Tumgik
senja-merona · 5 years
Text
Berkata Tidak
Kapankah waktu terbaik untuk kita bisa menolak seseorang, menolak untuk membantunya, menolak untuk melakukan sesuatu untuknya, tatkala selama ini kita begitu sulit untuk melakukan itu, cenderung tidak bisa menolak sekalipun semua itu menyulitkan dirimu sendiri, juga hidupmu.
Waktu terbaik itu ialah ketika hubunganmu dengan orang tersebut sedang berada dalam kondisi baik, tidak sedang bertengkar, tidak sedang berselisih. Kata “tidak” akan lebih ringan beban emosinya, lebih ringan pula untuk dimaknai. 
Bayangkan bila kamu berkata tidak kepada seseorang tatkala hubunganmu sedang tidak baik-baik saja, kata tidak bisa menjadi kata pertama dan terakhir yang kamu berikan kepadanya. 
Karena setelah itu, kamu dengannya sudah tidak ada hubungan lagi.
©kurniawangunadi
574 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
We can NOT have it all
Lagi-lagi diingatkan bahwa tidak ada makan siang gratis, dan harus selalu ada yang dikorbankan. 
Mau sepeda keren, cepat (ngumpulin uangnya alias murah), pasti nggak tahan lama.
Mau sepeda keren, tahan lama, pasti mahal.
Mau mobil bagus, cepat (ada uang kok), tahan lama, pasti boros bahan bakar dan mahal perawatan.
Mau apa lagi?
Skripsi bagus dan selesai, lama. Skripsi selesai cepat tapi bagus, tidak ada kehidupan sosial atau kurang tidur.
Kalau soal ‘mau’ kita akan melihat bahwa selalu ada benturan: resource kita terbatas. Kalau tidak terbatas, mungkin itu hanya mimpi, kayak jadi pangeran negara monarki. Eh tapi hidup was-was ditikam saudara atau lawan politik Bapak sendiri.
Hmmm, juga soal teman. Pada akhirnya kita tidak bisa suka semua orang. Kita akan berjarak dengan orang yang kita rasa ‘toxic’ atau memang tidak cocok dengan prinsip hidup kita, jadi ya cukup tahu saja lah.
Apalagi? Pembagian waktu akademik/profesional (cuan), sosial, dan istirahat. Ya semua kayaknya sudah tahu ini pas zaman punya target jelas nan terukur, good old times.
Soal pilihan-pilihan dalam hidup, mungkin yang perlu dilihat apakah apa yang kita mau adalah hal yang signifikan berpengaruh pada hidup kita atau hanya ‘cheap thrills’ yang hangat-hangat namun tak begitu berfaedah (jika kita melihat ke belakang).
Dengan segala excitement yang muncul dengan hal-hal baru seperti hobi atau kegiatan ekstra (pengisi waktu luang), adakah ia punya dampak tangible dalam diri kita secara jasmani, rohani, emosional, maupun intelektual atau ia hanya pelarian atas sesuatu (atau mimpi kita) yang lebih besar?
Duh, rempong ya. Segala dampak tangible ditanyain. Tapi mau gimana, waktu kita terbatas.
Nah, saat menyadari kita tidak bisa melakukan semua yang kita mau… saat itulah kita harus mengambil nafas dalam-dalam. Berhenti sejenak. Sebentar saja. Lalu mikir,
If I can’t have it all… then this World is not a place to fulfill my will.
If I can’t have it all… no one will.
Because there is always a thread off, having more doesn’t mean easier.
If everything pleasant is addicting, enough doesn’t exist ever.
123 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
yang harus selesai
gini loh, dek. habis menikah itu, masalah tuh tambah banyaaak, bukan jadi berkurang. kamu harus mikirin keuangan keluarga, kesehatan keluarga, pendidikan anak-anak, aktualisasi masing-masing anggota keluarga. itu dalam lingkup besarnya. dalam lingkup kecilnya? mikirin hari ini mau makan apa, jemuran sudah kering belum, pintu sudah dikunci belum. banyak yang diurus.
jadi, kalau memang niat menikah, ya kamu harus selesai dulu, dek, sama hal-hal dasar yang jadi pasaknya rumah tangga. kepercayaan, percaya nggak sama calon pasangan? kejujuran, bisa nggak kamu jujur sama diri sendiri dan sama calon pasangan? komitmen, kesetiaan, mau menerima, hal-hal seperti itulah.
