Tumgik
sanggardigang-blog · 12 years
Text
About SENAWANGI ....
Indonesia memiliki berbagai jenis wayang, baik yang klasik maupun kreasi baru. Tidak kurang dari seratus jenis wayang tersebar diseluruh Nusantara. Banyak wayang yang mampu terus berkembang, namun ada pula yang mengalami kesulitan. Memang wayang menghadapi tantangan yang tidak ringan, sekarang dan dimasa-masa mendatang. Tantangan mendasar yang dihadapi dunia pewayangan adalah melemahnya apresiasi masyarakat terutama generasi muda. Oleh karena itu wayang harus bergerak semakin dinamis mengantisipasi perkembangan jaman. Kualitas wayang dan seni pedalangan terus ditingkatkan. Semua potensi yang terkait dengan wayng dikoordinasikan sehingga menjadi kekuatan yang sinergis untuk melestarikan dan mengembangkan wayang.
Tumblr media
Untuk melestarikan serta mengembangkan wayang, maka didirikan sebuah organisasi budaya yaitu SENA WANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia) pada 12 Agustus 1975. SENA WANGI yang berkedudukan di Jakarta mengemban tugas untuk mengkoordinasikan berbagai kegiatan pelestarian dan pengembangan wayang serta seni pedalangan Indonesia. Beranggotakan berbagai organisasi pewayangan dan pedalangan, berbagai lembaga pendidikan pewayangan, seniman, budayawan, serta tokoh masyarakat. SENA WANGI adalah sebuah lembaga masyarakat yang mandiri dan berusaha mengembangkan wayang untuk menjadi salah satu kekuatan kebudayaan nasional.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Bharatayudha : Burisrawa Gugur (Eps. Timpalan)
Tumblr media
Prabu Matswapati Tanya kepada Raden Wrekudara bagaimana dalam menghadapi Prabu Partipa, Raden Wrekudara bilang bahwa Prabu Pratipa sudah gugur beserta gajahnya Kyai Jayamaruta. Belum nyampai selesai dalam berbicara, Patih Udakawara datang, melaporkan bahwa Ngastina sudah ada senopati lagi yaitu raden Harya Burisrawa dan Senopati Pendamping Raden Windandini.
Prabu Matswapati minta petunjuk kepada Prabu Kresna, siapa tandingannya, tiada lain adalah raden Harya Sencaki Romo Prabu. Sebetulnya Raden Harya Wrekudara tidak setuju bila Raden Harya Sencaki yang mnejadi tandingannya. Sebaiknya saya saja, karena yang sama-sama tingginya, perkasanya. Tetapi Bathara Kresna tetap menunjuk Raden Harya Sencaki, karena sebelumnya keduanya sudah ada perjanjian, bila Baratayuda terjadi akan saling ketemu sebagai tandingannya. Akhirnya Raden Wrekudara setuju tapi dengan satu syarat asalkan kuat menerima lemparan gada dari Raden Wrekudara.
Akhirnya antara Raden Wrekudara dengan Raden Harya Sencaki terjadi lempar-lemparan gada. Raden Harya Sencaki dinilai kuat menerima lemparan gada dari Harya Wrekudara dan kuat melempar, akhirnya Raden Harya Wrekudara setuju bila sebagai tandingannya Raden Burisrawa Raden Sencaki. Setelah minta do’a restu kepada Prabu Matswapati dan yang hadir, Raden Harya Sencaki segera berangkat ke medan perang.
Dari kejauhan sudah terdengar tantangan-tantangan dari prajurit-prajurit Ngastina, raden Janaka yang kadang masih lupa ingatannya karena masih sedih akibat kematian abimanyu, ketemu dengan Senopati Pendamping Raden Windandini, terjadi pertempuran, sama-sama kuatnya, tetapi Raden Janaka melepaskan Jemparing, gugurlah Raden Windandini.
Raden Sencaki sudah saling menyapa dengan Raden Harya Burisrawa. Sama-sama puasnya bisa ketemu untuk bertanding sesuai dengan janjinya.
Terjadi pertempuran sengit, Raden Sencaki semakin lama semakin menurun staminanya, kewalahan menghadapi keerkasaannya Raden Burisrawa.
Prabu Bathara Kresna melihat Adindan Raden Harya Sencaki kerepotan dalam menghadapi musuh, lalu memerintahkan kepada Raden Janaka supaya Njemparing rambut yang dipegangnya, tapi rambut yang dipegang sejajar dengan lehernya Raden Burisrawa.
Akhirnya Raden Janaka melepaskan jemparing pasopati, karena Raden Janaka kadang masih lupa ingatan, jemparing meleset kena pinggir tidak kena tengah-tengah, rambut tatas putus bablas mengenai bau Raden Burisrawa sampai timpal, maka tema ini juga disebut TIMPALAN.
Sesudah Raden Burisrawa kena pasopati, Raden Sencaki melepaskan jemparing kena lehernya Raden burisrawa sampai putus, akhirnya gugur di palagan Raden Burisrawa.
Raden Sencaki besar kepala karena bisa membunuh Raden Burisrawa akhirnya sombong tidak tahunya pada waktu Raden Sencaki kerepotan dalam perang telah dilepasi pasopati oleh Raden Janaka, yang membuat Raden Burisrawa lemah karena timpal baunya. Lalu Raden Sencaki mudah keluar dari cengkraman musuh akhirnya melepaskan jemparing sampai gugur Raden Burisrawa terkena lehernya. Padahal sebelumnya sudah mendapat perhatian dari Bathara Kresna, jangan sombong. Tetapi karena merasa menang dalam pertandingan melawan Raden Burisrawa, sampai tidak ingat kata welingnya Prabu Bathara Kresna jangan sombong.
Setelah tahu Raden Sencaki sombong Prabu Bathara Kresna mendekati dan menceritakan apa adanya tentang gugurnya Burisrawa. Raden Sencaki merasa malu, diam saja lalu pergi meninggalkan Prabu Bathara Kresna tanpa minta ijin.
Para prajurit dari Ngastina tahu yang tadinya Raden Burisrawa unggul dalam peperangan tapi baunya bisa timpal lalu pada bilang kalau Pandawa curang dalam peperangan.
Prabu Bathara Kresna mendengar berita bahwa pandawa curang dalam peperangan, akhirnya mendekati para Kurawa memberi keterangan bahwa timpalnya bau dari harya Burisrawa tidak ada unsur kesengajaan. Itu kena pasopati pada waktu Raden Janaka gladi melepas jemparing.
