Tumgik
rizanuh · 3 years
Text
#Riread Stop Reading The News
Tumblr media
Beberapa bulan ini, saya jengah membaca berita. Dalam satu igs saya, saya foto buku lainnya di mana anak perempuan pengarang sangat mengkhawatirkan Beruang Kutub yang terdampak krisis iklim. Seperti kebanyakan ibu, ibunya menjadi khawatir karena hal tersebut berpengaruh pada pembahasan harian si anak, psikologis anak, dan lingkungan sekitar si anak.
Beberapa hari yang lalu, saya menemukan buku yang mungkin bisa membantu. Alih-alih membuka dengan kalem, pengarang cukup radikal mengungkapkan hasil pembiasaan diri dan pengalaman pribadinya. Lebih lanjut mengenai penulis, mungkin bisa ditemukan di kolom pencarian browser anda.
Dapat ditemukan dalam koran cetak harian, beberapa headlines dan specific section (berita internasional, topik ekonomi, kebudayaan, berita olahraga dan ragam misalnya) telah ditempatkan sedemikian rupa dalam jumlah lembaran yang telah baku. Entah teknik apa yang teman-teman biasa gunakan untuk membaca koran (skimming, scanning, dll), banyak berita yang tidak menjadi fokus utama dalam keseharian kita.
Mr. Dobelli dalam beberapa kesempatan bertanya mengenai ‘dampak’ membaca koran (berita) untuk kita. Beberapa pertanyaan yang saya highlight juga menyangkut beberapa efek jangka panjang maupun pendek dari membaca berita. Berikut pertanyaan yang sering diungkapkan,
“Do you understand the world better? Have you expanded you circle of competence? Do you make better decisions? Has your concentration improved? Do you have peace of mind?”
Dalam kolom berita internasional, beragam berita dari berbagai macam negara dipaparkan dalam koran cetak harian. Saat level perspektif saya berada dalam ‘broaden the horizon’, saya sangat haus kabar dari ujung dunia yang heterogen dalam segala aspek kehidupan dari yang saya punya. Namun benarkah saya dapat memahami dunia lebih baik dari pada sebelumnya? Mungkin saya dapat berempati, mengasah kepekaan dan menambah sikap toleransi, namun level kehausan saya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik (my mistake) terdengar sangat egois. Berita harian tidak memuat informasi yang deeper mengenai suatu hal, terlebih hanya sekadar bersifat  informatif.
Beberapa dari kita mempunyai orientasi yang beragam mengenai hidupnya, sehingga senantiasa berusaha meningkatkan kompetensi pribadi. Seorang linguis (mahasiswa linguistik) seperti saya mungkin terdengar ‘serakah’ ketika ingin memahami betul kondisi ekonomi yang agaknya sukar untuk dipahami awam. Lagi-lagi, agaknya pengetahuan mengenai sesuatu yang lain menjadi terbatas di permukaan.
Hal-hal yang mengganggu berikutnya adalah ketika kita berada dalam ‘bad-news-hangover’ namun mempunyai cita-cita membuat dunia -lebih- baik. Saya kebetulan sudah susah menemukan kedamaian hati ketika dihajar bertubi-tubi berita buruk. Mungkin banyak hal personal yang dilalui, namun dunia seakan menawarkan lebih banyak berita duka (pada waktu tertentu dan bersamaan).
Hal yang lain adalah harian dalam bentuk cetak dapat dinikmati secara scanning dalam sekali duduk. Berbeda dengan bentuk cetak, media elektronik setidaknya memiliki trik click-bait yang beragam. Dari yang memberikan informasi tersier (tidak begitu penting) mengenai personal issues subjek berita, embel-embel kata sifat ‘cantik’ dan ‘tampan’, informasi yang penting dan kita butuhkan malah terkesan dikesampingkan.
