Tumgik
roketnasai · 2 years
Text
3 Manfaat Dzikir Yang Ringan di Lisan Namun Berat di Timbangan
Dzikir merupakan salah satu amalan utama bagi setiap umat muslim. Ini merupakan salah satu bentuk ibadah yang ringan di lisan namun berat dalam perhitungan amal seorang mukmin. Ada begitu banyak manfaat dzikir bagi orang yang senantiasa menjadikan amalan ini sebagai rutinitas. Diantaranya adalah selalu dalam perlindungan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Secara bahasa dzikir berarti mengingat. Sedangkan berdasarkan istilah dzikir memiliki arti membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah. Dalam istilah etimologi, dzikir berasal dari akar kata “dzakara” yang maknanya menyebut, mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi, dan nasihat. Oleh karena itu, ibadah dzikir yang dilakukan dapat diartikan mengucapkan nama Allah dan menjaga dalam ingatan.
Mengingat Allah dalam dzikir yang membasahi lidah akan membuat seorang hamba mendapatkan banyak kemuliaan dalam hidup. Selain itu, amalan ini juga dapat menggugurkan dosa baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak. Biasanya dzikir banyak diamalkan setelah selesai melaksanakan sholat fardhu. Namun sebagai muslim tentunya kita tahu bahwa dzikir dapat diamalkan kapan saja saat sedang beraktivitas. Kecuali saat sedang berada di dalam toilet, ya!
Dalam artikel kali ini, yuk kita simak bersama manfaat dzikir yang dapat kita raih dalam menjalani kehidupan
Selalu disertai Allah
Mengingat Allah dalam dzikir yang membasahi lidah dapat membuat seorang hamba selalu berada dalam lindungan Allah Swt. Sehingga Allah akan selalu menyertainya baik dalam keadaan susah maupun senang. Ketika sedang berbahagia, ia akan mengucapkan rasa syukur atas rahmat yang ia peroleh. Saat sedang mengalami kesulitan, Allah swt akan memberikan jalan keluar dari masalah yang ia hadapi. Hal ini seperti tercantum pada QS. Al-Baqarah ayat 152:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: “karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Menghilangkan kegelisahan
Selama menjalani kehidupan, pasti banyak sekali momen-momen yang membawa kegelisahan dan kesedihan. Seperti misalnya tidak mendapatkan promosi jabatan, gagal dalam ujian seleksi perkuliahan, atau hal-hal lain yang tidak sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, dzikir menjadi obat untuk menghilangkan kegelisahan seperti yang tertuang dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tentram.”
Menguatkan hati dan badan
Berdzikir membuat hati semakin kuat dalam mengingat Allah Swt. Hal ini nantinya akan menjauhkan seseorang dari berbuat lalai yang dapat merugikan dirinya sendiri. Rutin berdzikir juga menambahkan kekuatan pada tubuh pelakunya, seperti tercantum pada QS. Hud ayat 52:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Artinya: “Dan (dia) berkata: “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas mu. Dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan mu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Masih banyak lagi manfaat dzikir yang dapat Nasai’an raih jika rutin mengamalkannya. Selain ketiga keutamaan yang sudah disebutkan di atas, Nasai’an juga berpeluang untuk mendapatkan karunia dan rezeki yang datang secara tidak terduga-duga. Yuk perbanyak dzikir!
0 notes
roketnasai · 2 years
Text
4 Fakta Menarik Nabi Adam Alaihissalam yang Perlu Kamu Ketahui
Nabi Adam Alaihissalam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah Swt di muka bumi. Kejadian tersebut menjadikan Nabi Adam AS sebagai bapak para manusia (Abul Basyar). Sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Adam AS memiliki banyak hikmah yang dapat memberikan pelajaran bagi seluruh umat manusia. Mulai dari proses penciptaan, kehidupan, hingga akhir hayatnya.
Dalam artikel kali ini, Sahabat Nasa’i akan disuguhkan 4 fakta menarik mengenai bapak dari para nabi:
Diciptakan pada hari jumat
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abi Aliyah yang berkata, “Allah menciptakan Adam pada hari Jumat. Allah memasukkan Adam di surga pada hari jumat. Allah menjadikan Adam di surga Firdaus”. Peristiwa penciptaan Nabi Adam AS menjadikan hari jumat sebagai hari yang istimewa. Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda pada sebuah hadits yang termuat dalam Kitab Shahih Muslim: “Sebaik-baik hari yang padanya matahari terbit adalah hari jumat. Pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu juga beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu juga beliau dikeluarkan dari surga”. (HR Muslim).
