Tumgik
#sahabatNabi
temanhidup · 8 months
Text
Panutan Dalam Hidup
Urwah bin Zubair, salah satu dari tujuh ahli fiqih terbaik masa tabi'in di Madinah. Beliau juga merupakan anak dari sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga, yaitu Zubair bin Awwam.
Ada kisah menarik dan luar biasa tentang Urwah bin Zubair. Apa itu?
Ketika itu, Urwah divonis bahwa kakinya harus diamputasi. Namun, pada masa itu belum mengenal yang namanya obat bius dan sejenisnya. Maka sang tabib menyarankan agar Urwah meminum alkohol atau minuman keras yang memabukkan. Agar ketika kakinya dipotong, dia tidak merasakan sakit karena dalam keadaan tidak sadar. Namun, apakah Urwah menerima pendapat itu?
Tentu saja tidak! Beliau menolak keras. Tahukah apa yang luar biasa? Alasannya tidak menyetujui pendapat sang tabib karena beliau tidak ingin ada momen beliau lalai dari mengingat Allah. Masya Allah. Padahal dalam keadaan darurat dan mengancam nyawa, tentu saja itu diperbolehkan. Sungguh keimanan yang luar biasa. Kemudian, bagaimana selanjutnya? Urwah memiliki satu solusi untuk mengatasinya. Apa itu?
Urwah bin Zubair mengatakan kepada sang tabib untuk mengamputasi kakinya dalam keadaan beliau sedang salat. Saat itu memang menjelang waktu salat wajib. Apa kamu bisa bayangkan kaki kita dipotong ketika sedang salat? Apa kamu bisa menahan sakit itu?
Operasi pun dilaksanakan. Seperti yang disarankan Urwah. Kaki beliau diamputasi ketika beliau sedang melaksanakan salat. Ketika beliau sedang sibuk bermunajat dengan Rabbnya. Kemudian, apakah beliau merintih kesakitan?
Salah seorang sahabat beliau yang berada di rumah untuk menyaksikan operasi tersebut, bersama sahabat lainnya, dia mengatakan bahwa saking asiknya dia berbincang dengan yang lain. Dia tidak sadar bahwa kaki Urwah sudah dipotong karena tidak ada suara jeritan dari Urwah atau apa pun. Masya Allah.
Bayangkan, betapa salatnya mampu membuatnya mengabaikan dan melupakan rasa sakit apa pun. Karena dia sadar, waktu-waktu itu adalah waktu terbaik untuknya berbincang dengan Allah. Begitu khusyunya beliau. Apakah kita sudah bisa seperti itu?
Dari kisah ini saya belajar banyak hal. Salah satunya, tentang betapa pentingnya menghubungkan hati kita dengan Allah. Ketika Allah sudah menjadi yang utama, setiap rasa sakit di dunia bukanlah apa-apa. Sebab rasa sakit terbesar yang akan kita rasakan adalah ketika kita jauh dari Allah. Ketika kita diabaikan oleh Allah. Kita akan menjadi orang yang sangat rugi ketika lalai dalam mengingat Allah.
Mungkin kita juga menjadi sadar akan beberapa hal. Bisa jadu penyebab hati kita yang terkadang tidak tenang karena kita masih jauh dari Allah, hati kita belum benar-benar terhubung dengan Allah. Tidakkah kita merasa malu karena hal itu?
Benar, rasanya kita tidak akan bisa mencapai keimanan para sahabat atau ulama terdahulu. Namun, kita bisa berusaha berada di jalan yang sama seperti mereka. Sehingga kita bisa bertemu dengan Allah dan ditempatkan pada tempat terbaik seperti mereka.
Semoga kita semua selalu menjadikan mereka contoh terbaik dalam hidup. Panutan yang layak kita ikuti. Sebab merekalah orang-orang yang telah mendapatkan kesuksesan di dunia serta akhirat.
-Devi N.F
6 notes · View notes
niakurniatiginting · 2 years
Text
[10 Sahabat Yang Dijamin Syurga]
1. Abū Bakar
2. 'Umar al-Khaṭṭāb
3. 'Uthmān ibn ‘Affān
4. ‘Alī ibn Abī Tālib
5. Ṭalḥah ibn ‘Ubaidillāh
6. Zubair ibn al-‘Awwām
7. ‘Abdurraḥmān ibn ‘Auf
8. Saʿd ibn Abī Waqqāṣ
9. Saʿīd ibn Zayd
10. Abū ‘Ubaidah ibn al-Jarrāḥ
4 notes · View notes
roketnasai · 2 years
Text
Kisah Ali bin Abi Thalib: Sosok Cerdas yang Dijuluki Gerbang Ilmu Pengetahuan
Membaca kisah para sahabat Nabi merupakan cara untuk meneladani sifat dan karakter Nabi besar Muhammad SAW. Sahabat Nasa’i dapat menjadikan kisah-kisah tersebut sebagai sumber inspirasi serta untuk memacu diri agar selalu menaati Allah SWT dan RasulNya. Kisah kedua dari roket nasa’i kali ini akan membahas kisah hidup salah satu sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW yaitu Ali bin Abi Thalib.
Sayyidina Ali merupakan sepupu Nabi yang memiliki nama asli Haydar bin Abi Thalib. Nama Haydar berarti singa, yang diambil dari nama kakek Ali, Asad. Ayah dari Ali bin Abi Thalib merupakan paman nabi, Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay. Sedangkan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf.
Ali bin Abi Thalib diperkirakan lahir pada tahun 599/600 Masehi atau 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Rasulullah SAW di daerah Hijaz, Jazirah Arab. Nama Ali sendiri merupakan julukan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW yang berarti tinggi. Sejak kecil, Ali diasuh oleh Rasulullah SAW. Kesempatan ini membawa ia untuk mempelajari secara langsung wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib merupakan orang kedua yang memeluk agama islam setelah istri nabi, Khadijah. Hal ini menjadikan beliau sebagai golongan anak-anak pertama masuk islam.
Berbeda dengan sahabat lainnya yang hanya diberi gelar radiyallahu ‘anhu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib memiliki gelar lain yang biasa disematkan setelah namanya. Sebuah gelar khusus yang hanya diperuntukkan untuk Ali bin Abi Thalib, yaitu karramallahu wajhah yang artinya ‘Semoga Allah memuliakannya’.
Karena mendapatkan didikan langsung dari Rasulullah SAW, sejak kecil ia digembleng untuk menjadi sosok cerdas, berani, dan bijak. Beliau mendapatkan pendidikan dalam semua aspek ilmu islam, seperti aspek dzhahir, syariah dan bathin, serta tasawuf. Di kalangan pemuda Arab, Ali dikenal sebagai pemuda pandai. Sebab pada zaman itu masih banyak orang yang tidak dapat menulis dan membaca, termasuk Nabi Muhammad SAW yang juga merupakan sosok ummi atau buta huruf.
Kepandaian Ali membuatnya dijuluki Babul Ilmi atau gerbang pengetahuan. Dengan kepandaiannya, Rasulullah SAW memberikannya peran khusus pada peristiwa hijrah nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, ia ditugaskan menjadi tameng untuk mengelabui musuh yang hendak membunuh Rasulullah SAW. Pada malam keberangkatan hijrah, rumah Rasulullah SAW dikepung oleh kaum kafir Quraisy.