Prabu Salya marah akan membunuh para Pandawa, tetapi dihalang-halangi Patih Harya Sengkuni, supaya mundur melaporkan bahwa Raden Burisrawa gugur di medan perang.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Basa Walikan Jogja
Pernah dengar kaos merek “Dagadu”? Kok lambangnya kayak mata gitu, ya? “Thanks yo, dab!” Lho, nama saya bukan “Dab”! Oh, itu menggunakan Basa Walikan. Basa Walikan atau Bahasa Walikan yang saya bicarakan di sini adalah Basa Walikan gaya Jogja. Bahasa ini konon digunakan sejak jaman perang kemerdekaan (tentu saja di sekitar wilayah Jogja), sebagai bahasa sandi, agar musuh tidak bisa membaca pesan yang dikirim. Asalnya dari Aksara Jawa, yang kemudian ditukar / dibalik (di-walik) susunannya sehingga membentuk susunan / huruf baru. Bingung? Kita lihat dulu gambar Aksara Jawa berikut (buat yang tidak bingung silakan lanjut lho…).
Nah, itu adalah susunan aslinya. Buat yang belum tahu, ha = h, na = n, dst. jadi tiap aksara menyatakan huruf / konsonan, vokal bisa menyesuaikan nantinya. Yang dibalik (diwalik) adalah pada susunan barisnya, huruf pada baris pertama ditukar dengan baris ketiga, dan baris kedua dengan baris keempat. Tambah mumet, ya? Bagus! Karena itu saya siapkan gambar berikutnya (yang tidak mumet lanjut lagi deh…).
Menyimak gambar di atas : aksara / huruf ha (h) menjadi pa (p), da (d) menjadi ma (m), dst., demikian sebaliknya : pa (p) menjadi ha (h), ma (m) menjadi da (d), dst. Mari langsung praktek saja biar tidak tambah stress :
Bata : b ↔ s , t ↔ g : bata ↔ saga
Enak : h ↔ p , n ↔ dh , k ↔ ny : enak ↔ pedhany (Ket. : aksara “ha” dipakai untuk vokal yang berada di awal kata)
Turu : t ↔ g , r ↔ y : turu ↔ guyu (Turu = tidur)
“Rumus” walikan tersebut tentu juga bisa dipakai sebaliknya, mengembalikan kata yang sudah diwalik ke asalnya (istilah kerennya “decryption” alias memecahkan kode sandi) :
Dagadu : d ↔ m , g ↔ t : dagadu n matamu
Dab : d ↔ m , b ↔ s : dab n mas
Nah, sudah jelas kan sekarang… jawaban pertanyaan di awal tulisan ini. Itulah sekilas tentang Basa Walikan gaya Jogja. Ada juga yang gaya Malang, caranya hanya dengan membalik bacaan suatu kata dari belakang ke depan, misal : turu jadi urut, dst.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Agama : Dendam dan Munafik
hai X-Pressioners ! tau ngga?? Pada diri manusia terdapat dua sifat yang saling bertentangan, yaitu sifat yang pertama adalah sifat baik sedangkan sifat yang kedua adalah sifat buruk. Dimana sifat buruk tersebut seringkali disebabkan adanya bujukan setan serta hawa nafsu yang akan mengakibatkan kerusakan di muka bumi. Oleh karena itu, sifat tersebut haruslah disingkirkan dari setiap jiwa manusia.
Dan kali ini aku mau posting tentang DENDAM DAN MUNAFIK.
Saya mulai dari DENDAM...
Dendam adalah suatu perasaan yang tidak bisa menahan amarah dan menunggu kesempatan untuk dapat melampiaskan kemarahannya itu kepada seseorang yang dianggap telah menimbulkan kemarahannya. Sedangkan pendendam adalah orang yang berkeinginan keras untuk membalas sakit hatinya. Seorang pendendam tidak akan pernah merasakan kebahagian setiap saat, ia selalu terbebani usaha untuk membalas, bahkan dia tidak pernah merasa puas karena menginginkan kehancuran yang lebih parah.( Ampuun cuy)
Ciri-Ciri dan kelakuan pendendam :
1.          Merasa benci terhadap orang yang didendam
2.          Merasa tidak senang terhadap orang yang didendam mendapat kebahagiaan.
3.          Merasa senang jika orang yang didendam mendapat musibah.
4.          Berkeinginan kuat untuk membalas.
5.          Mempengaruhi orang lain agar benci terhadap orang yang didendam.
Bahaya dendam :
1.       Tertutupnya keimanan seseorang.
2.       Hilangnya ketenangan jiwa.
3.       Menimbulkan suatu permusuhan.
4.       Rusaknya tali persaudaraan.
5.       Mendapat ancaman dan siksaan di akhirat.
  “Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat” (HR. Bukhori:4161 dan Muslim: 4821)
  Agar kita tidak menjadi seorang yang pendendam, langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu menjadi seorang pemaaf seperti dicontohkan Rasulullah SAW. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a.          Kita harus menyadari bahwa semua orang yang beriman itu bersaudara.
b.         Kita terus berlatih untuk mengikis sifat dendam tersebut.
c.          Dibutuhkannya sikap memberi maaf dan memaafkan. (lah iki sing angel)
  Yang kedua MUNAFIK
  Kata munafik bisa diartikan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan menampakkan iman dengan lidahnya.Orang yang munafik itu berbuat lain di mulut dan lain di hati, lain perkataan lain pula perbuatan. Bisa dikatakan munafik itu antara perkataan dengan perbuatannya tidak sama. Orang munafik disebut juga orang yang bermuka dua. Nifak adalah penyakit yang berbahaya dan merupakan dosa besar, karena menampakkan diri sebagai seorang muslim, sementara batinnya ia kafir. 
Orang yang munafik difirmankan dalam (Q.S. Al-Baqarah:14) “dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan ‘kami telah beriman’ dan bila mereka kembali pada setan-setan (pimpinan) mereka, mereka mengatakan ‘sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah olok-olok”.
  Ciri-ciri orang munafik:
1.      Apa yang diucapkan tidak sama / berlawanan dengan apa yang ada dihatinya.
2.      Tidak punya pendirian yang kuat, plin plan dan sering berubah-ubah.
3.      Apabila berkata sering berbohong, tidak jujur dan tidak apa adanya.
4.      Apabila berjanji sering ingkar dan tidak selalu ditepati.
5.      Apabila dipercaya berkhianat atau tidak dilaksanakan sesuai dengan kepercayaan yang disepakati.
(HR. Al Bukhari dan Muslim) “Tanda-tanda orang munafik: apabila berkata ia bohong, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia berkhianat”.
  Bahaya munafik:
1.      Hatinya selalu was-was, gelisah, dan tidak tentram
2.      Tidak dipercayai oleh teman-teman atau orang lain
3.      Dikucilkan oleh teman dan orang lain
4.      Diancam oleh Allah dengan api neraka
  That’s all Xpressioners...bye !