kalau kamu dan calon pasanganmu sudah selesai sama hal-hal dasar itu, artinya kalian sudah siap untuk mempersiapkan diri untuk menikah. belum benar-benar siap menikah loh. kenapa? karena habis itu yang harus diobrolin masih banyak.
gimana kalian mengatur keuangan keluarga. mau tinggal di mana dengan cara apa, ngontrak kah nyicil rumah kah. gimana caranya bertukar sepatu biar sama-sama baik sebagai menantu. besok kalau punya anak gimana mendidiknya. apa bentuk melayani dan taat menurut masing-masing. rencana jangka panjang masing-masing dan gimana kalau itu harus dilebur. bahkan, bisa sampai seputar mau punya ART apa enggak. suka ngosek kamar mandi enggak. mau punya anak berapa (ini kendali Allah memang tapi bisa juga direncanakan).
juga, yang mungkin tabu diomongin di depan, seperti gimana kalau sampai terjadi masalah dan amit-amit harus berpisah. apa arti kekerasan dalam rumah tangga menurut masing-masing. dan lain-lain.
wajar sih, kalau saat mau menikah, kamu diselimuti kekhawatiran. akan langgeng nggak ya, dia akan setia nggak ya, akan bahagia nggak ya. itu memang tugasnya setan supaya yang mau menikah ragu-ragu dan nggak jadi menikah.
tapi, dek. ada banyak banget yang lebih penting dan utama untuk dipikirkan dan direncanakan daripada itu, apalagi daripada masa lalunya atau kekhawatiran tentang kesetiaan dia di masa depan.
intinya ya dek, setiap orang pasti punya masa lalu sehingga kamu nggak usah mikirin masa lalu calon pasanganmu. nggak usah, nyusahin. sekaligus, kamu jangan berharap deh bahwa kamu bisa mengubah seseorang. kalau sayang ya pasti dia menjadi dirinya yang terbaik. lagian, nggak enak menjalani hubungan yang penuh dengan tuntutan.
dah, selesaikan dulu yang dasar-dasar. kalau sudah siap untuk mempersiapkan diri untuk menikah, persiapkan diri (dan calon pasangan) untuk menikah. baru deh menikah.
prinsipnya kan, nanti gimana bukan gimana nanti. semangat persiapannya!
3K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
You left me no message.
Is that really what you want?
2 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
Tentang Jodoh
Pernah kebayang gak, bahwa siapa jodohmu, apa pekerjaannya, dan bagaimana kebiasaannya, akan sangat mempengaruhi cerita dalam hidupmu kelak?
7 hari seminggu, 24 jam sehari. Bangun tidurnya, mandinya, sarapannya, bekerjanya, pulangnya, istirahatnya, pekerjaan malamnya, bacaannya, tontonannya, hiburannya, tempat nongkrongnya, dan olahraganya. Semuanya akan menjadi cerita dalam hidupmu.
Apakah dia seorang penulis, wartawan, arsitek, staff ahli anggota dewan, pegawai kantor pajak, tukang nasi goreng pinggir jalan, atau PNS kelurahan, kalian akan saling menyumbang cerita.
Kebiasaannya akan mengisi hari-harimu. Keteledorannya, kesiagaannya, kelucuannya, bahkan kebodohannya akan menjadi urusanmu. Yang barangkali bisa kamu tertawai, omeli, atau tak kamu pedulikan.
Saat kamu memutuskan untuk memiliki dan dimiliki seseorang, ada akibat atau konsekuensi yang harus kamu hadapi. Jika pekerjaannya begini, maka hidupmu akan begitu. Jika kebiasaannya seperti ini, maka hari-harimu akan seperti itu. Sudahkah kamu yakinkan dirimu? Ataukah terbersit secuil keraguan, jangan-jangan bukan dia?
Memang, kadang selektif menjadi dilematis. Terlebih usia tampaknya sulit diajak kompromi. Di saat seperti ini, kita perlu menilik kembali. Siapa yang kita cari, seseorang yang sempurna, ataukah yang mampu sama-sama?
Pada akhirnya, pencarianmu akan bermuara bukan kepada kesempurnaan melainkan penerimaan. Karena tak akan ada orang yang sempurna untuk dipilih, namun selalu ada orang yang layak untuk diterima.
