tidak menginginkan kisah kita ada secepat itu.
Lalu, sekarang sudah 4 tahun berlalu.
Apakah masih ada keinginan kamu untuk menjadikanku yang terakhir?
Apakah langkahmu masih bersedia menjemputku kembali dengan jalan yang lebih tepat?
Jika kamu memang pilihan yang terbaik dari Allah untuk aku, sejauh apapun bentang jarak antara aku dan kamu sekarang, tentu tetaplah ada cara terindah dariNya untuk kita bersama. Namun, jika jawaban dari Allah adalah kamu tidak untukku- tidak apa-apa, karena aku yakin Allah telah memilihkan pendamping yang jauh lebih baik dari apa yang aku pernah harapkan.
6 notes
·
View notes
Text
“Moga Bunda Disayang Allah”
Menonton film dari adaptasi novel Tere Liye berjudul "Moga Bunda disayang Allah" membuatku meneteskan banyak air mata.
Entahlah- hati ini seperti bisa merasakan persis, bagaimana trauma dan rasa bersalah yang mendalam di hati seorang Karang, akibat peristiwa tenggelamnya kapal wisata air hingga membuat 18 anak telah meninggal. Karang dihantui perasaan yang menyesakkan dadanya dan hunusan perih atas penyesalan karena ia yang telah mengajak anak-anak tersebut untuk berwisata air. Rasa bersalah yang teramat besar hingga membuat dia berubah menjadi Karang yang mengurung diri, tidak lagi percaya akan keadilan Allah apalagi adanya keajaiban di dunia ini, sampai akhirnya dia meninggalkan taman bacaan yang telah ia bangun bertahun-tahun di ibu kota. Karang menjadi pemurung, pemabuk, pemarah. Ya semua memang dapat berubah karena satu peristiwa.
Lain Karang, perasaan sakit juga dialami oleh seorang Bunda Haka yang harus melihat buah hati satu-satunya bernama Melati tumbuh dengan segala keterbatasannya. Aku menangis, seperti bisa merasakan betapa hancur hati ini melihat nelangsanya Bunda Haka yang berusaha sekuat ia mampu, tidak pernah berhenti percaya bahwa ada keajaiban untuk anaknya meskipun kemungkinannya hanya sebatas ujung kuku. Walaupun Melati buta, tuli bahkan bisu, Bunda Haka tidak pernah berhenti berharap agar bisa mendengar kata "Bunda" dari bibir manis anaknya. Air mata ini selalu menangis setiap melihat air mata juga jatuh dari mata Bunda Haka karena pilunya perasaan seorang Ibu harus mendengar judgement dari dokter bahwa Melati merujuk pada kejiwaan yang tidak waras. Hingga akhirnya Bunda Haka menemui Karang memohon agar dapat membantunya menjemput keajaiban Allah untuk Melati.
Dan, dari sisi satu lagi.
Dimana Kinasih sebagai mantan kekasih Karang harus ikhlas menerima perubahan dari seseorang yang sudah mengikat cintanya itu. Karang memutuskan tidak melanjutkan keseriusan akan hubungan mereka karena merasa tidak lagi pantas menjadi masa depan Kinasih. Karang merasa tidak lagi ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bayang-bayang perasaan bersalah peristiwa tenggelamnya anak-anak yang diajaknya wisata air itu benar-benar merenggut keutuhan hati Karang. Secara keras, Karang membentak Kinasih untuk pergi dari kehidupannya. Walaupun begitu, Kinasih tidak pernah benar-benar pergi dari Karang. Ia masih setia. Ketulusan hatinya membuatnya tidak pernah hilang percaya bahwa hati Karang masih mampu untuk merasakan keajaiban Allah.
Film ini mengajakku untuk berkontemplasi bahwa terkadang kita terlalu fokus pada perasaan sedih diri sendiri, tanpa menyadari bahwa diluar sana masih banyak yang jauh lebih tidak beruntung dari kita.
Oh tunggu. Masih ada lagi ternyata sisi yang membuatku terisak. Siapa lagi kalau bukan tentang Melati yang teramat istimewa. Bagaimana aku bisa merasakan ia merintih tanpa bisa mengaduh melalui kata? Bagaimana ia ingin sekali mengenal dunia dengan setiap warnanya, namun hanya gelap yang di dapat melalui mata indahnya?
