Text
It's okay to show your weakness, it makes you more human.
Me to me.
5 notes
·
View notes
Text

When life gives you lemon, make lemonade. 🍋🍋🍋
This year (last year also actually) isn't an easy year for anyone. The global pandemic is still going on, but we deal with it better than when the virus was come out.
If I ask myself what's the best achievement that I got this year, I 'll answer; I get through it. Oh, and I didn't get easily offended as before, well still learning though.
Oh, and it's been a wonderful Ramadan! I'm sorry for all the bad things that I'd done, and
Eid Mubarak! 🍀
Every time I get scared
For the people who believe in me
I will prove it
Every time I wanna close my eyes
I'll picture me standing at the finish line. ---JJ Project - Icarus
0 notes
Text
CALL FOR PAPER
Apa anda seorang akademisi? Mahasiswa tingkat akhir? Atau anda seorang pegawai kantoran dengan banyak deadline laporan?
Yah apa pun kesibukan anda, Aink lagi butuh kertas bekas nih. Yang beneran bekas. Boleh berupa lembaran atau buku lks bekas atau apapun lah yang bisa dikilo dan ga kepake lagi.
Tentu aink ga minta gratis. Aink nawarin penukaran kertas perkilonya dengan kaktus/sukulen di pot ukuran 10cm.
Penawaran ini buat yang domisili Bandung aja yah. Sistemnya bisa kita ketemuan atau kalo deket aink bisa nyamperin ke lokasi.

Boleh reblog yah kalo misal ga berdomisili di Bandung, siapa tau temennya ada yang punya kertas bekas dan mau ditukerin pake tanaman
22 notes
·
View notes
Text
Selamat akhir pekan bagi yang merayakan! :)


0 notes
Photo

03 "Serangan Teror Ribuan Semut Melanda Kabupaten X", "Buaya Rawa Ditangkap di Sekitar Pemukiman Warga Karena Membahayakan", "Ribuan Belalang Menyerang dan Merusak Perkebunan Warga", hingga judul-judul berita yang senada. Familiar dengan judul-judul tersebut? Kalau diperhatikan, ada dua kata kunci yang seringkali dipakai dalam berita yang melibatkan hewan sebagai tokoh utamanya; menyerang dan membahayakan. Hewan-hewan di"branding" sebagai makhluk yang jahat, berbahaya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Lantas, bagaimana bila manusia yang lebih dahulu "menyerang" mereka? Membuka lahan untuk peternakan, menebangi pohon-pohon di hutan untuk membuat perkebunan, apakan judul beritanya masih akan bernada sama? "Manusia Membahayakan Ribuan Satwa di Hutan X Akibat Penebangan Hutan" misalnya? Tidak? Tentu saja, "Sebuah Perkebunan Baru Dibuka Untuk Perkembangan Ekonomi Yang Lebih Baik", bukankah biasanya akan bernada seperti ini? @30haribercerita #30hbc21 #30hbc2103 #choi520 #cekrekanechoi #flower https://www.instagram.com/p/CJlN1r7AFz9/?igshid=18ewbhqrv6jkh
0 notes
Text
Bersyukur #2 : Tidur Nyenyak
Tidur; satu kegiatan penting yang sering disepelekan. Waktu untuk tubuh kita beristirahat dari kepadatan dan kesibukan seharian.
Tapi tidak semua orang bisa tidur dengan nyenyak dan berkualitas. Ada istilah insomnia; gangguan tidur yang serius bahasa lebih sederhananya. Ada juga orang-orang yang tidak bisa langsung terlelap dengan nyaman dan nyenyak walaupun setelah beraktivitas seharian. Terkadang mereka harus melakukan hal-hal tertentu sebagai pengantar tidur mereka. Misalnya; mendengarkan musik, menonton video ASMR atau bahkan sampai perlu meminum obat tidur agar bisa tidur dengan nyenyak.
Saya termasuk orang yang mudah untuk terlelap, bahasa kerennya; pelor alias nempel molor. Apalagi setelah capek banget jalan kaki tiga kilometer atau lari keliling lapangan bola. Saya pikir tidur nyenyak adalah hal yang lumrah; sampai pada suatu ketika saya membaca tulisan bahwa ada orang-orang yang membutuhkan treatment khusus untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Ada orang yang selalu perlu meminum obat tidur setiap waktu agar bisa tidur dengan nyaman.
Tidur dengan nyaman dan nyenyak adalah hal yang saya sangat syukuri sekarang. Dulu emang kemana aja duh? Memang, di dalam kehidupan ini terkadang saya melupakan sesuatu yang terlihat remeh padahal sebenarnya sesuatu tersebut sangat penting.
Teringat seorang guru yang selalu menanyakan ‘sudahkah bersyukur hari ini?’ sebelum memulai proses belajar mengajar. Beliau menginspirasi banyak anak didiknya untuk selalu bersyukur dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Terima kasih untuk orang-orang yang mempunyai kesulitan untuk tidur nyenyak yang saya kenal ataupun tidak. Terima kasih telah menjadi perantara untuk saya lebih bersyukur kepada-Nya. Terima kasih telah secara tidak langsung memberi tahu bahwa bersyukur bisa karena hal yang saya lakukan setiap hari; yaitu tidur.
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Rifka Choi / Kamis, 20 Agustus 2020 / Yogyakarta, 19.56
#bersyukur#bersyukur2#catatanuntukdiri#proyek13catatanuntukdiri#tidur#catatankesebelas#SebuahCatatanUntukDiri
2 notes
·
View notes
Text
Prank
Selera, tapi gw gak suka prank. Bahkan prank sederhana yang misalnya dia nulis panjang banget isinya mau keluar grup, eh ujung-ujungnya cuma prank. Kemarin ada yang bikin status katanya hamil anak kembar, eh ujung-ujungnya prank. Kalo itu masih mending, gak merugikan. Mungkin ya buat seru-seruan aja. Yang gw benci banget kalo prank nya udah bikin rugi, meski gak rugi materi tapi rugi perasaan. Orang udah degdegan, udah takut, eh cuma prank. Udah seneng dapat kabar baik, eh cuma prank.
