ketika lidah sudah tak mampu bercakap, mata tak dapat menitihkan perih, hanya tulisan yang dapat mendeskripsikan diri ● Instagram : @rintihan.perih
Don't wanna be here? Send us removal request.
Text
ANATA : Jejak
Apasih yang ada di otak anak remaja Indonesia yang masih menjejaki bangku sma kalau bukan nongkrong, ngopi, ngerokok, cinta, dan hal-hal yang gapenting lainnya. Iya, gua ngalamin itu semua, masa-masa gua serasa gapunya tujuan hidup, belajar tanpa tujuan, makan di warung setiap hari nongkrong di cafe andalan gua yang berada di salah satu sudut kota bandung, dan itu adalah saat dimana gua dikatakan bodoh karena cinta oleh teman-teman satu tongkrongan gua.
***
Gua, Dimas, dan Boim berencana untuk berkumpul selepas sekolah nanti. Kata Boim sekadar melepas suntuk dan penat hari ini, padahal ketika di sekolah, waktu yang sangat berharga tidak pernah kita gunakan untuk menyerap pelajaran dengan baik, pelajaran kita biarkan sekadar lewat di ingatan dan tak pernah kita ingat kembali. Tapi tidak sepenuhnya kita lupakan, kadang materi yang bisa menjadi bahan puisi akan dengan mudah teringat dikepala tanpa harus bersusah payah mengingatnya.
Sore itu, sepulang sekolah, gua dengan boim berencana untuk ngumpul selepas sekolah bareng anak-anak tongkrongan lainnya. Jam pelajaran terkhir pun usai, gua dan boim pun bergegas ke parkiran motor untuk menemui anak-anak tongkrongan yang sudah berkumpul lebih dahulu daripada kita. Kita pun menghampiri mereka yang sudah duduk santai dibawah pohon rindang.
“Assalamu’alaikum barudak,”
“Wa’alaikumsalam,” serentak mereka menjawabnya
“Jadi kemana nih hari ini?”
“Ngopi ke tempat biasa aja?” acil menyaut memberikan jawaban
“Ada yang punya saran tempat lain?”
Seketika suasana menjadi hening sejenak, seraya tiap orang yang berada disana memikirkan tujuan kami.
“Bu dewo aja, udah lama juga gamakan disana,” adit menyaut memecah keheningan.
“bu dewo aja nih? Yang lain setuju ga?” boim, menanyakan kepada anak-anak tongkrongan.
“gas lah, dah pada laper juga nih muka” gua spontan menjawab pertanyaan boim tadi.
Kami semua lantas pergi ke warung bu dewo yang berada di dekat salah satu universitas ternama di Indonesia yang berada di Kota Bandung. Siapa yang gakenal ITB, salah satu universitas papan atas yang semua orang dari penjuru Indonesia ingin menjadi bagian dari keluarga besar ITB.
Selain karena ITB termasuk universitas yang bagus dan menjanjikan, bandung juga merupakan kota yang nyaman untuk pelajar, mulai dari harga makanan sehari-hari yang ramah terhadap kantong mahasiswa, udara yang sejuk juga menjadi salah satu faktor pendorong bagi gua untuk mau melanjutkan Pendidikan di ITB.
Ohh, dan satu lagi, ITB dikenal dengan kampusnya penulis novel dilan & milea, atau yang biasa kita kenal pidi baiq. Beberpa karyanya pun mengambil latar di ITB. Contohnya yaitu dilan yang diceritakan menjadi mahasiswa ITB Fakultas Seni Rupa dan Desain, adapun film yang pernah diangkat ke layer lebar yang berjudul “Koboy Kampus,” ITB, kampus yang selain banyak prestasi tercatat didalamnya, banyak pula cerita terukir di dalamnya, dari yang terpedih sampai hal paling bahagia.
“SAMPURASUN!” seisi warung pun menoleh kearah gua yang memasang muka tanpa dosa.
“Rampess, ehh si ujang Kamana wae atuh,”
ibu warung pun bergegas keluar menghampiri gua bersama anak-anak yang baru saja turun dari kendaraan masing-masing.