Tawaran Mr. Dobelli agaknya banyak, dari yang paling radikal untuk menghentikan konsumsi berita harian (cetak maupun elektronik) total, sampai beberapa saran yang bisa diindahkan seperti lebih memilih membaca majalan atau koran bulanan yang mengupas semua topik dalam headlines lebih mendalam, wawancara both sides dan dengan beberapa teknik penelitian. Mungkin kapan-kapan kulanjutkan ya~ masih di tengah buku namun saya sudah bertekad mengurangi penggunaan twt yang menjadi sumber bacaan harianku, dari hal remeh sampai isu internasional yang mudah diakses sekali tekan.
0 notes
rizanuh · 3 years
Text
For someone who feels incomplete, she belongs to none. There are too many anxieties nobody cares, too many anticipation makes boundaries.
0 notes
rizanuh · 7 years
Quote
Kompensasi terbaik akhir tahunku adalah 'pengaruh', saling memengaruhi dan dipengaruhi pada kondisi taking for granted
0 notes
rizanuh · 7 years
Text
tegukan legit
Tumblr media
Vietnam Drip, sweet condensed milk with full-body Coffee . . "Vietnam pernah mengalami ekonomi yang cukup terpuruk, sulit, dan kekurangan karena perang yang berkepanjangan dari tahun 1957 hingga 1975. Kesedihan, kemalangan, dan keterpurukan rakyat Vietnam akibat perang, tak lantas membuat mereka kehilangan ide dan inspirasi. Kita sebagai penikmat kopi, berhutang budi pada mereka yang telah menemukan alat seduh kopi Vietnam Drip di saat mereka pernah mengalami masa-masa kelaparan hebat dan napas yang berada di ujung kematian. Susu kental manis yang menjadi ciri khas vietnam drip dan tidak menggunakan gula sebenarnya ada keterkaitan dengan iklim kondisi Vietnam saat itu yang sulit untuk mendapatkan gula sebagai campuran dalam menghidangkan kopi."
0 notes
rizanuh · 7 years
Text
tidak (hanya) bekerja
Pendahuluan
Sebulan lalu, waktu aku sedang galau-galaunya memilih bekerja atau melanjutkan studi, aku tidak sengaja ditawari senior organisasi untuk terlibat dalam Proyek Penelitian singkat. Penelitiannyapun mengenai Ketenagakerjaan yang melibatkan Pemuda dan Pemenuhan Akses dan Pilihan Pendidikan di daerah yang sudah ditentukan. Lantas aku berpikir, ini Penelitian yang mungkin ada gunanya merubah mind-setku saat ini. Dalam 3 hari kita, calon enumerator, dibekali workshop di sebuah hotel mewah ditengah Kota Surabaya. Saya akan fokus ke perjalanan Penelitiannya saja ya (tidak menyertakan bumbu romance hehehe). Hari terakhir kita diprakondisikan di wilayah padat penduduk di Surabaya. Hari itu benar-benar menjadi hari dimana aku bersyukur bahwa aku tidak malas mendengarkan pelajaran Bahasa Jawa yang akan menjadi bekal utama dua minggu kedepannya. Dalam dua minggu, aku harus mengumpulkan setidaknya lima puluh lima responden dalam tiga kabupaten. Aku menerka, pemilihan tiga kabupaten ini adalah sampel random dari kabupaten di jawa tengah yang di'gruduk' perusahaan industri namun UMKnya masih terbilang kecil. Dalam pengumpulan responden ada dua kriteria pendidikan untuk indikatornya, satu lulusan SD/SMP atau tidak lulus SMA dan satunya adalah lulusan Sarjana. Dari keduanya, saya menarik kesimpulan (lagi) bahwa client ingin menerjemahkan akses pendidikan dihubungkan dengan prasyarat ketenagakerjaan. Kira-kira, perusahaan membutuhkan karyawan yang minimum pendidikannya ditingkatan mana. Ah, dari zaman mahasiswa mungkin banyak terkaan 'berani' soal ini ya gaes di analisa sosial koran. Yang menarik adalah beberapa respon, tentunya bukan cuma respon positif, negatifpun banyak. Masyarakat di kabupaten tertentu begitu terbuka dengan enumerator, mungkin 'ngepasi' waktu KKN di universitas tertentu dan mahasiswa terbilang mempunyai citra positif. Dibeberapa yang lain, inipun terbilang karena sifat personal yang 'mencurigai' kami dengan beberapa label, seperti sales, demo masak, dll.