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Siswo Budoyo Tulungagung : Ketoprak yang Masih Bertahan
Ketoprak yang didirikan almarhum Siswondo pada 1958 di Desa Kiping, Gondang, Tulungagung, Jatim, begitu terkenal sehingga masyarakat Jatim serta Jawa Tengah (Jateng) ada yang menyebut Siswo Budoyo hampir dipastikan menyebut Tulungagung, nama kota asal kesenian ini.
Tumblr media
Ketika masih jaya, jika ketoprak ini manggung di suatu daerah, penontonnya tidak pernah sepi. Gedung tempat pentas mereka senantiasa dipadati penggemarnya, baik tua maupun muda. Tetapi setelah Siswondo meninggal dan manajemen Siswo Budoyo dipegang puteri dari istri pertama, Ny Endang Wariyanti mulai 1998, ketoprak ini terus merosot tajam. Para pemain maupun penabuh gamelan yang semula sebanyak 160 orang, lambat laun meninggalkan grup kesenian ini. Ada yang sepakat mendirikan grup sendiri, tetapi banyak juga yang berlalih profesi di bidang lainnya, hanya untuk menyambung tali kehidupan bersama keluarganya masing-masing. Karena manajemen baru Siswo Budoyo tidak mampu lagi menghidupi krunya, maka kesenian ini menjadi berhenti. Sebagai orang seni, mendengar Siswo Budoyo tidak mampu bertahan, Bu Sis mencoba mengorbitkan lagi nama Siswo Budoyo. Ketoprak dengan kreasi baru ini akhirnya dipimpin Rachman Sam, orang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesenian ini. Sebagian besar pemain dan penabuh gamelan Siswo Budoyo lama masih diberi kepercayaan untuk berkreasi melambungkan seni tradisional ini. Sedangkan Bu Sis dalam manajemen baru sebagai penasehat.
Melalui usaha kerasnya, Bus Sis dan Rachman bisa mendapatkan seorang bapak angkat. Di adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) waktu itu, Prof Dr Amien Rais. ''Ketika Pak Amien, masih menjabat Ketua MPR, kami memperoleh bantuan langsung Rp 5 juta per minggu. Bantuan sebesar itu untuk menggaji pemain dan penabuh gamelan,'' kata Bu Sis. Tetapi setelah Amien Rais sudah tidak menjabat sebagai Ketua MPR lagi, bantuan tersebut tidak berkelanjutan. Dana sebesar itu dikatakan Bu Sis, sungguh berarti untuk melestarikan kesenian tradisional seperti Siswo Budoyo ini. Sekarang terus dicari donatur-donatur lainnya seperti Amien Rais. Kepedulian mantan Ketua MPR inilah yang tidak bisa dilupakan Bu Sis dan kru Siswo Budoyo. Apabila ada penggantinya yang mengerti tentang kehidupan seniman kecil ini, diharapkan kesinambungan kesenian tradisional akan tetap terjaga. Menurut Bu Sis, dulu ketika Gubernur Jatim masih dijabat Basofi Soedirman, pihaknya pernah dibantu kendaraan roda empat untuk operasional. Beberapa kepala daerah yang dulu juga penggemar Siswo Budoyo, sering nanggap ketoprak kreasi baru ini. Guna menghidupi krunya, Siswo Budoyo pimpinan Rachman, tidak semata-mata menggantungkan diri pada donator. Ketoprak ini sudah merekam karya nyatanya dalam CD. Satu di antara rekaman yang bekerjasama dengan Persatuan Pedagang VCD Pertokoan Tanjung Anom Surabaya, berjudul Aryo Penangsang Mbalela. Siswo Budoyo pada 1993 pernah bermain di Televisi Jawa Timur. Lakon yang disuguhkan Ampak-Ampak Singelopuro. Saat itu teve ini sebagian besar masyarakat Jatim menyaksikan tayangan seminggu sekali ini. Ketika ditanya besarnya honor pemain sekali pentas, Bu Sis menyatakan hanya Rp 20 ribu. Bayaran sebesar itu sangat kecil, karena itu ia tidak akan pernah jenuh untuk senantiasa mencari bapak angkat selain Amien Rais. PEMBARUAN/TEGUH LR
    SETELAH sekian lama vakum, kelompok seni ketoprak Siswo Budoyo yang sempat melejit pamornya di era 1970-an dan 1980-an tengah berusaha bangkit dengan menggelar pentas-lebih tepatnya pengambilan gambar untuk sebuah televisi swasta-di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya. Selama dua hari berturut-turut mereka mementaskan empat cerita, yang akan ditayangkan selama satu bulan, atau satu cerita setiap minggu.
  Ini adalah suatu terobosan baru, bagaimana caranya agar seni tradisional dapat dinikmati oleh para penggemarnya," kata Rachman Sam, Pimpinan Siswo Budoyo Unit Produksi Surabaya. Selama ini ia merasa penonton semakin enggan datang untuk menyaksikan pertunjukan secara langsung di gedung yang berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa itu. Oleh karena itu, ia berniat mendekatkan diri kembali dengan jalan muncul di layar televisi. "Di THR ini, penonton yang bawa kendaraan susah parkir di dekat gedung. Padahal, penggemarnya banyak yang sudah berusia lanjut. Jadi, mereka malas datang ke sini," kilah Budi Hartanto, sutradara Siswo Budoyo. Pertimbangan mendekatkan diri ke penggemarnya itulah yang mendasari tekad Rachman untuk menandatangani kontrak kerja sama selama setahun, tanpa bersedia menyebutkan nilai kontraknya. "Ini baru permulaan. Nantinya akan banyak lagi terobosan baru dari Siswo Budoyo untuk menggaet penggemarnya kembali," ujar Rachman. Terobosan baru yang dimaksud Rachman adalah ketoprak kreasi baru. Nantinya, ketoprak kreasi baru akan menggunakan bahasa Indonesia, dekor yang beragam, dan menyisipkan kesenian daerah. "Tetapi, tetap akan berpegang pada pakem," janji Rachman. Menurut dia, bahasa Indonesia bisa digunakan dalam sebuah lakon ketoprak, yang berfungsi mempermudah penonton untuk memahami cerita. Dekorasi panggung baru dibutuhkan untuk memberi nuansa baru pada pertunjukan, sedangkan kesenian daerah akan menjadi bagian dari jalinan cerita yang menggambarkan keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. "Jadi, dalam pentas nanti bisa ada reog Ponorogo, tari Bali, dan kesenian daerah lain," jelas Rachman. Padahal, Budi tegas-tegas mengatakan tidak akan membuat ketoprak