Text
Aku mau sehari aja dikasih kesempatan untuk menjadi tokoh yang diapresiasi oleh orang rumah :(
0 notes
Text
#LifeAfterBangkit dari Alumni Biasa Aja
Ini adalah tulisan uneg-unegku tentang menjadi alumni Bangkit yang pas-pasan. Mohon maaf ini sedikit mengandung nada pesimistis (tenang aja masih ada harapan yang terus nyala, kok). Namun tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi yang mengusik beberapa waktu belakangan.
Hal ini diawali dari kalimat yang santer dielukan di lingkunganku saat itu bahwa jika menjadi alumni Bangkit itu adalah hal prestisius. Awalnya aku percaya dengan kalimat itu. Namun setelah kelulusan aku merasa tidak pantas menyandang gelar alumni Bangkit. Ketika teman-teman sekelas bahkan seangkatanku menjadi cemerlang di bidangnya dan memiliki pencapaian yang membanggakan, ternyata itu tidak berlaku di diriku (mungkin belum). Dan kalau diingat, agaknya progres belajarku di Bangkit waktu itu juga tidak sebagus itu, malah cenderung terlampau santai dan menjelang akhir periode belajar hanya sebatas ingin cepat selesai saja tanpa benar-benar menyerap ilmunya. Oleh karena itu aku juga bukan alumni distinction, tidak mendapat kesempatan mengikuti sertifikasi, sehingga aku merasa sangat 'kosong' kalau disebut sebagai alumni Bangkit. Padahal kalau melihat kakak-kakak angkatan atas yang kerap seliweran di linimasa X sebagai tech-bros yang sangat master itu, aku rasa merekalah output-output yang diharapkan oleh Bangkit.
Kok Bisa Minder?
Terkadang perasaan rendah diri ini muncul ketika pertanyaan adik-adik tingkat yang tertarik mengikuti Bangkit dan tawaran mengikuti proyek dosen berdatangan. "Kamu kan anak Bangkit!" adalah kalimat andalan mereka. Situasi ini menjadi 'lahan pertarungan' dengan diri sendiri, apakah benar mau menjatuhkan atau membuktikan kualitas diri. Biasanya aku memilih opsi kedua, membuktikan bahwa meski progres belajarku ecek-ecek dan apa adanya ini, aku tetap bisa mempertanggungjawabkan apa yang kuperoleh dari Bangkit. Kalau boleh jujur, banyak hal bernilai yang baru kulihat di Bangkit dan secara tidak langsung memengaruhi kehidupanku. Satu semester di Bangkit kurasa cukup singkat untuk mendapatkan dua nilai yang paling membekas sejauh ini: growth-mindset dan pentingnya menghargai waktu. Saking membekasnya, kayaknya dua ini saja yang paling kubanggakan dan kusyukuri dari menjadi alumni Bangkit.
Turning Point
Lalu aku berpikir, kayaknya ga bagus deh kalau minder terus. Bagaimana proses belajar dan kemampuanku yang jauh dari kata mumpuni kan hanya aku yang tahu. Apa boleh pengalaman kurang menyenangkan di masa lalu menjadi bahan validasi untukku menghambat diri ini untuk berkembang? Apakah aku harus menyerah dan menafikan diriku adalah alumni Bangkit yang katanya prestisius itu? Apakah ini saatnya untuk berdamai dengan penyesalan karena kemarin kurang serius?
Aku yakin pertanyaan-pertanyaan tadi butuh dijawab.
Conclusion
Pada akhirnya, berbagai macam peluang yang datang membuat rasa percaya diriku perlahan kembali ke posisinya lagi :) Kesibukan menjadi asisten praktikum di kampus, asisten penelitian dosen, mentor di dua course milik Generation Girl yakni Summer Course Explorer dan Winter Club Explorer 2023, dan sibuk mendefinisikan diri lagi sudah cukup menenangkan hati. “I deserved for these, kok!” ujarku pada diriku sendiri.
