Bahwa dari hidup yang gelap sunyi, kamu mendistraksi dalam cahaya dan bunyi. Menatap cakrawala berjuta rasa, bunga abadi terpatri dalam jiwa. Terimakasih sudah hadir ke duniaku yang sementara, cinta. Mari menari bersama fana, suka, pesta, cinta, dan asmara; hanya berdua, seakan hidup selamanya.
Takut ya? Lebih menakutkan daripada bertahun yang lalu? Saat mimpi dibenturkan sama realita dewasa, bekerja dari pagi hingga petang, bahkan kadang jarang pulang. Harus membiayai diri sendiri, sebagian yang lain ikut membiayai keluarga, adik-adik, bahkan saudara jaug. Saat tanggungan diri seolah-olah hanya bertumpu pada diri kita. Mimpi kita terasa semakin tak nyata, jauh tak tergapai. Takut untuk mengubah lajur hidup, karena penuh ketidakpastian. Takut mengubah arah, karena takut ditertawakan.
"Buat apa susah-susah ke sana, padahal yang sekarang sudah pasti. Cari yang pasti-pasti saja!" Ujar mereka.
Aku tahu hatiku bilang apa, tapi otakku tak bisa menerima. Bahwa hidup yang sementara ini, jangan hanya memikirkan diri sendiri, katanya. Tapi hatiku bilang, kalau tidak bahagia, tiada ketenangan, buat apa dipertahankan?
Aku ingin sekali mengikuti kata hatiku. Tapi aku sangat takut tak bisa membeli makan besok. Takut tak bisa hidup nyaman. Takut sekali seperti tak bertuhan. Astaghfirullah hal adzim.
Kalau aku meniliki diriku berpuluh tahun lalu, aku tak sebahagia itu. Apakah aku bisa hidup dengan pilihanku? Apakah aku bisa menjalani hidup ini tanpa harus berpikir materialistik? Ya Allah, anugerahkan kepadaku rasa cukup, anugerahkan kepadaku keberanian. Anugerahkan kepadaku rasa aman. Bahwa menjadi hambamu, aku tahu takkan Kau biarkan kekurangan, takkan kau biarkan tersesat di jalan.
Sebagaimana Engkau anugerahkan kepadaku saat aku kecil dulu, untuk berani bermimpi, mudah bahagia, dan tak melihat dunia ini dari sudut pandang uang. Sehingga aku merasa sangat berkecukupan :)
(c)kurniawangunadi
Semua terjadi begitu cepat, dan kita tidak bisa mengelak.
Terdiam dan membeku, mematung dan membisu.
Sesuatu tersebut datang tanpa diduga dan disangka,
Mengorek luka lama kita,
Yang membuat kita kaget, sedih, marah, dan kecewa.
Dan saat itu, pikiran jahat dan kalut memenuhi pikiranmu.
Moodmu langsung hancur tak karuan,
Suasana hatimu berat penuh beban.
Dan kamu merasa bodoh, dimanfaatkan, dan terkhianati oleh hal yang selama ini kamu perjuangkan.
Kamu merasa ditinggalkan, hilang harapan, dan sakit yang tak tertahankan.
And, it's not easy to overcome that feeling especially since you heard that from someone you know can be loved and trusted, and you just got caught in rollercoaster emotions.
Pada akhirnya, ketika sudah menjauh dari keramaian, pergi ke tempat aman, dan berkontemplasi, kamu tersadar bahwa kamu gak bisa mengendalikan semua hal, terutama kata dan pikiran orang lain (meskipun itu dari orang terdekat kamu sendiri)
Dan yaa, pada akhirnya yang bisa kamu lakukan adalah mengendalikan reaksi serta ekspektasimu.
You just accept it like a man. Caught the bullet, stopped the bleeding, and tried to live again, because life won't stop and wait for you whatever you feel at the moment
So yeah you just need to get up, dress up, show up, and never give up.
Well, it's easier said than done, right?
Nevertheless, there's always a new blank page tomorrow, right?
Let's move on and live in the moment.
#################################
Yeah. I also hate myself when I can't let go of my ego because I value my relationship more than anything. What a stupid people pleaser.
Luka-luka yang membuat kita tak lagi percaya pada manusia,
Dan luka-luka yang menghalangi kita berkarya, dan bersinar seperti sedia kala.
Pada akhirnya,
Kamu tenggelam dalam nestapa,
Kamu terbelenggu dalam peristiwa,
Dan yang paling gila,
Kamu akhirnya kehilangan dunia.
Sudah, kawan.
Sudahi semua prasangka,
Sudahi malam yang duka,
Sudahi semua derita.
Duniamu akan baik saja,
Doa semesta kan menjaga.
Hujan kan tiba,
Melahirkan pelangi.
Luka akan hilang,
Perlahan terobati.