Saat itu, Ali bin Abi Thalib berperan untuk menggantikan Rasulullah SAW di tempat tidurnya. Para musuh mengira bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur, berbaring di tempat tidurnya. Padahal sebenarnya Nabi sudah menyelinap pergi bersama Abu Bakar. Yang berbaring di tempat tidur pada saat itu tidak lain adalah Ali bin Abi Thalib.    
Setelah melalui peristiwa hijrah bersama Nabi Muhammad SAW, kemudian ia dinikahkan oleh puteri bungsu Nabi Muhammad SAW, Fatimah az-Zahra. Adapun, kisah cinta antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah merupakan kisah cinta yang banyak dikagumi oleh kaum muslim.
Nah itulah sekilas mengenai kisah Ali bin Abi Thalib. Semoga dengan membaca kisah hidupnya menjadikan Sahabat Nasa’i gemar untuk selalu mempelajari dan meneladani kebaikan yang tertanam pada karakter sahabat Nabi Muhammad SAW. Sampai jumpa di kisah berikutnya.
2 notes · View notes
radensahid · 2 years
Photo
Tumblr media
Sebagai salah seorang Khalifah yang juga sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As Shiddiq RA merupakan sosok yang berperan penting dalam perjuangan menyebarkan risalah Islam. Tidak hanya sosok pribadinya yang patut diteladani, tetapi juga sosok beliau sebagai seorang kepala negara. Bagaimana biografi singkat beliau dan aspek apa saja yang bisa kita ambil dan terapkan dalam konteks kekinian? 🟥 *SAKSIKAN LIVE KHILAFAH CHANNEL REBORN* _JKDN Series Episode #42_ *BIOGRAFI KHALIFAH ABU BAKAR AS SHIDDIQ RA.* 🎙️ Bersama : *Muhammad Isa* 🗓️ *Kamis, 03 November 2022* 🕗 Pukul : *20.00* WIB Melalui *Link* : https://youtu.be/P3sOi8xb2P4 https://youtu.be/P3sOi8xb2P4 https://youtu.be/P3sOi8xb2P4 Subscribe channel *KC REBORN* https://mbo.is/official-kc https://mbo.is/official-kc https://mbo.is/official-kc *Jangan biarkan* informasi menarik dan berharga ini hanya berhenti di anda, *yuk sebarkan* ke teman, sanak saudara dimanapun berada. *Biar jadi amal shalih* dan kebaikan menyebar di bumi kita ini. #khilafahchannel #kcreborn #jkdn #filmjkdn #sahabatnabi #khilafah #khalifah #sejarah #Islam https://www.instagram.com/p/CkgQ6hfJZbq/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
Our most Noble Nabi ﷺ passed a young Sahaabi ‏رضي الله تعالى عنه while he was reciting the following verse of the Quran:
“Then, when the sky is cleft open and turns red like ointment”
{Surah Rahman}
When he recited this verse, he paused, his body was covered in goose bumps and he started crying so profusely that he started choking on his tears. As he cried, he kept saying, “What will happen to me on the day the sky is cleft open?”
Hearing his emotional crying, Rasoolullaah ﷺ said: “O’ young man! I take an oath on the Being ﷻ who controls my life that even the angels began to cry.”
35 notes · View notes
agamasunni · 3 years
Text
Para Sahabat Nabi ﷺ Selalu Sami’na wa Atha’na Terhadap Segala Perintah Nabi ﷺ? Fakta Riwayat Sejarah Islam yang Asli, Jelang Wafat Baginda Nabi  ﷺ (BAGIAN PERTAMA)
Tumblr media
DULU ketika kami masih menjadi seperti keledai yang cuma diam mendengar guru kami berceramah tentang peri-kehidupan para Sahabat Nabi ﷺ, kami selalu takjub dan terkesima. 
Para Sahabat Nabi ﷺ digambarkan oleh para guru kami, para ulama kami, sebagai sosok-sosok beriman yang selalu sami’na wa atha’na, alias selalu mendengar dan patuh serta taat, terhadap segala perintah Baginda Nabi Muhammad ﷺ.
Para Sahabat Nabi ﷺ digambarkan sebagai sosok yang setia menjalankan perintah Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 59:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ “Wahai orang-orang yang beriman, ta’ati Allah dan ta’ati Rasul”
Dan perintah Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 20:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَاَ نْـتُمْ تَسْمَعُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mendengar (perintah-perintahnya)"
Dan perintah Al-Qur’an surah Muhammad ayat 33:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْۤا اَعْمَا لَـكُمْ "Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu"
Dan perintah Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 32:
قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَا لرَّسُوْلَ  ۚ فَاِ نْ تَوَلَّوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ "Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul(-Nya). Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Demikianlah para guru kami, para ulama kami, menggambarkan bahwa para Sahabat Nabi ﷺ adalah sosok pengikut setia Baginda Nabi ﷺ yang selalu sami’na wa atha’na, selalu mendengar, selalu patuh, dan selalu ta’at, kepada segala perintah Baginda Nabi ﷺ.
------------
NAMUN, ketika kami pelajari dan kami baca sendiri riwayat-riwayat hadits yang shahih di kitab-kitab hadits utama yang enam, alias kitab hadits Kutubussittah, khususnya kitab Shahihayn (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), ternyata fakta yang kami temukan, justru malah sebaliknya! Dan membikin kami terperanjat, dan nyaris membuat kami loncat dari tempat duduk!
TEMUAN KAMI YANG PERTAMA: Kitab hadits Shahih al-Bukhari 4.432, bagian Ekspedisi Militer (Kitab al-Maghazi), bab Sakitnya Nabi ﷺ dan Wafatnya Nabi ﷺ (Maradh an-Nabiyy Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Wafatihi)
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ لَمَّا حُضِرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَفِي الْبَيْتِ رِجَالٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ هَلُمُّوا أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لاَ تَضِلُّوا بَعْدَهُ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ غَلَبَهُ الْوَجَعُ وَعِنْدَكُمُ الْقُرْآنُ، حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ‏.‏ فَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْبَيْتِ وَاخْتَصَمُوا، فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ قَرِّبُوا يَكْتُبُ لَكُمْ كِتَابًا لاَ تَضِلُّوا بَعْدَهُ‏.‏ وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ غَيْرَ ذَلِكَ، فَلَمَّا أَكْثَرُوا اللَّغْوَ وَالاِخْتِلاَفَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ قُومُوا ‏"‏‏.‏ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَكَانَ يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الْكِتَابَ لاِخْتِلاَفِهِمْ وَلَغَطِهِمْ‏.
Menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdillah, menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaq, mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari az-Zuhri, dari 'Ubaydillah bin 'Abdillah bin 'Utbah, dari Ibnu 'Abbas: 
"Tatkala Rasulullah ﷺ terbaring di pembaringan beliau ﷺ dan beberapa orang Sahabat juga berada di sana, berkatalah Baginda Rasulullah ﷺ: "Kemarilah, akan aku tuliskan untuk kalian sesuatu (surat wasiat) yang setelahnya kalian tidak akan pernah tersesat" (yang intinya Rasulullah ﷺ meminta dibawakan alat tulis untuk menulis sesuatu wasiat agar umat Islam setelah beliau wafat tidak akan tersesat selamanya). 
Beberapa Sahabat berkata, "Rasulullah ﷺ benar-benar sedang sakit keras, dan kalian memiliki Al-Qur'an. Maka cukuplah Kitabullah (Al-Qur'an) bagi kita semua". 
Maka, orang-orang (para Sahabat) di tempat tersebut berbeda pendapat dan mulai berdebat. 
Beberapa dari mereka (sebagian Sahabat) berkata: "Berikan Baginda Rasulullah ﷺ alat tulis, sehingga Baginda Rasulullah ﷺ bisa menuliskan sesuatu untuk kalian (untuk kita semua), yang dengannya, kalian (kita semua) tidak akan pernah menjadi tersesat kembali". 
Sedangkan beberapa Sahabat yang lain tetap berpendapat berbeda (bahwa Al-Qur'an sudah cukup). 
Maka ketika perdebatan dan perbedaan pendapat di antara mereka makin menjadi-jadi, Rasulullah ﷺ langsung berseru: "Berdiri pergilah kalian!". 
Ibnu 'Abbas selalu berkata (setelah kejadian itu): "Tidak disangkal lagi, bahwa kemalangan yang besar (bagi umat ini adalah) ketika Rasulullah ﷺ dicegah dari menulis (surat wasiat atau suatu tulisan penting yang dengannya umat ini akan selamat dan tidak akan sesat selamanya), hanya karena suara perdebatan dan perbedaan pendapat di antara mereka (para Sahabat)".
Sungguh luar biasa!
Baginda Rasulullah ﷺ jelang akhir hayat beliau, beliau ternyata diriwayatkan meminta alat tulis yang dengannya beliau ﷺ hendak menulis sesuatu (semacam surat wasiat) yang dengannya umat Islam ini akan selamat dan tidak akan sesat selamanya.
Namun, bukannya langsung sami’na wa atha’na, alias bukannya langsung membawakan apa yang Rasulullah ﷺ minta, sebagian Sahabat justru malah berkomentar dan beropini sendiri, bahwa “Al-Qur’an sudah cukup bagi kita”! Dan akhirnya malah timbul perdebatan yang gaduh, sampai Rasulullah ﷺ akhirnya membatalkan niatnya dan mengusir para Sahabat di ruangan tersebut untuk keluar semuanya!
Allahu akbar...
Wallaahi innaa haadza syai’un ‘adzhiim... 
Demi Allah, ini adalah riwayat sejarah Islam yang benar-benar besar derajat kepentingannya untuk diketahui seluruh umat Islam. Bahwa, jelang momen hidup terakhir Baginda Rasulullah ﷺ yang mulia, di mana beliau ﷺ meminta dibawakan sesuatu, ternyata sebagian Sahabat beliau ﷺ malah ribut sendiri!
Wahai guru-guru kami! Wahai ‘ulama-’ulama kami! Mana klaim engkau yang menyatakan bahwa para Sahabat selalu sami’na wa atha’na?!
------------
TEMUAN KAMI YANG KEDUA: TERNYATA ‘UMAR BIN KHATTHAB YANG MEMULAINYA! Kitab hadits Shahih al-Bukhari 7.366, bagian Berpegang Teguh kepada Al-Qur'an dan Sunnah (Kitab al-I'tisham bil Kitabi wa-s Sunnah), Bab Tidak Dibencinya Perbedaan (Karahiyah al-Khilaf)
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا هِشَامٌ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ لَمَّا حُضِرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ـ قَالَ وَفِي الْبَيْتِ رِجَالٌ فِيهِمْ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ ـ قَالَ ‏"‏ هَلُمَّ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ ‏"‏‏.‏ قَالَ عُمَرُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم غَلَبَهُ الْوَجَعُ وَعِنْدَكُمُ الْقُرْآنُ، فَحَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ‏.‏ وَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْبَيْتِ وَاخْتَصَمُوا، فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ قَرِّبُوا يَكْتُبْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ‏.‏ وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ مَا قَالَ عُمَرُ، فَلَمَّا أَكْثَرُوا اللَّغَطَ وَالاِخْتِلاَفَ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ قُومُوا عَنِّي ‏"‏‏.‏ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُ إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الْكِتَابَ مِنِ اخْتِلاَفِهِمْ وَلَغَطِهِمْ‏.‏
Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa, mengabarkan kepada kami Hisyam, dari Ma'mar, dari az-Zuhri, dari 'Ubaydillah bin 'Abdillah, dari Ibnu 'Abbas, yang berkata: 
"Tatkala jelang wafat Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan beberapa orang (Sahabat) juga hadir di rumah Nabi ﷺ, dan di antara mereka (para Sahabat) ada 'Umar bin Khatthab, bersabdalah Baginda Rasulullah ﷺ: "Kemarilah, biarkan aku menulis untuk kalian, sesuatu yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat lagi selamanya". 
'Umar bin Khatthab kemudian berkata: "Nabi ﷺ benar-benar tengah sakit parah, dan kalian semua memiliki Al-Qur'an, maka cukuplah Al-Qur'an bagi kita semua". 
Orang-orang (para Sahabat) di rumah tersebut kemudian berselisih berbeda pendapat dan saling ribut. 
Beberapa Sahabat berkata: "Ayo mendekat kepada Baginda Rasulullah ﷺ (dengan membawakan alat tulis) sehingga Rasulullah ﷺ bisa menulis untuk kalian sesuatu (wasiat) yang dengannya kalian tidak akan pernah tersesat lagi".
Sebagian Sahabat lagi, berkata seperti yang 'Umar bin Khatthab katakan. 
Akhirnya ketika para Sahabat makin gaduh dan perdebatan di antara mereka kian memanas padahal mereka ada di hadapan Rasulullah ﷺ (sedangkan meninggikan suara di depan Rasulullah itu sangat terlarang), Rasulullah ﷺ pun langsung bersabda: "Pergilah kalian dan tinggalkan aku!". 
Ibnu 'Abbas (sejak saat itu) selalu berkata: "Bencana besar adalah karena perselisihan dan suara gaduh mereka (para Sahabat), yang mencegah Rasulullah ﷺ dari menulis sesuatu untuk mereka."
Riwayat yang sama, direkam juga oleh Imam Muslim, dalam kitab hadits karyanya, Shahih Muslim.