dalam bahasa Indonesia, karena itu bertentangan dengan pakem. "Kita ngugemi ketoprak pakem. Artinya, tidak akan menerjang alur sejarah. Termasuk bahasa, karena dari zaman dulu menggunakan bahasa Jawa," ujar dia. Menurut sutradara sekaligus penulis skenario ketoprak yang tinggal di Malang ini, upaya mempermudah pemahaman penonton dari segi bahasa lebih baik diwujudkan dalam bentuk pencantuman teks bahasa Indonesia saat ditayangkan di televisi. Atau, seperti yang pernah dilakukan oleh Siswo Budoyo di zaman keemasannya, berupa pembuatan sinopsis cerita dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. "Akan tetapi, saya tidak akan membuat ketoprak berbahasa Indonesia," tegasnya. Jika dicermati, seperti sebuah pertentangan pendapat antara dua orang yang berpengaruh di Siswo Budoyo dalam upaya mereka memajukan ketoprak yang saat ini sedang tidak menentu nasibnya. Padahal, perbedaan pendapat dan kepentingan itu berhubungan dengan wadah berkesenian mereka yang mesti diperjuangkan, karena menyangkut nasib perut anggotanya. *** SISWO Budoyo, kelompok ketoprak yang sempat diimpikan pecinta seni untuk bergabung di dalamnya, didirikan pada bulan Juni 1958 oleh mendiang Ki Siswondo HS. Sepeninggalnya pada bulan Februari 1997, grup ketoprak yang pernah mementaskan Cleopatra, Romeo dan Yuliet, serta Oedipus ini dipimpin oleh putrinya, Endang Waryanti. Namun, masa keemasan grup ini kian memudar. Pentas yang diadakan hampir setiap hari mulai sepi penonton. Menjelang Lebaran tahun 2001 lalu adalah saat terakhir pertunjukan mereka di Gedung Siswo Budoyo. "Empat bulan pertama masih penuh. Tetapi, setelah itu penonton mulai sepi, mungkin karena jenuh juga," tutur Budi. Sejak saat itu, gedung berkapasitas 495 kursi itu pun tidak lagi dihiasi suara orang beradu kemampuan berkesenian atau gema gelak tawa dan tepuk tangan penonton. Hanya gulungan kain layar penghias panggung berikut piranti panggung lainnya yang tinggal di gedung tersebut, yang kian hari kian berdebu. Maka, saat tawaran untuk tampil di layar kaca muncul, kelompok yang saat ini beranggotakan 82 orang itu kembali bergairah. Meskipun sebagian besar dari mereka yang selama ini menggantungkan hidup dari penghasilannya di pentas ketoprak telah kembali ke kampung halaman masing-masing seperti Surakarta, Banyuwangi, Madiun, Ngawi, Nganjuk, dan Tulungangung, mereka tetap antusias untuk tampil kembali. "Bagaimanapun, ini dunia yang kami cintai," ujar Eny Handayani, salah seorang pemain. Meskipun suaminya, Peni Warjono, mempunyai pekerjaan tetap di Madiun, mereka akan tetap manggung demi kecintaan terhadap seni dan Siswo Budoyo. Saat ini, sekitar 67 anggota Siswo Budoyo kembali beraksi di panggung, menunjukkan taring mereka sebagai ketoprak yang pernah mempunyai banyak penggemar, yang sebagian besar masih bertahan. Terbukti pada saat pengambilan gambar yang memperbolehkan penonton datang tanpa membayar tiket-yang biasanya seharga Rp 5.000 dan Rp 7.500-sekitar 50 orang datang dan terhanyut ke dalam cerita yang dipertunjukkan. Tepuk tangan kembali riuh, gelak tawa berkumandang, bahkan ketegangan saat "sang lakon" terancam bahaya, muncul dalam gedung yang mulai kusam itu. Penabuh gamelan beserta sinden yang mengiringi permainan ketoprak ikut menambah suasana, membuat penonton betah mengikuti cerita hingga usai. Adanya dua pemain baru yang diikutsertakan dalam empat cerita, yaitu Kewirangan, Kembang-kembang Padas, Malam Grahono, dan Leak Pulau Bali ikut menambah "kesegaran" dan daya tarik panggung. "Siswo Budoyo butuh penyegaran, maka kami mengambil orang baru," jelas Budi. Jelas bukan upaya gampang untuk menggaet kembali penggemar yang sudah lama tidak menyaksikan pertunjukan mereka. Meskipun untuk saat ini relatif mudah, karena penggemar umumnya kangen dengan penampilan Siswo Budoyo. Namun, seperti yang diceritakan Budi, kejenuhan penonton ikut berperan dalam ketoprak ini, tentunya harus dilakukan cara yang lebih tepat untuk mempertahankan mereka. Cara yang lebih dari sekadar mengajak bernostalgia tanpa terobosan baru, yang akan berujung pada kebosanan. Meminjam kata salah seorang pemain baru yang menganggap Siswo Budoyo saat ini dalam kondisi "hidup segan mati pun tidak", tentunya kita akan bertanya-tanya. Apakah ini upaya untuk bertahan hidup sesaat, ataukah Siswo Budoyo sedang berjuang untuk bangkit menuju kejayaan kembali..?
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Kartapiyoga Maling (Alap-Alap Erawati)
Hai X-Pressioners..
Kali ini posting tentang lakon KARTAPIYOGA MALING....
Tumblr media
  Jejer Negeri Mandraka
Prabu Salya dihadap putranya Rukmarata. Sedang membicarakan hilangnya putra putrinya dewi Irawati yang dicuri oleh Kartapiyoga. Prabu Salya mengeluarkan sayembara. Siapa saja yang dapat menemukan putrinya, kalau pria akan dijodohkan, kalau wanita akan dijadikan saudaranya. Tiba-tiba datanglah Permadi, memasuki sayembara. Setelah mendapat persetujuan lalu berangkat.
  Hutan Belantara
  Permadi sedang berteduh di bawah pohon. Tiba-tiba datang bala raksasa menyerang. Setelah raksasa mati, Permadi merasa kelelahan dan lapar. Dan para Punakawan mencari cara untuk membuat Permadi pulih kembali.
  Pedukuhan Widarakandang
Tumblr media
Dewi Bratajaya dihadap Dewi Larasati. Kedatangan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong yang telah berganti nama. Maksud kedatangannya adalah mbarang jantur (main sulap dan lain-lain permainan) dan minta boga (nasi) untuk Permadi. Tetapi Semar mencampurnya dengan kotoran dengan tujuan mengingatkan Permadi “jika satria makan di sembarang tempat akan hilang jiwa ksatrianya.”.