Film ini mengajakku untuk lebih yakin akan sebuah harapan, keteguhan, dan keberanian.
Dan. Percayalah bahwa Allah Maha Adil. Allah selalu adil kepada hamba-hambaNya. Semua yang tercipta adalah adil. Hidup ini selalu adil meskipun belum tentu kita dapat melihat bukti dari keadilan itu karena kita yang terlalu bebal dan bodoh untuk menyadari dimana letak keadilan itu.
0 notes
Quote
Memulai segala sesuatu dengan melibatkan doa dan keyakinan kepada Allah agar diberi pertolongan juga ridhaNya. Apalah arti dari keberhasilan di akhir perjuangan jika tidak kembali kepada Allah sejak awal permulaan.
Kajian Hikam 14/10/2019
0 notes
Photo
Kegembiraan Berpuasa
“Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan; yakni kegembiraan ketika ia berbuka dan kegembiraan ketika ia berjumpa dengan Rabbnya.” (HR. Muslim)
Inilah beberapa alasan mengapa kita harus #RamadanBahagia. Yaitu karena orang berpuasa, bergembira ketika berbuka dan bergembira ketika berjumpa dengan Allah Sang Pencipta.
Bergembira berbuka karena orang berpuasa telah berhasil menyempurnakan puasanya. Telah berhasil tidak melalaikan puasa dan menahan hawa nafsunya.
Bergembira berbuka karena kita yakin bahwa akan ada ganjaran dari setiap perjuangan. Bahwa setelah setengah hari kita bersusah payah menahan, pada akhirnya hal membahagiakan pun datang.
Orang berpuasa juga bergembira, karena suatu saat nanti akan bertemu Allah subahanhu wa ta'ala. Karena Allah, yang selalu ada bersama kita disaat suka maupun duka.
Dialah Allah, yang mencintai kita lebih dari siapapun di dunia. Lebih dari keluarga kita dan bahkan lebih dari pasangan kita. Dan tentu kita juga mencintai-Nya.
Maka, tidakkah kita senang luar biasa jika bertemu dengan yang kita cinta?
Semoga kita semua bisa memperoleh kegembiraan orang yang berpuasa. Semoga puasa kita diterima oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
129 notes
·
View notes
Text
Tanpa Judul #2
Disakiti, dihina, difitnah, dicacimaki terkadang kalau dipikir-pikir itu menyenangkan. Karena? Ya, dengan cara begitu kita bisa tahu seberapa kuat hati kita untuk menerima. Lalu? Ya dengan begitu kita justru mampu meningkatkan kualitas hati kita menjadi lebih kokoh.
Jadi teruntuk kamu yang kini mungkin sedang ada diposisi dimana direndahkan, dicaci maki bahkan difitnah dengan perkataan yang keji, cukup jawablah dengan diam. Diam dan tidak perlu dirasakan.
Allah yang akan memberikan hadiah terbaikNya untuk kamu❤ Hadiah yang membuat kamu merasa bersyukur karena pernah melalui proses yang rasanya sakit sekali.
Percaya kan janji Allah tidak pernah ingkar? Sabar itu teramat sulit, tapi balasannya juga berlipat-lipat kali lebih istimewa dari hanya sekedar keindahan duniawi.
Dan, satu lagi. Aku ingin memberitahu sesuatu padamu, jika kamu tidak sendirian kok merasakan jatuh dan terinjak-injak karena aku disini-- juga sedang ada di fase itu. Mari kita nikmati saja kehidupan ini. Kita punya Allah. Allah Yang Maha Besar dan Berkuasa atas segala sesuatu. Minta saja kepadaNya ya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari ini semua selama kita masih menempatkan Allah di hati kita. Oke? Kita harus tetap semangat dan menjalani hari dengan hati pikiran yang positif. ❤
Aku ingin mengajakmu membaca, memahami dan meresapi sebuah hadist tentang sabar ini.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, Ra. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada (sifat) sabar.” (HR. Al-Bukhâri No. 6105 dan Muslim No. 1053)
0 notes