Selain pada Riwayat tersebut, penciptaan Nabi Adam AS juga tertuang dalam Al Qur’an QS. Al Baqarah Ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Nabi Adam AS diturunkan di India
Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai tempat turunnya Nabi Adam AS saat pertama kali mendarat di bumi. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Hasan Bashri bahwa Nabi Adam diturunkan di India. Ibu Hawa’ diturunkan di Jeddah. Iblis diturunkan di Dastamisan yang termasuk wilayah Bashrah. Dan ular diturunkan di Ashbihan. Syekh Fakhruddin ar-Razy mengatakan bahwa ular bukan mukallaf (makhluk yang dibebani tanggung jawab).
Manusia pertama yang berkomunikasi menggunakan bahasa Arab
Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi Adam itu menggunakan bahasa Arab ketika di surga. Ketika ia lengah, maka Allah mencabut bahasa Arab itu dan Adam berkomunikasi dalam bahasa Suryani. Ketika Adam diterima taubatnya, Allah mengembalikan kepadanya kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab”.
Allah SWT membekali Adam dengan buah-buahan surga dan mendidiknya secara langsung
Ketika diturunkan ke Bumi, Allah mengajarkan Adam nama-nama benda dan pembuatan segala sesuatu. Hal ini tertulis pada QS. Al-Baqarah Ayat 31:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Selain mendapatkan pendidikan langsung dari Allah SWT, Adam juga diberikan bekal buah-buahan surga.
Itulah 4 fakta menarik mengenai Nabi Adam AS. Semoga dengan mempelajari sejarah mengenai kisah para Nabi dan Rasul dapat membuat Nasaian untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
0 notes
roketnasai · 2 years
Text
Kisah Ali bin Abi Thalib: Sosok Cerdas yang Dijuluki Gerbang Ilmu Pengetahuan
Membaca kisah para sahabat Nabi merupakan cara untuk meneladani sifat dan karakter Nabi besar Muhammad SAW. Sahabat Nasa’i dapat menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai sumber inspirasi serta untuk memacu diri agar selalu menaati Allah SWT dan RasulNya. Kisah kedua dari roket nasa’i kali ini akan membahas kisah hidup salah satu sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW yaitu Ali bin Abi Thalib.
Sayyidina Ali merupakan sepupu Nabi yang memiliki nama asli Haydar bin Abi Thalib. Nama Haydar berarti singa, yang diambil dari nama kakek Ali, Asad. Ayah dari Ali bin Abi Thalib merupakan paman nabi, Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Sedangkan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf.
Ali bin Abi Thalib diperkirakan lahir pada tahun 599/600 Masehi atau 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Rasulullah SAW di daerah Hijaz, Jazirah Arab. Nama Ali sendiri merupakan julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW yang berarti tinggi. Sejak kecil, Ali diasuh oleh Rasulullah SAW. Kesempatan ini membawa ia untuk mempelajari secara langsung wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib merupakan orang kedua yang memeluk agama islam setelah istri nabi, Khadijah. Hal ini menjadikan beliau sebagai golongan anak-anak pertama masuk islam.
Berbeda dengan sahabat lainnya yang hanya diberi gelar radiyallahu ‘anhu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib memiliki gelar lain yang biasa disematkan setelah namanya. Sebuah gelar khusus yang hanya diperuntukkan untuk Ali bin Abi Thalib, yaitu karramallahu wajhah yang artinya ‘Semoga Allah memuliakannya’.
Karena mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah SAW, sejak kecil ia digembleng untuk menjadi sosok cerdas, berani, dan bijak. Beliau mendapatkan pendidikan dalam semua aspek ilmu islam, seperti aspek dzhahir, syariah dan bathin, serta tasawuf. Di kalangan pemuda Arab, Ali dikenal sebagai pemuda pandai. Sebab pada zaman itu masih banyak orang yang tidak dapat menulis dan membaca, termasuk Nabi Muhammad SAW yang juga merupakan sosok ummi atau buta huruf.
Kepandaian Ali membuatnya dijuluki Babul Ilmi atau gerbang pengetahuan. Dengan kepandaiannya, Rasulullah SAW memberikannya peran khusus pada peristiwa hijrah nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, ia ditugaskan menjadi tameng untuk mengelabui musuh yang hendak membunuh Rasulullah SAW. Pada malam keberangkatan hijrah, rumah Rasulullah SAW dikepung oleh kaum kafir Quraisy.
Saat itu, Ali bin Abi Thalib berperan untuk menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya. Para musuh mengira bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur, berbaring di tempat tidurnya. Padahal sebenarnya Nabi sudah menyelinap pergi bersama Abu Bakar. Yang berbaring di tempat tidur pada saat itu tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib.    
Setelah melalui peristiwa hijrah bersama Nabi Muhammad SAW, kemudian ia dinikahkan oleh puteri bungsu Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra. Adapun, kisah cinta antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah merupakan kisah cinta yang banyak dikagumi oleh kaum muslim.