“Di sekolah atuh bu, kaya biasa, menghabiskan waktu dengan menyimak khotbah dari para guru,”
“Tidur kali ah kamu mah, mau pesen apa?”
“Biasa bu, nasi goreng setengah, sama es teh manis.”
Bu dewo pun masuk kembali ke dapur selagi mengacungkan jempol tanda paham. Gua punmengajak boim untuk duduk di samping gua agar lebih mudah untuh berbincang.
“Im, kata si Dimas lu lagi ngedeketin cewe, siapa tuh, cerita lah,”
Ohiya, boim ini temen gua dari kelas 10, sebenarnya kita udah kenal satu sama lain dari saat mos, namun kelas 10 yang menyatukan kita, dua individu yang bodohnya beda sedikit. Bedanya gua dengan mudah di bodohi oleh cinta. Boim? Gatau deh, dia deket sama cewe aja ga cerita ke gua, gimana gua mau tau cerita cinta dia.
“Yailah, percaya aja lu dam, lu kan tau sendiri gua ngobrol sama cewe aja jarang, gimana gua mau ngedeketin,”
“Terus awal kelas 11 tuh apaan, ngedeketin dua cewe sekaligus, sampe bingung mau milih yang mana,” jawab gua sambil meminum es teh yang baru saja dating.
“Yaitu kan dulu dam,”
“Iya kan sekarang juga gaada yang tau lu udah berubah apa belom.”
Obrolan terhenti sejenak, mengingat makanan yang kita pesan sudah datang. Gua langsung melahap paket hemat yang selalu gua pesan jika datang ke warung bu dewo. Selain murah, disini juga menghidangkan makanan yang cukup enak, dan bisa memesan berdasarkan request kita sendiri.
“Minta rokok donga dit, asem nih mulut,” ucap gua yang sudah lebih dahulu menghabiskan makanan.
“Minta mulu lu, beli apa,” jawab Adit dengan mulut yang masih penuh nasi seraya mengeluarkan sebatang rokok dari ssakunya.
“iya elah, nanti gua beli sendiri. Abisin aja dulu tuh nasi di mulut.”
Gua pun menyalakan sebatang rokok yang baru saja gua dapatkan dari Adit. Di Bandung ini paling nikmat ngerokok sembari menikmati udara sejuk, ditambah melihat langit yang perlahan berawan.
“Eh, si Dimas mana? Gaikut dia?”
“Gaikut dam, katanya dia ada urusan dirumah, dia juga tadi buru-buru pulang,” jawab acil.
“lah tumbenan dia langsung pulang gitu,”
“Gatau dah, semoga aja gaada apa apa,”
“Semoga.” Jawab gua mengakhiri perbincangan.
Gua pun melanjutkan menghisap sebatang rokok yang sudah habis setengah, sementara teman-teman gua yang lain asik dengan handphone-nya masing-masing. Emang susah ya zaman sekarang kalo mau ngumpul tanpa dipisahkan dengan handphone, kaya hamper gamungkin aja, mengingat handphone sudah jadi kebutuhan pokok.
Gua akhirnya memutuskan untuk mencari kesibukan sendiri. Akhirnya gua memutuskan untuk mampir ke warung terdekat untuk membeli beberapa batang rokok. Memang gabisa dipungkiri, merokok punya kenikmatan sendiri, mulai dari menikmati manis yang dapat dirasakan ketika bibir menyentuh filternya, menikmati hisapan demi hisapan asapnya, lalu menghembuskan kembali asapnya keluar. Semuanya bersatu menjadi satu kenikmatan yang ga semua orang dapat menikmatinya.
“Im, lu udah solat belom?” Tanya gua sembari mematikan punting rokok yang sudah mau habis.
“Belom, lu udah?”
“Belom, ayo dah solat dulu. Mereka tar aja, masih pada asik main,”
“Oke, eh Cil, lu udah solat?”
“Belom, ayo dah bareng,”
Gua, Boim, dan Acil pun berjalan menuju masjid yang tepat berada di seberang warung Bu Dewo. Sebenarnya, gaterlalu di seberang sih, kita harus berjalan dulu ke dalam kawasan masjid.