  Pertapaan Argasonya
Wasi Jaladara sedang bertapa. Tiba-tiba datanglah dewi Bratajaya membangunkan, memberitahukan bahwa dikejar-kejar oleh seorang pria (Permadi). Tidak lama kemudian datanglah Permadi dengan punakawan. Hampir terjadi salah paham. Semar yang mendamaikan dan menjelaskan persoalan tersebut
  Taman Mandraka
Wasi Jaladara sedang bertugas menjaga keamanan. Datanglah Kartapiyoga terjadi perang. Kartapiyoga lari dikejar sampai di negri Tirtokadasar. Kartapiyoga kalah dan terbunuh. Akhirnya dewi Irawati dapat diserahkan kembali ke negri Mandraka.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Audio
Jahe Wana Pl.Br
Aseeek....
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
X-Pressioners, sya dan kawan-kawan (Arda, Diki, Kevin, Iqbal, Vareza) beramal buat tukang becak.....buat lengkapin tugas guru sya (Pak Budiana)
Smoga bisa menjadikan inspirasi buat X-Pressioners smua....
1 note · View note
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Kayon/Gunungan
Tumblr media
Gunungan atau di dalam pakeliran disebut kayon, pertama diciptakan oleh Raden Patah. Dinamakan gunungan karena bentuknya menyerupai gunung yang memiliki puncak dan terdapat pada setiap pagelaran wayang (wayang purwa, wayang krucil, wayang golek, wayang gedok, wayang suluh, dll).
Menurut bentuknya, gunungan atau kayon ini dapat dibedakan menjadi dua macam.
Kayon gapuran berbentuk ramping dan pada bagian bawah bergambar gapua yang pada sisi sebelah kiri maupun kanan di jaga oleh raksasa Cingkarabala dan Balaupata. Sedangkan pada bagian belakang terdapat lukisan api merah membara.
Kayon blumbangan, bentuknya agak gemuk dan lebih pendek bila dibanding dengan kayon gapuran, Pada bagian bawah terdapat lukisan kolam dengan air yang jernih yang ditengahnya terdapat lukisan sepasang ikan berhadapan. Sedangkan pada bagian belakang berambar lautan atau langit yang berawarna biru gradasi.
Gunungan secara lengkap biasanya terdapat lukisan teridiri:
Rumah atau balai yang indah dengan lantai bertingkat tiga dan pada bagian daun pintu rumah dihiasi lukisan Kamajaya berhadapan dengan Dewi Ratih.
Dua raksasa berhadapand engan membawa senjata pedang atau gada lengkap dengan tamengnya.
Duia naga bersayap.
Hutan belantara penuh dengan satwanya.
Gambar harimau berhadapan dengan banteng.
Pohon besar ditengah hutan yang dililit seokar ular.
Kepala makara di tengah pohon.
ua ekor kera dan lutung sedang bermain diatas ranting.
Dua ekor ayam alas sedang bertengger diatas cabang pohon.
Gambar-gambar yang terdapat pada kayon tersebut menggambarkan alam semesta lengkap dengan isinya. Gunungan di dalam pagelaran wayang kulit mempunyai fungsi yang sangat penting, antara lain:
Sebagai tanda dimulaiya pentas pedalangan, yakni fungsi dengan dicabutnya kayon di tengah kelir kemudian ditancapkan pada posisi sebelah kanan.
Sebagai tanda perubahan adegan atau menggambarkan suasana dengan cara gunungan digerakkan diikuti cerita dalang.
Digunakan untuk tanda pergantian waktu, baik dari patet nem ke patet sanga, atau dari patet swanga ke patet manyura dengan mengubah posisi kayon dari condong ke kanan menjadi tegak lurus dan terakhir kayon condong ke arah kiri.
Untuk menggambarkan sebuah wahyu dari dewa, atau sebagai angin maupun udara dengan menggerakkan gunungan sesuai arah yang dikehendaki.
Untuk menggambarkan api dengan membalik kayon sehingga yang tampak api membara dari kepala makara.
Untuk menandai berakhirnya pertunjukan dengan menancapkan kayon di tengah-tengah, serta digunakan untuk kepentingan pagelaran sesuai dengan kehendak dalang
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Photo
Tumblr media
WAYANG ORANG
“SRIWEDARI”
Pinpinan : Diwasa S.Sn.
Contact Person : Sri Lestari (081548741885).
Alamat Sanggar : Gedung Wayang Orang Sriwedari,
                                      Jl. Slamet Riyadi 275,
                                      Surakarta.
Alamat surat : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta
                                      Jl. Slamet Riyadi 274 – Telp. (0271) 711435,
                                      Surakarta.
Jadwal Pentas : Tiap hari mulai jam 20.30.
Tempat : Gedung WO “Sriwedari”.
            Wayang Orang “S r i w e d a r i” berdiri sejak tahun 1950. Sosoknya sudah begitu melegenda, dan saking melegendanya acap ganti mencengkeram benak wong Sala. Mungkin kehadirannya pada mandala komunikasi kontemporer sekarang ini bisa kita andaikan layaknya seorang pejalan sepuh di tepian jalan tol.
            Bagaimanapun pejalan itu memang sudah berlumut dan menyiratkan sejarah beserta episode-episodenya, entah itu kemilau panggung, popularitas, canda ria, uang, derai tangis, maupun imbas perseteruan sosial-politik.
            WO “Sriwedari” sungguh sebuah aset Kota Solo, meski semakin hari semakin ditantang oleh jaman. Hingga hari ini kelompok ini masih tetap mencoba pentas secara rutin.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Photo
Tumblr media
Wayang Orang Bharata
Grup wayang orang yang hidup dan mengadakan pentas, memiliki fasilitas gedung di Kalilio, Senen, Jakarta Pusat. Kelompok ini mengalami masa jaya pada sekitar tahun 1970-1980-an dan beberapa kali melakukan pentas di luar negeri. Mereka pernah melawat ke Jerman, Turki dan Belanda, untuk misi kebudayaan. Di Belanda, sedikitnya 27 seniman tari berikut pengrawit (penabuh gamelan) anggota Perkumpulan WO Bharata ikut serta dalam misi lawatan kesenian. Selama di sana, mereka tampil di sejumlah kota, termasuk di antaranya mendapat kehormatan untuk tampil dalam pentas pembuka acara World Music Theatre Festival di Amsterdam, 5 Maret 1999. Undangan lawatan seni ke Belanda diterima Perkumpulan WO Bharata dari Robert van den Bosch, seorang warga Belanda yang punya perhatian besar terhadap kesenian rakyat Indonesia.
Anggota kelompok Wayang Orang Bharata pernah mendapat bantuan berupa serangkaian bangunan di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Kompleks yang diserahkan awal tahun 1982, sebagai jerih payah seorang donatur bekerja sama dengan Yayasan Bharata sebagai pengelola kelompok Wayang Orang (WO) Bharata dan Bank Tabungan Negara (BTN), berupa 68 rumah tipe 36-lengkap dengan satu aula yang bertujuan membantu kehidupan kelompok seni tradisional tersebut. Presiden Soeharto menamai kompleks itu sebagai Padepokan Bharata.