TEMUAN KAMI YANG KETIGA: Kitab hadits Shahih Muslim 1.637, bagian Wasiat (Kitab al-Washiyyah), dari jalur riwayat yang lain
وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، - قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا وَقَالَ ابْنُ رَافِعٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، - أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ لَمَّا حُضِرَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَفِي الْبَيْتِ رِجَالٌ فِيهِمْ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ هَلُمَّ أَكْتُبْ لَكُمْ كِتَابًا لاَ تَضِلُّونَ بَعْدَهُ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ عُمَرُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَدْ غَلَبَ عَلَيْهِ الْوَجَعُ وَعِنْدَكُمُ الْقُرْآنُ حَسْبُنَا كِتَابُ اللَّهِ ‏.‏ فَاخْتَلَفَ أَهْلُ الْبَيْتِ فَاخْتَصَمُوا فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ قَرِّبُوا يَكْتُبْ لَكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كِتَابًا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ ‏.‏ وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ مَا قَالَ عُمَرُ ‏.‏ فَلَمَّا أَكْثَرُوا اللَّغْوَ وَالاِخْتِلاَفَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ قُومُوا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ فَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقُولُ إِنَّ الرَّزِيَّةَ كُلَّ الرَّزِيَّةِ مَا حَالَ بَيْنَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَبَيْنَ أَنْ يَكْتُبَ لَهُمْ ذَلِكَ الْكِتَابَ مِنِ اخْتِلاَفِهِمْ وَلَغَطِهِمْ ‏.‏
Dan menceritakan kepada kami Muhammad bin Rafi' dan 'Abd bin Humayd, berkata 'Abd, mengabarkan kepada kami, dan berkata Ibnu Rafi', menceritakan kepada kami, 'Abdurrazzaq, mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari az-Zuhri, dari 'Ubaydillah bin 'Abdillah bin 'Utbah, dari Ibnu 'Abbas, yang berkata:
"Tatkala Baginda Nabi Muhammad ﷺ hendak meninggalkan dunia ini (jelang wafat), beberapa orang (Sahabat) juga hadir di rumah Nabi ﷺ, dan di antara mereka (para Sahabat) ada 'Umar bin Khatthab, bersabdalah Baginda Rasulullah ﷺ: "Kemarilah, aku tulis (diktekan) untuk kalian, kalian tidak akan pernah tersesat lagi setelahnya".
'Umar bin Khatthab kemudian berkata: "Nabi ﷺ benar-benar ditimpa sakit yang hebat, dan kalian semua memiliki Al-Qur'an, maka cukuplah Al-Qur'an bagi kita semua".
Orang-orang (para Sahabat) di rumah tersebut kemudian berselisih berbeda pendapat. 
Beberapa Sahabat berkata: "Bawakan untuk Rasulullah ﷺ (alat tulis) sehingga beliau ﷺ menuliskan sesuatu untuk kalian dan kalian tidak akan pernah tersesat lagi sepeninggal beliau ﷺ".
Sedangkan sebagian Sahabat berkata seperti yang 'Umar bin Khatthab katakan.
Akhirnya ketika para Sahabat makin gaduh dan perdebatan di antara mereka kian memanas padahal mereka ada di hadapan Rasulullah ﷺ (sedangkan meninggikan suara di depan Rasulullah itu sangat terlarang), Rasulullah ﷺ pun langsung bersabda: "Pergilah kalian dan tinggalkan aku!".
‘Ubaydullah berkata: Ibnu 'Abbas (sejak saat itu) selalu berkata: Kerugian yang besar. Sungguh kerugian yang besar, disebabkan perselisihan dan suara perdebatan mereka (para Sahabat). Rasulullah ﷺ tidak dapat menuliskan (atau mendiktekan) tulisan (wasiat) tersebut untuk mereka".
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun...
Jadi inilah, sumber dedengkot, sumber pangkal utama dan pertama, kenapa umat Islam saat in,i terpecah-pecah dan satu sama lain saling menyatakan sesat, satu sama lain! 
Rasulullah ﷺ ternyata sudah menyampaikan permintaan untuk menuliskan (atau mendiktekan) sesuatu tulisan (surat wasiat), yang dengannya umat ini tidak akan pernah tersesat lagi selamanya, namun ternyata dicegah dan dihalangi oleh sebagian Sahabat Rasulullah ﷺ sendiri!
PERTANYAAN BESARNYA adalah... 
“Kenapa SEBAGIAN Sahabat tersebut TIDAK SAMI’NA WA ATHA’NA?! Dan kenapa dedengkot utamanya justru MALAH ‘Umar bin Khatthab yang merupakan Sahabat terkemuka dan SEHARUSNYA ia mestinya menjadi contoh TELADAN nyata DAN PERTAMA dalam ber-sami’na wa atha’na?! KENAPA, WAHAI ‘UMAR?! Kenapa engkau malah mengatakan HASBUNA KITABULLAH?! Kenapa engkau malah mengatakan Al-Qur’an sudah cukup?! Andaipun jika benar engkau berpegang hanya kepada Al-Qur’an, bukankah justru BERTEBARAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN yang MEMERINTAHKAN untuk TA’AT KEPADA RASUL??!! Argumentasimu ternyata JUSTRU BERBALIK MENYERANGMU, WAHAI ‘UMAR!!!”
Kami sesak sekali mendapati fakta nyata seperti ini.
Besar sekali kekaguman kami kepada para Sahabat Rasulullah ﷺ. 
Dan besar pula kekaguman kami kepada sosok Sahabat selevel ‘Umar bin Khatthab yang selalu digambarkan sebagai Sahabat yang paling terdepan dalam menta’ati perintah Rasulullah ﷺ.
Namun ternyata, fakta riwayat shahih di atas malah menjungkir-balikkan semua bayangan yang kami miliki selama ini.
Ternyata fakta riwayat shahih di atas dengan gamblang menunjukkan, seorang ‘Umar bin Khatthab malah berani menjadi orang yang pertama menentang perintah Baginda Rasulullah!!!
Dan lebih luar-biasa lagi, ketika kami membawa riwayat-riwayat hadits di atas kepada sebagian guru-guru ‘ulama kami, para beliau justru malah balik mempertanyakan Rasulullah!!! 
“Jika memang wasiat ini penting, kenapa Nabi ﷺ tidak menghardik ‘Umar bin Khatthab dan sebagian Sahabat yang pro kepada ‘Umar pada kejadian tersebut? Kenapa Nabi ﷺ tidak bersikukuh meneruskan mendiktekan apa wasiat yang ingin ditinggalkan beliau? Sehingga, sebagian Sahabat lagi bisa mendengar wasiat beliau ﷺ, dan kemudian menuliskannya. Dengan kata lain, hal terkait wasiat ini tidak benar-benar begitu penting”.
ALLAAAHU AKBAR!!
Malah Rasulullah ﷺ yang jadi terdakwa!
Sudah jelas-jelas dan sudah nyata-nyata menentang Sunnah, masih tidak tahu diri dan mengklaim diri sebagai Ahlu Sunnah?!
Tidak cukupkah ayat-ayat perintah Al-Qur’an DI ATAS, yang memerintahkan untuk ta’at kepada Allah dan TA’AT kepada RASULULLAH?!
Dan tidak cukup pula-kah Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 6 yang berbunyi bahwa Nabi itu lebih utama bagi sekalian Mu’min (untuk dita’ati) dari diri-diri mereka sendiri?!