Jika sudah ada penerimaan, maka sisanya adalah keberanian.
— Taufik Aulia
4K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
Tumblr media
Kamu & Senja
Ada senja di balik jendela. Kutanya ada perlu apa, sekadar singgah jawabnya.
Miliki aku sesukamu. Tapi jangan tinggalkan aku sebagaimana senja yang baru saja berlalu.
Aku tak sedang menggoda. Aku sedang kecewa. Kepada senja, yang meninggalkanku selepas matahari tiada.
Beruntunglah senja, masih kuperkenankan ia datang dan pergi sesukanya.
Sialnya, jika itu kamu. Cobalah tinggalkan aku sekali saja, maka tak akan ada lagi pintu kembali bagimu.
Mampang Prapatan | © Taufik Aulia
582 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
00.41
Ibarat berenang, tidak semua orang bisa. Sebagaimana kehidupan, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa mengenal dengan baik jiwa orang lain. Pun ketika bisa berenang, tidak semua orang bersedia repot untuk menyelami lebih dalam perasaan orang lain. Mengenal lebih dalam tentang kekhawatirannya, melihat lebih jeli tentang tawa dan tangisnya. Seorang perempuan yang khawatir pada dirinya sendiri selepas beberapa tahun pernikahan tak kunjung ada tanda-tanda kehamilan padanya, meski orang disekitar dan pasangannya tidak mempermasalahkannya. Ia tetap mengkhawatirkan dirinya sendiri, sepanjang waktu. Seseorang anak yang sebenarnya ingin berbakti kepada orang tuanya, tapi orang tuanya tidak mampu melihat upayanya. Seorang yang terlihat begitu mapan dan berkecukupan, di kehidupannya ia harus bekerja keras memenuhi tuntutan gaya hidup dan perilaku keluarganya.
Seorang yang harus berkutat pada kecemasan dan kekhawatiran jikalau pasangannya ternyata tidak setia. Ketika ia menemukan bukti-bukti bahwa apa yang menjadi kecurigaannya itu benar adanya, sementara ia tidak sanggup mengambil keputusan karena terlalu khawatir pada apa kata orang.
Seseorang yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga sejak kecil, hidup dalam lingkaran pertengkaran yang tidak pernah ada habisnya, tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Takut pada semua bentuk hubungan.
Seseorang yang cemerlang ketika kuliahnya kemudian berkutat di rumah berbulan-bulan karena tak satupun lamaran pekerjaan yang memberikan kabar gembira. Ia yang dulu begitu percaya bahwa semua pencapaian terbaik di akademiknya akan membuka jalan, ternyata tidak demikian adanya ketika saat itu tiba. Dan mulai runtuh satu per satu kepercayaan dirinya.
Semua hal yang tak pernah dimunculkan oleh orang lain ketika kita bertemu dengannya, di dalam hatinya ada gemuruh ombak yang besar. Kita hanya tidak tahu, sebab kita tidak punya kemampuan untuk mengenal baik perasaan dan kehidupan orang lain, atau memang kita tidak mau repot ikut memikirkan hidup orang lain.
Semuanya, sejatinya akan kembali kepada diri sendiri. Di dalam diri ini pun terdapat kekhawatiran yang tak pernah dikenali orang lain, disembunyikan dalam malam. Sering muncul ketika sendirian di dalam kamar, berteriak-teriak dalam diri kita. Apa yang kamu sembunyikan? ©kurniawangunadi
1K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
Perihal Jodoh
Setiap hari jodoh semakin dekat, bukan? Artinya, pasti akan bertemu manala terus dicari, atau dia yang akan datang sendiri bilamana tak ada usaha yang berarti. Soalannya adalah perihal waktu. Cepat atau lambat, tak ada yang tahu.
Bagi sebagian orang, makin tua berarti makin panik perihal jodoh. Di saat genting ini, cemas boleh, hilang akal jangan; ikhtiar boleh, genit jangan; realistis boleh, banting harga jangan.
Orang panik cenderung hilang nalarnya. Bisa kata-kata yang tak terukur, bisa pula sikap yang tak tertakar. Maka pandai-pandailah mengukur kepantasan. Tentu orang berakal akan mengerti mana urgensi mana mencari atensi.
