Tumgik
sajakdibaliksenja · 4 years
Text
Ubi Rebus Rasa Corona
Tawaran ubi rebus oleh pengurus mesjid sangat sulit untuk dilewatkan, bukan karena perut keroncongan diwaktu ashar, tapi keutamaan duduk bersama menjalin silaturahmi yang sulit ditolak.
Ubi rebus yang tersaji sebagai pembuka obrolan, rekan kantor yang notabene jauh lebih tua mulai menceritakan masa-masa kecilnya tentang sulitnya masa lalu yang menjadikan ubi sebagai makanan pokok, makan nasi pakai garam dan minyak goreng, ada yang cerita makan nasi campur tumbukan bawang merah yang telah dibakar, ada juga yang cerita makan nangka pakai lauk nangka, nah bingungkan lu 😂
Berangkat dari pembicaraan ringan tentang ubi rebus, pembahasan melebar ke topik-topik bencana alam yang sedang viral di masamba serta isu-isu di masyarakat mengenai petugas medis dimasa covid.
Kemarin, salah seorang Medical Student  (identitas dirahasiakan) direct message berita ke Instagram saya tentang opini-opini dimasyarakat terkait covid, saya harap semoga dia tidak terjerat UU ITE tentang penyebaran kebencian hhehe
Saya mengutip beberapa judul artikel yang dia kirimkan, “Ada Rumah Sakit sengaja bikin pasien psitif Corona demi bantuan Rp. 90 Juta” (suara.com)
“DPR ke Menkes Terawan: Ada RS sengaja bikin pasien posiitif corona demi intensif” (kumparan)
Pembahasan kali ini cukup berat, jadi bingung euy mau bahas dari mana.
Bismillah, karena isu yang diagkat terkait kurangnya kepercayaan masyarakat kepada petugas medis yang disagkut pautkan anggaran, dana, uang, money, fulus. ayo kita cari tau dulu berapa sih anggaran untuk penanganan pandemi virus corona (Covid-19) dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) ?
Kompas.com merilis berita, Sabtu, 20 Juni 2020 dengan judul “Kemenkeu tegaskan anggaran Penanganan Covid-19 Rp.695,2 Trilliun”. 
wahh pantas saja banyak pasien positif, anggaran sebanyak itu ! 
eits tunggu dulu sob, jangan mengambil kesimpulan dari judulnya.
Pertanyaannya,“ Apakah Rp.695,2 T semua anggaran kesehatan ? ” Jawabannya, tidak ! Anggaran tersebut terbagi-bagi :
Perlindungan Sosial = Rp.203,9 Trilliun 
UMKM = Rp. 123.46 Trilliun 
Insentif Usaha =  Rp.120,61 Trilliun  
Dukungan sektoral K/L dan Pemda = Rp.106,11 Trilliun  
Anggaran Kesehatan = Rp.87,55 Trilliun.
Pembiayaan Korporasi = Rp.53,57 Trilliun 
Dari data diatas kita bisa mengetahui bahwa anggaran  kesehatan masuk urutan dua terkecil setelah Pembiayaan korporasi. 
yahh walaupun dua terkecil, kan tetap saja Rp.87,55 Trilliun, itu kan gede kak
Benar juga sih Rp. 87,55 T sangat banyak apalagi kalau di pakai beli “skin mobile lagend” hhehe, namun dari anggaran tersebut terbagi lagi menjadi tiga kluster 
BNPB Rp.3,5 Triliun 
Tambahan belanja stimulus sebesar Rp 75 Triliun. (Anggaran itu untuk insentif tenaga kesehatan, santunan kematian tenaga kesehatan, bantuan iuran BPJS Kesehatan, dan belanja penanganan kesehatan lainnya.) 
Insentif perpajakan sebesar Rp 9,05 triliun
Nominal Rp.75 Triliun itu masih besar kak !