Pernah waktu itu satu akun dakwah bikin konten soal pacaran itu ga boleh, kalo mau nikah ya langsung lamar ke orang tua. Bagus kan pesannya? Tapi dia bikin kontennya prank, nge prank cewek-cewek di sebuah tempat umum, seakan-akan mereka mau dilamar, tapi boong. Akhwat terakhir, nampak banget kalo seneng dan sudah berharap, eh cuma prank. Dan prank ini beneran prank, bukan rekayasa. Kalo pun rekayasa, karyanya jadi tontonan yang menuntun ke hal negatif, ngajarin orang nge prank juga.
Jadilah netijen-netijen memberi nasihat ke adminnya dengan baik, eh adminnya ngeyel, ga ngerti poin netijen yang bukan ga suka pesannya, cuma eneg sama caranya yang mungkin akan menyakiti korban prank.
Gw ga suka, cenderung benci. Ngapain sih? Biar seru? Ga ada ide lain selain menyakiti perasaan orang? Ga kreatif, mau bikin seru aja kudu nipu orang dulu.
151 notes
·
View notes
Text
Gaes, pada tengah hari, pesanlah makanan tak jauh darimu pakai aplikasi. Gunakan dompet elektronik hingga langsung lunas, tanpa abang/teteh ke rumah. Ketika barang sudah dibeli dan mau diantar, maka katakan pada mereka, pesanan itu makan siang mereka.
Seperti menggarami laut, tapi sesedikit yang kita bisa meringankan sekitar.
Usahakan satu kali tiap pekan, misal Jumat. Jika ada 70rb dermawan melakukannya, insya Allah dengan uang minimal, kita udah meringankan sesama.
Emak-emak yang stay at home, siapin plastik kecil. Masukkan seliter beras. Di sekitar kita pasti udah hapal mana pemulung, mana penyabit rumput. Pastikan mereka mendapatkan beras itu saat mereka lewat depan rumah. Tidak harus tiap hari. Sekali seminggu juga gak apa.
Ketahanan kita bersama, kita yang usahakan. Karena kita adalah keluarga besar.
Bismillah.
Jika jadi ketua DKM, ketua RW, atau RT, pastikan udah memiliki data warga. Buat daftar warga rentan, baik dari sisi kesehatan, atau ekonomi. Gerakkan sesama warga untuk mengatasi masalah itu bersama.
Suami saya menasehati, dalam masa seperti ini, sedekah adalah senjata kita untuk mencari perlindungan dari Allah SWT pada Allah SWT yang Al Qawwy Al Waduud.
Wina Risman
20 notes
·
View notes
Text
Pertanyaan tentangmu; masih banyak yang belum terjawab.
Janji yang pernah terucap; masih ada yang belum tertunaikan.
Aku selalu menganggap semua sudah selesai, hingga akhirnya aku merasa kau yang kini memberi jarak. Memupuk rasa ragu bahwa kau tidak merasa terganggu dengan keberadaanku.
Rifka Choi
3 notes
·
View notes
Text
Thank you, hey you. I'm not in great mood lately and you made my day. :)
Plegmatis: orang-orang lambat
Rasanya baru kemarin saya lulus SMA. Rasanya baru kemarin saya mendaftar kuliah. Rasanya baru kemarin saya menjadi mahasiswa baru. Bahkan saya masih merasa ada jam kuliah nanti siang.
Saya masih bisa merasakan suasana lorong kelas, kaki-kaki mahasiswi menaiki tangga dan saling bercanda.
Saya masih ingat sepasang sahabat perempuan yang sering duduk di lantai luar kelas dengan netbook kecil dekat stopkontak saat pergantian jam kuliah.
Mereka punya banyak perbedaan. Dunia mereka berbeda. Tempat tinggal juga berjauhan. Bukan karena memiliki banyak kesamaan. Ruang dan waktu hanya tak sengaja mempertemukan mereka. Ada ruang kosong yang perlu ditempati. Ada waktu yang perlu diisi. Ada momen yang perlu dirasakan. Ada kenangan yang perlu dipintal.
Beberapa bulan lagi mungkin ruang dan waktu tidak lagi bersahabat dengan mereka. Beberapa bulan lagi mereka akan memiliki tempat mereka masing-masing.
Beberapa bulan lagi itu adalah beberapa bulan yang lalu.
Beberapa bulan yang lalu mereka mendapati masa perpisahan itu. Ruang dan waktu habis. Beberapa bulan yang lalu sebagian besar kawan-kawan akhirnya diwisuda.
Rasanya baru minggu lalu mereka sibuk mengajukan judul dan revisi berulang-ulang. Hari ini undangan demi undangan pernikahan berdatangan. Foto perihal lowongan pekerjaan, pengurusan SKCK dan inovasi-inovasi usaha mengisi lini masa.
Kawan saya ada yang terduduk di pojok kursi kampus. Hikmat merasakan lorong yang kosong. Sesekali melintas mahasiwa baru yang tak dia kenal.
Rasanya baru kemarin kawan-kawannya bergantian masuk ruang dosbing. Saling bercanda untuk menutupi cemas.
Dia ragu mengirim chat ke kawan-kawannya yang sudah lepas dari kampus. Mereka sudah pulang kampung. Menuju asing seperti awal perkuliahan.
Semua orang menjadi tokoh utama di hidup mereka masing-masing. Berjalan di lintasan masing-masing. Di keluarga masing-masing. Tidak ada lagi ikatan dengan kampus. Tidak ada lagi alasan untuk mengirim chat, seperti; "nanti ada kelas? PPT nya sudah jadi? Nanti makan di mana? Ikut seminar yuk."