Selesai solat ashar, gua memutuskan untuk ga langsung kembali ke warung Bu Dewo, gua memilih untuk berdiam diri di pelataran masjid bersama boim sementara acil terlebih dahulu kembali ke warung Bu Dewo. Pelataran masjid ini dikenal merupakan tempat yang nyaman untuk berdiam diri, udara yang sejuk pun menjadi salah satu faktor pendukung untuk bisa menikmati lamunan sore.
“Im, lu tau kan gua lagi deket sama siapa,” Tanya gua memecahkan lamunan kita berdua.
“Iya tau, kenapa dam?” tanya Boim dengan muka kebingungan.
“Hmm,”
Keheningan terjadi beberapa saat setelah Boim menanyakan hal tersebut. Gua pun memikirkan pertanyaan yang dari tadi terbayang di dalam kepala gua, seketika hilang ketika gua ingin menanyakan hal tersebut kepada Boim. Entah kenapa, setiap ada hal yang berkaitan dengan cewe yang udah gua deketin selama hampir setahun ini, gua selalu termenung beberapa saat, seakan kepala kosong dibuatnya.
“Menurut lu gua pantes ga Im buat dia?” Tanya gua menghentikan keheningan yang gua buat barusan.
“Lu kenapa Dam?” Tanya boim dengan muka penasaran.
“Gapapa, Cuma kadang gua jadi mikir aja, mungkin gua selama ini ngedeketin dia tanpa ada hasil sedikit pun karena gua kurang baik buat dia. Mungkin Tuhan punya orang lain yang lebih pantes buat dia,”
“Gagitu Dam, mungkin emang belum waktunya aja, mungkin selama ini lu dapetin cewe dengan gampangnya, jadi inilah cara Tuhan untuk melatih lu bersabar,”
“Dam, gaada yang namanya orang ga pantes, semua orang pasti pantas untuk ngedapatin seseorang, yang harus lu tanyakan it ulu di ciptakan buat dia apa ngga. Karna sepantas-pantasnya lu buat dia, kalo lu ga tercipta buat dia, ya lu bisa apa.” Sambung Boim.
Lagi-lagi, gua dan Boim terdiam di pelataran masjid, dengan pertanyaan yang masih terngiang-ngiang di kepala, serta jawaban dari Boim yang turut mengisi kepala gua untuk saat ini.
“Dam, balik yu, pengen minum gua,” Seru Boim ke gua yang sedang termenung.
“Oh iya, ayo gua juga pengen minum juga.”
Gua pun kembali ke warung untuk berkumpul kembali Bersama anak-anak tongkrongan. Pikiran yang awalnya terasa terbebani dengan beberapa pertanyaan, terasa lebih ringan karena jawaban Boim.
“Im,” Panggil gua ke boim yang tepat berada di sebelah gua.
“Yo?”
“Makasih ya udah ngasih gua jawaban tadi,”
“Yaelah melankolis amat lu kaya fiersa besari,”
“Merusak momen termenung gua aja lu, kaya deni cagur,”
“Iye santai aja, ngerokok aja gih biar lebih tenang lagi.”
“Iya santai.”
Udah biasa memang kalau minta saran ke anak iblis satu ini, walaupun berujung dengan saling ejek, tapi Boim selalu ngasih gua jawaban terbaik yang ada dipikiran dia. Mungkin dia adalah salah satu anugrah dari Tuhan untuk gua yang disebut bodoh karena cinta, baik oleh anak tongkrongan, maupun anak kelas gua.
Sebelum kembali ke warung, gua menyempatkan diri untuk membeli minuman dingin yang di jajakan dipinggir jalan. Terlihat dari jauh muka masam anak-anak tongkrongan gua yang penyebabnya udah bisa gua tebak tanpa harus bertanya mengapa.
“Asem amat tuh muka, kenapa lu pada?” Tanya gua sambil menepuk pundak adit yang sedang Nampak kesal akan kekalahannya
“Kalah mulu anjir, kesel gua,” Jawab adit dengan muka yang udah ga berbentuk layaknya squishy yang baru saja diremas Ria Ricis.
“Makanya, kalo lagi bareng nikmati aja dulu momen bersama atuh bro, bentar lagi kita bakal di acak lagi kelasnya, masa masih fokus handphone-nya masing-masing,” Sambung Boim yang sedang memberikan ceramah singkat kepada teman-temannya yang selalu sibuk kepada handphone-nya masing-masing.