Sangat tepat, memang nominal segitu masih besar, tapi coba kita lihat dari sisi lain, Ingatkah anda saat awal-awal pandemi, petugas medis harus tetap melaksanakan tugas ditengah keterbatasan APD ? Relakah anda terpisah dengan keluarga berbulan-bulan, berkomunikasi hanya melalui chat atau video call, menjenguk keluarga yang terpisah sekat kaca,  Mampukah kita menahan buang air, memakai masker berlapis-lapis dan full APD selama berjam-jam ? Tahukah anda jumlah petugas medis, dokter-dokter yang terpapar penyakit bahkan gugur saat melaksanakan tugas ?  Jika hanya materil yang menjadi fokus utama, apalah arti pengorbanan yang telah mereka lakukan ?
Kalaupun ada beberapa oknum dokter atau instansi kesehatan yang “nakal”, ayo kita sama-sama mengawasi tentunya dengan fakta dan tidak “termakan” berita-berita kebencian yang mudah disebarkan namun tidak mudah dipertanggung jawabkan kebenarannya. 
Karena nanti akan ada masanya kamu akan dimintai pertanggung jawaban  atas perilaku dan prasangkamu terhadap orang lain bukan perilaku dan prasangka orang lain terhadapmu.
Ayo saling menguatkan, sampai senyum tidak lagi tertutup masker, bersatulah sampai shaf-shaf shalat kembali lagi dirapatkan. bersabarlah sampai jabat tangan, rangkulan dan pelukan tak lagi terpisah 1,5 meter.
Terima kasih petugas medis, 
Terima kasih masyarakat Indonesia :)
1 note · View note
sajakdibaliksenja · 4 years
Text
Sampai Jumpa ....
Tumblr media
Tepat seminggu usai gema Takbir 1 Syawal 1441 H berkumandang, bulan Ramadhan telah berlalu, beribadah di tengah terbatasnya ruang gerak saat pandemi covid menciptakan suasana ramadhan kali ini cukup berbeda, tidak ada lagi acara buka bersama, kajian ilmu, dan itikaf di masjid, bahkan untuk shalat fardhu banyak masjid yang tidak lagi melaksanakan secara berjamaah, foto tersebut adalah gambaran suasana shalat magrib di Masjid An Nur Baddoka saat bulan ramadhan, begitu pula ketika shalat isya dan taraweh, lampu masjid sengaja dimatikan dan jamaah diperuntukkan bagi masyarakat setempat agar terhindar dari memuncaknya jumlah jamaah.
Tumblr media
Dokumentasi itu sebagai pengingat ramadhan tidak akan menunggumu, iya akan terus berlalu maka ketika bersamanya janganlah biarkan dia berlalu begitu saja.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadhan."
0 notes
sajakdibaliksenja · 4 years
Text
Qunut Nazilah
Penetapan 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada hari Jumat,  24 April 2020. Keputusan tersebut berdasarkan sidang isbat yang dilaksanakan pada 23/04/2020 sore dan dipimpin oleh Menteri Agama Fahrul Razi. Keputusan sidang isbat tersebut berdasarkan perhitungan hisab dan pemantauan hilal yang dilakukan sebanyak 82 titik di Indonesia.
Adanya pandemi covid19 di awal ramadhan ini mempengaruhi semarak ramadhan terlebih awal ramadhan tahun ini jatuh pada hari jumat. Pelaksanaan shalat jumat di salah satu mesjid kota makassar penuh isak tangis imam dan jamaah, hal tersebut terjadi pada rakaat kedua ketika imam melakukan qunut nazilah.
Qunut bermakna doa dan Nazilah bermakna musibah besar yang menimpa manusia seperti diserang musuh, kekeringan, pandemi (wabah penyakit) bahaya besar yang menimpa kaum muslimin dan semisalnya.
Peristiwa pembantaian dan pembunuhan 70 orang ahli quran terjadi di Bir Maunah merupakan awal mula Rasulullah SAW melakukan qunut nazilah.