Aku tidak lagi merasa harus malu karena masa ini kuanggap menjadi masa dimana aku bisa berkembang dan membuktikan bahwa aku bukan alumni yang lemah. Terlebih aku memiliki desire untuk menerapkan ilmu yang sudah dipelajari di Bangkit hingga akhirnya tertantang untuk memilih topik yang rada susah... (jujur agak menyesal sih tapi gapapa...).
Kini, kalimat “Kamu kan anak Bangkit!” sudah bukan menjadi beban dan masalah bagiku, karena ya memang beginilah adanya :)
0 notes
Text
Tentang Defragment dan Konser Kedua
Entah, agaknya inilah sebagian kepingan diriku yang baru ditemukan di umur ke-21: tertarik untuk menonton konser. Per umur 21, aku sudah menonton dua macam konser: CRSL #4 dan DEFRAG. Kali ini aku mau mengabadikan yang DEFRAG dulu, sebab konser ini ditonton berdasarkan target skripsi (haha perayaan menuju pendadaran, AAAMIIN!). Sehingga kurasa ini juga konser paling memorable mengingat akhirnya nonton Hindia lagi (di kedua konser aku memang mengincar performance-nya Baskara Putra wkwk). Ditambah Perunggu sebagai opener yang notabene salah satu band kesukaanku juga. Sangat worth it untuk tiket seharga Rp250.000 (belum termasuk pajak), yang mana berarti 1 lagu kurang dari Rp10.000. Mengapresiasi seni tidak semahal yang kukira(?).
Malam itu aku berhasil teriak-teriak sebanyak 25+ lagu. Dan esok paginya, tentu saja aku kembali ke rutinitas yakni mengajar praktikum. Bisa bangun pagi dan suara tidak serak adalah keajaiban :)
Oh ya, aku juga mengambil sebuah hipotesis baru dari sudut pandang seorang introvert dan orang tua strict parents yang akhirnya berani (lebih ke memberanikan diri) untuk menghadapi risiko nonton konser:
1. Aku rela mengeluarkan segala usaha dan materi demi sesuatu yang mau aku dukung. Membeli tiket konser gigs musik lokal dari musisi indie (ga terikat label rekaman/publish karya sendiri) misalnya. Antusiasmeku menyanyi bersama di setiap karya-karyanya meski suaraku jauuuh di bawah standar adalah bentuk kesepakatan antara isi pikiranku dengan si musisi yang dituangkan lewat lagu. Sampai di titik, “wah ini layak didukung full support!” aku akan datengin dia selama masih bisa kujangkau.
2. Dengan membeli tiket dari mitra resmi (meski harga lebih mahal daripada di calo) dan menonton konser/pertunjukan si musisi, membuktikan bahwa aku bukan sekadar beli sebuah gelang/kertas. Melainkan aku membeli pengalaman.
3. Menyadari bahwa ternyata ga cuma aku yang relate dengan apa yang mau disampaikan musisi lewat lagunya. Rasanya seperti, “wah mungkin pengalaman kita sama!” Seperti mencari jalan keluar dari permasalahan hidup yang kemudian bermuara di hilir yang sama.




Itulah potongan fragmen hikmah yang kudapat di DEFRAG 2024. Aku juga ga nonton sendiri. Aku dateng sama 4 kawan kerenku: Ghaza, Hanip, Alan, dan Hanmus. Pengalaman keren bisa meluapkan segala emosi dan capek hati yang udah menumpuk berbulan-bulan lalu.


0 notes
Text
Hidup segan, mati tak mau.
Agaknya itu yang jadi bahan pikiran akhir-akhir ini. Rasanya satu hari amat sangat kurang untuk mengerjakan kewajiban-kewajiban. Rasanya enggan untuk tidur, lebih memilih terjaga dan akan berhenti kalau nanti sakit (lagi). Menyedihkan. Di sisi lain juga salahku yang terlalu banyak memberikan beban ke diri ini.