Dunia yang sangat cepat membuat orang-orang lambat seperti dia dan sebagian kecil orang di luar sana seperti orang asing. Duduk di sudut peron, memperhatikan gerbong demi gerbong menurunkan dan menaikan penumpang. Orang-orang bergantian datang dan pergi. Sementara dia masih sibuk menghayati. Menikmati detik demi detik.
Rasanya semua seperti mimpi dan terlalu berharga karena ada tapi hanya sekedar melintas saja.
Semua orang berlari seperti dikejar usia. Semua orang mencentang list demi list mereka sebagai tanda keberhasilan demi keberhasilan. Mereka tahu hidup mereka hanya singkat, mereka harus buru-buru.
Sementara beberapa orang yang lain berjalan ringan seperti orang liburan di tengah padang rumput hijau. Menyesap dalam-dalam aroma bebukitan. Menikmati senti demi senti langkah kaki. Berjalam sesuka hati, kadang berjalan mundur sembari melihat jalan di belakang.
Tapak kaki yang tertinggal. Tapak kaki kawannya yang bernama A. Tapak kaki kawannya yang bernama B. Yang sekarang sudah jauh di depan. Bebatuan yang sudah terlewati seperti melambaikan tangan, "selamat jalan."
Orang-orang lambat seperti dia ini dan mungkin sebagian kecil orang-orang di luar sana yang saya yakin juga sama seperti dia memang sering tertinggal. Sebab sebagian besar orang-orang berlari seperti kuda yang memakai kacamata. Tak bisa menoleh ke kanan-kiri-belakang. Mereka fokus ke depan. Hanya ke depan. Seperti dikejar usia. Puncak bukit di depan harus segera didapat selagi sempat.
Ya. Tentu saja kadang orang-orang 'lambat' ini cemas dan ketakutan. Takut tertinggal dan tak ada pertolongan. Takut terlalu lama menikmati jalan. Takut terlalu lama menghayati tapak kaki yang tertinggal. Kadang mereka kerap menghibur diri sendiri, "tak apa. Hidup ini bukan perlombaan."
Beberapa yang usianya hampir menyentuh kepala tiga namun belum menghasilkan apa-apa mulai depresi. Kawan-kawan seangkatannya sudah memiliki anak. Sudah memiliki rumah. Sudah mapan. Sudah menempati suatu jabatan. Sementara dirinya sendiri masih belum beranjak dari tempatnya 5 tahun lalu. Masih duduk di peron yang sama.
Dunia berjalan terlau cepat untuknya. Orang-orang hanya butuh rata-rata 25 tahun untuk mengumpulkan mental dan mantap menikah, tapi dia merasa 25 tahun belum cukup. Bahkan dia merasa dia masih muda, masih anak yang baru saja lulus SMA.
Dia mulai bingung, apa yang salah dengan dirinya. Kenapa orang-orang bisa mengikuti irama dan kecepatan laju dunia sementara dia tidak.
Kadang dia tak punya waktu berfikir sebab lingkungan (red.keluarga) lebih dulu mendesak. Siap tak siap dia harus bisa mengikuti kecepatan orang lain. Beberapa orang mulai depresi di posisi tersebut. Dia tak bisa menyalahkan orang lain. Dia hanya bisa menyalahkan hidup dan dirinya sendiri. Akhirnya dia membenci dirinya. Memaki kelambanannnya sendiri.
Jalan di depan sangat kosong. Gerbong sudah habis. Dunia tak punya waktu menunggu orang yang lebih suka duduk-duduk di bawah pohon apel dan hanya melamuni apa yang orang-orang tinggalkan di belakang.
Jargon demi jargon motivator memenuhi telinganya, "kesuksesan hanya bisa diraih oleh mereka yang bekerja keras, cepat dan lincah mengambil celah"
Dia mengutuk dirinya sendiri yang lebih suka beristirahat dan menikmati kedamaian di tempatnya duduk. Kesuksesan seperti ditaruh di depan muka lokomotif yang tak mungkin bisa dikejar.
Apakah orang-orang lambat punya tempat di dunia ini?
Jawaban saya: ADA!
Dari awal penciptaan manusia hingga hari ini, waktu tidak berubah (kecuali beberapa detik saja sesuai perhitungan sains). 24 jam sehari. Semua orang tinggal dalam dunia yang isinya 24 jam sehari. Ada yang sadar waktu berjalan cepat sehingga ia ikut berjalan cepat. Ada yang sadar tapi ia enggan berjalan cepat.
Apakah ia akan tertinggal? Tentu saja. Dia akan tertinggal oleh kawannya yang berjalan cepat. Tapi apakah dia punya tempat? Tentu saja. Dia tetap memiliki tempat.
Yang perlu diingat adalah, tidak ada yang di belakang tidak ada yang di depan. Meskipun dia tertinggal, tapi dia tidak tertinggal di belakang, dia tertinggal di tempat yang lain. Di tempat yang sesuai dengan dirinya. Dia dan kawannya masih ada dalam satu waktu. 24 jam. Tapi berbeda tempat. Tidak di belakang juga tidak di depan. Hanya jalan yang berbeda.
Tak perlu takut dan cemas dunia akan meninggalkan kita, sebab dunia tidak akan kemana-mana. Kita masih akan hidup dengan berjalan cepat atau pun lambat. Usia bukan seperti serigala yang akan memangsa orang-orang yang lambat dan tertinggal. Usia bisa memangsa siapa saja. Yang berjalan lambat atau pun cepat.
Tak perlu takut dan khawatir kesuksesan akan menjauhi kita. Kesuksesan bisa didapat oleh siapa pun. Orang-orang lambat bisa meraih kesuksesannya dengan caranya sendiri. Orang-orang cepat bisa meraih kesuksesannya dengan caranya sendiri dan mungkin lebih cepat. Tapi tak masalah. Yang terpenting bukan kecepatan dalam meraihnya tapi bagaimana cara kita menikmati dan memanfaatkannya.
Tak masalah menjadi orang lambat karena kita tak dilahirkan hanya untuk berlari. Kita bisa duduk. Berbaring. Jalan santai. Tak masalah juga menjadi orang cepat. Mereka memilih berlari semampu mungkin, secepat mungkin lalu baru menikmati istirahat.