اَلنَّبِىُّ اَوۡلٰى بِالۡمُؤۡمِنِيۡنَ مِنۡ اَنۡفُسِهِمۡ‌ وَاَزۡوَاجُهٗۤ اُمَّهٰتُهُمۡ “Nabi itu LEBIH UTAMA bagi kaum Mu’min dibanding diri-diri mereka sendiri, dan dibanding istri-istri mereka sendiri, dan dibanding ibu-ibu mereka sendiri”
Allaahummaghfirlanaa...
Namun... dengan fakta ini, kami BERSAKSI, bahwa Rasulullah ﷺ telah melaksanakan perintah Allah dalam Al-Qur’an surah an-Nisa ayat 80:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَا عَ اللّٰهَ  ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا  "Barang siapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad), untuk menjadi pemelihara mereka."
Sebagian Sahabat yang hadir, malah lebih memilih mengikuti / menta’ati ucapan ‘Umar bin Khatthab. Mereka berpaling dari perintah Rasul ﷺ.
Sebagian Sahabat yang tidak setuju kepada ucapan ‘Umar bin Khatthab, juga bukannya langsung pergi mengambilkan alat tulis untuk Rasulullah ﷺ, malah ribut dan berdebat.
Sehingga... tepatlah, Rasulullah ﷺ mengusir mereka semua sekalian. 
Dan sungguh, kami berlepas diri dari para Sahabat yang menentang perintah Rasulullah ﷺ, dan kami berlepas diri dari ucapan ‘Umar bin Khatthab, bahwa “Hasbuna Kitabullah (Cukuplah Al-Qur’an Bagi Kami)”. 
Kami berlepas diri. 
Demi Allah kami berlepas diri. 
Sungguh demi Allah kami berlepas diri.
Dan, dengan terbeberkan-nya fakta-fakta di atas, maka telah SALAH, KELIRU, dan NGACO-LAH, guru-guru kami dan ‘ulama-’ulama kami, yang selalu tutur-tinular di setiap khutbah dan ceramahnya, bahwa para Sahabat, selalu sami’na wa atha’na, kepada Baginda Rasulullah ﷺ. 
Klaim para Sahabat selalu mendengar dan patuh kepada Baginda Rasulullah ﷺ, ternyata bullshit, hoax, alias dusta semata!
Kami juga berlepas diri, dari guru-guru agama kami, dan dari ‘ulama-’ulama kami, yang ternyata selama ini membelokkan kami dari fakta yang sebenarnya, tentang seperti apa para Sahabat Nabi ﷺ, jelang akhir hidup Baginda Nabi ﷺ.
Wahai Allah, jangan engkau kumpulkan kami di akhirat kelak bersama orang-orang di atas, yang telah menentang perintah Rasul-Mu, dan orang-orang yang mengklaim diri sebagai guru agama Islam dan mengklaim diri sebagai ‘ulama Islam namun sejatinya menyesatkan kami dari kebenaran. 
Ampuni mereka yang tidak tahu. 
Dan tunjuki mereka yang tahu, dengan taufiq-Mu dan hidayah (petunjuk)-Mu, agar mereka berlepas diri dari orang-orang yang menentang perintah Rasul-Mu.
Kumpulkan kami di akhirat, dengan orang-orang yang benar-benar ta’at kepada-Mu dan benar-benar ta’at kepada Rasul-Mu.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad.
2 notes · View notes
inikumi · 5 years
Text
Khalid Bin Walid
Ku ceritakan sedikit tentang perang Yarmuk pada zaman kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Perang antara kaum muslimin dan pasukan romawi yaitu orang-orang murtad yang menghalang-halangi dakwah islamiyah.
Pasukan muslim mencapai 36.000 personil - menurut riwayat lainnya 40.000 personil, sementara pasukan romawi mencapai hingga 240.000 personil.
Salah seorang prajuit mengeluh dengan ketidakseimbangan jumlah personil yang ada. Dengan tenangnya Khalid berkata;
"Jumlah pasukan muslim memang tidak banyak, dan jumlah pasukan romawi juga tidak sedikit. Namun sungguh suatu pasukan itu bisa menjadi banyak dengan adanya pertolongan Allaah, dan bisa menjadi sedikit jika tidak mendapat pertolongan dari Allaah."
Strategi yang di emban oleh khalid bin walid adalah menalukkan terlebih dahulu panglimanya seperti pada perang Dzatus Salasil, Madzar, Walajah, Alyas, Hirah, Anbar, Ain Namir, Faradh dan terakhir perang Yarmuk - yang berhasil meraih kemenangan di tangan kaum muslimin.
Dengan memperlihatkan segala bentuk keberanian pada kegigihan serta tekad yang kuat.
Akhirnya kemenangan berada di tangan kaum muslimin.
Dari banyaknya perang yang telah Khalid Bin Walid pimpin, disinilah Ia mengundurkan diri dari jabatannya dengan alasan bahwa agar kaum muslim memahami bahwa kemanangan itu dapat di raih karena Anugerah Allah. Bukan karena kepemimpinan Khalid bin Walid saja.
MasyaAllaah. Petiklah yang baik-baik dari para khalifah-khalifah dimuka bumi yang Jihadnya hanya untuk Allaah.:’)
@yumisstrynsh | 4 july 2019
33 notes · View notes
isnahidayatifauziah · 5 years
Text
Ibu Orang-Orang Miskin, Zainab binti Khuzaimah
Islam pada masa-masa gemilang, mempersembahkan contoh-contoh yang menawan dalam pengorbanan, pembelaan, dan jihad dalam jumlah besar. Salah satu contohnya ialah beliau yang bergelar ibu orang-orang miskin, Zainab Binti Khuzaimah.
Beliau adalah wanita mulia yang murah hati dan gemar berinfak. Setiap kali mendapat dirham ataupun dinar, selalu ia infakkan untuk orang-orang fakir dan miskin.
Kekokohan imam yang bersemayam dihatinya, membuat segalanya nampak hina; harta benda ia infakkan, tempat tinggal ia tinggalkan, begitu pula keluarga yang masih menganut kesyikrikan semua itu ia tinggalkan. Bahkan nyawa tiada terasa bernilai baginya.
Makanan sekadar mengganjal lapar, pakaian sekadar menutup aurat. Demi membela kebenaran beliau rela hidup miskin nan sengsara. Siksa dan kegetiran dirasakannya sebagai nikmat.
Apapun jerih payah, baik berupa materi, pendidikan, jiwa ataupun raga yang dicurahkan orang mukmin di jalan Allah meski sekecil apapun, semua itu terhitung simpanan amal kebaikan di sisi Allah. Tidak ada yang sia-sia meski sekecil apapun. Bahkan langkah kaki yang ia ayunkan, sepeser uang yang ia infakkan, rasa lapar, dahaga ataupun lelah sekalipun. Semuanya dicatat sebagai amal baik.