— Taufik Aulia
Ada yang lebih penting dari sakadar mencari, yaitu mempersiapkan diri. Agar kelak ketika menemukan atau ditemukan, kita adalah kita dalam versi paling baik.
Stay humble, stay classy.
Tumblr media
2K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
Tumblr media
375 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
Menjadi Rumah
Untuk kamu pulang, mengadukan segala keluh kesah dan juga bahagia yang kau rasa. Iya, aku ingin menjadi rumah untuk kamu.
Aku ingin menjadi pelipur lara atas gelisah yang kau rasa saat ini. Kita sama-sama tahu; apa masalah yang sedang dihadapi.
Bertahanlah disana.
Aku akan segera tiba.
0 notes
senja-merona · 5 years
Text
Menerka Lelaki Pilihanmu
Puan, seperti apa seseorang yang kamu cari?
Bila ia sempurna, lebih baik darimu, pantas saja pintu hatimu begitu hening meski telah kuketuk berulang kali. Mungkin kau menuli atau tidak menginginkanku ada di hidupmu.
Bila lelaki yang kamu cari ialah ia yang tidak lebih sempurna darimu, dengarlah ketukan itu dan biarkan aku tumbuh bersamamu agar kelak, kebaikan kita begitu sama dan aku kian bersemangat untuk jadi lebih baik darimu.
Mungkin, aku tidak pernah tahu dengan siapa perjalanan ini usai. Tetapi, bukankah manusia boleh menerka sesekali? Menyebutkannya dalam tetiap doa.
Bila lelaki yang kamu cari ialah yang bisa melengkapi seutuhnya, coba saja dengarkan ketukan pintuku—sekali lagi. Jangan takut untuk memulai dari sebuah ketidaksempurnaan.
Justru tetiap ketidaksempurnaan itulah yang melengkapi hidup kita. Bahwa bertumbuh dan menjadi lebih baik itu pekerjaan bersama. Bukan sendiri-sendiri.
Bila itu seseorang yang kamu cari, yakinlah; aku masih di sini, menunggu kamu memberi jawaban yang mengundang senyum terbit dari bibirku—pun dari milikmu.
Jakarta,
12 Januari | 19.02 PM
224 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
“Kuliah, pusing. Mau nikah aja.”
“Kerja, pusing. Mau nikah aja.”
“Nanti nikah pusing juga, mau nikah lagi?”
Bukan. Bukan begitu. Menikahlah bukan karena lelah dari kehidupan. Tapi menikahlah karena butuh diringankan dan meringankan beban pada saat yang sama.
Bukan. Bukan begitu. Menikahlah bukan karena ingin lari dari kenyataan. Tapi menikahlah karena ingin saling menguatkan hadapi kenyataan.
Bukan. Bukan begitu. Menikah bukanlah tentang kamu saja yang harus dijaga perasaan dan dibahagiakan hidupnya. Menikah adalah tentang sama-sama menjaga perasaan dan sama-sama membahagiakan.
Menikah bukanlah pelarian yang akan melepas beban-beban hidupmu. Menikah adalah tentang penyatuan dua kekuatan untuk membawa beban yang sudah ada sebelumnya. Menikah adalah tentang berkawan, saling berbagi dan menerima. Menikah adalah tentang membangun masa depan dan mencapai impian sama-sama.
Maka bayangkan, apa jadinya bila dua orang yang saling lari dari kenyataan hidup kemudian bertemu dalam satu bingkai pernikahan? Ya, barangkali mereka akan saling melarikan diri pada akhirnya.
— Taufik Aulia
5K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
are you romantically hopeless?
Ditulis oleh: Sadika | Sumber: OA Line Hardfun
Saya punya beberapa kawan yang gemar curhat atau “berkonsultasi” dengan saya mengenai love life alias kehidupan percintaan (I know, saya juga geli bahas beginian, tapi demi panjat sosial apa yang ngga). Mulai dari yang PDKT sampai yang sudah mau bubar, semuanya dibahas. Mereka sering meminta perspektif atau advice saya tentang kondisi hubungan mereka, walaupun ada juga yang cuma ingin didengar. Ini membuat saya tertawa sendiri, karena mereka meminta advice dari orang yang sudah jomblo selama kurang lebih 7 tahun.
Ada teman yang sedang kuliah di Australia curhat ke saya, bagaimana dia merasa diberi harapan palsu oleh seseorang yang baru kenal 3 bulan saja belum. Ada juga teman di UGM yang cerita dia merasa ditarik-ulur, padahal tidak ada keterikatan diantara mereka.