Tidak salah menjadi orang lambat. Mereka hanya terkadang kaget saja dengan kecepatan dunia. Kecepatan momen demi momen yang terus berganti. Mereka sangat menyayangi waktu. Mereka enggan membuang waktu seperti sampah yang sekali pakai.
Bedanya dengan orang cepat, orang cepat sangat menghargai waktu dengan cara mengisinya dengan penuh. Seperti gelas kaca kosong yang harus dihargai dengan cara mengisinya dengan susu hingga penuh. Setelah susunya habis, 'orang lambat' yang menyimpan gelasnya. Sementara 'orang cepat' pergi keluar, mengisi gelas lain.
Masing-masing memiliki tempatnya. Tidak ada yang di depan tidak ada yang di belakang.
Ada yang butuh 25 tahun untuk matang. Ada yang butuh 35 tahun dan itu tidak masalah.
Orang-orang lambat, kamu masih berhak hidup dengan baik. Kamu hanya berbeda. Kamu hanya menyayangi waktu sampai-sampai tak tega meninggalkannya.
Tak masalah orang-orang seangkatanmu sudah memenuhi CV mereka sementara kamu masih bingung bagaimana mengisinya.
Tak masalah orang-orang sudah menempati tempat yang umumnya di usia mereka sudah tempati. Tak masalah belum siap. Tak masalah belum berani. Setiap orang punya waktu yang berbeda dalam mengolah hati.
Yang terpenting, kamu menjadi dirimu sendiri. Daripada pura-pura cepat lalu kelelahan dan tersungkur di tengah jalan.

Image from: Jamesaltucher.com
#nulisajadulu
295 notes
·
View notes
Text
Mahfudzot
*Semoga tidak sekedar hafalan didepan kelas dan musnah ditelan zaman,*
1. مَنْ جَدَّ وَجَدَ 2. مَنْ سَارَ عَلَى الدَرْبِ وَصَلَ 3. مَن صَبَرَ ظَفِرَ 4. مَنْ قَلَ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ 5. جَالِسْ أَهْلَ الصِدْقِ وَ الوَفَاءِ 6. مَوَدَّةُ الصَدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِيْقِ 7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَعَبِ 8. الصَبْرُ يُعِيْنُ عَلَى كُلِّ عَمَلٍ 9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا 10. اطْلَبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَحْدِ 11. بَيْضَةُ اليَوْمِ خَيْرٌ مِنْ دَجَاجَةِ الغَدِ 12. الوَقْتُ أَثْمَنُ مِنَ الذَهَبِ 13. العَقْلُ السَلِيْمُ فىِ الجِسْمِ السَلِيْمِ 14. خَيْرُ جَلِيْسٍ فىِ الزَمَانِ كِتَابٌ 15. مَنْ يَزْرَعْ يَحْصُدْ 16. خَيْرُ الأَصْحَابِ مَنْ يَدُلُّكَ عَلَى الخَيْرِ 17. لَوْلاَ العِلْمُ لَكَانَ النَاسُ كَالبَهَائِمِ 18. العِلْمُ فىِ الصِغَرِ كَالنَقْشِ عَلَى الحَجَرِ 19. لَنْ تَرْجِعَ الأَيَّامُ التِى مَضَتْ 20. تَعَلَّمَنْ صَغِيْرًا وَاعْمَلْ بِهِ كَبِيْرًا 21. العِلْمُ بِلاَ عَمَلٍ كَالشَجَرِ بِلاَ ثَمَرٍ 22. الإِتِّحَادُ أَسَاسُ النَجَاحِ 23. لَا تَحْتَقِرْ مِسْكِيْنًا وَكُنْ لَهُ مُعِيْنًا 24. الشَرَفُ بِالأَدَبِ لَابِالنَسَبِ 25. سَلَامَةُ الإِنْسَانِ فِى حِفْظِ اللِّسَانِ 26. آدَبُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ 27. سُوْءُ الخُلُقِ يُعْدِى 28. آفَةُ العِلْمِ النِّسْيَانُ 29. إِذَا صَدَقَ العَزْمُ وَضَحَ السَّبِيْلُ 30. لَا تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَىءٍ مَزِيَّةٌ 31. اَصْلِحْ نَفْسَكَ يَصْلُحْ لَكَ النَّاسُ 32. فَكِّرْ قَبْلَ أَنْ تَعْزِمَ 33. مَنْ عَرَفَ بُعْدَ السَّفَرِ اِسْتَعَدَّ 34. مَنْ حَفَرَ حُفْرَةً وَقَعَ فِيْهَا 35. عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ 36. مَنْ كَثُرَ إِحْسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ 37. اِجْهَدْ وَلَا تَكْسَلْ وَلَا تَكُ غَافِلًا # فَنَدَامَةُ العُقْبَى لِمَنْ يَتَكَاسَلُ 38. لَا تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلَى الغَدِ مَاتَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اليَوْمَ 39. اُتْرُكِ الشَّرَّ يَتْرُكْكَ 40. خَيْرُ النَّاسِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَاَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ 41. فِى التَّأَنِّى السَّلَامَةُ وَفِى العَجَلَةِ النَّدَامَةُ 42. ثَمْرَةُ التَفْرِيْطِ النَدَامَةُ وَثَمْرَةُ الحَزْمِ السَلاَمَةُ 43. الرِّفْقُ بِالضَّعِيْفِ مِنْ خُلُقِ الشَّرِيْفِ 44. فَجَزَاءُ سَيَّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا 45. تَرْكُ الجَوَابِ عَلَى الجَاهِلَ جَوَابٌ 46. مَنْ عَذُبَ لِسَانُهُ كَثُرَ إِخْوَانُهُ 47. إِذَا تَمَّ العَقْلُ قَلَّ الْكَاَةمُ 48. مَنْ طَلَبَ اَخًا بِلَا عَيْبٍ بَقِيَ بِلَا اَخٍ 49. قُلِ الحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا 50. خَيْرُ مَالِكَ مَا نَفَعَكَ 51. خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا 52. لِكُلِّ مَقَامٍ مَقَالٌ وَلِكُلِّ مَقَالٍ مَقَامٌ 53. إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ 54. لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ فَقِيْرًا بَلْ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلًا 55. لَيْسَ اليَتِيْمُ الَّذِى قَدْ مَاتَ وَالِدُهُ بَلْ اليَتِيْمُ يَتِيْمُ العِلْمِ وَالأَدَبِ 56. لِكُلِّ عَمَلٍ ثَوَابٌ وَلِكُلِّ كَاَامٍ جَوَابٌ 57. وَعَامِلِ النَّاسَ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُعَامِلُوْكَ 58. هَلَكَ اِمْرُؤٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ 59. رَأْسُ الذُّنُوْبِ الكَذِبُ 60. مَنْ ظَلَمَ ظُلِمَ 61. لَيْسَ الجَمَالُ بِأَثْوَابٍ تُزَيِّنُنَا إِنَّ الَجمَالَ جَمَالُ العِلْمِ وَالأَدَبِ 62. لَا تَكُنْ رَطْبًا فَتُعْصَرَ وَلَا يَابِسًا فَتُكَسَّرَ 63. مَنْ اَعَانَكَ عَلَى الشَّرِّ ظَلَمَكَ 64. العَمَلُ يَجْعَلُ الصَّعْبَ سَهْلًا 65. أَخِىْ لَنْ تَنَالُ العِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَ طُوْلُ زَمَانٍ 66. مَنْ تَأَنَّى نَالَ مَا تَمَنَّى 67. اُطْلُبِ العِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ 68. النَّظَافَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ 69. إِذَا كَثُرَ الـمَطْلُوْبُ قَلَّ الـمُسَاعِدُ 70. لَا خَيْرَ فِى لَذَّةٍ تَعْقِبُ نَدَمًا 71. تَنْظِيْمُ العَمَلِ يُوَفِّرُ نِصْفَ الوَقْتِ 72. رُبَّ أَخٍ لَمْ تَلِدْهُ وَالِدَةٌ 73. دَاوُوا الغَضَبَ بِالصُّمْتِ 74. الكَاَِمُ يَنْفُذُ مَا لَا تَنْفُذُهُ الإِبَرُ 75. لَيْسَ كُلُّ مَا يَلْمَعُ ذَهَبًا 76. سِيْرَةُ الـمَرْءِ تُنْبِئُ عَنْ سَرِيْرَتِهِ 77. قِيْمَةُ الـمَرْءِ بِقَدْرِ مَا يُحْسِنُهُ 78. صَدِيْقُكَ مَنْ اَبْكَاكَ لَا مَنْ اَضْحَكَكَ 79. عَثْرَةُ القَدَمِ اَسْلَمُ مِنْ عَثْرَةِ اللِّسَانِ 80. خَيْرُ الكَاَُمِ مَا قَلَّ وَدَلَّ 81. كُلُّ شَيْءٍ إِذَا كَثُرَ رَخُصَ إِلَّا الاَدَبُ 82. أَوَّلُ الغَضَبِ جُنُوْنٌ وَآخِرُهُ نَدَمٌ 83. العَبْدُ يُضْرَبُ بِالعَصَا وَالحُرُّ يَكْفِيْهِ بِالإِشَارَةِ 84. اُنْظُرْ مَا قَالَ وَلَا تَنْظُرْ مَنْ قَالَ 85. الحَسُوْدُ لَا يَسُوْدُ 86. الأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا
1. Siapa bersungguh-sungguh dia berhasil. 2. Siapa berjalan pada relnya akan sampai. 3. Siapa bersabar berhasil. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Bergaullah dengan orang jujur dan menepati janji. 6. Kasih sayang teman tampak pada waktu kesempitan. 7. Tak ada kenikmatan kecuali setelah susah payah. 8. Kesabaran membantu atas setiap pekerjaan. 9. Coba dan perhatikan, kau akan jadi tahu. 10. Tuntutlah ilmu sejak buaian hingga liang lahat. 11. Telur hari ini lebih baik dari ayam besok hari. 12. Waktu itu lebih berharga daripada emas. 13. Pikiran yang sehat terdapat pada badan yang sehat. 14. Sebaik-baik teman duduk sepanjang waktu adalah buku. 15. Siapa menanam dia akan memetik. 16. Sebaik-baik kawan adalah yang menunjukkanmu pada kebaikan. 17. Jika tak ada ilmu maka pasti manusia seperti binatang. 18. Pengetahuan pada waktu kecil seperti lukisan di atas batu. 19. Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu. 20. Belajarlah pada waktku kecil dan amalkan dia saat kau besar. 21. Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tanpa buah. 22. Persatuan adalah dasar keberhasilan. 23. Jangan menghina orang miskin dan jadilah penolong baginya. 24. Kemuliaan itu dengan adab bukan karena keturunan. 25. Keselamatan manusia ada pada menjaga pembicaraannya. 26. Perilaku (baik) seseorang lebih baik dari emasnya. 27. Kejelekan perilaku itu menular. 28. Bencana pengetahuan adalah lupa. 29. Jika benar tekadnya maka akan jelas perjalanannya. 30. Jangan menghina orang yang lebih rendah darimu, karena setiap sesuatu memiliki kelebihan. 31. Perbaiki dirimu, maka akan baik kepadamu semua manusia. 32. Berpikirlah sebelum bertindak. 33. Siapa yang mengetahui jauhnya perjalanan dia akan bersiap-siap. 34. Siapa menggali lobang akan terposok ke dalamnya. 35. Musuh yang cerdas lebih baik dari kawan yang bodoh. 36. Siapa yang banyak kebaikannya maka banyak sahabatnya. 37. Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas dan jangan jadi lalai, karena penyesalan mendalam itu adalah milik mereka yang bermalas-malasan. 38. Jangan tunda pekerjaanmu hingga besok, apa yang dapat kau kerjakan hari ini. 39. Tinggalkannlah kejahatan itu, dia pasti meninggalkanmu. 40. Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik akhlaknya dan paling bermanfaat bagi manusia. 41. Dalam kehati-hatian ada keselamatan dan dalam ketergesa-gesaan ada penyesalan. 42. Buah dari penyia-nyiaan adalah penyesalan dan buah dari keteguhan adalah keselamatan. 43. Kasih sayang pada yang lemah termasuk akhlak yang mulia. 44. Balasan dari kejelekan adalah kejelakan yang setimpal. 