“Iye dah pak haji daging,” Acil dengan muka ketusnya menanggapi omongan Boim barusan.
“Yaudah nih nyebat dulu aja dah,” Ucap gua seraya menawarkan rokok milik Adit yang dari tadi tergeletak kebuka.
“Enak ya rokok orang main asal kasih aja,” ucap Adit dengan muka ketusnya yang kalo diliat-liat mirip Choji di film Naruto.
“Yaelah sebatang doang dit, busetdah.”
“Sedikit demi-sedikit, lama-lama rokok gua abis anjir,” dengan lihai tangan Choji merenggut sebungkus rokok Marlboro merah yang tadinya sudah berada di dalam genggaman gua. Memang dunia yang pelit, perihal rokok sebatang aja susah banget buat ngikhlasin.
“Yah, rokok aja ditahan, masa ke temen sendiri gitu Dit,” ucap Riza yang baru saja sadar dari lamunannya meratapi kekalahan. Setelah gua liat-liat lagi waktu dia lagi ngelamun, dia lebih mirip orang yang lagi BAB tapi lupa bawa handphone ke toilet.
“Yaudah lu juga buka lah rokok lu, bair gaminta ke gua semua.,” sambung Choji yang masih bertahan dengan intonasi ketusnya.
“Ngga dah, sisa 2 batang lagi.”
“Ya lu itu juga nahan ya tai.”
“Lah ngga, gua kalo lagi ngeluarin tai mah gapernah gua tahan, gua ikhlasin aja semua keluar biar bisa cepet selesainya.”
“Iya dah ja ah, nyesel gua kenal sama manusia bernama Rija.”
“Yaelah nanti kalo gaada gua lu kangen Dit,” ucap Riza sambil tertawa kecil disertai dengan getaran dariri perut yang ia miliki.
“Najis, mendingan gua kangen sama cewe gua lah dari pada gua kangen sama lu, ngabisin waktu doang.”
“Iye dah, yang penting gua dapet rokok lu hehehe.”
Gua, Boim, serta anak-anak yang berada disana hanya bisa tertawa melihat Adit dan Riza adu mulut. Memang sudah menjadi hal yang biasa kalo Riza dan Adit saling ngatain atau adu mulut, malah kita yang dibuat bingung kalua mereka berdua akur, karena momen-momen mereka akur adalah hal paling langka diantara anak-anak tongkrongan gua.
Setelah perdebatan Adit & Riza yang dipenuhi tawa, suasana kembali sunyi, kita kembali ke kehidupan masing-masing. Gua yang asik dengan rokok gua, Boim yang lagi asik mempersiapkan konten podcast-nya, begitupula anak tongkrongan gua, ada beberapa yang sekadar membuka Instagram, ada yang mengabarkan pasangannya masing-masing.
Monoton banget pikir gua, isi cerita perkumpulan anak-anak SMA zaman sekarang hanya sebatan rokok, ngopi, main hp, ga lebih ga kurang, juju raja pasti isi tongkrongan lu juga ga berbeda jauh sama tongkrongan gua. Andai aja cerita di tongkrongan gua mirip kaya tongkrongan Dilan, pasti gua udah bikin novel kaya Pidi Baiq yang udah dibaca sama beribu orang, bahkan udah masuk ke layar tancap.
Sayangnya mau tongkrongan gua, mau kisah cinta gua gaada yang sebagus kisah Dilan si anak Betawi. Jangankan buat gombal langsung ke cewe, gua ngeliat cewe yang gua taksir aja langsung keringet dingin, gimana mau gombalin cewe. Lagipula selama dua tahun ini gua di SMA gua baru suka ke dua cewe, yang pertama berakhir friendzone, yang kedua gua masinh bingung harus gimana sampe sekarang.
Boim saksinya, dia yang paling tau tentang kehidupan percintaan sebelah tangan gua. Bahkan disaat gua belum cerita kalo gua udah move on dari yang pertama, dia langsung tau gua move on ke siapa. Udah banyak bukti yang bisa menjadi bukti bahwa Boim ini salah satu temen baik gua, salah satunya yang tadi, itu adalah bukti kalua udah ada hubungan batiniah yang kuat antara gua sama Boim, tapi gua curiga dia ikut komunitas cenayang, ga mungkin, mana bisa orang kaya dia masuk komunitas cenayang, muka dia lebih pantas kalo jadi boneka voodoo daripada jadi cenayang.
