Tumgik
rimahrawi · 1 year
Text
destroyer
Alkisah, di sebuah pulau dimana pusat pembangunan menjadi prioritas pemerintah, hiduplah seorang anak kicik yang banyak bicara tapi tidak banyak tingkah.
Sungguh dia adalah anak kicik yang tidak banyak tingkah, hanya terkadang dia perlu menyentuh apa yang menarik perhatiannya, tentunya menyentuh dengan halus dan perlahan.
Sayangnya, entah apapun yang dia sentuh tidak jarang menjadi barang yang rusak. Kita akan telusuri satu persatu apa yang terjadi, meskipun tidak sesuai urutan waktu.
Pertama, laci lemari pakaian yang selama ini tak pernah disentuhnya dan disentuh oleh banyak orang lain di rumah. Laci itu tampak ramah pada semua orang, berfungsi sebagaimana mestinya dan tidak menyebalkan. Pada saat anak kicik itu mencoba menariknya untuk pertama kali, voilaaa, semacam tidak ikhlas disentuh, rel kanan laci itu patah sehingga tidak bisa dimasukkan kembali dengan normal. Orang rumah melihat dan hanya bertanya "apa yang km lakukan? kenapa bisa begitu?" Si anak kicik hanya bisa terdiam memandangi si laci yg rusak dengan heran. Dia masih berusaha beberapa lama untuk memperbaiki dan merenung di depan laci tersebut sampai akhirnya meminta maaf dan pergi, dengan pikiran memang sudah usang dan waktunya dia rusak. Hari selanjutnya setiap kali ada yang membuka laci tersebut, nama si anak kicik pasti akan terlontar.
Kedua, closet jongkok di rumah yang hampir jarang digunakan si anak kicik. Anak kicik ini memang punya pencernaan yang sehat dan lancar karena sehari minimal sekali dan maksimal dua kali, si anak kicik pup. Aktivitas khidmat tersebut memang lebih sering dilakukan oleh si anak kicik di sekolah, karena memang selalu terburu-buru berangkat di pagi hari, dan rutinitas ini diketahui setidaknya oleh ibu si anak kicik. Hingga pada suatu hari, si anak kicik melakukannya di rumah. Voilaaa, closet itu ngambek, dia mogok disiram a.k.a mampet. Keluarlah si anak kicik yang menyerah menghadapinya sendiri dan melapor pada ibunya. Dengan sigap satsetdasdes si ibu langsung membantu dan berusaha meskipun sulit. Alhamdulillah berhasil terselesaikan, dengan berkata, "lagian biasa juga pup di sekolah, kenapa coba pup di rumah, jadi mampet kan!". Si anak kicik diam saja, menatap si closet dengan heran, akhirnya pergi sambil bergumam "awas ya kamu closet ngga baik sama ak lagi", meskipun setelah itu dia lebih memilih melakukannya di sekolah.
to be continued~
0 notes
rimahrawi · 1 year
Text
Lampu Bangjo
Siang terik, panas menembus kulit
Jins tebal pun taksanggup melapis
Apalagi hanya kain katun biasa
Di atas motor di lampu merah perempatan
Enampuluh detik sungguh terasa lama, saat diiringi terik yang makin giat mencubit
Tiga, dua, satu, hijau! akhirnya angin berhembus meniupi kulit yg mulai memerah
Ah nikmat Tuhan mana yang kau ingkari~~
0 notes
rimahrawi · 1 year
Text
ternyata takmudah
"Menjadi orang penting itu baik, tapi lebih penting untuk menjadi orang baik"
Malam itu di rumah eyang, di ruang keluarga yang menyatu dengan ruang tamu. Aku yang baru menjalani masa ospek di SMA, sedang sibuk membuat tugas dari para kakak kelas. Memang bukan hanya aku saja yang sibuk, keluargaku pun ikut membantu.
Di salah satu tugas itu, ada buku harian yang harus diisi mengenai apa saja yang terjadi seharian di sekolah dan apa yang dirasakan. Aku lupa tepatnya apa saja yang harus ditulis, yang aku ingat pasti adalah aku merasa lebih memilih untuk disuruh bercerita langsung daripada menuliskannya.