#################################
Bagi yang kehilangan, semoga segera menemukan,
"Yakinlah bahwa ada sesuatu yang menunggumu setelah semua kesabaran, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
-Ali bin Abi Thalib
#################################
[Ditulis oleh seorang insan yang pernah merasakan jiwanya berserakan, hatinya dihancurkan, hampir memasuki kegilaan, namun berakhir menemukan ketenangan dan tujuan.]
Beberapa hal yang dipikirkan laki-laki (dalam hal ini aku), dan mungkin lelaki di sekitarmu juga sama :
Apa yang diinginkan oleh perempuannya, hal yang kemudian di ucapkan, itu bakal bikin lelaki kepikiran terus. Kalau ia belum kunjung berhasil mewujudkannya, rasanya itu kayak beban karena merasa ingin sekali mewujudkan itu.
Takut sekali kehilangan pekerjaan, sebenarnya lebih kepada kemampuan untuk memberi nafkah. Entah karena kehilangan pekerjaan atau kemampuan untuk bekerja sehingga membebani perempuannya untuk ikut bekerja atau bahkan menanggungnya. Itu runtuh-tuh harga dirinya, kepercayaan dirinya.
Kesulitan untuk menerjemahkan apa yang dirasa oleh perempuannya karena mungkin emang dari sananya laki-laki begitu, dan perempuan begitu, memulai hard-conversation bukanlah hal yang mudah bagi laki-laki, karena takut melukai perempuannya.聽
Meninggal duluan tapi tidak meninggalkan apapun di dunia yang bisa membuat hidup perempuan dan anak-anaknya cukup bahagia dan terjamin secara materi, tidak harus bersusah payah. Kelihatannya duniawi sekali, tapi memang kepikiran.
Coba nanti sesekali tanyakan kepada lelakimu, apa yang dia khawatirkan saat itu, saat bersamamu, saat hidup yang sebentar ini ingin ia wujudkan yang terbaik buatmu. Redakan rasa khawatirnya dengan rasa syukur dan cukup, cukup untuk kalian berdua.
-kurniawangunadi
Bertumbuhnya diri, semakin sadar bahwa memiliki pikiran yang buruk apalagi terus dipelihara adalah hal yang paling merungsingkan. Selain membebani diri, gara-gara pikiran buruk tersebut bisa menghambat laju diri, merusak relasi, dan banyak hal lainnya yang tanpa disadari telah membuat diri semakin jauh dari tujuan sebab mudah teralihkan.聽
Kayak rasanya negatif terus. Ketika melihat orang lain yang usia sepantara tapi banyak lebihnya, nggak suka. Sebab banyak tidak sukanya hingga mengajak orang disekitarnya untuk juga tidak suka pada apa yang kita tidak sukai. Rasanya, bagaimana mungkin bisa hidup tenang jika pikiran buruk itu terus kita beri makan?
Semakin bertambahnya usia, rasanya diri semakin yakin dan percaya dengan apa yang dijalani dan dipikirkan. Tapi, bagaimana jika apa yang dipikirkan itu adalah tumpukan kekecewaan, kekhawatiran, ketakutan, yang menggunung menjadi satu dari lama yang akhirnya membentuk cara pandang kita?聽
Bagaimana jika semua yang kita pikirkan inilah yang membuat hidup kita tak beranjak ke mana-mana, karena kita terjebak dalam dimensi yang kita buat sendiri, dunia yang hanya kita yang benar, dan dunia yang tak mau diusik orang lain tapi kita sering mengusik orang lain dengan pikiran kita?
Jauh sekali rasanya tenang itu ya?
漏kurniawangunadi
Mungkin kau takkan pernah tahu, betapa mudahnya kau tuk dikagumi.
Mungkin kau takkan pernah sadar, betapa mudahnya kau tuk dicintai.
"Dikagumi" dan "dicintai", adalah dua kata yang menggambarkan insting seorang manusia.
Sebagian orang sangat menginginkannya, dan sebagian orang siap mati karenanya.
Dan bagi orang kebanyakan, selalu ada satu sosok spesial yang dia "kagumi", bahkan dia "cintai".
Sosok tersebut selalu hidup sebagai "spotlight" orang yang bersangkutan. Dan bagi mereka, perasaan ini adalah segalanya.
Perasaan ini membuat mereka tetap hidup, dan menjalani kehidupan.
Sebagai seorang Pemuja Rahasia professional, saya cuma ingin mengatakan terimakasih, atas hadirnya sosok kalian dalam segala relung kehidupan.
Terimakasih sudah hadir, hidup, dan membawa nafas dalam kehidupan.
Izinkan aku tetap menikmati indahmu, memujamu, dan merindukanmu dalam sisi gelapku. Dan izinkan aku, untuk selalu menyisipkan namamu di dalam doa-doaku.
#################################
"Dan biarkan aku jadi pemujamu, jangan hiraukan perasaan hatiku. Tenanglah, tenang, pujaan hatiku, sayang, aku takkan sampai hati bila menyentuhmu."