Sumber:
📖 Biografi 35 Shahabiyah Nabi (Syaikh Mahmud Al-Mishri)
2 notes · View notes
muhammadenggar · 5 years
Text
Kisah Abu Bakar dan Jalan Keislamannya
Sosok Abu Bakar radhiallahu 'anhu (RA) adalah sahabat yang mendapat tempat tertinggi di sisi Rasulullah SAW. Beliau termasuk orang-orang yang paling awal memeluk Islam (As-Sabiqun Al-Awwalun). Beliau adalah seorang pedagang pada masa jahiliyah. Adapun sebab keislaman beliau adalah setelah bermimpi di Syam. Dalam mimpinya, beliau melihat matahari dan bulan dalam pangkuannya. Kemudian beliau mengambil keduanya dengan tangan, didekap di dadanya, dan memakaikan jubahnya kepada keduanya. Setelah kejadian itu, Abu Bakar pergi ke rahib Nasrani untuk menanyakan tentang mimpi itu. Beliau menceritakan mimpinya dan meminta tabir darinya. 
Sang rahib bertanya, "Engkau darimana?"
Beliau RA menjawab: "Dari Makkah"
Dia bertanya "Dari kabilah apa?"
Beliau RA menjawab: "Dari Kabilah Tamim"
Sang Rahib bertanya lagi: "Apa pekerjaanmu?"
Abu Bakar menjawab: "Berdagang".
Lalu sang Rahib berkata: "Pada masamu akan keluar seorang lelaki dari Hasyimy namanya Muhammad Al-Amin, dia dari kabilah Hasyim dan dia akan menjadi Nabi akhir zaman. Jika bukan karena itu, maka tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi serta isi keduanya. Dan tidaklah Allah menciptakan Adam, dan tidaklah Allah menciptakan para Nabi dan para Rasul. Dia adalah baginda para Nabi dan para Rasul serta penutup para Nabi, dan engkau akan masuk dalam Islamnya. Engkau akan menjadi menterinya dan khalifah setelahnya. Inilah ta'bir mimpimu".
Kemudian dia (rahib) berkata: "Aku mendapati perangai dan sifatnya di Taurat, Injil dan Zabur, dan sesungguhnya aku telah masuk Islam baginya dan aku menyembunyikan keislamanku karena takut dari orang-orang Nasrani"
Ketika Abu Bakar mendengar penjelasan rahib itu tentang sifat Nabi SAW, luluhlah hatinya dan rindu mengunjungi Nabi Muhammad SAW. Kemudian Abu Bakar kembali ke Makkah dan mencari Nabi Muhammad SAW dan akhirnya bertemu Beliau.
Setelah sekian lama, suatu hari Rasulullah SAW berkata padanya: "Wahai Abu Bakar, setiap hari engkau datang kepadaku dan duduk bersamaku, mengapa engkau tidak masuk Islam?"
Abu Bakar RA menjawab, "Andai kata engkau adalah seorang Nabi, maka engkau harus memiliki mukjizat".
Nabi SAW bersabda: "Tidakkah cukup bagimu mukjizat yang telah engkau lihat di Syam dan telah dita'birkan oleh Rahib tersebut, dan dia telah mengabarimu tentang keislamannya".
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Abu Bakar RA langsung berkata: "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah dan bahwa engkau (Muhammad) adalah utusan Allah". Abu Bakar pun memeluk Islam dan memperbagus keislamannya.
1 note · View note
syspro1 · 3 years
Photo
Tumblr media
Islamic Studies . Central Jakarta, 11 February 2020 . Kajian sejarah/kisah sahabat sekaligus paman Nabi Muhammad saw, Hamzah yang syahid dalam Perang Uhud. Kajian ba'da dzhuhur di Masjid Al Amanah . @alamanahkeu #islam #islamicstudies #study #kajian #kajianislam #centraljakarta #jakpus #sejarah #kisah #sahabatnabi #keluarganabi #hamzah #masjid #mosque #belajar https://www.instagram.com/p/CXGZ6JFBw6qdv0ynfOgtzO_HhbcEKWfcoZvk_w0/?utm_medium=tumblr
0 notes
paparanmedia · 4 years
Photo
Tumblr media
Yuk Mengenal Lebih Dekat dengan 4 Khalifah Pertama Ummat Muslim. - Sudah tau belum apa itu Khulafaur Rasyidin? Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang berdiri setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah. - 4 Tokoh sahabat Nabi ini memiliki keutamaan yang luar biasa, kejayaan Islam terus berkembang seiring waktu. - Nah menurut kamu, kira-kira apa aja nih kehebatan masing-masing sahabat Nabi ini? - Share dan komen yuk! - 📹 @sayaberitahu.id #sayaberitahu #khilafah #sahabatnabi #muhammadsaw #sejarah #muslim #informasi #pengetahuan #saksikanpaparanmedia #paparanmediadotcom https://www.instagram.com/p/CMj4CF4FyEo/?igshid=i2dbv6rx8rey
0 notes
niakurniatiginting · 3 years
Photo
Tumblr media
Tabarruk (التَبَرُّک) berasal dari kata barokah. Para ulama mendefinisikan barokah atau berkah sebagai Ziyadatul Khair yang artinya bertambah kebaikan dari Allah. Secara bahasa, Tabarruk adalah mencari berkah-ngalap berkah. Menurut Imam An-Nawawi, asal makna berkah adalah kebaikan yang banyak dan abadi. Tabarruk merupakan bagian dari bab Wasilah. Para Nabi dan sahabat juga mencari keberkahan lewat dari Allah 'Azza wa Jalla. Tabarruk telah dipraktikkan di zaman para Nabi dan juga masa Rasulullah صلى الله عليه وسلم. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ MasyaAllah 🌹🌹 #pameranartefakrasulullah #artefakrasulullah #artifakrasulullah #rasulullah #nabimuhammadsaw #peninggalannabi #jakarta #pecandusholawat #gubuksholawat #sholawat #sholawatnabi #habib#viral #fyp #tabarruk #berkah #rasul #sahabat #sahabatnabi #jubah #jubahrasulullah #sorbanrasulullahsaw #sorban https://www.instagram.com/p/CZRiOV4vBHq/?utm_medium=tumblr
3 notes · View notes
Text
Belajar Kegigihan dari Mush’ab Bin Umair
Mush’ab adalah sahabat yang ditunjuk Rasulullah sebagai pemegang panji perang (bannerman) pada perang Uhud.
Ketika pasukan muslimin terpecah akibat pasukan pemanah yang tidak taat pada komando Rasul, kaum musyrikin mulai menyerang Rasulullah secara brutal.
Namun, hanya beberapa sahabat yang maju melindungi Rasulullah.
Mush’ab datang dengan mengangkat panji perang bendera tauhid di tangan kanannya. Pasukan muslimin kembali bersemangat.
Namun seorang musyrikin mendatangi Mush’ab dan menebas tangan kanannya. Terputuslah tangan kanannya dan terlepaslah bendera tauhid tersebut.
Tak kenal kata menyerah, Mush’ab kembali meraih bendera tauhid tersebut dengan tangan kirinya.
Lalu musyrikin tersebut datang kembali dan menebas tangan kirinya sampai terputus.
Lagi-lagi Mush’ab menunjukkan kegigihannya dengan meraih bendera tersebut dan mendekapnya di antara dada dan pangkal tangan yang tersisa.
Kemudian anak panah merobohkannya, maka syahidlah Mush’ab dengan terhormat.
Mush’ab bin Umair mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah, meski ada banyak hambatan dan dengan keterbatasan yang dimiliki.