Dari semua curhatan mereka, ada satu hal yang membuat alis saya naik, yakni betapa mudahnya kita meromantisasi segala hal yang berhubungan dengan perilaku lawan jenis. Kenapa saya berpendapat demikian? Let me explain.
Most of us sering kali merasa GR atau baper ketika kita berinteraksi atau mendapatkan perlakuan tertentu dari lawan jenis. Diajak makan bareng, GR. Diajak jalan bareng, baper. Diajak ngobrol, GR. Disenyumin, baper (Ini beneran ada, disenyumin aja baper). Apakah ini salah? Tentu tidak, manusiawi. Namun menurut saya, ini bisa menjadi masalah ketika kita tidak mampu mengontrol emosi.
Saking kasmarannya, secara tidak sadar kita membangun harapan atau ekspektasi yang terlalu tinggi, Kita berandai-andai akan terjadinya suatu kisah romantis sampai di suatu titik dimana kita lupa, atau bahkan enggan, mempertimbangkan realitas, dan ketika realitas muncul di depan mata, kita sering mengelaknya.
Lalu apa yang terjadi? Biasanya kita bingung, kesal, marah, kemudian melampiaskan emosi ke orang yang bersangkutan. Mereka kita labeli dengan istilah Pemberi Harapan Palsu (PHP), tukang modus, sok ganteng, sok cantik dan sok sok lainnya. Padahal harapan itu memang tidak pernah ada sedari awal alias cinta fatamorgana. Kalau sudah begini sangat besar kemungkinan hubungan pertemanannya rusak, things get awkward, you try to avoid him/her as much as possible and you end up being resentful, which I think is preposterous and comical at the same time.
Apakah batasan antara teman dan lebih dari teman sudah begitu samarnya sampai sekedar berbuat baik pun di cap modus? Saya melihat tidak ada yang salah jika ada teman laki-laki yang mengantarkan teman wanitanya pulang karena sudah malam. Tidak ada yang salah juga ketika ada teman wanita yang memberikan teman laki-lakinya makanan hasil masakan sendiri. Isn’t that what friends are for? To take care of each other? Kalau bukan, lalu apa? Hanya sebatas lawan bicara? Itu bukan teman, itu namanya kenalan atau relasi (Silakan dihitung kembali ada berapa temanmu, atau jangan-jangan selama ini kamu cuma punya banyak kenalan dan relasi, tapi teman nihil?).
Sejak duduk di bangku SD sampai SMA atau bahkan saat kuliah pun masih sering terngiang di telinga kata “ciye!” yang disematkan oleh seisi kelas kepada kita saat ada interaksi dengan lawan jenis (not always, but very often). Kemudian saya berpikir, trend seperti itu muncul darimana, kenapa sedikit sedikit diromantisasi?
Saya tidak tahu pasti, tapi saya yakin ini erat hubungannya dengan konsumsi media hiburan, entah genre musik, film, sinetron, tv show, atau literasi. Coba kita pikir ulang, tema apa yang sangat laris untuk anak-anak muda? Tema percintaan. Tema galau. Itu yang laku. Dari musik pop galau, film cerita cinta di Eropa, sinetron kisah asmara antara anak konglomerat dengan tukang bakpau, rom-com tv shows, K-Drama, hingga postingan IG pasangan artis yang relationship goal banget, dll dll. Media tahu betul demand target audience-nya.
Bagi saya ini sudah cukup untuk merefleksikan bagaimana pandangan kita terhadap romantisme itu terbentuk. Kita diberi sugesti secara terus-menerus bahwa kisah cinta itu menyenangkan dan akan selalu berakhir bahagia (happy ending), which is not always the case. Ini yang menurut saya menyebabkan banyak yang terpengaruh fantasi asmara ala ala yang kemudian mendorong mereka untuk segera mewujudkan (baca: memaksakan) fantasi tersebut. Hasilnya? Pernah liat orang yang baru kenal, PDKT kilat lalu tiba-tiba langsung berstatus pacaran? Biasanya berakhir dengan konflik dalam kurun waktu yang cepat juga, kemudian galau berminggu-minggu. Atau pernah lihat pasangan anak SD/SMP yang panggilan sayangnya Ayah Bunda? Geli? Sama.