Memasuki tahun 2000-an, adalah masa surut bagi grup kesenian tradisional tersebut. Dimulai dengan renovasi panggung Bharata di wilayah Senen, tahun 2000. Selama empat tahun, grup tersebut vakum. Setelah renovasi, gedung yang kemudian bernama Gedung Pertunjukan Bharata Purwa sepenuhnya di bawah Pemda DKI. Desember 2004, Pemda secara resmi menunjuk Ki H Imam Sadjiono S Pel sebagai Ketua Pengelola Gedung Bharata atau Manajer. Sejak itu, perlahan mereka berupaya mengembalikan "roh" WO Bharata. Pementasan sebulan dua kali dilakukan bergantian di GKJ dan Gedung Bharata. Namun demikian, pementasan WO Bharata tersebut lebih atas kerinduan para pemain yang kemudian mendapat dukungan dari Yayasan Bharata.
Grup wayang orang yang hidup dan mengadakan pentas, memiliki fasilitas gedung di Kalilio, Senen, Jakarta Pusat. Kelompok ini mengalami masa jaya pada sekitar tahun 1970-1980-an dan beberapa kali melakukan pentas di luar negeri. Mereka pernah melawat ke Jerman, Turki dan Belanda, untuk misi kebudayaan. Di Belanda, sedikitnya 27 seniman tari berikut pengrawit (penabuh gamelan) anggota Perkumpulan WO Bharata ikut serta dalam misi lawatan kesenian. Selama di sana, mereka tampil di sejumlah kota, termasuk di antaranya mendapat kehormatan untuk tampil dalam pentas pembuka acara World Music Theatre Festival di Amsterdam, 5 Maret 1999. Undangan lawatan seni ke Belanda diterima Perkumpulan WO Bharata dari Robert van den Bosch, seorang warga Belanda yang punya perhatian besar terhadap kesenian rakyat Indonesia.
Anggota kelompok Wayang Orang Bharata pernah mendapat bantuan berupa serangkaian bangunan di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Kompleks yang diserahkan awal tahun 1982, sebagai jerih payah seorang donatur bekerja sama dengan Yayasan Bharata sebagai pengelola kelompok Wayang Orang (WO) Bharata dan Bank Tabungan Negara (BTN), berupa 68 rumah tipe 36-lengkap dengan satu aula yang bertujuan membantu kehidupan kelompok seni tradisional tersebut. Presiden Soeharto menamai kompleks itu sebagai Padepokan Bharata.
Memasuki tahun 2000-an, adalah masa surut bagi grup kesenian tradisional tersebut. Dimulai dengan renovasi panggung Bharata di wilayah Senen, tahun 2000. Selama empat tahun, grup tersebut vakum. Setelah renovasi, gedung yang kemudian bernama Gedung Pertunjukan Bharata Purwa sepenuhnya di bawah Pemda DKI. Desember 2004, Pemda secara resmi menunjuk Ki H Imam Sadjiono S Pel sebagai Ketua Pengelola Gedung Bharata atau Manajer. Sejak itu, perlahan mereka berupaya mengembalikan "roh" WO Bharata. Pementasan sebulan dua kali dilakukan bergantian di GKJ dan Gedung Bharata. Namun demikian, pementasan WO Bharata tersebut lebih atas kerinduan para pemain yang kemudian mendapat dukungan dari Yayasan Bharata.
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Benny and Mice : Perkembangan Jaman
Yg saya suka....
Tumblr media
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Arjuna Kondang Indonesia
Gw lagi pengen ngumpulin beberapa tokoh wayang, dan gw membandingkan pemain2nya... Gw mau mulai di Arjuna aja.. soalnya gampang, yang main karakternya dia ada beberapa....
Yang pertama.. Ali Marsudi. The 'Pakde' of all Arjuna dancers. Kalo katanya Pak Undung Wiyono: "Mas Ali ini Arjuna paling ganteng generasi kita..". Mas Ali Marsudi ini lulusan Institut Seni Solo, dan tinggalnya juga masih di bagian timur kota Solo. In his early 40s (no, seriously), Mas Ali masih termasuk penari paling lakuuuu di-book di acara ini itu... Sekarang beliau sudah memiliki pangkat dari Keraton Surakarta Hadiningrat, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) - setara dengan pangkatnya the great Pak Kies Slamet. Mas Ali Marsudi ini adalah Arjuna 'standar' milik Sekar Budaya Nusantara (disayangin banget yah sama Bu Nani).
Tumblr media
Teguh Ampiranto, atau panggilan akrabnya 'Kenthus'.. adalah Arjunanya Bharata. Memang tubuhnya sudah mulai membesar (haha) dan kalo abis perang kembang ngos2an, kyk butuh tangki oksigen.. tapi beliau emang sangat professional. Sering aku denger "YANG NAMANYA KENTHUS ITU... BISA JADI APA AJA!".. bener.. jadi Petruk bisa, jadi raja marah2 bisa, jadi Arjuna juga bisa. Kalau sering nonton aksi grup Sekar Budaya Nusantara, Oom Kenthus juga pembawa acaranya.. yang mewawancara ibu Nani di awal2nya itu... Memang dia penari kondang, tapi dia baek banget sama fansnya, selalu nurut diajak foto, sederhana dan asyik diajak share.
Tumblr media
Ariyo Saloko, atau panggilan akrabnya 'Mas Koko', itu Arjuna milik Jakarta. Kalau Solo punya Ali Marsudi, Jakarta punya Ariyo Saloko. Mas Koko ini adik iparnya Oom Kenthus, tapi dia  tidak termasuk penari bharata, walaupun adiknya, Agung Pujo Widodo adalah penari Bharata. Mas Koko juga sering dijadikan Arjuna untuk Grup Sekar Budaya Nusantara, seperti di lakon Kongso Adu Jago, Kalimasada Murca, Punakawan Kembar, dll. Ariyo Saloko juga sering dijadikan Arjuna untuk acara2 di Gedung Kesenian Jakarta untuk paguyuban2 seperti Puspo Budoyo dan Satya Budaya Indonesia.
Tumblr media
Ketiga penari Arjuna di atas sekarang berumur 39-41 tahun, tapi manteb, tampangnya masih muda2 sekali...Jadi pengen coba jadi Arjuna, siapa tau bsa kayak mereka... :)
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Tentang : Puntadewa
Arti nama
Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna "teguh atau kokoh dalam peperangan". Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna "raja Dharma", karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.
Beberapa julukan lain yang dimiliki Yudhisthira adalah:
Ajataśatru, "yang tidak memiliki musuh".
Bhārata, "keturunan Maharaja Bharata".
Dharmawangsa atau Dharmaputra, "keturunan Dewa Dharma".
Kurumukhya, "pemuka bangsa Kuru".