Teruslah berjuang dengan keyakinan bahwa semua akan berbalas ridha Allah.
0 notes
mardisahendra · 4 years
Photo
Tumblr media
Sahabat Inisiator, ⁣ ⁣ Pernahkah kamu merasakan posisi seperti yang disampaikan Umar bin Khattab di atas? Merasa bahwa sudah berusaha kita untuk menghindari sesuatu namun akhirnya sesuatu itu datang juga dan tak terelakkan?⁣ ⁣ Yuk sharing pengalamanmu di kolom komentar ya! ⁣ ⁣ ⁣ ⁣ Dan semoga, kita terus bisa belajar dari apa yang sudah terjadi ya!⁣ ⁣ semangat selalu, Sahabat Inisiator. Semoga keikhlasan & kebaikan selalu ada untuk kita! Amin⁣ ⁣ ⁣ ⁣ solusipeduli.org ⁣ ⁣ #quotes #sahabatnabi #UmarBinKhattab #motivasi #katabijak #katamotivasi #sunday #sundaymotivation #sundayvibes (di Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CFV7obYgHcm/?igshid=1rnzftpz55rlc
0 notes
Text
There was a Companion ‏ ‏رضي الله تعالى عنهwho said to Umar ‏ر��ي الله تعالى عنه, “I make salat without wudu and I love fitna.”
When Umar ‏رضي الله تعالى عنه reached for his stick, the Sahabi ‏رضي الله تعالى عنه said, “I make salat on the Prophet ﷺ without wudu, and I love my kids, and Allah ﷻ says: "Your wealth and kids are fitna."”
4 notes · View notes
agamasunni · 3 years
Text
Para Sahabat Nabi ﷺ Selalu Sami’na wa Atha’na Terhadap Segala Perintah Nabi ﷺ? Fakta Riwayat Sejarah Islam yang Asli, Jelang Wafat Baginda Nabi  ﷺ (BAGIAN KEDUA)
Tumblr media
PASTIKAN Anda sudah membaca temuan fakta kami di BAGIAN PERTAMA.
------------
KRONOLOGI JELANG WAFAT NABI MUHAMMAD ﷺ
HARI KAMIS Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan agar dibawakan alat tulis yang dengannya beliau ﷺ akan menuliskan (atau mendiktekan) sesuatu (semacam surat wasiat) yang isinya akan mencegah umat Islam dari ketersesatan selamanya, sepeninggal beliau ﷺ. 
Namun, keinginan beliau ﷺ tersebut ternyata tidak terlaksana, karena sebagian Sahabat terpengaruh perkataan ‘Umar bin Khatthab, dan sebagian Sahabat lagi tidak langsung membawakan alat tulis dan malah ribut berdebat dengan sebagian Sahabat yang pro-’Umar. BACA BAGIAN PERTAMA.
HARI JUM’AT Nabi Muhammad ﷺ kemudian membentuk pasukan perang terakhir untuk melawan Romawi, dan menunjuk Usamah bin Zayd, seorang Sahabat Nabi ﷺ yang usianya masih belasan tahun, sebagai panglima (pemimpin) perang, yang mana di dalamnya (di pasukan tersebut), terdapat para Sahabat senior seperti Abu Bakar, ‘Umar bin Khatthab, Abu Ubaydah bin al-Jarrah, dan lain-lain. 
SUMBER PERTAMA: Kitab Tarikh Dimasyq karya ‘ulama besar Sunni Ahlussunnah wal Jama’ah kelahiran 1106 dari Damaskus Syria bernama Ibnu 'Asakir, jilid 8, halaman 60, bab Usamah ibn Zayd ibn Haritsah
أخبرنا أبو بكر وجيه بن طاهر أنا أبو حامد الأزهري أنا أبو محمد المخلدي أنا المؤمل بن الحسن نا أحمد بن منصور نا أبو النضر هاشم بن القاسم نا عاصم بن محمد عن عبيد الله بن عمر عن نافع عن ابن عمر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم استعمل أسامة بن زيد على جيش فيهم أبو بكر وعمر
“Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Wajih bin Thahir yang berkata menceritakan kepada kami Abu Hamid al-Azhari yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad al-Makhlad yang berkata telah menceritakan kepada kami Muammal bin Hasan yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshur yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nadhr Hasyim bin Qasim yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Ashim bin Muhammad dari ‘Ubaydillah bin ‘Umar dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah ﷺ mengangkat Usamah bin Zayd sebagai panglima pasukan, yang di dalamnya terdapat Abu Bakar dan ‘Umar.” 
Seluruh perawi (nama-nama periwayat) di atsar di atas, shaduq (jujur) dan tsiqah (terpercaya), sehingga keseluruhan sanad (mata rantainya) berderajat jayyid (baik).
SUMBER KEDUA: Kitab Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, karya 'ulama besar Sunni Ahlussunnah wal Jama'ah asal Mesir kelahiran 1372 bernama Ibnu Hajar al-Asqalani, jilid 8, halaman 152, bagian Kitab al-Maghazi (Ekspedisi Militer), bab Pengangkatan Usamah bin Zayd oleh Nabi Muhammad ﷺ di Saat Sakit hingga Kewafatannya
وكان ممن انتدب مع أسامة كبار المهاجرين والأنصار منهم أبو بكر وعمر ، وأبو عبيدة ، وسعد ، وسعيد ، وقتادة بن النعمان ، وسلمة بن أسلم فتكلم في ذلك  
“Dan di antara yang ditugaskan untuk bergabung di pasukan Usamah adalah para Sahabat senior dari kalangan Muhajirin dan Anshar, di antaranya Abu Bakar, 'Umar (bin Khatthab), Abu Ubaydah (bin al-Jarrah), Sa'ad (bin Abi Waqqas), Sa'id (bin Ubadah al-Anshari), Qatadah bin Nu'man, Salamah bin Aslam. Mereka membicarakan tentang (pembentukan pasukan Usamah yang isinya para Sahabat senior) ini”.
Jika dicermati, tujuan utama Nabi Muhammad ﷺ membentuk Pasukan Usamah adalah untuk membalas kekalahan pasukan Islam pada Perang Mu’tah, yang mana dalam perang tersebut tiga Sahabat dekat Nabi ﷺ gugur, yaitu Ja'far bin Abi Thalib, kemudian ‘Abdullah bin Rawahah, dan Zayd bin Haritsah (ayah Usamah). 
Sehingga, bisa dikatakan, bahwa alasan Baginda Nabi ﷺ memilih Usamah sebagai panglima pasukan adalah karena ia memiliki keterkaitan erat dengan syahid-nya sang ayah di Perang Mu’tah. 
Namun setelah mencermati kejadian di Hari Kamis, bisa dianggap bahwa Nabi Muhammad ﷺ juga memiliki tujuan yang lain dari pembentukan pasukan tersebut. Yaitu, Nabi ﷺ hendak mengosongkan Madinah dari sebagian besar Sahabat senior.