Begitu pun dengan kita yang (nyaris) dewasa, dengan mudahnya mengumbar kalimat “I love you”.
Guys, love is an extremely strong word, and you should not exploit or betray the integrity of that word. Love does not present itself miraculously. Love is developed, it needs to be nourished with reciprocated trust, constant communication and the willingness to negotiate. And that takes time. It’s a long, slow and messy process. That’s why I think the idea of love at first sight is just a pathological concept. It’s admiration or sexual attraction at first sight, to be precise (Sigmund Freud, look him up). You don’t fall in love often, you get sexually attracted to others often.
“So, how do we maintain our feelings?” A friend asks. The answer is I don’t know. I’m not an expert on the subject matter after all. Perhaps you should try to re-evaluate your emotions more often. Ask yourself whether or not your feeling is genuine. Maybe you’re consuming too much K-Drama? Maybe you’re just feeling lonely and need company? Or maybe you just like to enjoy the adrenaline of being in a future, imaginary relationship, but you actually don’t feel love, what you feel is just excitement of being with someone? Jangan malas dan culas saat mengkritisi perasaan sendiri. You know yourself better than anyone else.
Last but not least, coba untuk berhenti egois dan meromantisasi segala macam kebaikan yang ditujukan kepada kita, dan juga kebaikan yang kita tunjukkan ke orang lain. Just because they are nice to you, doesn’t mean they want you to be all over them. Vice versa, just because you are nice to them, doesn’t mean they owe you a relationship. And when you realize about the fact that his/her feeling is not mutual, don’t blame them for it. Evaluate yourself and don’t cloud your judgement with your emotion. I’m not saying that’s wrong, I’m saying that’s not the wisest thing you could do to someone.
Because you’re not romantically hopeless, are you?
Link: https://timeline.line.me/post/_dY8sjSBqnVmezWCDAJeAkGHYPZ5kaOPt9B5Vcb0/1153587967310056035
92 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
tidak semua
tidak semua organisasi yang ngetren di kalangan teman-temanmu harus kamu gabungi.
tidak semua akun media sosial orang-orang beken (atau keren) yang sering berseliweran di lini masamu harus kamu ikuti.
tidak semua film bagus yang disebut berkali-kali di radio harus kamu tonton.
tidak semua buku yang diulas oleh kawan-kawanmu, diunggah fotonya berulang-ulang, harus kamu baca.
tidak semua lagu yang disenandungkan tetangga koskosan sebelah kamarmu harus kamu dengarkan, apalagi ikut hafalkan.
tidak semua makanan yang direkomendasikan aplikasi terpercaya harus kamu cicipi.
tidak semua destinasi wisata menarik, bagus, mungkin terjangkau, harus kamu kunjungi.
tidak semua teknologi terkini, entah gadget, aplikasi, media sosial, bahkan perangkat belajar dan bekerja harus kamu gunakan.
tidak semua model baju, sepatu, atau tas yang sedang banyak dipakai harus kamu pakai juga.
tidak semua dekorasi rumah, ruang kerja, atau kamar yang tampak bagus difoto harus kamu wujudkan.
tidak semua gaya hidup orang lain, walaupun gaya hidup itu baik, harus kamu terapkan.
tidak semua berita terbaru harus kamu ketahui dan pahami.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu menyadari dengan utuh identitas dirimu. yaitu jika kamu bergerak dan tergerak karena siapa kamu, alih-alih sedang ada apa di luar sana.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu menyadari bahwa nilai dirimu tidak ditentukan dari harga atau betapa bagusnya barang-barangmu. alih-alih, dari seberapa bermanfaat semua hal yang kamu konsumsi untuk dirimu dan sekitarmu.
kamu tidak akan pernah ketinggalan apa-apa jika kamu memilih tak serakah ikut ini itu. alih-alih, kamu menghayati betul satu dua yang memberikan dampak terbesar untukmu, yang di sana kamu juga bisa memberikan dampak terbesar.
kamu tidak harus melakukan yang tampaknya semua orang lain lakukan. tak harus memiliki yang tampaknya semua orang lain miliki. kamu bisa keren hanya dengan kesederhanaanmu. justru, peliharalah seperti itu.
kamu keren karena kamu sederhana. kamu keren.
2K notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
I'm fully supporting you
Dengan atau tanpa status apapun diantara kita.