Kurunandana, "kesayangan Dinasti Kuru".
Kurupati, "raja Dinasti Kuru".
Pandawa, "putera Pandu".
Partha, "putera Prita atau Kunti".
Beberapa di antara nama-nama di atas juga dipakai oleh tokoh-tokoh Dinasti Kuru lainnya, misalnya Arjuna, Bisma, dan Duryodana. Selain nama-nama di atas, dalam versi pewayangan Jawa masih terdapat beberapa nama atau julukan yang lain lagi untuk Yudistira, misalnya:
Puntadewa, "derajat keluhurannya setara para dewa".
Yudistira, "pandai memerangi nafsu pribadi".
Gunatalikrama, "pandai bertutur bahasa".
Samiaji, "menghormati orang lain bagai diri sendiri".
Sifat dan kesaktian
Sifat-sifat Yudistira tercermin dalam nama-nama julukannya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Sifatnya yang paling menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Kesaktian Yudistira dalam Mahabharata terutama dalam hal memainkan senjata tombak. Sementara itu, versipewayangan Jawa lebih menekankan pada kesaktian batin, misalnya ia pernah dikisahkan menjinakkan hewan-hewan buas di hutan Wanamarta dengan hanya meraba kepala mereka.
Yudistira dalam pewayangan beberapa pusaka, antara lain Jamus Kalimasada, Tunggulnaga, dan Robyong Mustikawarih. Kalimasada berupa kitab, sedangkan Tunggulnaga berupa payung. Keduanya menjadi pusaka utamakerajaan Amarta. Sementara itu, Robyong Mustikawarih berwujud kalung yang terdapat di dalam kulit Yudistira. Pusaka ini adalah pemberian Gandamana, yaitu patih kerajaan Hastina pada zaman pemerintahan Pandu. Apabila kesabaran Yudistira sampai pada batasnya, ia pun meraba kalung tersebut dan seketika itu pula ia pun berubah menjadi raksasa besar berkulit putih bersih.
Kelahiran
Yudistira adalah putera tertua pasangan Pandu dan Kunti. Kitab Mahabharata bagian pertama atau Adiparwamengisahkan tentang kutukan yang dialami Pandu setelah membunuh brahmana bernama Resi Kindama tanpa sengaja. Brahmana itu terkena panah Pandu ketika ia dan istrinya sedang bersanggama dalam wujud sepasangrusa. Menjelang ajalnya tiba, Resi Kindama sempat mengutuk Pandu bahwa kelak ia akan mati ketika mengawini istrinya. Dengan penuh penyesalan, Pandu meninggalkan tahta Hastinapura dan memulai hidup sebagai pertapa di hutan demi untuk mengurangi hawa nafsu. Kedua istrinya, yaitu Kunti dan Madri dengan setia mengikutinya.
Pada suatu hari, Pandu mengutarakan niatnya ingin memiliki anak. Kunti yang menguasai mantra Adityahredayasegera mewujudkan keinginan suaminya itu. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putera darinya tanpa melalui persetubuhan. Putera pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putera sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan. Sifat Dharma itulah yang kemudian diwarisi oleh Yudistira sepanjang hidupnya.
Versi pewayangan Jawa
Sosok Yudistira yang ditampilkan saat dalam pementasan wayang Jawa.
Kisah dalam pewayangan Jawa agak berbeda. Menurut versi ini, Puntadewa merupakan anak kandung Pandu yang lahir di istana Hastinapura. Kedatangan Bhatara Dharma hanya sekadar menolong kelahiran Puntadewa dan memberi restu untuknya. Berkat bantuan dewa tersebut, Puntadewa lahir melalui ubun-ubun Kunti. Dalam pewayangan Jawa, nama Puntadewa lebih sering dipakai, sedangkan nama Yudistira baru digunakan setelah ia dewasa dan menjadi raja. Versi ini melukiskan Puntadewa sebagai seorang manusia berdarah putih, yang merupakan kiasan bahwa ia adalah sosok berhati suci dan selalu menegakkan kebenaran.
Masa kecil dan pendidikan
Yudistira dan keempat adiknya, yaitu Bima (Bimasena), Arjuna, Nakula, dan Sadewa kembali ke Hastinapura setelah ayah mereka (Pandu) meninggal dunia. Adapun kelima putera Pandu itu terkenal dengan sebutan para Pandawa, yang semua lahir melalui mantra Adityahredaya. Kedatangan para Pandawa membuat sepupu mereka, yaitu para Korawa yang dipimpinDuryodana merasa cemas. Putera-putera Dretarastra itu takut kalau Pandawa sampai berkuasa di kerajaan Kuru. Dengan berbagai cara mereka berusaha menyingkirkan kelima Pandawa, terutama Bima yang dianggap paling kuat. Di lain pihak, Yudistira selalu berusaha untuk menyabarkan Bima supaya tidak membalas perbuatan para Korawa.
Pandawa dan Korawa kemudian mempelajari ilmu agama, hukum, dan tata negara kepadaResi Krepa. Dalam pendidikan tersebut, Yudistira tampil sebagai murid yang paling pandai. Krepa sangat mendukung apabila tahta Hastinapura diserahkan kepada Pandawa tertua itu. Setelah itu, Pandawa dan Korawa berguru ilmu perang kepada Resi Drona. Dalam pendidikan kedua ini, Arjuna tampil sebagai murid yang paling pandai, terutama dalam ilmu memanah. Sementara itu, Yudistira sendiri lebih terampil dalam menggunakan senjata tombak.
Konflik memperebutkan kerajaan
Selama Pandu hidup di hutan sampai akhirnya meninggal dunia, tahta Hastinapura untuk sementara dipegang oleh kakaknya, yaituDretarastra, ayah para Korawa. Ketika Yudistira menginjak usia dewasa, sudah tiba saatnya bagi Dretarastra untuk menyerahkan tahta kepada Yudhisthira, selaku putera sulung Pandu. Sementara itu putera sulung Dretarastra, yaitu Duryodana berusaha keras merebut tahta dan menyingkirkan Pandawa. Dengan bantuan pamannya dari pihak ibu, yaitu Sangkuni, Duryodana pura-pura menjamu kelima sepupunya itu dalam sebuah gedung di Waranawata, dimana gedung itu terbuat dari bahan yang mudah terbakar.
Ketika malam tiba, para Korawa membakar gedung tempat para Pandawa dan Kunti, ibu mereka, tidur. Namun, Yudistira sudah mempersiapkan diri karena rencana pembunuhan itu telah terdengar oleh pamannya, yaitu Widura adik Pandu. Akibatnya, kelima Pandawa dan Kunti berhasil lolos dari maut. Pandawa dan Kunti kemudian menjalani berbagai pengalaman sulit.