Kukira aku sudah mengalami pengembangan karakter, ternyata masih di sini-sini aja. Masih jadi seseorang yang susah menolak orang lain. Masih jadi orang yang ga enakan. Masih jadi orang yang takut mengutarakan apa yang dirasakan. Masih jadi orang yang takut jujur pada diri sendiri. Ditambah sekarang cenderung menarik diri dari kegiatan sosial.
Kenapa ya, tidak ada yang berubah? Atau, apa ya yang membuatku masih begini?
0 notes
Text
Terima Kasih, Nona!
Intro
Sepertinya aku akan memposting lagu-lagu kesukaan beserta cerita alasannya di Tumblr aja deh. Aku awali dengan narasi berikut:
Sebulan belakangan aku memiliki satu penyanyi indie Indonesia favorit baru, namanya Putra Timur. Lagu-lagunya indah, bernuansa lawas, dan terasa sangat personal buatku. Per hari ini, Putra Timur telah merilis satu buah album bertajuk “Mahligai”. Album ini berisi 10 lagu dan dirilis pada 27 November 2020 lalu. Mungkin kalau suka Romantic Echoes dan Bilal Indrajaya, bisa jadi suka juga sama Putra Timur.
Ada satu lagu dalam album Mahligai yang paling kusuka, judulnya Nona. Liriknya sederhana, cenderung seperti puisi karena singkat sekali. Tapi hati mungil ini tersentuh sebab secara personal rasanya seperti lagu ini tertuju buatku (meski aku tau itu bukan buatku).
Nona, mengapa kau selalu sendiri?
Tiga baris pertama adalah lirik yang menurutku “ngena” secara personal. Sebab sejauh ini di kehidupan nyata, aku sangat sering sendiri dalam hal apapun. Sejak mendengar lagu ini, aku merasa seperti diperhatikan seseorang. Baris kelima hingga akhir lagu membuatku punya rasa berharap bertemu dengan seseorang yang kerjaannya memuji setiap saat namun bersedia mendukung, menemani, dan mensyukuri adanya hadirku. Entah bagian ini akan terealisasi atau tidak suatu saat nanti, hehe.

Bersyukur ada kau, Nona-ku!
Bagian outro Nona adalah bagian terunik dalam lagu ini. Jarang sekali aku mendengarkan doa yang disampaikan dalam lagu, terlebih doa tersebut untuk seseorang yang spesial. Kurang romantis apa kalimat di bawah ini?
“Terima kasih Nona, semoga semesta berkahi langkahnya sampai akhir usia.”
Sebagai pendengar, aku sangat tersipu dengan kalimat tersebut. Meski berulang kali didengarkan, kalimat ini semakin kuanggap sebagai “mantra penguat”. Membuatku berpikiran positif bahwasanya pasti ada kok orang yang merasa beruntung karena mengenal kita, entah siapapun dia. Didoakan orang lain adalah hal yang paling manis menurutku. Manusia mana yang tidak mau didoakan yang baik-baik? Tidak hanya liriknya yang menakjubkan, tipe suara Putra Timur amat sangat cocok untuk genre lagu seperti ini, mendayu-dayu namun tidak membuat ngantuk.
Outro
Menurutku, menemukan Putra Timur dan mendengarkan lagu-lagunya adalah best discovery ever sepanjang 2024 berjalan. Lagu-lagu Putra Timur cocok didengarkan di berbagai suasana, terlebih jika kamu sedang berbunga-bunga. Selain Nona, ada lagu berjudul “Romansa Kekasih” yang cocok didengarkan sambil berdansa!