Menulis, mengarang, sungguh bukan sesuatu yang menjadi kegemaranku.
Kembali ke buku harian. Di halaman setelah cover, para peserta ospek diminta menuliskan beberapa hal tentang informasi pribadi, seperti nama lengkap, nama panggilan, tempat tanggal lahir, kelas, dan yang paling sulit untuk diisi adalah prinsip hidup. Aku harus berpikir keras untuk itu, karena selama ini aku takpunya dan takpernah berpikir kalau harus punya.
Singkat cerita aku meminta tolong adik ibuku untuk membuatkannya untukku. Dia adalah orang yang selalu punya kata-kata bagus, bahkan dia pernah membuat lagu anak-anak, yang aku dan adikku hafal sampai sekarang meskipun tidak full version.
Akhirnya ditulislah quote di awal cerita ini sebagai prinsip hidupku dan aku membuatnya menjadi hal yang selalu aku usahakan dalam hidupku.
Ya ampun! ternyata jadi orang baik tidak semudah itu nurleha. Takbisa dipungkiri bahwa aku juga pernah bahkan sering berbuat tidak menyenangkan dan menyakiti hati orang lain.
Dan entah apa yang ada di pikiranku, seringkali bukannya meminta maaf, tetapi aku memilih diam saja dan menjauh. Hingga aku ada pada satu titik kesadaran bahwa: ~ah aku melakukan hal tidak baik; ~oke, ayo mulai mendoakan semoga orang yang pernah tersakiti olehku tidak sakit terlalu lama dan segera mendapatkan kebahagiaannya. Ya memang kadarnya baru sebatas itu.
Sejujurnya kata maaf bukan hal yang sulit untuk diucapkan. Tapi... i lost my word here.
Ah, saat ditulis begini, aku menyadari apa yang ternyata lebih sering aku pegang kuat dalam hidup. ~Sebisa mungkin jangan berutang budi pada orang lain~. Hmmm terdengar seperti apa ya, ada yang salah. Sudahlah, akupun mulai takpaham.
Memang cerita ini tidak berujung pada solusi dan kesimpulan yang baik. Tapi, untuk sementara aku akan akhiri dengan mengusahakan nasihat seseorang padaku. ~Nek raiso nggawe seneng uwong, ojo nggawe rekoso~.
Sekian dan terima rasa (.)
0 notes
rimahrawi · 1 year
Text
hati yang berdamai
Hhmmmm, daripada kosong, okelah yuk coba nulis sesuatu. Ini tentang momen sekejap yang diingat baik oleh hati, yailah cakep ngga tuh.
Jadi waktu itu sekitar jam 8 malam, di perjalanan pulang dari kantor, tepatnya lagi nge-tap kartu parkir, pas banget lagu ini selesai dinyanyiin sama babang Jason, jadi senyum-senyum sendiri, wah setelah sekian lama akhirnya udah bisa ngga nge-skip lagu ini. Good job Aku!
Astaga, geli sendiri waktu sadar sama perbincangan yg cuma ada di benakku sendiri.
Jadi inget, di kala itu, it was my favourite song. Udah lama banget, kayaknya di tahun pertama aku kerja. Sampe akhirnya lagu ini jadi lagu yg paling aku hindari selama beberapa tahun, mengingat eneg banget pas dengernya. Semacam mual mengingat kembali rasa yg pernah ada. Yaampun ternyata segitunya ya.
Sampai sekarang pun aku masih ngga paham sejak kapan dan gimana bisa rasa eneg itu hilang. Rasa kecewa dan kesal yang menyertai si eneg juga hilang seketika. Semacam eh udah ya, iya lho udah, waaah.
Kadang memang sulit memahami mekanisme hati. Apa yg bikin dia bekerja dengan gembira, apa yang membuat lelah, apa penyebab dia tiba-tiba sakit, lalu apa obatnya. Yah namanya juga meraba-raba rasa.
Mungkin untuk kali ini waktu yang punya andil paling besar sebagai obat. Hmmmm, harusnya sih ada komponen lain, tapi kok ngga paham ya aku.
Nanti lah kalo hasil merabanya terasa pas, kita cerita lagi ya.
Sekian dan terima rasa (.)
1 note · View note