“Dam, lu balik bareng siapa?” Tanya Boim, memang cenayang anak satu ini, tau aja gua masih mikir gimana cara balik.
“Gatau Im, paling naik ojol aja gua, kenapa emang?”
“Bareng aja dah, sekalian gua searah juga kan sama lu.”
“Alah mantap! Hayu dah.”
Gua sama Boim akhirnya pulang lebih dulu, mengingat langit sudah mulai mendung waktu itu. Baru setengah perjalanan, ujan pun turun yang membuat gua sama Boim menjadi layaknya vampire yang baru saja kena cahaya.
“ANJIR UJAN WOY, MINGGIR DULU MINGGIR,” Teriak gua yang panik duluan disbanding Boim.
“Santai elah buset dahh.” Ucap Boim sembari meminggirkan motornya ke salah satu mini market yang ada.
“Neduh dulu aja dah Im.”
“Iye santai”
Gua dan Boim memutuskan untuk berhenti sejenak dikarenakan hujan yang makin deras. Gua pun menyalakan sebatang rokok untuk menghangatkan badan gua yang tadi terkena hujan.
“Im, lu tau kan gua deket sama siapa. Kayanya gua bakal nembak dia.”
***
6 notes
·
View notes
Quote
Ketika aku pulang nanti, kamu harus tahu, pulangku bukan karna aku membencimu. Melainkan aku benar-benar ingin melihatmu bahagia, bahagia bersama ceritamu nanti, bahagia bersama orang barumu, dengan atau tanpaku; yang aku mau hanyalah bahagiamu. Mungkin dengan aku pulang, hidupmu akan lebih tenang, tak akan ada lagi orang yang selalu menghantuimu, tak akan ada lagi aku yang selalu mengharap hadirmu ketika terjatuh, tak akan ada lagi kata-kata maaf yang selalu membuatmu lelah. Tuhan, kabulkanlah doaku, bahagiakanlah dia, dengan atau tanpa hadirku, tenangkanlah ia setelah pulangku. Tuhan, dibawah bulanmu kelak, aku akan pulang, bukan menuju rumahku, melainkan rumahmu.
Rintihanperih
#poem#poetry#poemoftheday#puisi#puisigalau#puisisastra#puisicinta#sajak#sajakpendek#sajakluka#sajaksesak
12 notes
·
View notes
Photo

ANATA (on Wattpad) https://my.w.tt/nAvDgHMVo2 Cerita anak sma, yang lagi sibuk dengan dunia remaja, namun ga seperti wattpad fakboi ketemu softgirl lainnya. HAPPY READING FELLAS! CC : COVER BY twitter.com/lookitasari
0 notes
Text
Kadang, jatuh hati adalah awal dari patah hati.
—Syidsyad
#puisi#puisiindonesia#sajak#sajakpatah#puisicinta#sajak cinta#sajakindonesia#puisilover#puisipendek#sajakrindu#poetry#sajaksenja#poem#cerpen#love quotes#cerita#quotesindonesia#cerbung
12 notes
·
View notes
Quote
Maaf, aku memutuskan untuk berhenti bahkan sebelum memulai
Syidsyad
#cinta#rintihanperih#suratputuscinta#rindu#galau#galauquotes#sajakpatah#sajak#puisi#sajakcinta#puisicinta#kutipan#love quotes#quotesindonesia#patah hati#sajakliar
27 notes
·
View notes
Quote
Mengikhlaskanmu adalah cara terbaik untuk bernapas lega diatas kesedihan.
Syidsyad
23 notes
·
View notes
Text
Sialnya, merindukanmu adalah candu yang untuk saat ini sulit untuk diredam.
