Text
"Di malam yang sepertiga, doa-doa kita akan berjumpa, menggetarkan singgasana-Nya."
- tiwihasan
6 notes
·
View notes
Text
"Di malam yang sepertiga, doa-doa kita akan berjumpa, menggetarkan singgasana-Nya."
- Tiwi Hasan
0 notes
Text
20 April. Belanja souvenir buat calon nganten favoritqu. Ust dan ustdz tercintaqu~~~
3 notes
·
View notes
Text
Jika bersama nantinya kita akan kecewa dengan masing-masing harapan yang kita punya.
- sitipertiwi
0 notes
Text
Kita boleh saling peduli, tapi tidak untuk saling memiliki.
- sitipertiwisp
0 notes
Text
DEMI DZAT YANG JIWAKU BERADA DALAM GENGGAMANNYA, SUNGGUH TIDAK PERNAH MERUGI JIKALAU KITA SELALU MEMENANGKAN-NYA.
MEMENANGKAN
ALLAH.
0 notes
Text
Ego yang Belum Selesai
Sore tadi waktu berjalan dengan adik ada suatu hal yang unik. Ketika kami a dang berkendara motor dan berada di jalur seharusnya yaitu lajur kiri dan ada pengendara yang berlawanan arah (salah jalan) sampai akhirnya kedua motor kami bertabrakan. Alhamdulillah motor dan pengendaranya sama-sama aman. Uniknya adik saya minta maaf, tapi saya yang justru marah. Karena ini bukan salah saya dan adik saya tapi pengendara motor yang melawan arah justru menteriaki kami dengan kata kotor. Saya justru bilang ke orang yang berlawanan arah seperti ini, "Lho kan ini sebelah kiri (saya di lajur kiri). Lu tu yang salah (dia seharusnya di lajur sebelah kanan saya)."
Di jalan saya masih saja ngedumel, saya bilang, "Udah tau kalo di jalanan pengendara itu harus berada di lajur kiri."
Di jalan saya cuma mikir kalau aja para sarjana hukum ga hanya terkungkung di pengadilan tapi juga di masyarakat, ngasih penyuluhan dan sebagainya, supaya masyarakat tidak buta terhadap hukum. Belum lagi saya jadi terpikir kenapa dulu ga ngambil hukum biar kalau ngomong tuh enak "Saya tuh sarjana hukum", jadi tidak ada lagi urusan anak psikologi ngurusin hukum, karena saya tuh memang seneng sama ranah perhukuman. Belum lagi orang-orang yang menjaga keamanan di daerah tersebut, ah repot. Nyari duitnya pada aneh.
Tapi yang menarik bukan di situ. Justru saya tetiba salut sama adik saya karena dia tenang sekali. Terus saya istighfar sampai nyesel dan mau nangis. Kadang ilmu pengetahuan membuat orang jadi lupa sama daratan, sibuk mencerdaskan inteligensi tapi lupa mencerdaskan emosional. Lupa kalau kita yang punya ilmu dan seharusnya legowo karena kita yang punya ilmunya, mungkin mereka gak tau ilmua makanya mereka berbuat seperti itu. Harusnya, mengembangnya pengetahuan kita juga mengembangkan emosional kita, sehingga ilmu itu melapangkan pula hati pemiliknya. Masya Allah. Ego ini belum selesai. Masih harus terus menginsyafi diri. Sekarang mari kita perbaiki :)
0 notes
Text
Seneng banget si adek udah mulai baca dan liat-liat daftar PTN sama soal-soal UN 😁
0 notes
Text
Tidak ada seorangpun yang mau menjadi perantara ujian bagi oranglain.
- sp
0 notes
Text
Andai semua orang tua tau kalau anaknya butuh dukungan. Meski di luar sana ada milyaran orang mendukungnya, sesungguhnya dukungan dari dua orang saja sangat cukup, yaitu kedua orangtuanya. Selayaknya orang tua adalah tempat anak untuk kembali pulang apalagi disaat tidak ada lagi orang yang peduli. Selayaknya orang tua adalah pundak bagi anak-anaknya untuk menangis. Selayaknya orang tua mendukung anaknya, karena rasa inferior, rasa yang membuat diri tidak berarti sungguh sakit sekali, seperti mau mati tapi tak jadi. Karena tidak ada seorangpun anak yang mau menjadi perantara ujian bagi kedua orangtuanya.
0 notes
Text
Ya Rasulullah. Selalu saat aku menunjukan kemampuanku, selalu ku mengajak bersama2 untuk bershalawat kepadamu. Tidak bisakah aku di surga bertetangga denganmu?
- sp
0 notes
Text
Suatu saat kita akan menyesal saat melihat waktu yang telah terlewat tidak dalam kondisi taat.
- habib umar
0 notes
Text
Kalau dilihat, pasti semua hal ada saja positifnya. Tapi kita bisa melihat hal lain, yang lebih banyak positifnya.
- miul
0 notes
Text
This is the consequences of all decisions. You get one, you lost one. So funny. Life is like a game.
-- sp
0 notes
Text
Mungkin hanya Ibu dan Ayah yang paling bahagia melihat kehadiran kita. Kebahagiaan yang mungkin tidak pernah kita ketahui, karena bisa jadi kebahagiaan itu terletak begitu dalam.
Sedalam cinta sunyinya.
-- sp
0 notes
Text
Wisata Religi
Aku menyebutnya wisata religi. Atas segala ilmu, wawasan, pengalaman, pengamalan apapun yang ada di kota ini. Kota yang penuh dengan hingar bingar. Kota yang penuh dengan sesaknya gegap gempita kehidupan, Aku menyebutnya wisata religi.
Atas segala kejadian demi kejadian yang mempertemukan aku dengan orang-orang yang hidupnya kaya raya namun sangat derma. Atas segala pertemuan aku dengan orang-orang yang hidup sangat sederhana bahkan tak punya namun tetap bahagia. Aku menyebutnya wisata religi.
Atas segala sapaan yang dilakukan tukang becak yang jarang sekai mendapat penumpang kepada orang-orang yang lewat di depannya. Atas segala ilmu yang disampaikan tukang es nutrisari yang hanya di jual seribu rupiah kepada orang-orang yang membeli es-nya. Aku menyebutnya wisata religi.
Atas segala beban berat di pundak ibu sepuh pengumpul kardus di depan kampus untuk membeli nasi bungkus. Atas segala dorongan gerobak kakek sepuh berisi abu gosok dan bola plastik untuk makan anak yatim. Aku menyebutnya wisata religi.
Atas segala pelajaran sabar yang selalu ku temukan di setiap perjalanan yang mengubah sudut pandang. Atas segala wujud syukur yang selalu dihaturkan pada tiap lisan dan perbuatan orang-orang yang mengubah keburukan menjadi kebaikan.
Aku menyebutnya wisata religi, karena segala asa yang terluka menjadi terobati.
0 notes