45. Meninggalkan jawaban untuk orang bodoh adalah jawabannya. 46. Barang siapa yang manis tutur katanya banyak sahabatnya. 47. Jika sempurna akal seseorang maka sedikit bicaranya. 48. Barang siapa yang mencari kawan tanpa aib maka dia tetap tidak memiliki kawan. 49. Katakanlah yang benar meskipun pahit. 50. Sebaik-baik hartamu adalah yang memberikan manfaat bagimu. 51. Sebaik-baik perkara adalah pertengahan. 52. Setiap tempat ada kata-katanya (yg cocok) dan setiap kata-kata ada tempatnya (yg cocok. 53. Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu. 54. Bukannya aib bagi mereka yang miskin, tapi aib itu milik mereka yang pelit. 55. Bukannya yatim itu yang telah mati orang tuanya, tapi yatim itu adalah yang tidak memiliki ilmu dan sopan santun. 56. Setiap pekerjaan ada balasannya dan setiap perkataan ada jawabannya. 57. Dan perlakukanlah manusia sebagaimana kamu ingin diperlakukan. 58. Hancurlah seseorang yang tidak mengetahui kemampuannya. 59. Otak dari dosa adalah kebohongan. 60. Siapa yang menzalimi akan terzalimi. 61. Bukannya keindahan itu dengan pakaian yang menghiasi kita tapi keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab. 62. Jangan kamu lemah nanti kamu diperas dan jangan keras nanti kamu dipatahkan. 63. Barang siapa yang membantumu melakukakan kejelekan, dia menzalimimu. 64. Tindakan, membuat yang sulit menjadi mudah. 65. Saudaraku! Kamu tidak akan mendapat ilmu kecuali dengan enam perkara, akan ku berikan perincian dengan jelas : Kecerdasan, Harta Benda, Ketamakan, Mempergauli Ustadz Kesungguhan Waktu yang panjang. 66. Barang siapa yang berhati-hati maka dia akan mendapatkan apa yang dia impikan. 67. Tuntutlah ilmu itu walaupun ke negeri Cina. 68. Kebersihan adalah bagian dari iman. 69. Jika perminataan terlalu banyak, sediki yang membantu. 70. Tak ada kebaikan pada kenikmatan yang diiringi penyesalan. 71. Mengatur pekerjaan akan menghemat setengah waktu. 72. Banyak saudara yang tidak dilahirkan oleh seorang ibu. 73. Obatilah kemarahan itu dengan diam. 74. Perkataan itu menembus apa yang tak ditembus oleh jarum. 75. Tidak setiap yang berkilap itu adalah emas. 76. Tindak tanduk seseorang menunjukkan kepribadiannya. 77. Nilai seseorang sesuai dengan kebaikan yang dilakukannya. 78. Sahabatmu adalah yang membuatmu menangis bukan yang membuatmu tertawa. 79. Terpelesetnya kaki lebih aman dari terpelesetnya lidah. 80. Sebaik-baik kata adalah yang ringkas dan mengena. 81. Segala sesuatu jika kebanyakan akan murah kecuali sopan santun. 82. Awal kemarahan adalah kegilaan dan berakhir dengan penyesalan. 83. Budak itu dipukul dengan tongkat sedangkan orang yang merdeka itu cukup dengan isyarat. 84. Perhatikan apa yang dikatakan dan jangan perhatikan siapa yang mengatakan. 85. Pendengki tak akan bahagia. 86. Semua pekerjaan harus dituntaskan Jum'at barokah
5K notes
·
View notes
Text
Bersyukur #1 Bisa Makan Apa Saja
Pernah dengar yang namanya picky eater?
Saya punya banyak kenalan yang picky eater, bahkan ada yang sangat sangat picky eater. Kalau nggak makanan X, nggak mau makan. Kalau adanya makanan Y, makanan yang doi nggak suka, lebih baik doi nggak jadi makan. Kalau si picky eater ini single dan nggak bisa makan sendirian, juga nggak jadi makan. Nah, repot kan?
Kalau saya?
Saya mah nggak perlu ditanya, manusia-manusia yang sudah lama kenal dan paham saya pasti tahu kalau kamus makanan buat saya hanya ada dua macam; enak atau enak banget asalkan halalan thoyyiban. Kala dulu ketika saya belum pergi jauh-jauh dari rumah, saya anggap saya yang bisa makan makanan apapun adalah hal yang biasa, hal yang sangat sangat biasa. Saya jarang sekali bersyukur atas nikmat bisa makan apa saja ini.
Lain cerita, ketika saya mulai berkelana ke timur ke barat, selatan ke utara disambi nyari jodoh siapa tahu beruntung, saya ketemulah sama manusia-manusia picky eater ini, yang kalau ditanya mau makan apa, pasti jawabannya super ribet plus syarat dan ketentuan berlaku macam janji-janji promo manis kartu perdana. Kalau mereka ditanya mau makan apa, kira-kira jawabannya kurang lebih begini; harus yang berkuah lah, nggak mau daging lah, jangan yang micinnya banyak lah, dan masih banyak lagi syarat-syarat lainnya.
Maka, karena picky eater inilah, saya jadi lebih mampu bersyukur karena saya bisa makan apa saja. Saya jadi tersadar bahwa bisa makan apa saja adalah nikmat yang luar biasa yang Allah kasih ke saya.