1 note
·
View note
Text
Mengikis Jarak dengan Tuhan
Aku teringat pernah terlintas skenario di dalam pikiranku sendiri. Kutulis di sini agar tidak hilang karena menurutku cukup bagus untuk dijadikan reminder :D
Namanya juga skenario, ceritanya pura-puranya aku punya jamaah dan saat itu sedang mengisi kajian.
🧕 : “Posisi hamba paling dekat dengan Allah itu saat sedang apa?”
👥 : “Saat sedang sujud!”
🧕 : “Lalu bagaimana kalau ada orang yang terkendala misal dari kesehatan/fisiknya menyebabkan dia tidak bisa sujud? Apakah berarti mereka tidak pernah ada di posisi terdekat dengan Allah?”
👥 : “…”
🧕 : “Allah itu punya sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kasih sayangNya itu untuk seluruh alam, tidak terkecuali makhluk selain manusia. Tidak akan Allah mendiskriminasi orang-orang yang tidak bisa sujud berarti tidak pernah dekat. Allah memberi semua orang kesempatan dan kesadaran bahwa Dia sangat dekat. Dalam surat Qaf : 16, Allah menyebutkan bahwa Dia lebih dekat daripada nadi. Semua manusia punya nadi, kan? Nah itulah Allah itu sebenarnya dekat. Dan yang terpenting, semua orang diberi kesempatan untuk merasakan dekat dengan Allah. Tinggal kitanya mau mendekatkan diri atau tidak”
0 notes
Text
Mari meromantisasikan single era dengan tumbuh menjadi perempuan berdaya, berilmu, dan berambisi dunia akhirat.
Kamis, 17 Ramadhan 1445 H.
497 notes
·
View notes
Text
Mengenalmu Lewat Tulisan
Aku mengenalmu lewat tulisan. Lebih tepatnya, mengenal apa isi pikiranmu dan apa isi hatimu. Tulisanmu bagiku adalah profil diri yang sebenarnya, tentang apa yang kamu temui, apa yang kamu baca, apa yang kamu lihat, dan apa yang kamu maknai dari beragam hal yang dilewati.
Aku mengenalmu lewat tulisan. Dari sajak-sajak indah tentang rindu yang tak kunjung bertamu, tentang harapan orang tuamu, tentang semangat dalam menurut ilmu, atau tentang doa dan mimpimu yang melangit.
Semoga siapapun yang akan bertamu denganmu, akan membantumu mewujudkan mimpi yang telah kamu tulis. Mimpi besarmu, yang bukan hanya tentang dunia, tapi juga mimpi tentang bersama hingga surga.
Kang Islah | Jaga Diri Baik-baik
288 notes
·
View notes
Text
catatan untuk diriku yang ternyata sering melakukan silent treatment, terlebih setelah insiden di KKN kemarin.
Kalau misal sulit mengungkapkan perasaan secara lisan, apakah secara teks sudah terhitung? Baik itu melalui chat, surat, atau apalah. Sudah pernah dicoba, sedihnya setelah dikirim “surat” gitu tidak ada feedback lanjutannya sih dari yang bersangkutan. Entah perihal maaf, terima kasih, apalagi upaya memperbaiki hubungan. Berasa aku ngomong sendiri :)
Nah, kalau begini apa maknanya hubungan ini tidak ada harganya? Atau kami semua saling silent treatment? Rumit juga.
Your Silent Treatment Is Killing Me
Silent treatment itu cuma 'bagus' untuk cooling down, tapi gak akan menyelesaikan apapun. Kalau ada masalah ya diobrolin. Bilang aja kalau gak suka, kecewa, atau marah. Orang yang kamu diemin itu bukan cenayang.
Silent treatment itu gak kayak diemnya orang yang mau nenangin diri. Diam itu gak akan jadi bahaya selama diamnya kamu itu untuk menenangkan dan menyiapkan diri untuk membuka obrolan yang sehat dan setara setelah kamu tenang.