Inti
Tuh kan, sampai lupa inti ceritanya. Saya sebenarnya mau bahas beberapa pertimbangan seseorang dalam mempertahankan maupun mendapatkan pekerjaan, karena beberapa pertanyaan klien juga menyoal ini. Maaf kalau saya memang kurang data karena terbatas waktu dan ada kesan berani, tapi dari kira-kira 50 responden saya, beberapa tidak menitikberatkan pada upaya menjaga kesehatan lingkungan oleh perusahaannya. Seperti misalnya, pilihan pertimbangan sanitasi perusahaan yang baik tidak begitu sering saya klik atau pertimbangan jaminan keselamatan di tempat kerja yang juga mengalami nasib serupa. Pilihan yang ramai disebutkan adalah menyoal informasi pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Satu celah dimana perusahaan bisa sangat merugikan daerah sendiri tidak menjadi pertimbangan matang. Saya memang belum membuka aturan pemerintah tentang pendirian perusahaan tertentu di daerahnya, namun isu lingkungan dan keselamatan kerja sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Dalam kurun waktu tertentu, dampak lingkungan yang dirasakan bisa sangat menghambat pekerjaan domestik, misalkan saja perolehan air bersih dan kesehatan udara, hewan maupun tumbuhan sekitar.
Penutup
Refleksi pribadi dalam beberapa tahun ini akan memutuskan menjadi ‘orang’ yang dicitakan semua orang atau hanya untuk saya pribadi.
0 notes
rizanuh · 12 years
Quote
We live in a society that is based on judging others. Often times, as Muslims, we tend to do the same thing in that we judge other people. We think we know others’ intentions or we know where their heart stands. We may look for a reason to pass judgment on a specific brother or sister or we may look for an excuse to consider them ‘off the manhaj’ as it is so often known as. However, in reality, ask yourself, “Who are we to judge others?” As Muslims, we want and wish for the best for our brothers and sisters in faith. They are a part of our family and thus we want nothing but the best for them. What happened to making excuses and excuses for our brothers and sisters? Who are we judge others? No doubt, as Muslims, it is our duty to advise others and it is our duty to command the good and forbid the evil. What would happen if we didn’t pass judgment on them, rather we just advised them instead? Would something befall upon us? Allah is t he Judge and He will judge the people for indeed we do not know what is in the hearts of others, rather Allah knows what is in the breasts of mankind. Imam Malik was reported as stating, “If I was given 99 reasons to declare a person deviant and one upholding their orthodoxy, I’d go with the latter!” Imam al-Ghazali was reported as stating, “The hypocrite looks for faults, the believer looks for excuses.” Al-Hafidh al-Dhahabi wrote, “I heard our Sheikh, Ibn Taymiyyah, d. 728 a.h, say towards the end of his life, ‘I will never declare anyone from the people of the Qiblah (Muslim direction of prayer) as an infidel.’” Ask yourself, do you REALLY want the best for your brother or sister if you’re looking for an excuse to throw them outside the fold of Ahlus-Sunnah or worse yet, even Islam? Oh Muslim, make excuses for one another. Make dua for one another. Love one another. We are told that we would not attain faith until we love one another. We were also told that one is not a believer until he loves for his brother what he loves for himself. Therefore, O Muslim, attain faith, become a believer (Mumin)! May Allah (SWT) allow us all to be believers. Ameen.
(via beautyislam)
2 notes · View notes