------------
APAKAH PARA SAHABAT SENIOR TERSEBUT, SAMI’NA WA ATHA’NA, PATUH, TA’AT, SENANG, GEMBIRA, IKHLAS, DENGAN KEPUTUSAN NABI MUHAMMAD ﷺ YANG MENGANGKAT USAMAH BIN ZAYD (YANG MASIH REMAJA), SEBAGAI PANGLIMA PERANG, MENJADI PEMIMPIN PARA SAHABAT SENIOR SEKELAS ABU BAKAR & ‘UMAR?
Jawabannya... ada di kitab hadits paling shahih setelah Al-Qur’an, kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
FAKTA PERTAMA: Riwayat shahih kitab hadits Shahih al-Bukhari 6.627, bagian Kitab al-Iman wan Nudzur, bab Pernyataan Rasulullah ﷺ. Juga di Shahih al-Bukhari 7.187, bagian Kitab al-Ahkam, bab Man Lam Yaktarits bi Tha'ni Man La Ya'lam fil Amara-i Haditsan
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بَعْثًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ، فَطَعَنَ بَعْضُ النَّاسِ فِي إِمْرَتِهِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ‏ "‏ إِنْ كُنْتُمْ تَطْعَنُونَ فِي إِمْرَتِهِ فَقَدْ كُنْتُمْ تَطْعَنُونَ، فِي إِمْرَةِ أَبِيهِ مِنْ قَبْلُ، وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ لَخَلِيقًا لِلإِمَارَةِ، وَإِنْ كَانَ لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَىَّ، وَإِنَّ هَذَا لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَىَّ بَعْدَهُ ‏"‏‏.
Menceritakan kepada kami Qutaybah bin Sa'id, dari Isma'il bin Ja'far, dari 'Abdullah bin Dinar, dari Ibnu 'Umar, yang berkata: "Rasulullah ﷺ membentuk pasukan dan mengangkat Usamah bin Zayd sebagai panglima pemimpin tertingginya. Beberapa Sahabat mengkritik keras kepemimpinan Usamah sebagai komandan perang pasukan tersebut. Maka berdirilah Rasulullah ﷺ dan beliau ﷺ bersabda: "Jika kalian mencela (mengkritik) kepemimpinan Usamah (yang aku pilih), maka kalian pun sebelumnya sudah pernah mengkritik kepemimpinan ayahnya (yakni Zayd bin Haritsah di Perang Mu'tah). Akan tetapi demi Allah, dia (Zayd bin Haritsah) sangat layak memegang posisi komandan perang (di Perang Mu'tah), dan dia (Zayd bin Haritsah) termasuk salah satu orang yang paling aku cintai, dan sekarang adalah ini (Usamah, putera Zayd bin Haritsah), adalah salah satu orang yang paling aku cintai setelah Zayd bin Haritsah"
LUAR BIASA...
Ternyata bukan kali itu saja sebagian Sahabat senior tersebut mengkritik keputusan Rasulullah ﷺ dalam penunjukkan siapa yang menjadi komandan perang. 
Ternyata di perang sebelumnya pun, Perang Mu’tah, sebagian Sahabat senior tersebut mengkritik keputusan Rasulullah ﷺ dalam penunjukkan Zayd bin Haritsah yang waktu itu hampir genap berusia 50 tahun.
Kita bisa sedikit menerima, jika sebagian Sahabat tersebut tidak terima jika dipimpin oleh Usamah bin Zayd yang masih berusia belasan tahun (sebagai komandan perang), dan ini menyinggung ego senioritas. Kita bisa mengerti dari sudut ini.
Akan tetapi, ternyata ketika sebelumnya yang Rasulullah ﷺ pilih adalah seorang laki-laki yang sudah dewasa sekelas Zayd bin Haritsah pun, nyatanya sebagian Sahabat senior tersebut sama saja, yakni pernah mengkritik keputusan Rasulullah ﷺ dalam pengangkatan Zayd bin Haritsah sebagai komandan perang!
Artinya, sebagian Sahabat senior tersebut memang tidak suka dengan keputusan Rasulullah!
Ke mana itu “sami’na wa atha’na” (kami mendengar dan kami ta’at)?
Ternyata cuma hoax dan bullshit! Alias karangan omong-kosong, alias bualan yang bohong dan dusta, dari para ‘ulama Sunni!
Kami berlepas diri dari kebohongan para ‘ulama Sunni, bahwa para Sahabat dilukiskan selalu “sami’na wa atha’na (patuh mendengar dan taat)” terhadap segala perintah Baginda Nabi ﷺ
FAKTA KEDUA: Riwayat shahih kitab hadits Shahih Muslim 2.426, bagian Kitab Fadha'il Sahabah, bab Keutamaan Zayd bin Haritsah dan Puteranya, Usamah bin Zayd
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ، وَابْنُ، حُجْرٍ قَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا وَقَالَ الآخَرُونَ، حَدَّثَنَا - إِسْمَاعِيلُ، - يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ - عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ، يَقُولُ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بَعْثًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ فَطَعَنَ النَّاسُ فِي إِمْرَتِهِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ ‏ "‏ إِنْ تَطْعَنُوا فِي إِمْرَتِهِ فَقَدْ كُنْتُمْ تَطْعَنُونَ فِي إِمْرَةِ أَبِيهِ مِنْ قَبْلُ وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كَانَ لَخَلِيقًا لِلإِمْرَةِ وَإِنْ كَانَ لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَىَّ وَإِنَّ هَذَا لَمِنْ أَحَبِّ النَّاسِ إِلَىَّ بَعْدَهُ ‏"‏ ‏.‏
Menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, dan Yahya bin Ayyub, dan Qutaybah, dan Ibnu Hujr, yang berkata, Yahya bin Yahya, mengabarkan kepada kami, dan berkata, menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far, dari 'Abdullah bin Dinar, bahwasanya ia mendengar Ibnu 'Umar berkata:
Rasulullah ﷺ mengirim pasukan dan menunjuk Usamah bin Zayd sebagai komandan perang. Para Sahabat menentang perintah Usamah, dan Rasulullah ﷺ pun berdiri dan bersabda:
“Kalian menentang perintahnya, dan sebelum ini pun kalian menentang perintah ayahnya (Zayd bin Haritsah). Demi Allah, ia layak untuk menjadi komandan perang dan ia termasuk salah satu orang yang paling aku cintai. Perhatikanlah! Dia (Usamah) adalah salah satu orang yang paling aku cintai".
YA ALLAH...
Kenapa para ‘ulama kami, guru-guru agama Islam kami, tega membohongi kami sejak kecil, dengan bualan dongeng omong-kosong bahwa seluruh Sahabat selalu “sami’na wa atha’na” terhadap segala perintah Nabi ﷺ?
Jika guru-guru dan ‘ulama kami tersebut sengaja berdusta, padahal mereka mengetahui kebenaran fakta riwayat shahih di atas, maka keputusan ada di tangan-Mu, Ya Allah Yang Maha Adil!
Namun kepada guru-guru dan ‘ulama kami yang memang tidak tahu-menahu riwayat shahih di atas, dan menjadi korban kedustaan dari guru-gurunya juga, maka ampunilah dan sayangilah mereka. Dan ampuni kami juga.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad.
0 notes