Pada tahun 4 Hijriah bulan shafar, utusan suku adhal dan al qarah datang menemui Rasulullah dan meminta diutusnya sahabat untuk mengajarkan agama islam. Rasulullah mengutus 10 orang sahabat namun dalam riwayat lain menyebutkan 6 orang sahabat yang dipimpin Ashim Bin Tsabit
Ketika sahabat sampai di desa Ar - Raji, 100 orang pemanah dari suku Bani Lahyan mengepung utusan Rasul dan berjanji tidak akan membunuh apabila para sahabat menyerah, hal tersebut merupakan diinisiasi oleh suku adhal dan al qarah, namun Ashim Bin Tsabit dan beberapa sahabat menolak untuk menyerah kemudian mereka langsung dieksekusi mati di tempat. 3 orang sahabat yang menyerah kemudian di jual ke pasar budak di Mekkah. pada akhirnya mereka juga dibunuh oleh tuan-tuan yang membelinya.
Tidak lama berselang peristiwa itu, datang seorang pimpinan suku bani amir menemui Rasulullah dan meminta diutusnya para sahabat untuk mendakwahkan islam kepada sukunya, semula Nabi Muhammad khawatir terjadi lagi penghianatan kepada sahabat-sahabatnya. namum pimpinan suku amir meyakinkan dan siap memberikan jaminan perlindungan. Kemudian Nabi mengutus 70 orang ahli quran. singkat cerita ketika sampai di Bir Maunah para sahabat di bantai, seluruhnya tewas dibunuh, tersisa satu orang yang selamat bernama Amir Bin Umayyah Ad-Dhamiri dalam riwayat lain bernama Muhammad Bin Uqab kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad, peristiwa tersebut meninggalkan duka yang dalam terlebih lagi kejadian itu terjadi pada awal dakwah, Nabi Muhammad berdoa memohon kepada Allah untuk menghukum orang-orang tersebut.
1 bulan Nabi Muhammad melakukan qunut nazilah pada shalat dzuhur, ashar, magrib, isya dan subhu secara terus menerus, kemudian turunlah surah al imran ayat 128 - 129
لَيْسَ لَكَ مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَٰلِمُونَ 
Arab-Latin: Laisa laka minal-amri syai`un au yatụba 'alaihim au yu'ażżibahum fa innahum ẓālimụn 
Terjemah Arti: Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
128. Tatkala Rasulullah mendoakan agar para pemimpin orang-orang musyrik binasa setelah apa yang mereka lakukan dalam perang Uhud, Allah berfirman kepadanya, “Engkau tidak berhak mengatur urusan mereka, karena itu adalah urusan Allah. Maka bersabarlah sampai Allah memberikan keputusan di antara kalian, atau membimbing mereka untuk bertaubat dan memeluk agama Islam, atau mereka terus mempertahankan kekafiran sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka, karena mereka adalah orang-orang zalim yang pantas mendapatkan azab.”
وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ يَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 
Arab-Latin: Wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, yagfiru limay yasyā`u wa yu'ażżibu may yasyā`, wallāhu gafụrur raḥīm 
Terjemah Arti: Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maka mulai saat itu nabi mengajarkan untuk berdoa dengan kalimat-kalimat yang baik dan indah
للّٰهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضٰى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ
مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Arab latin: Allahhummahdinii fiiman hadait, wa'a finii fiman 'aafait, wa tawallanii fiiman tawal-laiit, wa baarik lii fiimaa a'thait, wa qinii syarra maa qadhait.
Fainnaka taqdhii walaa yuqdha 'alaik, wa innahu laayadzilu man walait, wa laa ya'izzu man 'aadait, tabaa rakta rabbanaa wata'aalait.
Falakalhamdu 'alaa maaqadhait, Astaghfiruka wa'atuubu ilaik, Wasallallahu 'ala Sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi. Wa'alaa aalihi washahbihi wasallam.
Artinya: Ya Allah tunjukkanlah padaku sebagaimana pada mereka yang telah Engkau beri petunjuk, dan berilah padaku pengampunan sebagaimana pada mereka yang Engkau beri ampun, dan peliharalah aku sebagaimana pada mereka yang Engkau pelihara, dan berilah padaku keberkatan sebagaimana yang telah Engkau karuniakan pada merek, dan selamatkan aku dari mara bahaya yang telah Engkau tentukan.