Special thanks for all the picky eater that I know, karena kalian adalah perantara-Nya sehingga saya lebih mampu bersyukur.
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
rifkachoif || Rabu, 18 Oktober 2017 09.17am
3 notes
·
View notes
Photo
Seandainya aku menjadi Pemohon, segala kemungkinan gugatan ke MK harusnya dipersiapkan melalui hasil quickcount dan masih ada jeda waktu panjang menuju sidang MK. Dengan mengacu pada hasil tersebut, akan lebih pas jika tidak membahas angka, melainkan cukup dengan mencari-cari kesalahan dari Pihak Terkait. Sebab, cara ini cukup efektif digunakan untuk menjatuhkan lawan ketika Pemilihan Raya di kampus. Meskipun sejauh pengetahuan saya dalam Pemilu tidak ada sanksi pemotongan suara, melainkan pidana penjara atau denda.
Sedangkan, waktu hari-H pencoblosan sudah mengaku mendapat hasil penghitungan suara secara real lewat form C1 dan berani mengumumkan bahwa punya data C1 seluruh TPS di Indonesia, ini hebat sekali sebenarnya, bisa menghitung manual secara kilat. Tapi anehnya ketika diminta menunjukkan bukti data C1 justru beralasan tidak memungkinkan mengumpulkan C1 se-Indonesia.
Teori probabilitas ini telah terbukti secara matematis selama ratusan tahun. Hebatnya orang Indonesia, pada 17 April 2019 kemarin berani mengklaim bahwa ilmu statistik adalah penipuan. Padahal validitas dan reliabilitasnya sudah teruji jauh sebelum kakek saya lahir.
Di Indonesia, quickcount pertama kali diterapkan pada tahun 2004, di mana Pak Burhan (Indikator) dan Pak Saiful (SMRC) masih tergabung dalam LSI (mohon koreksi apabila salah). Kalau dilihat riwayatnya, hingga sekarang selisihnya tidak pernah lebih dari 1% dengan realcount. Termasuk saat Pilkada DKI 2017 Putaran II yang memenangkan Gubernur dengan kinerjanya yang sampai detik ini sangat luar biasa keren dahsyat menakjubkan mengagumkan tanpa keberpihakan, Yang Terhormat Bapak Anies Baswedan.
Justru quickcount sendiri menjadi acuan dengan nanti apabila adanya kecurangan, ketika hasil akhir nanti bisa berbeda jauh dengan hitung cepat yang diadakan oleh lembaga survey dengan kredibilitas tinggi, bukan lembaga survey TVOne saat Pilpres 2014 ya, hehe hehehe hehehehe.
Apabila dirasa tidak pas, hasil ini pun terbuka untuk dibantah oleh siapa saja. Tapi sayangnya banyak dibantah tanpa etika ilmuwan, tidak berbicara fakta, masuk akal, apalagi logika yang sehat, hanya bisa berkata curang tanpa bisa membuktikan. Teori ini berangkat secara matematis, jadi terlihat tidak elegan sekali kalau dibantah hanya dengan modal teriakan tanpa disertakan bukti nyata. Jadi, apabila periode selanjutnya tidak terima dengan hasil hitung cepat kemudian ada seruan mematikan TV secara berjamaah, mending sekalian saja TV-nya disumbangkan ke yayasan terdekat, jauh lebih bermanfaat, anda tidak perlu nonton TV lagi.
Dikatakan TSM, atau Terstruktur, Sistematis, dan Masif, seharusnya bisa mengakibatkan perubahan hasil yang signifikan. Sedang bukti-bukti yang disajikan pun tidak seberapa untuk mengubah kedudukan. Dapat dikatakan TSM pun harusnya menjadi poin lebih bagi Pemohon untuk menyajikan bukti, nyatanya bukti tidak pernah tampak jelas. Lebih lucu lagi, yang disampaikan telah ditemukan banyak kecurangan berasaskan DPT Siluman justru di daerah yang memenangkan Pemohon, itupun saksinya juga tidak tahu. Sungguh saksi yang malang, mau menyerang malah terbongkar aib sendiri.
Jadi hemat saya, Pemohon seharusnya tidak perlu bermain angka. Melainkan fokus saja pada mencari-cari kesalahan dan pelanggaran Pihak Terkait, dengan catatan lampirkan bukti yang kuat dan saksi yang serius. Itupun kalau memang ada kesalahan. Sehingga, minimal tidak malu dan ditertawakan seisi bumi pertiwi.
Penekanan Hakim Palguna di awal sudah jelas sekali padahal, kuantitas saksi tidak penting, melainkan kualitasnya. Minimal kualitasnya, tapi video dagelan saksinya saja lumayan lama menjajaki trending youtube. Orang awam seperti saya kan jadi ikut bingung, ini saksi apa pelawak? Kalau saksi sungguhan, masa ga ada arahan sama sekali minimal dari tim Pemohon? Soalnya konyol sekali.
Sedangkan kata Prof Eddy, sebuah bukti harus lebih terang daripada cahaya, tapi yang diberi malah lebih gelap daripada blackhole. Negara kita ini kan berdiri dengan asas rasionalitas, sejak kita sekolah pun kita diajarkan kejujuran, mengatakan seseorang bersalah harus ada asasnya. Atau jangan-jangan kita memang hanya sakit hati karena selalu kalah dan belum bisa ikhlas. Jadi tolonglah, kebodohan yang diperlihatkan kepada dunia cukup atas inisiatif sendiri saja, tidak perlu membawa agama kita. Malu. Serius malu.