Pernikahan dengan Dropadi
Setelah lolos dari jebakan maut Korawa, para Pandawa dan Kunti pergi melintasi kota Ekachakra, lalu tinggal sementara di kerajaan Panchala. Arjuna berhasil memenangkan sayembara di kerajaan tersebut dan memperoleh seorang puteri cantik yang bernama Dropadi. Tanpa sengaja Kunti memerintahkan agar Dropadi dibagi lima. Akibatnya, Dropadi pun menjadi istri kelima Pandawa.
Dari perkawinan dengan Yudistira, Dropadi melahirkan Pratiwindya, dari Bima lahir Sutasoma, dari Arjuna lahir Srutasena, dari Nakula lahir Satanika, dan dari Sadewa lahir Srutakirti.
Versi Jawa menyebut Dropadi dengan nama "Drupadi". Menurut pewayangan Jawa, setelah memenangkan sayembara, Arjuna menyerahkan putri itu kepada Puntadewa selaku kakak tertua. Semula Puntadewa menolak, namun setelah didesak oleh ibu dan keempat adiknya, akhirnya ia pun bersedia menikahi Drupadi. Dari perkawinan itu lahir seorang putera bernama Pancawala. Jadi, menurut versi asli, tokohDropadi menikah dengan kelima Pandawa, sedangkan menurut versi Jawa, ia hanya menikah dengan Yudistira seorang.
Raja Indraprastha
Setelah menikahi Dropadi, para Pandawa kembali ke Hastinapura dan memperoleh sambutan luar biasa, kecuali dari pihak Duryodana. Persaingan antara Pandawa dan Korawa atas tahta Hastinapura kembali terjadi. Para sesepuh akhirnya sepakat untuk memberi Pandawa sebagian dari wilayah kerajaan tersebut.
Korawa yang licik mendapatkan istana Hastinapura, sedangkan Pandawa mendapatkan hutan Kandawaprastha sebagai tempat untuk membangun istana baru. Meskipun daerah tersebut sangat gersang dan angker, namun para Pandawa mau menerima wilayah tersebut. Selain wilayahnya yang seluas hampir setengah wilayah kerajaan Kuru, Kandawaprastha juga merupakan ibukota kerajaan Kuru yang dulu, sebelum Hastinapura. Para Pandawa dibantu sepupu mereka, yaitu Kresna dan Baladewa, dan berhasil membuka Kandawaprastha menjadi pemukiman baru.
1 note · View note
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Advertisment
Sedang mencari anggota untuk komunitas seni kami, jika berminat hubungi kami di 085727973379, thx
3 notes · View notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Sri Batara Kresna
Raden Narayana setelah menjadi raja bernama Prabu Harimurti Padmanaba, karena ia titisan Begawan Padmanaba. Disebut juga Prabu Dwarawati, karena menjadi raja di negeri Dwarawati, dan disebut juga Prabu Kresna, karena berkulit hitam dan lain-lain. la dapat bertahta di Dwarawati karena mengalahkan seorang raja raksasa bernama Prabu Kunjana Kresna di negeri tersebut, dan nama Kresna itu dipakainya juga sebagai namanya sendiri, yakni Prabu Kresna. Prabu Kresna sebagai pengasuh Pandawa atau disebut dalang, ialah seorang yang pandai menjalankan siasat politik negara, peperangan dan lain-lain. Prabu Kresna mempunyai senjata cakra, senjata yang hanya dikuasai oleh titisan Wisnu, dan mempunyai azimat kembang Wijayakusuma, untuk menghidupkan orang mati, yang belum sampai pada takdirnya. Dalam perang Baratayudha Sri Kresna yang memegang daya upaya kemenangan Pandawa. Usia Prabu Kresna lanjut, hingga sehabis perang Baratayudha. Sri Kresna berpermaisuri 4 puteri: 1) Dewi Jembawati, anak seorang pendeta kera Kapi Jembawan dipertapaan Gadamedana, berputera Raden Samba; 2) Dewi Rukmini, puteri Prabu Rukma, seorang raja di Lesanpura, berputra Dewi Siti Sundari; 3) Dewi Setyaboma, putri Prabu Setyajid, seorang raja di Lesanpura, dan berputra Raden Setyaka, dan 4) Dewi Pretiwi, putri Hyang Antaboga, berputra Prabu Bomanarakasura. Prabu Kresna mampu bertiwikrama yaitu berganti rupa menjadi raksasa. Pada lakon Kresna gugah, yaitu Kresna sedang tidur dalam rupa raksasa (tiwikrama). Dalam cerita ini diriwayatkan bahwa siapa yang mampu membangunkan Sri Kresna akan memenangkan perang Baratayudha. Maka kedua belah pihak (Pandawa dan Kurawa) berusaha membangunkannya. Namun tindakan Kurawa sia-sia belaka. Hanya Arjuna yang dapat membangunkan Sri Kresna.
Bentuk Wayang
Tumblr media
Wayang Prabu Kresna bermuka hitam, sedangkan seluruh badan berpraba. Wayang ini untuk dimainkan pada waktu sore. Tetapi pada waktu hampir pagi berganti wayang yang bercat hitam seluruh badan.
Prabu Kresna berwanda: 1) Gendreh, karangan Sri Sultan Agung di Mataram, 2) Rondon, 3) Mawur
0 notes
sanggardigang-blog · 12 years
Text
Tentang Adab Makan
Hai X-Pressioners,..
Kli ini posting tentang agama....(dikit” lah)
Pernah makan kan?? (ga pernah, ga hidup)....makan adalah menambah zat gizi yg diperlukan dalam tubuh. Nah, di dalam makan ada tata cara, adab, pranatacara..(ato bahasa lainnya klo tau). Sya ada sedikit informasi buat X-pressioners smua....
Adab sebelum makan :
Makan makanan yg halal (ya hrus tau kl yg ini)
Bersihkan alat makan, cuci tangan, persiapakan tempatnya..
Makan dan minum karena untuk (beribadah) pada Allah SWT
Awalin sama do’a
Klo kmu ga suka sma makanannya, jangan mencela makanan
Makan sbelum lapar, berhenti sebelum kenyang..
Klo pas proses makan, :
Pakai tangan kanan
Makan dengan 3 jari (ngga rakus)
Makan sambil duduk (ini nih yg sering lupa)
Kunyah makanan sampai halus
Jangan bergurau (akibat : keselek, yg di dalem mulut keluar smua...kan ga sopan)
Makanannya dalam keadaan tidak panas, tidak dingin
Jangan berlebihan kalo makan
Makan sesuai kebutuhan
Kalo sesudah makan, :
Berdoa sesudah makan
Bersihkan sela sela gigi dan mulut (gosok gigi)
Cuci tangan, bersihkan alat makan, tata meja
Minum air putih
Semoga bisa jadi tuntunan kita semua...
0 notes