Nah itulah sekilas mengenai kisah Ali bin Abi Thalib. Semoga dengan membaca kisah hidupnya menjadikan Sahabat Nasa’i gemar untuk selalu mempelajari dan meneladani kebaikan yang tertanam pada karakter sahabat Nabi Muhammad SAW. Sampai jumpa di kisah berikutnya.
2 notes · View notes
roketnasai · 2 years
Text
Biografi Imam An-Nasa’i, Ulama Cerdas dalam Sejarah Islam
Belajar merupakan salah satu kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Melalui belajar, kita mendapatkan pengetahuan serta kebijaksanaan untuk menjalani kehidupan. Dalam artikel pertama blog An-Nasa’i, kami akan membahas mengenai biografi ulama ternama dalam sejarah islam, Imam An-Nasa’i.
Terdapat begitu banyak hadits shahih yang mengharuskan seseorang memiliki ilmu. Seperti yang tercantum dalam HR Muslim, no.2699:
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Seorang tokoh islam yang juga merupakan cendekiawan termahsyur dalam bidang Hadis dan ahli fiqih adalah Imam An-Nasa’i. Memiliki nama lengkap Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahar al-Khurasani al-Qadhi. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Khurasan. Melansir dari berbagai sumber, Imam An-Nasa’i dikenal sebagai sosok yang mempunyai ketajaman dalam mengingat hafalan dan kepahaman yang jarang dimiliki orang-orang kebanyakan pada zaman beliau.
Imam An-Nasa’i memulai perjalanan dalam menuntut ilmu hadist sejak berusia 15 tahun. Hal ini terbukti saat beliau melakukan perjalanan ke Qutaibah bin Sa’id sekitar tahun 230 H. Ketajaman dan kepahaman yang begitu tajam membuat beliau mampu mengumpulkan, menghafal, menulis hingga akhirnya mendapatkan derajat yang tinggi dalam disiplin menuntut ilmu.
Perjalanan Imam An-Nasa’i Dalam Menuntut Ilmu  
Menuntut ilmu merupakan proses panjang yang harus dijalani oleh seorang penuntut ilmu. Selain itu, seorang pembelajar seringkali diharuskan untuk menjelajahi satu tempat ke tempat lainnya demi memperdalam bidang keilmuan yang digeluti. Begitu pula dengan Imam An-Nasa’i. Berkeliling di negeri-negeri islam, baik timur maupun barat membuat beliau memiliki lawatan ilmiah yang luas.
Beberapa negeri yang pernah dikunjungi Imam An-Nasa’i antara lain:
Khurasan
Iraq
Baghdad
Bashrah
Hijaz
Mesir
Kufah
Jazirah, yaitu: Haran, Maushil, dan sekitarnya
Syam, perbatasan wilayah islam dengan kekuasaan Romawi.
Selama proses menimba ilmu, tentunya beliau tidak terlepas dari kehadiran para guru dan murid yang mendukung proses pembelajaran. Beberapa dari guru-guru Imam An-nasa’i adalah:
Ishaq bin Ibrahim
Qutaibah bin Said
Imam Abu Dawud
Imam Abu Isa’ at-Tirmidzi
Ishaq bin Rahawaih
Al-Harits bin Miskin
Ahmad bin Abdah Adl-Dabbi
Suwaid bin Nashr
Hisyam bin ‘Ammar
Yusuf bin ‘Isa Az-Zuhri
Dan masih banyak guru-guru yang belum disebutkan lainnya.
Sedangkan murid-murid beliau seperti tercatat berikut ini:
Hamzah bin Muhammad al-Kinani
Al-Hasan bin Rasyiq
Muhammad bin Muawwiyah bin al-Ahmar al-Andalusi
Abu Basyar ad-Dulabi
Abu Ja’far al-Thahawi
Abu al Qasim al Thabarani
Ahmad bin Muhammad bin Isma’il an-Nahhas an-Nahwi
Muhammad bin Abdullah bin Hayuyah an-Naisaburi
Dan banyak lagi murid-murid yang telah beliau ajarkan ilmunya.
Karya-Karya Imam An-Nasa’I
Proses belajar yang panjang, disertai dengan berbagai pengalaman yang dilalui Iman An-Nasa’I melahirkan banyak pemikiran yang kemudian terlahir dalam tulisan. Berikut ini karya-karya beliau yang masih dapat diwariskan untuk umat Nabi Muhammad SAW:
As-Sunan ash-Sughra
As-Sunan al Kubra
Al-Kuna
At-Tafsir
Al-Ikhwah
Al-Ighrab
Al-Jarhu wa ta’dil
Musnad Manshur bin Zadzan
Musnad Ali bin Abi Thalib
Khasha ‘isu ‘Ali
Dan masih banyak lagi karya-karya lainnya. Itulah biografi ulama termahsyur dalam sejarah islam, Imam An-Nasa’i. Semoga sahabat nasa’i dapat terus terpacu untuk terus belajar dan memperkaya diri dengan ilmu.
1 note · View note