—Syidsyad
#puisi#puisiindonesia#sajak#sajakpatah#sajak cinta#puisilover#puisicinta#sajakindonesia#sajakrindu#sajaksenja#puisipendek#poem#cerita#cerbung#poetry#love quotes#cerpen#quotesindonesia
46 notes
·
View notes
Text
Never
I'm not ready for loosing you,
I'm not ready for loosing the reason i still strong enough to face all of this things
I'm not ready, and will never be.
—Syidsyad
#puisiindonesia#puisi#sajak#sajakpatah#puisicinta#sajak cinta#puisilover#sajakindonesia#puisipendek#sajakrindu#sajaksenja#poetry#cerpen#poem#cerita#love quotes#quotesindonesia#cerbung
28 notes
·
View notes
Text
Tangis bukan pertanda bahwa seseorang itu lemah, kadang tangis diperlukan untuk menjadi kuat kembali.
—Syidsyad
#puisiindonesia#puisi#sajakpatah#sajak#puisilover#sajak cinta#sajakindonesia#puisicinta#sajakrindu#sajaksenja#puisipendek#cerpen#poem#poetry#cerbung#cerita#quotesindonesia#love quotes
67 notes
·
View notes
Text
Rintihan.Perih kini sudah ada di intagram! Go follow!

#puisiindonesia#puisi#sajak cinta#sajak#puisicinta#puisilover#sajakpatah#sajakindonesia#sajakrindu#puisipendek#poetry#sajaksenja#cerpen#poem#cerita#love quotes#cerbung#quotesindonesia
4 notes
·
View notes
Text
Mungkin, Tuhan menakdirkan kita hanya untuk bertemu; bukan bersatu.
—Syidsyad
#puisiindonesia#puisi#sajakpatah#sajak#sajak cinta#puisicinta#sajakindonesia#puisilover#sajakrindu#puisipendek#poetry#sajaksenja#poem#cerpen#cerita#cerbung#quotesindonesia#love quotes
36 notes
·
View notes
Text
Maaf, jika sampai detik ini Aku masih belum bisa berpaling darimu, Aku masih disini dengan perasaan yang sama, maaf jika itu mengganggumu
—Syidsyad
#puisiindonesia#puisi#sajak cinta#sajak#puisicinta#puisilover#sajakpatah#sajakindonesia#sajakrindu#sajaksenja#puisipendek#cerita#poem#cerbung#poetry#quotesindonesia#cerpen#love quotes
33 notes
·
View notes
Text
Is that alright?
Hari terakhirku bersamamu adalah hari yang pada awalnya paling ku nantikan. Ternyata; melepasmu tak semudah menghapus bekas goresan pensil dari kertas.
Tatap mata itu masih sama seperti dahulu.
Mungkin caraku menatapmu yang berubah. Caraku mengerti, bahwa di tatap matamu ada hal lain yang sedang kamu pikirkan.
Diam—Terdiam tanpa kata mungkin akan menjadi tanda; tanpamu aku takut, dan kehilanganmu aku tak akan sanggup.
23, Juni 2019
#puisiindonesia#puisi#sajak#sajakpatah#puisilover#sajak cinta#sajakrindu#puisicinta#sajakindonesia#puisipendek#sajaksenja#poetry#poem#cerita#cerbung#cerpen#love quotes#quotesindonesia
35 notes
·
View notes
Quote
bagaimana bisa menumbuhkan cinta jika selalu di beri luka.
Syidsyad
23 notes
·
View notes
Text
Sedih atau bahagiaku—yang kumau selalu bersamamu.
—Syidsyad
22 notes
·
View notes
Text
Izinkan aku mendengarkan segala cerita tentang hari-harimu, biar ku hapus rintihan air matamu, biar ku dekap dirimu, ku sembuhkan lukamu, ku rajut kembali hatimu yang luruh—Selagi aku mampu, selagi aku mampu.
—Syidsyad
#puisiindonesia#puisi#sajak#sajakpatah#sajak cinta#puisicinta#sajakindonesia#puisipendek#puisilover#sajakrindu#poem#cerita#sajaksenja#cerbung#poetry#cerpen#quotesindonesia#love quotes
45 notes
·
View notes
Quote
Ingin rasanya ku peluk erat semua mimpiku bersamamu, namun takkan cukup jika hanya aku, sementara kamu memeluk erat pendampingmu
Syidsyad
34 notes
·
View notes