0 notes
sajakdibaliksenja · 4 years
Text
Dalam satu tahun terdapat bulan yang istimewa yaitu bulan ramadhan, dalam satu bulan terdapat hari yang istimewa yaitu hari jumat. Pekan ke 4 setelah Majelis Ulama Indonesia memberikan fatwa agar tidak dilaksanakan shalat jumat secara berjamaah terutama daerah yang termasuk zona merah covid-19 dan menggantinya dengan shalat dzuhur di rumah. Hal tersebut merupakan salah satu langkah pemerintah dalam pengendalian penyebaran virus corona (covid-19) di Indonesia.
Makassar merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam Zona Merah Covid-19, oleh karena itu banyak mesjid yang tidak lagi melaksanakan shalat jumat secara berjamaah, namun tidak semua mesjid di kota makassar tutup, masih ada beberapa mesjid yang tetap melaksanakan shalat jumat, salah satunya mesjid Amirul Mu'minin yang terletak di kecamatan manggala. Meskipun mesjid itu tetap melaksanakan shalat jumat secara berjamaah namun pelaksanaannya tetap mengikuti protokol kesehatan untuk umat muslim yaitu dengan menghimbau jamaah membawa sajadah sendiri, menggunakan masker dan merenggangkan shaf ketika shalat.
Ada yang berbeda dengan dengan shalat jumat pekan ini, penyampaian laporan kas mesjid, ceramah jumat dan pelaksanaan shalat hanya menggunakan pengeras suara dalam mesjid sehingga tidak kedengaran bagi orang yang di luar mesjid. Kebijakan tersebut telah di sampaikan oleh pengurus mesjid pada pekan sebelumnya.
Berdasarkan hasil rapat pengurus mesjid, pada pekan depan mesjid Amirul Mu'minin tetap melaksanakan shalat jumat namun tidak menggunakan pengeras suara.
Seketika terbanyang di benakku zaman awal penyebaran agama Islam, ketika Rasulullah SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi (sirriyah), zaman ketika muslimin mengaji dilakukan dengan suara yang pelan seperti suara "tawon dalam sarang" #istilah Ustadz Abdul Somad
Rasulullah pernah berdoa ke pada Allah agar di berikan hidayah islam kepada 2 Umar.
Yaitu Amru Bin Hisyam atau yang dikenal Abu Jahal dan Umar Bin Khattab. Setelah masuknya Umar Bin Khattab ke dalam Islam dan turunnya wahyu, itulah pertama kali dakwah dilakukan secara terang-terangan. Insya Allah nanti akan ada tulisan khusus tentang kisah Umar Bin Khattab.
Adanya pandemi covid-19 ini merupakan momentum yang sangat baik untuk kita mengintropeksi diri, Hari ini 17/04/2020 (23 Sya'ban 1441 H) jumat terakhir sebelum datangnya bulan suci ramadhan, bulan yang istimewa, bulan yang penuh akan rahmat dan ampunan. penulis meyakini betapa banyaknya muslimin yang merindukan bulan ramadhan, suasana hangat berbuka puasa, shalat taraweh, sahur, mendengarkan kajian, tadarusan dan berbagai rutinitas biasa yang terasa istimewa.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allâhumma bârik lanâ fî Rajaba wa Sya‘bâna wa ballighnâ Ramadhânâ
Artinya, “Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadhan.”
Semoga kita senantiasa diberikan keimanan, kesehatan agar dapat dipertemukan dengan bulan ramadhan dan menyambut dengan penuh gembira dengan ucapan "Marhaban Yaa Ramadhan"
0 notes
sajakdibaliksenja · 4 years
Text
Dan sungguh kami akan mengujimu dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan, Dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji' uun"
Q.S. Al Baqarah [2] : 155-156
0 notes
sajakdibaliksenja · 4 years
Quote
Jika ilmu ibarat hewan buruan, maka ikatlah dengan tulisan, suatu kebodohan apabila orang yang telah mendapatkan hewan buruan namun membiarkannya lepas begitu saja
anonim
0 notes