Saya sering sekali berdebat, sejak sebelum pra pemilu sampai pasca pemilu, tapi akhir-akhir ini sudah tidak. Saya ingat persis substansi kalimat-kalimat mereka, sebelum 17 April .. ‘kalian lihat saja 17 April nanti, orang dzalim pasti akan kalah, orang baik akan dimenangkan oleh Allah’, lalu ketika 17 April tampaklah siapa yang dzalim. Tapi ternyata, doanya berubah .. 'ente lihat saja nanti 22 Mei, ane ga percaya lembaga survey abal-abal, tipu-tipu, dibayar rejim, 22 Mei nanti orang curang pasti akan kalah’, maka tampak lagi siapa yang curang saat 22 Mei tiba. Tapi ternyata, doanya berubah lagi .. 'yang menang belum tentu orang baik dan lalalayeyeye’. Lalu besoknya rusuh. Saya tidak yakin mereka sungguh-sungguh paham dengan apa yang mereka sendiri bicarakan. Mohon maaf, apakah ini contoh kondisi medis seseorang yang berbicara diluar kendali otaknya akibat mengkonsumsi sesuatu?
Dua hal yang saya tidak rela, saya tidak rela agama saya jadi tameng agar siapapun dapat leluasa berbuat dosa dan nyampah di Jalan Sudirman, termasuk mudahnya berseru 'kriminalisasi ulama’ ketika ada yang dinyatakan bersalah, sedang yang saya lihat justru inilah momen 'ulamaisasi kriminal’, sedih sekali. Kedua, saya tidak rela negara ini dipimpin orang-orang yang plin-plan dalam berpikir dan orang-orang yang sama sekali tidak dewasa dalam bersikap, malah lebih mirip preman pasar.
Barangkali, jawaban Allah sudah terpampang nyata sejak lama pada hasil akhirnya, yang boleh jadi hanya dapat disadari bagi mereka yang mau berpikir. Juga sekaligus menjadi kenyataan yang cukup melegakan, bahwa setengah lebih penduduk tanah pertiwi masih mau berpikir secara terbuka dan rasional, tidak mengedepankan berita buatan, keributan, dan hal barbar lain seperti mengangkut bahan bangunan menggunakan ambulan.
Alhamdulillah.
***
Daftar Pustaka: 1 | 2 | 3 | 4
42 notes
·
View notes
Quote
aku kembali menyambangimu, setelah musim berganti tiada kunjung kusembuhkan rindu kamu tumblr~
0 notes
Text
Orait!
Bersembunyi di Tumblr. Tempat istirahat dari gemerlap instagram.
- tumblr adalah malam, tepat ketika mata ingin terpejam. Tumblr adalah ketika sekitar mulai sepi, lampu kamar sudah mati, tapi isi kepala mulai riuh sendiri. Berdebat kusir dengan hati. Tempat keluarnya penyesalan dan pengharapan. Tempat buncahan hati yang terpendam selama hari terang. Tempat aku, sebenar-benarnya aku. Tenggelam dalam tulisan.
2K notes
·
View notes
Text
Berprasangka Baik
Pernah merasakan kehilangan barang atau sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan kita? Pernah di suatu saat kita sedang sangat membutuhkan bantuan kawan tetapi ketika kita mencoba berkali-kali menghubungi tetap tak kunjung ada balasnya? Pernah tiba-tiba ada pengemis atau pengamen yang mendatangi kita untuk meminta sedikit belas ikhlas kepada kita? Lalu, apa reaksi pertama kita?
Kata seorang gurunda; Aa Gym, reaksi pertama kita terhadap suatu peristiwa adalah akhlak kita yang sebenarnya. Jadi, apa reaksi pertama kita ketika kita dilanda “nasib buruk”? Apakah kita langsung memaki-maki “nasib buruk” yang telah menimpa kita dengan tanpa jeda ataukah menenangkan hati terlebih dahulu dan tetap berprasangka baik atas segala ketetapan-Nya?
Ketika kita mengalami "nasib baik" maka kemungkinan besar mudah bagi kita untuk berprasangka baik atas ketetapan-Nya.
Begitu pula dengan cara kita menanggapi manusia di sekitar kita, jika kita menganggap dia baik, maka berprasangka baik kepadanya bukanlah hal yang sulit. Namun, ketika dia adalah manusia yang kita anggap sifatnya buruk, maka akankah kita tetap berprasangka baik pula?
Dalam Islam, ada banyak anjuran bagi kita untuk tetap berprasangka baik;
Ja’far bin Muhammad rahimahullah berkata, “Apabila sampai kepadamu dari saudaramu sesuatu yang kamu ingkari, maka berilah ia sebuah udzur sampai 70 udzur. Bila kamu tidak mendapatkan udzur, maka katakanlah, “Barangkali ia mempunyai udzur yang aku tidak ketahui.”
(HR Al Baihaqi)
Umar bin al Khathab radhiyallahu'anhu berkata: “Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata yang tidak baik yang keluar dari mulut saudaramu, sementara kamu masih bisa menemukan makna lain yang baik..”
Ada satu tips sederhana agar kita hidup bahagia; berprasangka baik atas setiap kejadian yang Allah sudah rancang, yang Allah telah tetapkan. Berprasangka baik bukanlah hal yang sulit, ia adalah hal yang sederhana. Berprasangka baik menjadi merasa sulit ketika kita terbiasa berprasangka buruk atas ketetapan-Nya.
Maka, apakah kita adalah salah satu di antara yang terbiasa berprasangka buruk sehingga terlupa bahwa berprasangka baik adalah hal yang sederhana dan bukan sesuatu yang luar biasa?
Tetaplah berprasangka baik, karena ketika kita tetap berprasangka baik atas segala ketetapan-Nya; hati kita akan merasa lebih tenang.
Ditulis sebagai pengingat untuk diri.
Rifka Choirunnisa Fatimah | 12 Feb. 2018 19.44 WIB (GMT+7)
0 notes
Text
Islam tentang membumikan rahmat langit. Tentang berbagi kasih Allah pada setiap makhluk. Islam adalah tentang memperlakukan orang lain sebaik kita ingin diperlakukan. Sebagai sebuah jalan hidup mencapai kasih sayang yang abadi di surga nanti. Sebuah perjalanan untuk nikmat memandang Allah.
Film Maker Muslim
1 note
·
View note