Diam itu jadi masalah—toksik, ketika kamu diam untuk mengontrol dan menunjukkan bahwa kamu punya kuasa dan kekuatan yang lebih besar dalam sebuah hubungan. Di sini diammu tidak menyelesaikan masalah, melainkan hanya akan memanipulasi orang yang kamu diamkan untuk merasa bersalah. That's it. In the end, orang yang kamu diamkan itu akan bingung, frustasi, merasa tidak dihargai dan tidak dicintai. Silent treatment is abussive. Inilah mengapa silent treatment justru hanya akan memudarkan ikatan-ikatan emosional.
Komunikasi adalah kunci. Komunikasi dengan kata-kata ya, bukan komunikasi dengan sandi morse. Maka dari itu, bila ada masalah dengan siapapun, silakan diam untuk menenangkan diri, tapi jangan lari dari masalah.
Siapkan dirimu untuk mendengarkan dan bicara. Setelah kamu tenang, jangan pendam dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja.
Jangan ragu untuk bilang, “Hei, we need a talk.”
—@taufikaulia
880 notes
·
View notes
Text

Teasaurus, 2024
#YangDisayang versi minuman. Ini di Teasaurus. Lokasinya seberangnya Togamas Kotabaru. Minumanku yang warna cream, itu teh earl gray (duh lupa nama menunya). Tapi enak pol dan creamy abis! Minusnya isinya dikit hehehe. Yang hijau itu, matcha punya Adila. Yep, akhirnya aku ada teman untuk eksplorasi kafe lucu :) Dan sejak itu aku tau bahwa ternyata aktivitas di kafe itu ga melulu mengerjakan tugas, ya? Bisa mengobrol, kenalan sama baristanya, dan foto-foto gemas.
Apakah besok-besok akan ke sini lagi? Iya lah! Please Teasaurus jangan tutup dulu, aku belum ngajak orang tersayangku (soon) ke sini lagi😔
0 notes
Text



Buket Bunga
Aku enggak tau kalau membeli bunga bisa se-membahagiakan ini. Dan mawar dengan merahnya yang merona itu akan selalu jadi favoritku! 🌹 Setiap moodku jelek, kurasa salah satu obatnya adalah dibelikan bunga (hehe).
Lokasi di Kotabaru (yang juga fav spot-ku di Kota Jogja). Harga 20k sudah dapat 1 buket cantik berisi 3 bunga (dirangkai). Aku akan beli bunga lagi dalam waktu dekat, sebab sudah lama sekali aku belum berkunjung lagi ke sana. Apakah nanti sore? Kita lihat saja! 🌸🌺🌷🌻🌼
[ Decided to make a new hashtag for all of my fav things: #YangDisayang ]
0 notes
Text
mencoba untuk reset pikiran, niat, dan fokus. ready for magnum opus 💡
0 notes
Text
masih kaget ketika ada orang lain yang peduli dan perhatian terhadap detail-detail kecilku. entah kukuku yang panjang, badanku yang mungil, senyumku yang (katanya) manis, langkahku yang kecil, hingga jadwal mingguanku. senang, tapi sedih :)
0 notes
Text
being the gifted elder daughter be like: *is strong* *works hard* *overworks* *burns out before uni* *wants to move out* *hates mother* *loves mother* *hates father* *loves father* *unfair expectations* *breaks down* *I can make them think I'm fine* *someone help* *has three panic attacks but gets an A*
2K notes
·
View notes
Text
sebenarnya keberanianku akan muncul kalau ada support system yang kuat
0 notes
Text
Mencicil wishlist dengan mencoret “citylight Jakarta”. Terima kasih atas kiriman fotonya! Terima kasih juga sudah mengingat. Padahal niat hati basa-basi, malah diseriusin :) Maaf ya aku edit sedikit fotonya biar cakep!

0 notes
Text
nemu kata-kata nyeleneh tapi bener, lucu lagi:
“ana urid, anta turid, wallahu yaf’alu ma yurid”
😭
0 notes