1 note · View note
senja-merona · 5 years
Text
Saling menyimpan rahasia
Ada orang-orang yang saling menyimpan rahasia, entah kecil atau besar. Cerita yang disembunyikan diam-diam, menjadi pelajaran berharga, menjadi kenangan, atau menjadi apapun.
Seperti kisah yang kudengar dari temanku. Ia pernah tiba-tiba bertanya, retoris. “Apa dia ingat ya zaman dulu kami berproses untuk menikah, meski akhirnya tidak jadi. Waktu aku sampai datang ke rumahnya, bertemu ayahnya waktu itu. Kira-kira ia ingat nggak ya?” ujarnya.
Ah, itulah salah satu rahasia kecil antara dua orang manusia. Kini, keduanya sudah membina rumah tangga masing-masing. Pertanyaan tadi muncul tiba-tiba waktu kami berkumpul, reuni.
Apakah pertanyaan dan pikiran seperti itu memicu perasaan lama tumbuh kembali, tentu saja tidak.
Pertanyaan itu justru memicu banyak rasa ingin tahu kami, tentang bagaimana manusia bisa memanipulasi sikapnya di hadapan orang lain saat mereka bertemu, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di masa lalu, padahal kenyataannya pernah ada apa-apa.
Beberapa rahasia kecil kita, semacam aib kita zaman kecil. Zaman SD, SMP, SMA, juga disimpan oleh rekan kita yang lain, kita pun menyimpan memori tentang bagaimana nakalnya mereka dahulu. Tapi kini, semuanya seolah telah berlalu, tidak terjadi apa-apa.
Bahkan kalau aku hitung, aku tahu bahwa rahasiaku pun dipegang oleh beberapa orang. Beberapa di antaranya adalah sahabat, teman-teman terbaik. Beberapa di antaranya disebabkan oleh keadaan, sesuatu yang membuatku merasa perlu untuk aku menyampaikannya. 
Kadang, ada rasa khawatir jika tiba-tiba rahasia itu menyeruak, tapi aku tahu, sudah bertahun lalu, aku tahu bahwa rahasia itu disimpan oleh orang-orang baik. Yogyakarta, 20 Januari 2019 | ©kurniawangunadi
791 notes · View notes
senja-merona · 5 years
Text
orang-orang yang bertanya
orang-orang yang bertanya mengapa kamu tak kunjung menikah: akankah mereka membayari biaya katering pernikahanmu?
orang-orang yang bertanya mengapa kamu/istrimu tak kunjung hamil: akankah mereka mengurusi bayimu saat dia demam, growth spurt, atau tantrum?
orang-orang yang bertanya mengapa kamu tak tambah anak lagi: akankah mereka membayari ongkos sekolah anak-anakmu?
orang-orang yang bertanya mengapa pekerjaanmu “biasa-biasa” saja, mengapa tak cari pekerjaan lain saja: akankah mereka membantumu di kala kamu merasa begitu lelah, burn out, dan justru kehilangan diri sendiri?
kebanyakan orang yang bertanya seperti itu hanya berbasa-basi. kebanyakan yang berbasa-basi tidak signifikan untuk hidupmu. memang, kadang-kadang, basa-basi itu sayang. tapi itu kadang-kadang.
layani obrolan, tapi tidak perlu kamu mengendapkan pertanyaan-pertanyaan itu, apalagi sampai hidupmu terusik.
tidak semua hal ada dalam kendali kita dan kita perlu memakluminya. dunia ini tidak akan pernah cukup kalau kita terus menuruti salah satu dari dua hal: keinginan diri sendiri atau omongan orang lain. merasalah cukup, apa pun keadaannya.
dan berhentilah bertanya seperti itu! seringkali kamu tidak tahu bagaimana usaha seseorang untuk bisa menikah, mungkin dia sudah berkali-kali melamar tetapi ditolak.
seringkali kamu tidak tahu bagaimana usaha seseorang untuk bisa mempunyai anak, mungkin dia sudah berkali-kali program hamil tetapi belum berhasil.
seringkali kamu tidak tahu bagaimana usaha seseorang untuk bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak, dan seterusnya.
jangan ambil hati untuk merasa dilukai. ambil hati untuk menikmati, mensyukuri yang ada sekarang, sambil mengusahakan yang lebih baik.
semangat!
891 notes · View notes